• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia dilaksanakan selama empat bulan. Pada bulan pertama dilakukan kegiatan sebagai karyawan harian lepas, selanjutnya pada bulan kedua sebagai pendamping mandor, serta pada bulan ketiga dan keempat sebagai pendamping asisten. Kegiatan pada saat sebagai karyawan harian lepas yaitu: pengendalian gulma secara kimia (penyemprotan piringan, jalan rintis, dan TPH), kastrasi, pengendalian hama (penyemprotan Oryctes rhinoceros), penunasan, pemanenan, dan pemupukan (pemupukan kimia dan pemupukan kompos).

Pelaksanaan kegiatan magang di PT Socfin Indonesia dilakukan selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan pada Divisi I. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi yang dimulai pada pukul 05.40 WIB bersama asisten Divisi I, mandor, dan kerani. Apel pagi bertujuan untuk mengabsensi karyawan dan mengecek setiap peralatan oleh masing-masing mandor, menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan serta mengevaluasi pekerjaan sebelumnya yang dilakukan oleh Asisten. Kegiatan penulis selama magang di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Pengendalian Gulma.

Pengendalian gulma secara kimia (penyemprotan gulma). Penyemprotan gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disemprot di areal piringan, jalan rintis, dan TPH. Beberapa jenis gulma dominan yang terdapat di Perkebunan Bangun Bandar yaitu Borreria latifolia, Chromolaena odorata, Clidemia hirta, Crassocephalum crepidoides, Lantana Camara, Melastoma malabathricum, Mikania micrantha, Mimosa pigra, Mimosa pudica, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Cyperus brevifolius, Peperomia pellucida.

Penyemprotan gulma di Perkebunan Bangun Bandar menggunakan alat semprot micron herby sprayer dengan kapasitas 10 liter/tangki. Micron herby sprayer merupakan alat semprot dengan menggunakan baterai dan dinamo sebagai penggerak sehingga dalam penggunaannya tidak perlu dipompa. Kegiatan pengendalian gulma yang diikuti penulis dilakukan pada tanaman menghasilkan umur sebelas tahun pada piringan. Metode penyemprotan gulma dilakukan dengan mengikuti bentuk angka delapan dan searah jarum jam sehingga dalam sekali penyemprotan dapat menyelesaikan satu jalan atau dua baris.

Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan nama dagang Roundup 486 SL berbahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l dengan dosis 300 ml dan dicampur dengan Dacomin 865 SL dengan bahan aktif 2.4 D - Dimetil amina dengan dosis 100 ml untuk jenis gulma berdaun lebar. Ketinggian semprot dilakukan setinggi 30 cm dari atas tanah. Kegiatan penyemprotan gulma

dilakukan dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang tenaga kerja wanita. Kapasitas semprot micron herby sprayer dalam satu tangki dapat menyemprot 1 ha. Basis yang ditentukan oleh perusahaan adalah 6 ha/hk atau 6 tangki/hk. Prestasi kerja penulis adalah 2 ha/hk, hal ini disebabkan oleh baterai yang telah habis sehingga harus dilakukan pengisian ulang baterai. Kendala-kendala dalam kegiatan penyemprotan gulma ini adalah baterai yang digunakan sudah lama sehingga cepat habis dan mengurangi waktu kegiatan penyemprotan gulma. Tenaga penyemprot yang tidak menggunakan beberapa alat pelindung diri (APD) sehingga dapat mengganggu keamanan dalam melakukan penyemprotan. Alat semprot micron herby sprayer dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Alat semprot micron herby sprayer

Kegiatan pengendalian gulma lain yaitu penyemprotan gulma dengan alat semprot knapsack sprayer GS 15 dengan kapasitas 15 liter/tangki. Penyemprotan gulma selektif dilakukan di jalan pikul dan gawangan pada areal replanting. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan nama dagang Roundup 486 SL berbahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l dengan dosis 270 ml (135 air : 135 Roundup) dan DuPont Ally 20 WG dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk membasmi gulma jenis anak kayu dengan dosis 120 ml (60 Ally : 60 air) yang di campurkan dengan Agristik sebagai perekat pada saat hujan agar larutan herbisida tidak hilang dengan bahan aktif alkilaril poliglikol eter dengan dosis 10 ml. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan nozel VLV (very low volume) seperti VLV 200 dan VLV 100. Alat semprot pada ujung nozel diberi bola plastik yang dibelah dua untuk menghindari semprotan ke arah tanaman penutup tanah atau Mucuna bracteata.

Kegiatan penyemprotan gulma dilakukan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang tenaga wanita dan 1 orang tenaga pria sebagai pelangsir air. Pelangsiran air dilakukan pada truk tangki air yang telah disediakan. Kegiatan pengecekan dilakukan dengan waktu seminggu setelah semprot untuk melihat gulma yang tidak mati. Hasil kerja kegiatan penyemprotan gulma per HK adalah 0.6 ha. Prestasi kerja penulis adalah 0.5 ha, hal ini disebabkan oleh jalan pikul yang bergelombang dan kurangnya peralatan yang digunakan untuk melakukan penyemprotan. Kendala-kendala yang terdapat pada kegiatan penyemprotan gulma ini adalah tenaga semprot tidak menggunakan beberapa alat pelindung diri (APD) seperti kacamata dan masker. Kendala lain dalam kegiatan ini adalah

pengisian dan pengangkutan air yang terlalu lama, menyebabkan berkurangnya waktu penyemprotan gulma. Penyemprotan gulma selektif pada areal replanting dengan menggunakan knapsack sprayer GS 15 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyemprotan gulma selektif pada areal replanting dengan menggunakan knapsack sprayer GS 15

Khusus untuk penyemprotan pada piringan, semprotan harus dilakukan dengan jarak 75 cm dari pokok. Teknis penyemprotan pada pengendalian gulma di piringan, jalan rintis, dan TPH dilakukan pusingan sebanyak 6 kali dalam rentang waktu setahun. Jenis pekerjaan pengendalian gulma dengan penyemprotan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis hebisida, dosis, rotasi, dan ouput kerja kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Divisi I, Kebun Bangun Bandar.

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Jenis pekerjaan Herbisida/bahan aktif Dosis (ml)

Rotasi (kali/tahun)

Semprot piringan, jalan rintis, dan TPH (pokok ≥ N6) Roundup 486 SL/ isopropilamina glifosat 486 g/l Dacomin 865 SL/ 2.4- D dimethyl amine 865 g/l 300 100 3 Semprot gawangan Gramoxone 276 SL/ paraquat dichlorida 276 g/l Ally 20 WG/ metil metsulfuron

100

100

2

Semprot piringan, jalan rintis, dan

TPH (pokok N1 - N5)

Roundup 486 SL/ isopropilamina glifosat 486 g/l

Starane 290 EC/ fluroksipir metil heptil ester 295 g/l

180

30

Kastrasi

Kastrasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum tanaman beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan kastrasi terlebih dahulu dilakukan monitoring pembungaan. Metode yang digunakan yaitu mencatat pohon-pohon yang telah berbunga. Kastrasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan atau betina.

Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9 bulan tergantung pertumbuhannya. Alat yang digunakan pada kegiatan kastrasi adalah dodos kecil. Kegiatan kastrasi pada Perkebunan Bangun Bandar dilakukan biasanya saat tanaman berumur 10 bulan setelah tanam. Kegiatan kastrasi dihentikan pada saat tanaman masuk pada fase buah pasir yaitu lima bulan sebelum panen perdana. Kegiatan kastrasi dan buah yang dibuang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Kegiatan kastrasi (kiri) dan buah yang dibuang (kanan)

Kendala yang dihadapi pada kegiatan kastrasi adalah terdapat beberapa tanaman penutup tanah atau kacang-kacangan dalam keadaan tinggi dan mencapai pelepah kelapa sawit serta piringan, sehingga pekerja sulit untuk melakukan kastrasi. Hal ini menyebabkan waktu kegiatan semakin lama serta belum adanya nomor pokok pada pokok yang dikastrasi sehingga pekerja sering mengalami kesalahan dalam pembagian hanca.

Kastrasi pada Divisi I menggunakan tenaga kerja sebanyak 7 orang yang merupakan karyawan tetap. Kegiatan kastrasi diupayakan selesai dalam waktu singkat 1 – 3 hari berturut-turut agar tetap mengikuti rotasi setiap bulannya. Rotasi kastrasi dilakukan sebulan sekali dengan basis per HK adalah 3 ha. Hasil kerja per HK untuk kegiatan kastrasi adalah 2.5 ha – 3 ha, prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan kastrasi adalah 1 ha.

Pengendalian Hama

Pengendalian hama Oryctes rhinoceros. Hama oryctes rhinoceros merupakan sejenis kumbang yang dapat merusak pangkal daun maupun batang dari kelapa sawit.

Hama jenis ini dapat menyerang tanaman muda dan tanaman tua. Pengendalian hama oryctes rhinoceros pada tanaman umur 0 - 5 tahun di Divisi I kebun Bangun Bandar dilakukan penyemprotan pestisida dengan nama dagang Cymbush berbahan aktif Sipermetrin 50 g/l dan Santador dengan bahan aktif Lamda Sihalotrin 25 g/l. Kegiatan pengendalian hama yang diikuti penulis dilakukan pada tanaman umur satu tahun dengan konsentrasi yang digunakan adalah 75 ml/tangki untuk Cymbush kemudian dicampur dengan agristik konsentrasi 7.5 ml/tangki sebagai perekat.

Kegiatan penyemprotan Oryctes rhinoceros memiliki prestasi kerja karyawan yaitu 150 pokok/hk untuk tanaman umur 0 sampai 2 tahun dan 75 pokok/hk untuk tanaman umur ≥ 2 tahun. Cymbush dan Santador digunakan secara bergantian setiap kali dilakukan penyemprotan. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan alat semprot jenis knapsack sprayer. Volume yang disemprotkan pada tanaman yaitu 100 ml/pokok untuk tanaman dengan umur 0 - 6 bulan dan diulang setiap 7 hari sekali. Pada umur tanaman ≥ 1 tahun dengan volume 200 ml/pokok dengan pengulangan setiap satu bulan sekali. Kegiatan penyemprotan Oryctes rhinoceros dan bekas serangan dapat dilihat pada Gambar 5.

(a). Penyemprotan Oryctes (b). Bekas serangan Oryctes

Gambar 5. Penyemprotan hama Oryctes

Penunasan

Memotong pelepah pasir. Kegiatan pemotongan pelepah pasir hanya sekali dilakukan yaitu pada saat tanaman berumur 20 – 22 bulan sebelum pokok mulai dipanen perdana. Pemotongan pelepah pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah-pelepah kering (1 – 2 lingkaran pertama). Tujuan dari memotong pelepah pasir adalah memudahkan panen dan mengutip berondolan, memudahkan penyerbukan buatan, pembuangan buah dan bunga jantan yang

busuk, serta memudahkan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit seperti Tirathaba, Marasmius, dan tikus.

Pemotongan pelepah pasir dilakukan dengan menggunakan alat dodos kecil 8 cm dan cakar tunas untuk mengumpulkan sampah dan pelepah yang akan disusun di rumpukan/tumpukan. Pelepah yang boleh diturunkan hanya pelepah kering secara timbang air. Pelepah harus dipotong rapat ke pangkal batang untuk memudahkan pengumpulan berondolan. Norma prestasi karyawan pelepah pasir ini adalah 4 HK/ha dan tidak boleh menggunakan tenaga pemborong.

Pelepah pokok. Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit untuk menghasilkan produksi maksimum dan berkelanjutan adalah dengan menghindari terjadinya penunasan yang berlebihan serta penunasan yang kurang baik/tidak teratur dan terlambat. Penunasan yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan produksi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BTR (bobot tandan rata-rata). Penunasan yang kurang baik/tidak teratur dan terlambat dapat mengakibatkan terganggunya pemanenan dalam melakukan pemotongan buah, sehingga hasil kerja panen tidak maksimal dan meningkatkan kehilangan hasil dari berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.

Teknik penunasan yang dilakukan pada Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan teknik songgo tiga, teknik songgo dua, dan teknik songgo satu. Teknik songgo tiga, yaitu menyisakan tiga pelepah di bawah tandan buah paling bawah. Teknik songgo dua, yaitu menyisakan dua pelepah di bawah tandan buah paling bawah serta teknik songgo satu hanya menyisakan satu pelepah di bawah tandan buah paling bawah. Penunasan pelepah panen perdana jika 50% jumlah pokok memiliki ketinggian pokok minimum 90 cm hingga 1.5 meter pada buah matang terendah dilakukan dengan teknik songgo tiga, setelah ketinggian pokok pada buah matang terendah mencapai 1.5 meter dilakukan teknik songgo dua. Pada pokok tanaman tua dengan umur di atas 12 tahun dilakukan teknik songgo satu. Pemotongan pelepah dilakukan harus rapat ke batang, sehingga bekas potongan membentuk tapak kuda terbalik atau membentuk huruf v. Bekas potongan tidak boleh meruncing pada salah satu ujungnya. Setelah menurunkan pelepah, tumbuhan epifit yang terdapat pada sekitar pangkal tajuk juga ikut diturunkan. Tumbuhan epifit pada batang sampai dengan ketinggian tangan pekerja harus dibersihkan dengan tangan dan pada bagian yang lebih tinggi dilakukan dengan menggaruk menggunakan pelepah.

Pelepah yang sudah diturunkan dipotong menjadi dua dan disusun searah (pangkal dengan pangkal, ujung dengan ujung), dan bertindih satu dengan lainnya. Rumpukan diletakkan hanya pada barisan mati atau di sebelah pokok tanaman di luar piringan dengan jarak 2,5 meter dari piringan dan tidak boleh diletakkan pada gawangan mati. Hal ini disebabkan karena pada gawangan mati dilakukan pemupukan kompos mekanis sehingga apabila pelepah diletakkan pada gawangan mati akan menghambat pemupukan kompos mekanis. Susunan potongan pelepah dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Susunan pelepah pada barisan mati atau sebelah luar piringan (kiri) dan pupuk kompos pada gawangan mati (kanan)

Basis atau borongan karyawan tergantung pada umur tanaman yang akan ditunas. Pada kegiatan penunasan yang diikuti penulis dilakukan pada umur tanaman 14 tahun dengan basis penunas per HK adalah 45 – 50 pokok, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 10 pokok.

Pemanenan

Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi pembagian seksi potong buah, kebutuhan tenaga pemanen, pemeriksaan alat panen dan pembagian hanca pemanen. Kegiatan persiapan panen dilakukan oleh Asisten Divisi dan mandor I atas (produksi) pada saat apel pagi. Pengarahan persiapan panen oleh Asisten Divisi dan mandor I atas (produksi) meliputi kebutuhan tenaga pemanen, kriteria panen, serta pemeriksaan alat panen yang akan digunakan.

Kegiatan yang dilakukan sebelum pekerjaan pemanenan di lapangan adalah memberikan arahan kriteria panen kepada pemanen dan membagi hanca masing-masing pemanen yang diarahkan oleh masing-masing mandor panen yang telah diinstruksikan oleh Asisten Divisi pada saat apel pagi. Mandor panen memiliki tanggung jawab dalam memastikan pemanen menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat kegiatan pemanenan. Walaupun demikian kenyataan di lapangan masih terdapat pemanen yang belum menggunakan APD lengkap pada saat kegiatan panen.

Peralatan panen. Peralatan panen yang digunakan pada kebun Bangun Bandar di Divisi I yaitu pisau egrek, dodos, dan kapak untuk memotong TBS. Angkong, gancu, dan karung goni untuk membawa TBS ke TPH, serta dob/cap untuk memberi cap sesuai Divisi. Rincian alat panen dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7Peralatan panen

Nama alat Penggunaan/pemakaian

Pisau egrek Pemotongan buah dengan ketinggian

pokok > 2 meter.

Pisau dodos besar (lebar mata 14 cm) Pemotongan buah tanaman muda dengan tinggi < 2 meter

Pisau dodos kecil (lebar mata 8 cm) Pemotongan buah pada tanaman muda umur tiga tahun (N3)

Kapak Memotong gagang buah dan

membentuk cangkem kodok pada tandan buah

Gancu Menyusun tandan di TPH dan

memindahkan buah ke truk pengangkutan buah

Dob/cap Memberikan cap sesuai Divisi di

gagang buah angkong mengangkut TBS dari piringan ke TPH

Goni Mengutip brondolan dari piringan.

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Dalam kegiatan pemanenan peralatan panen yang digunakan pada tanaman tua menggunakan egrek yang tidak mencapai buah, sehingga pemanen tidak dapat memanen buah pada pokok yang terlalu tinggi. Pada kegiatan pemanenan dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja, pemanen diwajibkan menggunakan APD secara lengkap selama kegiatan berlangsung. APD yang wajib digunakan yaitu helm, sarung tangan, safety shoes, kaca mata. Berdasarkan keadaan langsung dilapangan, terdapat beberapa masalah yang dijumpai diantaranya adanya kerusakan alat panen dan pemanen yang tidak menggunakan APD lengkap.

Pelaksanaan panen. Pemotongan buah pada tanaman baru masuk TM (3 sampai 5 tahun) dilakukan dengan sistem curi buah tanpa memotong pelepah dan tanaman di bawah 10 tahun dilakukan pemotongan buah dengan menyisakan 2 pelepah di bawah buah paling bawah, sedangkan tanaman di atas 10 tahun harus terlebih dahulu menurunkan pelepah penyangga buah. Pemotongan pelepah harus dilakukan serapat mungkin agar tidak ada berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang telah diturunkan dipotong menjadi dua bagian dan diletakkan di rumpukan atau sebelah luar piringan. Pada kegiatan pemanenan yang diikuti penulis alat potong buah yang digunakan adalah egrek dan dodos. Tanaman yang telah mencapai ketinggian di atas 2.5 meter menggunakan egrek, sedangkan tanaman di bawah 2.5 meter menggunakan dodos.

Tandan buah yang telah dipotong dan berondolan yang sudah dimasukkan dalam goni diangkut ke TPH menggunakan angkong. Tandan buah yang telah terkumpul di TPH dilakukan pemotongan tangkai buah (membentuk cangkem kodok). Hal ini dikarenakan tangkai yang masih utuh dapat mengurangi kadar minyak saat diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). Tandan buah yang telah diperiksa dan tersusun di TPH, selanjutnya diberi tanda cap/dob sesuai Divisi

pada gagang buah. Pemberian cap dilakukan untuk mencegah terjadinya pencurian buah. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih terdapat buah yang tidak tersusun rapi di TPH dan masih ada tangkai buah yang panjang serta sering tidak diberi tanda cap/dob. Susunan buah di TPH dan pemotongan buah sesuai cangkem kodok serta tanda dicap/didob sesuai Divisi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Penyusunan buah di TPH (kiri) dan pemotongan buah sesuai cangkem

kodok serta tanda dicap/didob sesuai Divisi (kanan)

Angka kerapatan panen (AKP). AKP dilakukan untuk menyusun rencana kegiatan harian dalam hal pemanenan, mempermudah dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen untuk esok harinya. AKP juga dapat dilakukan untuk menentukan perkiraan hasil panen, kebutuhan tanaga kerja, dan kebutuhan truk pengangkut buah yang dilakukan hari berikutnya.

Berikut cara perhitungan untuk mengetahui AKP:

Taksasi panen dan kebutuhan tenaga pemanen. Taksasi panen merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pemanenan. Tujuan dari taksasi adalah untuk memperkirakan jumlah TBS yang siap untuk dipanen, memperkirakan jumlah pemanen yang dibutuhkan. Kegiatan taksasi panen dilakukan oleh mandor panen setelah pemanen selesai melakukan pemanenan. Taksasi panen dilakukan dengan mengambil sampel 5% tanaman dari jumlah pokok. Perhitungan taksasi panen didasarkan pada rumus sebagai beriikut:

Taksasi Panen = A x B x C x D Keterangan : A = Luas hanca yang akan dipanen

B = Angka kerapatan panen C = Bobot tandan rata-rata D = Populasi tanaman/ha

Kebutuhan tenaga panen ditetapkan berdasarkan jumlah kebutuhan pada saat panen puncak, hal ini dilakukan agar luas areal yang akan dipanen sesuai dengan jumlah tenaga panen. Perhitungan jumlah tenaga panen di kebun Bangun Bandar Divisi I sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga panen =

Rotasi panen. Sistem rotasi panen yang digunakan di Kebun Bangan Bandar adalah sistem ancak giring. Rotasi panen yang digunakan di Divisi I Kebun Bangun Bandar adalah pusingan 6/7. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pusingan panen tidak sepenuhnya 6/7 yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti kurangnya tenaga kerja pada saat banjir buah/panen raya dan lain sebagainya.

Rotasi panen yang terlalu cepat dapat disebabkan karena menurunnya produktivitas tanaman. Rotasi panen yang terlalu lambat dapat disebabkan oleh adanya tenaga pemanen yang mangkir, hari libur nasional, cuaca, dan tidak selesainya hanca pada hari itu sehingga harus dilanjutkan pada hari selanjutnya. Akibat dari rotasi panen yang terlalu cepat maupun terlalu lambat dapat mengakibatkan menurunnya mutu buah.

Basis dan premi panen. Basis potong buah adalah minimal tandan buah yang harus dipotong dalam satu hari oleh pemanen. Apabila pemanen telah memenuhi basis potong buah maka pekerja tersebut akan menerima premi potong buah. Khusus hari jumat basis panen ditetapkan 5/7 dari basis panen hari biasa. Hal ini karena pada hari jumat jam kerja yang digunakan hanya 5 jam, dari yang biasanya adalah 7 jam.

Premi potong buah adalah insentif yang diberikan dalam bentuk uang yang diberikan apabila pemanen dapat memanen tandan buah melebihi basis borongnya. Jumlah premi dihitung berdasarkan jumlah tandan yang melebihi basis borong. Tujuan pemberian premi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas karyawan potong buah. Basis dan premi potong buah di Kebun Bangun Bandar Divisi I dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Basis dan premi potong buah di Divisi I Tahun tanam Blok Luas (ha) Umur tanaman Premi 2015

Basis Rp/Tandan Rp/Tandan Tandan 1 Basis 2 Basis

1998 59 55,98 17 50 760 760 1998 68 38,32 17 50 760 760 1999 58 64,48 16 50 485 750 2000 61 26,03 15 60 475 735 2001 56 53,57 14 65 455 705 2003 47 59,60 12 75 380 590 2003 57 2,43 12 75 380 590 2004 65 61,38 11 80 355 555 2004 66 43,81 11 80 355 555 2004 67 73,24 11 80 355 555 2005 46 40,06 10 80 330 510 2005 49 32,74 10 80 330 510 2005 50 26,47 10 80 330 510 2007 47 1,35 8 120 255 395 2007 56 11,72 8 120 255 395 2007 59 1,42 8 120 255 395 2007 68 2,14 8 120 255 395 2008 51 31,16 7 140 240 360 2009 62 40,68 6 160 205 320 2009 63 48,39 6 160 205 320 2010 64 34,34 5 170 185 285 2012 48 61,77 3 220 160 250 2012 52 34,75 3 220 160 250 2012 53 25,42 3 220 160 250 2012 54 35,23 3 220 160 250

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Basis panen pada hari Jumat akan berubah karena jam kerja pada hari jumat adalah 5 jam kerja. Misalnya di Blok 59 dengan basis panen hari biasa adalah 50 janjang selama 7 jam kerja, maka apabila panen dilaksanakan pada hari Jumat, basis panen yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

= 35 Tandan

Sistem denda karyawan potong buah/pemanenan. Denda panen merupakan sanksi perusahaan kepada pemanen apabila melakukan kesalahan dalam kegiatan potong buah/pemanenan. Tindakan-tindakan yang tidak memenuhi peraturan atau melanggar salah satu peraturan potong buah harus didenda atau mengurangi premi yang sudah diperoleh pemanen, kerani buah, dan mandor I. Jenis kesalahan yang akan di denda kepada pemanen meliputi buah

mentah, buah matang tidak dipanen, buah tinggal di piringan, berondolan pada gagang, buah mentah diperam, dan berondolan tinggal pada ketiak pelepah. Sistem denda karyawan potong buah di Divisi I dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9Sistem denda karyawan potong buah

Jenis kesalahan Denda

Buah mentah (buah A) Rp 3 000/Tandan

Buah matang tidak dipanen (buah S) Rp 2 500/Tandan Buah tinggal di piringan (buah M2) Rp 2 000/Tandan

Berondolan di gagang (buah M3) Rp 1 000/Tandan

Buah mentah diperam (buah M1) Rp 1 500/Tandan

Berondolan tinggal pada ketiak (buah K) Rp 1 000/Tandan Sumber: Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Pengangkutan tandan buah segar. Pengangkutan TBS di Kebun Bangun Bandar pada Divisi I dilakukan menggunakan dump truck dengan kapasitas 6.5 ton. Kegiatan pengangkutan buah yang belum diperiksa pada TPH tidak diperbolehkan untuk diangkut ke dalam dump truck, sedangkan buah yang telah diperiksa dan telah tercatat maka buah dapat diangkut ke dalam dump truck oleh tenaga muat. Kerani buah wajib memeriksa seluruh buah dan memberi tanda cap

Dokumen terkait