• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Eleais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Eleais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

HENDRA MAGA PUTRA SITEPU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(3)

guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.

Magang ini dilakukan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara dan dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2015. Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata, pengelolaan perkebunan kelapa sawit terutama mendalami aspek pelepah sesuai dengan umur dalam pengelolaan pelepah kelapa sawit. Pengamatan yang dilakukan meliputi sistem penunasan, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, dan hubungan jumlah pelepah dengan nisbah seks bunga. Sistem penunasan yang diterapkan yaitu penunasan progressive dan penunasan periodik. Teknik penunasan yang diterapkan belum seluruhnya mengikuti pedoman Instruksi Kerja (IK) PT Socfin Indonesia, karena beberapa hal yaitu pemanen yang hanya mengacu pada posisi buah pada saat pemanenan dan tidak berpedoman pada IK perusahaan, serta masih banyak terdapat variasi songgo dalam satu blok. Kegiatan penunasan di PT Socfindo telah berjalan dengan baik tetapi masih ada beberapa kendala seperti kurangnya tenaga panen dan tidak adanya premi tunas untuk pemanen dalam menunas.

Kata kunci : kelapa sawit, pengelolaan tajuk, penunasan

HENDRA MAGA PUTRA SITEPU. Pruning Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) at Bangun Bandar Estate, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, North Sumatera. Supervised by SUDIRMAN YAHYA.

This internship program was conducted at Bangun Bandar Estate, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, North Sumatera from February 2015 to June 2015. This internship was aimed at improving job skills in understanding the process of real work, management of palm oil plantations especially pruning aspects. Observations were made include pruning system, canopy management, the number of surviving fronds, relationship between the number of frond and sex ratio. Pruning system applied were progressive pruning and periodic pruning. Pruning techniques still has not according to work instructions guide (IK) of PT Socfin Indonesia, due to the fact that harvesters were only referring to the position of the fruit during harvest time and not according the IK companies, and there were many variations performed within one block. Pruning management at PT Socfindo have been performed well enough, however some improvement were needed for overcoming the problem of less worker number, and the absence of premiums for harvesting on pruning.

(4)

INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

HENDRA MAGA PUTRA SITEPU A24110183

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama : Hendra Maga Putra Sitepu NIM : A24110183

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sudirman Yahya MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, M.Sc.Agr Ketua Departemen

(6)

segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Eleais guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kegiatan magang telah dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Juni 2015.

Penulis akan melakukan kegiatan magang ini sebagai salah satu pilihan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ir Sudirman Yahya MSc selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Hugo RPM selaku Pengurus Kebun Bangun Bandar dan bapak H Ricky Irawan selaku Asisten Kepala Kebun Bangun Bandar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Sigit O Syahbuana selaku Asisten Divisi I Kebun Bangun Bandar sekaligus pembimbing di lapangan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Rizal selaku Mandor I atas (produksi) dan bapak Udin selaku Mandor Tunas yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat dari diploma IPB yang sama-sama menjalankan kegiatan magang di Kebun Bangun Bandar serta seluruh teman-teman AGH 48 yang banyak memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada kita dan skripsi dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2015

(7)

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Umum Magang 2

Tujuan Khusus Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit 2

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 3

Pengelolaan Pelepah Tanaman Kelapa Sawit 3

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Metode Pelaksanaan 4

Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM 5

Sejarah Umum 5

Letak Geografis dan Wilayah Administratif 6

Jenis varietas 6

Keadaan Iklim dan Topografi 7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7

Keadaan Tanaman dan Populasi Tanaman 9

Produksi Kelapa Sawit 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10

Fasilitas Kebun 11

PELAKSANAAN MAGANG

12

Aspek Teknis

12

Aspek Manajerial 26

PEMBAHASAN 29

Sistem Penunasan 29

Teknik Penunasan 31

Jumlah pelepah yang dipertahankan 32

Hubungan Jumlah Pelepah dan Nisbah Seks Bunga 34

KESIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

Daftar Pustaka 38

(8)

1. Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar 8 2. Luas areal TM kelapa sawit Kebun Bangun Bandar 8 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Kebun Bangun Bandar Divisi I 9 4. Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar 10 5. Jumlah Pegawai Staf, Pegawai Non Staf, dan Karyawan 10 Tahun 2015

6.Jenis Herbisida, Dosis, Rotasi, dan Output kerja kegiatan 14 Pengendalian Gulma secara Kimia di Divisi I,

Kebun Bangun Bandar.

7. Peralatan panen 19

8. Basis dan Premi Potong Buah di Divisi I 22

9. Sistem denda karyawan potong buah 23

10. Hasil pengamatan teknik songgo di Kebun Bangun Bandar 32 11. Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman 32 12. Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok 56 33 (tahun tanam 2001)

13. Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok 51 33 (tahun tanam 2008)

14. Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok 52 34 (tahun tanam 2012)

(9)

1. Fasilitas Kebun 11

2. Alat semprot micron herby sprayer 13

3. Penyemprotan gulma selektif 14

4. Kegiatan kastrasi 15

5. Penyemprotan Hama oryctes 16

6. Penyusunan pelepah 18

7. Penyusunan buah di TPH 20

8. Pengangkutan tandan buah ke dalam dump truck 23

9. Pengaplikasian pupuk kimia 25

10. Aplikasi kompos 26

11. Pelepah kering dan pelepah rumpang 31

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Curah Hujan Kebun Bangun Bandar Tahun 2009-2014 40 2. Peta areal Kebun Bangun Bandar PT Socfin Indonesia 42

3. Struktur Organisasi Kebun Bangun Bandar 43

(10)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2010 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 8 385 394 ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi seluas 10 010 825 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 2015).

Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik, karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Hal tersebut dapat dibuktikan dari produksi CPO pada tahun 2014 yang mengalami peningkatan 2 473 520 ton dibandingkan tahun 2010 yaitu dari 21 958 120 ton menjadi 28 446 125 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2015).

Komoditas kelapa sawit cukup tinggi nilai ekonominya sehingga banyak diminati para investor. Banyak para investor yang menginvestasikan modalnya untuk membuka perkebunan serta membangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Menteri Perindustrian Republik Indonesia berharap bahwa Indonesia akan mampu menghasilkan 50 juta ton CPO pada tahun 2020 (Sa’id 2009). Kondisi ini disebabkan karena minyak sawit juga dapat dimanfaatkan pada industri pangan maupun non pangan (Pardamean 2011).

Potensi lahan untuk kelapa sawit dibedakan menjadi empat kelas lahan, yakni S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N1 (tidak sesuai). Potensi produksi perkebunan kelapa sawit lebih baik jika dibangun di lahan kelas S1 dan S2. Akibat perkembangan perkebunan yang sangat cepat, penggunaan lahan kelas S3 juga telah banyak dilakukan, dengan menyiasati menggunakan sistem rekayasa dan manajemen lahan yang baik seperti pengolahan tanah, penanaman kacang-kacangan, pemupukan, dan drainase yang baik. Manajemen ini dapat membantu meningkatkan kualitas lahan untuk mencapai produksi yang maksimal (Sunarko 2009).

Pahan (2008) menyatakan bahwa ukuran tajuk atau luas daun merupakan penentu kapasitas produksi kelapa sawit sebagai permukaan fotosintesis. Pengelolaan tajuk yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tajuk adalah genetik bahan tanaman, jarak tanam, tunas pokok, hama dan penyakit, status hara daun dan pemanenan. Menurut Setyamidjaja (2006) jumlah pelepah berkisar 40-50 dalam satu pohon merupakan tanaman kelapa sawit yang normal. Apabila tidak melakukan pengaturan pelepah, maka jumlah pelepah dapat melebihi 60 pelepah.

(11)

menunas pelepah kelapa sawit yang tidak berguna, yaitu yang kering dan rapat tanah.

Tujuan Umum Magang

Tujuan umum magang ini adalah meningkatkan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata, pengelolaan perkebunan kelapa sawit, serta memperoleh pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit.

Tujuan Khusus Magang

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari pengaturan pelepah optimum yang sesuai dengan umur dalam pengelolaan pelepah kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Akan tetapi, pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang optimal akan tercapai jika ditanam pada lokasi dengan ketinggian maksimum 400 m dpl (Sukamto 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada suhu 24-28 . Kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial mencapai 1 950 mm per tahun (Pahan 2008).

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada curah hujan 1 500-4 000 mm per tahun, curah hujan optimal 2 000-3 000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun (Setyamidjaja 2006). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur, subur, berdrainase yang baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah berpasir dan tanah gambut tebal kurang cocok untuk tanaman kelapa sawit. Topografi yang cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah pada areal dengan kemiringan 0–15° (Fauzi et al. 2008). Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek lingkungan (eksternal), aspek genetis (internal), dan aspek agronomi (Sunarko 2009).

(12)

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki beberapa spesies dalam genus antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera) dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia) (Pahan 2010). Tanaman ini terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Namun, seringkali dijumpai bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit) (Pahan 2008).

Kelapa sawit berkembang baik dengan biji. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) berupa cangkang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) berwarna putih dan mengandung minyak serta embrio (Sunarko 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang menyebar secara merata pada sekitar permukaan tanah. Luas perakaran ini biasanya setara dengan luas proyeksi tajuk. Akar tanaman kelapa sawit terdiri atas akar primer, akar sekunder dan akar kuartener (Pahan 2010).

Pengelolaan Pelepah Tanaman Kelapa Sawit

Kegiatan penangananan dan pemeliharaan pada kelapa sawit sangat penting untuk dilakukan agar dapat menghasilkan produksi yang maksimum dan berkelanjutan. Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit (Pahan 2008). Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat dilakukan melalui penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif. Menurut Suyatno (2010), penunasan adalah pekerjaan memotong atau menunas pelepah kelapa sawit yang tidak berguna, yaitu yang kering dan rapat tanah. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.

Kegiatan penunasan dilakukan dengan mengatur jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, akan tetapi pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua). Penunasan juga bertujuan untuk sanitasi dan menciptakan kondisi kerja yang baik bagi pekerja (Maruli 2011). Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan menurun bila penunasan pokok dilakukan secara berlebihan (Pahan 2008).

(13)

4–7 tahun. Teknik songgo dua, yaitu teknik yang hanya menyisakan dua pelepah dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 8–14 tahun, sedangkan teknik songgo satu (menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah) dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun.

Produksi optimum dapat diperoleh pada saat nilai indeks luas daun (ILD) optimum dan perawatan kelapa sawit juga optimum.ILD adalah nisbah luas daun terhadap luas lahan. ILD akan optimum jika penutupan tajuk optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman. Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, suhu udara, kelembaban tanah, dan karakteristik tanah (Pahan 2008).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, berada di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Pelaksanaan magang dilakukan selama empat bulan, yaitu mulai dari 9 Februari 2015 hingga 8 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang di lapangan secara umum meliputi aspek teknis serta aspek manajerial. Pelaksanaan magang di lapangan secara garis besar adalah melakukan pelaksanaan kerja langsung dan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat jabatan secara berurutan. Bulan pertama yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), bulan kedua sebagai pendamping mandor, lalu bulan ketiga dan keempat sebagai pendamping asisten Divisi. Susunan kegiatan yang diikuti selama magang dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Kegiatan teknis di lapangan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) secara umum meliputi perawatan dan produksi. Kegiatan sebagai pendamping mandor dilakukan pada bulan kedua meliputi penentuan kebutuhan tenaga kerja, pengawasan kerja karyawan, dan membantu mandor dalam pencatatan prestasi kerja karyawan. Kegiatan manajerial dilakukan sebagai pendamping asisten divisi pada bulan ketiga dan keempat yaitu membantu dalam penyusunan rencana kerja harian (RKH), pengawasan karyawan, dan membantu asisten dalam pembuatan laporan asisten divisi. Secara khusus kegiatan magang lebih diarahkan pada aspek penunasan kelapa sawit.

(14)

metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan arsip di kantor kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer selama magang difokuskan pada kegiatan penunasan dan dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan umur tanaman yang berbeda yaitu umur tanaman 3 tahun, 7 tahun, dan 14 tahun. Data primer yang diamati antara lain:

a. Sistem Penunasan

Sistem penunasan yang diamati meliputi realisasi penerapan sistem penunasan di lapangan, rotasi penunasan, dan sistem pembayaran penunasan. Data diperoleh melalui wawancara terhadap karyawan, mandor, dan asisten divisi. b. Jumlah pelepah yang dipertahankan

Jumlah pelepah yang dipertahankan di lapangan dibandingkan dengan SOP (standard operational procedure) perusahaan terkait dengan jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman.

c. Teknik Penunasan

Data diperoleh dengan mengamati hasil tunas pokok dan dibandingkan dengan SOP perusahaan terkait ketentuan teknik penunasan yang ditetapkan.

d. Hubungan Jumlah pelepah dan nisbah seks bunga

Data diperoleh bersamaan dengan pengamatan teknik penunasan untuk dianalisis kaitannya dengan banyaknya jumlah pelepah yang dipertahankan.

Data sekunder yang diperoleh dari kebun berupa arsip perusahaan meliputi sejarah perusahaan, letak geografis dan wilayah administratif, jenis varietas, keadaan iklim dan topografi, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan populasi tanaman, produksi kelapa sawit. Data lain meliputi struktur organisasi, jumlah dan status karyawan serta fasilitas kebun. Standar kebun meliputi: penanaman, pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja.

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data dan informasi yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif dengan menghitung nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan sistematis sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan kondisi penunasan pada 3 blok dengan umur yang berbeda.

KEADAAN UMUM

Sejarah Umum

(15)

7 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan yang mengelola perusahaan perkebunan di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Pada tahun 1960 pemerintah Republik Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan investor- investor yang berasal dari Belgia yang bergabung dalam Plantation North Sumatra dengan maksud untuk mendirikan suatu perusahaan patungan yang diberi nama Socfin Medan SA yang berorientasi pada hasil kerja dari suatu area perkebunan yang berkedudukan di kota Medan (Sumatera Utara) dengan kawasan yang mencakup daerah perkebunan khususnya Sumatera Utara dan Aceh.

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No.6 tahun 1965 dengan instruksi- instruksi yang ada memutuskan bahwa SOCFIN Medan SA, Belgia yang dinyatakan sebagai suatu perusahaan perkebunan yang berada di bawah pengawasan Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1968 di Jakarta No. E3-68/Pers/6/94/KPTS/OP/8/1968 SOCFIN Medan SA berubah nama menjadi PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), yaitu perusahaan patungan yang berkedudukan di kota Medan dengan mengadakan perbandingan modal yaitu, (a). Plantation North Sumatra, Belgia 60 % dan (b). Pemerintah Republik Indonesia 40%.

Pada tanggal 31 Desember 2001 sejalan dengan privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah RI telah terjadi perubahan kepemilikan saham PT. Socfindo yaitu, (a). Plantation North Sumatra, Belgia 90 % dan (b). Pemerintah Republik Indonesia 10%.

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Perkebunan Bangun Bandar merupakan salah satu perkebunan PT. Socfindo yang membudidayakan tanaman kelapa sawit memiliki empat divisi dan semuanya berlokasi di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Jarak Kebun Bangun Bandar dengan Kota Medan ± 70 km. Kebun Bangun Bandar terletak pada koordinat 990 04’ 1.00’’ BT dan 030 21’ 1.00’’ LU. Transportasi dari Kota Medan menuju wilayah Kebun Bangun Bandar dapat ditempuh melalui jalan darat selama ± 2 jam. Batas – batas wilayah kebun secara umum adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Pekan Dolok Masihul

Sebelah Timur : Desa Bantan

Sebelah Selatan : Desa Dolok Sagala

Sebelah Barat : Perkebunan Silau Dunia PTPN III

Jenis varietas

(16)

Socfindo (Yangambi). Kedua jenis varietas telah terdaftar dan diakui oleh Pemerintah

Republik Indonesia sesuai surat keputusan Menteri Pertanian RI No. 440/KPTS/LB.320/7/2004 (DP Unggul Socfindo(Lame))tanggal 22 Juli 2004 dan

No. 441/KPTS/LB.320/7/2004 (DP Unggul Socfindo(Yangambi)) tanggal 22 Juli

2004.

Pada Kebun Bangun Bandar jenis varietas yang digunakan adalah jenis DP Unggul Socfindo (Lame) dan DP Unggul Socfindo (Yangambi). Jenis DP Unggul

Socfindo (Lame) merupakan jenis varietas yang lebih dominan pada tetua betina dan

jenis DP Unggul Socfindo (Yangambi) merupakan jenis varietas yang lebih dominan

pada tetua jantan. Jenis varietas lain yang ditanam di Kebun Bangun Bandar adalah Moderate tahan ganoderma (MTG). Jenis varietas MTG masih sedikit ditanam dikarenakan masih dalam masa percobaan.

Keadaan Iklim dan Topografi

Perkebunan Bangun Bandar memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Data curah hujan 5 tahun terakhir (2010-2014) terdapat pada Lampiran 1. Kondisi topografi Kebun Bangun Bandar merupakan lahan datar hingga bergelombang dengan ketinggian 0-50 m di atas permukaan laut.

Keadaan tanah di Kebun Bangun Bandar didominasi oleh tanah aluvial dan Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan tingkat kemasaman (pH) 4-6. Dari data curah hujan lima tahun terakhir 2010-2014, perkebunan Bangun Bandar mempunyai hari hujan rata sebesar 128 hari/tahun dengan curah hujan rata-rata sebesar 2 273 mm/tahun. Menurut klasifikasi Schimidth dan Ferguson, Perkebunan Bangun Bandar masuk dalam klasifikasi iklim B, yaitu basah.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(17)

Tabel 1 Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar

Areal high conservation value (HCV) 6.99

Parit isolasi 4.06

Jumlah 3572.17

Sumber: Administrasi Kebun Bangun Bandar 2015

Tabel 2 Luas areal TM kelapa sawit Kebun Bangun Bandar

(18)

Keadaan Tanaman dan Populasi Tanaman

Kerapatan populasi Perkebunan Bangun Bandar adalah 143 pokok/ha dengan tanam 9 m x 9 m x 9 m. Kenyataan di lapangan jumlah pokok per hektar dapat berbeda dengan perhitungan berdasarkan jarak tanam. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh penebangan tanaman karena terserang penyakit serta tumbang karena usia tanaman yang semakin tua. Populasi tanaman kelapa sawit pada Divisi I Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Populasi tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar Divisi I

Divisi I Tahun Tanam

Luas (ha) Jumlah pokok Jumlah Pokok/ha

1998 94.3 9 366 99

1999 64.48 7 336 113

2000 26.03 2 733 105

2001 53.57 5 380 100

2002 - - - 2003 62.03 7 594 122

2004 230.77 22 147 96

2005 99.27 13 699 138

2007 16.61 2 244 135

2008 31.16 4 388 140

2009 89.07 12 516 140

2010 34.34 4 828 140

2012 157.17 21 737 138

2014 51.89 7 173 138 2015 107.1 - - Jumlah 1 065.45 121 141 - Sumber: Administrasi Kebun Bangun Bandar 2015

Produksi Kelapa Sawit

(19)

Tabel 4 Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar Sumber : Administrasi Perkebunan Bangun Bandar, 2015

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Bangun Bandar milik PT Socfin Indonesia dipimpin oleh Pengurus yaitu Groupman dan Manajer kebun yang bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh kegiatan perkebunan serta menentukan kebijakan untuk perkembangan kebun. Dalam menjalankan tugas, Groupman dan Manajer kebun dibantu oleh satu orang Asisten Kepala, empat orang Asisten Divisi, satu orang tekniker, dan satu orang Kepala Tata Usaha (KTU). Asisten kepala membawahi empat Asisten Divisi yaitu Divisi I, Divisi II, Divisi III, dan Divisi IV. Satu orang Kepala KTU bertugas memenuhi administrasi kebun dan membawahi krani-krani, krani gudang, kepala keamanan, dan kepala poliklinik. Tekniker I membawahi tekniker II dan yang berhubungan dengan pabrik kelapa sawit. Struktur organisasi di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 3.

Indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun Bangun Bandar dapat dihitung dengan rumus : ITK ═ kebutuhan tenaga kerja. Jumlah pimpinan dan karyawan pelaksana di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia akan terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah pegawai staf, pegawai non staf, dan karyawan tahun 2015

(20)

Fasilitas Kebun

Pada Perkebunan Bangun Bandar terdapat satu pabrik kelapa sawit (PKS), satu unit kantor pengurus untuk mengelola kegiatan administrasi yang dilengkapi dengan komputer dan sistem aplikasi Harvest, kantor divisi pada setiap divisi, gudang pupuk, gudang material, dan gudang pembantu di setiap divisi.

Dalam meningkatkan produktivitas pekerja dalam bekerja, Perkebunan Bangun Bandar menyediakan fasilitas kesehatan (poliklinik), olahraga (lapangan sepak bola dan bola voli), kerohanian (masjid dan gereja). Beberapa fasilitas yang tersedia di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Fasilitas PT Socfindo (A. Poloklinik ; B. Gereja ; C. Masjid ; D. Lapangan sepak bola ; E. Lapangan bola voli)

A B C

(21)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia dilaksanakan selama empat bulan. Pada bulan pertama dilakukan kegiatan sebagai karyawan harian lepas, selanjutnya pada bulan kedua sebagai pendamping mandor, serta pada bulan ketiga dan keempat sebagai pendamping asisten. Kegiatan pada saat sebagai karyawan harian lepas yaitu: pengendalian gulma secara kimia (penyemprotan piringan, jalan rintis, dan TPH), kastrasi, pengendalian hama (penyemprotan Oryctes rhinoceros), penunasan, pemanenan, dan pemupukan (pemupukan kimia dan pemupukan kompos).

Pelaksanaan kegiatan magang di PT Socfin Indonesia dilakukan selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan pada Divisi I. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi yang dimulai pada pukul 05.40 WIB bersama asisten Divisi I, mandor, dan kerani. Apel pagi bertujuan untuk mengabsensi karyawan dan mengecek setiap peralatan oleh masing-masing mandor, menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan serta mengevaluasi pekerjaan sebelumnya yang dilakukan oleh Asisten. Kegiatan penulis selama magang di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Pengendalian Gulma.

Pengendalian gulma secara kimia (penyemprotan gulma). Penyemprotan gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disemprot di areal piringan, jalan rintis, dan TPH. Beberapa jenis gulma dominan yang terdapat di Perkebunan Bangun Bandar yaitu Borreria latifolia, Chromolaena odorata, Clidemia hirta, Crassocephalum crepidoides, Lantana Camara, Melastoma malabathricum, Mikania micrantha, Mimosa pigra, Mimosa pudica, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Cyperus brevifolius, Peperomia pellucida.

Penyemprotan gulma di Perkebunan Bangun Bandar menggunakan alat semprot micron herby sprayer dengan kapasitas 10 liter/tangki. Micron herby sprayer merupakan alat semprot dengan menggunakan baterai dan dinamo sebagai penggerak sehingga dalam penggunaannya tidak perlu dipompa. Kegiatan pengendalian gulma yang diikuti penulis dilakukan pada tanaman menghasilkan umur sebelas tahun pada piringan. Metode penyemprotan gulma dilakukan dengan mengikuti bentuk angka delapan dan searah jarum jam sehingga dalam sekali penyemprotan dapat menyelesaikan satu jalan atau dua baris.

(22)

dilakukan dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang tenaga kerja wanita. Kapasitas semprot micron herby sprayer dalam satu tangki dapat menyemprot 1 ha. Basis yang ditentukan oleh perusahaan adalah 6 ha/hk atau 6 tangki/hk. Prestasi kerja penulis adalah 2 ha/hk, hal ini disebabkan oleh baterai yang telah habis sehingga harus dilakukan pengisian ulang baterai. Kendala-kendala dalam kegiatan penyemprotan gulma ini adalah baterai yang digunakan sudah lama sehingga cepat habis dan mengurangi waktu kegiatan penyemprotan gulma. Tenaga penyemprot yang tidak menggunakan beberapa alat pelindung diri (APD) sehingga dapat mengganggu keamanan dalam melakukan penyemprotan. Alat semprot micron herby sprayer dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Alat semprot micron herby sprayer

Kegiatan pengendalian gulma lain yaitu penyemprotan gulma dengan alat semprot knapsack sprayer GS 15 dengan kapasitas 15 liter/tangki. Penyemprotan gulma selektif dilakukan di jalan pikul dan gawangan pada areal replanting. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan nama dagang Roundup 486 SL berbahan aktif Isopropilamina glifosat 486 g/l dengan dosis 270 ml (135 air : 135 Roundup) dan DuPont Ally 20 WG dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk membasmi gulma jenis anak kayu dengan dosis 120 ml (60 Ally : 60 air) yang di campurkan dengan Agristik sebagai perekat pada saat hujan agar larutan herbisida tidak hilang dengan bahan aktif alkilaril poliglikol eter dengan dosis 10 ml. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan nozel VLV (very low volume) seperti VLV 200 dan VLV 100. Alat semprot pada ujung nozel diberi bola plastik yang dibelah dua untuk menghindari semprotan ke arah tanaman penutup tanah atau Mucuna bracteata.

(23)

pengisian dan pengangkutan air yang terlalu lama, menyebabkan berkurangnya waktu penyemprotan gulma. Penyemprotan gulma selektif pada areal replanting dengan menggunakan knapsack sprayer GS 15 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyemprotan gulma selektif pada areal replanting dengan menggunakan knapsack sprayer GS 15

Khusus untuk penyemprotan pada piringan, semprotan harus dilakukan dengan jarak 75 cm dari pokok. Teknis penyemprotan pada pengendalian gulma di piringan, jalan rintis, dan TPH dilakukan pusingan sebanyak 6 kali dalam rentang waktu setahun. Jenis pekerjaan pengendalian gulma dengan penyemprotan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis hebisida, dosis, rotasi, dan ouput kerja kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Divisi I, Kebun Bangun Bandar.

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

(24)

Kastrasi

Kastrasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum tanaman beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan kastrasi terlebih dahulu dilakukan monitoring pembungaan. Metode yang digunakan yaitu mencatat pohon-pohon yang telah berbunga. Kastrasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan atau betina.

Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9 bulan tergantung pertumbuhannya. Alat yang digunakan pada kegiatan kastrasi adalah dodos kecil. Kegiatan kastrasi pada Perkebunan Bangun Bandar dilakukan biasanya saat tanaman berumur 10 bulan setelah tanam. Kegiatan kastrasi dihentikan pada saat tanaman masuk pada fase buah pasir yaitu lima bulan sebelum panen perdana. Kegiatan kastrasi dan buah yang dibuang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Kegiatan kastrasi (kiri) dan buah yang dibuang (kanan)

Kendala yang dihadapi pada kegiatan kastrasi adalah terdapat beberapa tanaman penutup tanah atau kacang-kacangan dalam keadaan tinggi dan mencapai pelepah kelapa sawit serta piringan, sehingga pekerja sulit untuk melakukan kastrasi. Hal ini menyebabkan waktu kegiatan semakin lama serta belum adanya nomor pokok pada pokok yang dikastrasi sehingga pekerja sering mengalami kesalahan dalam pembagian hanca.

(25)

Pengendalian Hama

Pengendalian hama Oryctes rhinoceros. Hama oryctes rhinoceros merupakan sejenis kumbang yang dapat merusak pangkal daun maupun batang dari kelapa sawit.

Hama jenis ini dapat menyerang tanaman muda dan tanaman tua. Pengendalian hama oryctes rhinoceros pada tanaman umur 0 - 5 tahun di Divisi I kebun Bangun Bandar dilakukan penyemprotan pestisida dengan nama dagang Cymbush berbahan aktif Sipermetrin 50 g/l dan Santador dengan bahan aktif Lamda Sihalotrin 25 g/l. Kegiatan pengendalian hama yang diikuti penulis dilakukan pada tanaman umur satu tahun dengan konsentrasi yang digunakan adalah 75 ml/tangki untuk Cymbush kemudian dicampur dengan agristik konsentrasi 7.5 ml/tangki sebagai perekat.

Kegiatan penyemprotan Oryctes rhinoceros memiliki prestasi kerja karyawan yaitu 150 pokok/hk untuk tanaman umur 0 sampai 2 tahun dan 75 pokok/hk untuk tanaman umur ≥ 2 tahun. Cymbush dan Santador digunakan secara bergantian setiap kali dilakukan penyemprotan. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan alat semprot jenis knapsack sprayer. Volume yang disemprotkan pada tanaman yaitu 100 ml/pokok untuk tanaman dengan umur 0 - 6 bulan dan diulang setiap 7 hari sekali. Pada umur tanaman ≥ 1 tahun dengan volume 200 ml/pokok dengan pengulangan setiap satu bulan sekali. Kegiatan penyemprotan Oryctes rhinoceros dan bekas serangan dapat dilihat pada Gambar 5.

(a). Penyemprotan Oryctes (b). Bekas serangan Oryctes

Gambar 5. Penyemprotan hama Oryctes

Penunasan

(26)

busuk, serta memudahkan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit seperti Tirathaba, Marasmius, dan tikus.

Pemotongan pelepah pasir dilakukan dengan menggunakan alat dodos kecil 8 cm dan cakar tunas untuk mengumpulkan sampah dan pelepah yang akan disusun di rumpukan/tumpukan. Pelepah yang boleh diturunkan hanya pelepah kering secara timbang air. Pelepah harus dipotong rapat ke pangkal batang untuk memudahkan pengumpulan berondolan. Norma prestasi karyawan pelepah pasir ini adalah 4 HK/ha dan tidak boleh menggunakan tenaga pemborong.

Pelepah pokok. Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit untuk menghasilkan produksi maksimum dan berkelanjutan adalah dengan menghindari terjadinya penunasan yang berlebihan serta penunasan yang kurang baik/tidak teratur dan terlambat. Penunasan yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan produksi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BTR (bobot tandan rata-rata). Penunasan yang kurang baik/tidak teratur dan terlambat dapat mengakibatkan terganggunya pemanenan dalam melakukan pemotongan buah, sehingga hasil kerja panen tidak maksimal dan meningkatkan kehilangan hasil dari berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.

Teknik penunasan yang dilakukan pada Perkebunan Bangun Bandar adalah dengan teknik songgo tiga, teknik songgo dua, dan teknik songgo satu. Teknik songgo tiga, yaitu menyisakan tiga pelepah di bawah tandan buah paling bawah. Teknik songgo dua, yaitu menyisakan dua pelepah di bawah tandan buah paling bawah serta teknik songgo satu hanya menyisakan satu pelepah di bawah tandan buah paling bawah. Penunasan pelepah panen perdana jika 50% jumlah pokok memiliki ketinggian pokok minimum 90 cm hingga 1.5 meter pada buah matang terendah dilakukan dengan teknik songgo tiga, setelah ketinggian pokok pada buah matang terendah mencapai 1.5 meter dilakukan teknik songgo dua. Pada pokok tanaman tua dengan umur di atas 12 tahun dilakukan teknik songgo satu. Pemotongan pelepah dilakukan harus rapat ke batang, sehingga bekas potongan membentuk tapak kuda terbalik atau membentuk huruf v. Bekas potongan tidak boleh meruncing pada salah satu ujungnya. Setelah menurunkan pelepah, tumbuhan epifit yang terdapat pada sekitar pangkal tajuk juga ikut diturunkan. Tumbuhan epifit pada batang sampai dengan ketinggian tangan pekerja harus dibersihkan dengan tangan dan pada bagian yang lebih tinggi dilakukan dengan menggaruk menggunakan pelepah.

(27)

Gambar 6.Susunan pelepah pada barisan mati atau sebelah luar piringan (kiri) dan pupuk kompos pada gawangan mati (kanan)

Basis atau borongan karyawan tergantung pada umur tanaman yang akan ditunas. Pada kegiatan penunasan yang diikuti penulis dilakukan pada umur tanaman 14 tahun dengan basis penunas per HK adalah 45 – 50 pokok, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 10 pokok.

Pemanenan

Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi pembagian seksi potong buah, kebutuhan tenaga pemanen, pemeriksaan alat panen dan pembagian hanca pemanen. Kegiatan persiapan panen dilakukan oleh Asisten Divisi dan mandor I atas (produksi) pada saat apel pagi. Pengarahan persiapan panen oleh Asisten Divisi dan mandor I atas (produksi) meliputi kebutuhan tenaga pemanen, kriteria panen, serta pemeriksaan alat panen yang akan digunakan.

Kegiatan yang dilakukan sebelum pekerjaan pemanenan di lapangan adalah memberikan arahan kriteria panen kepada pemanen dan membagi hanca masing-masing pemanen yang diarahkan oleh masing-masing mandor panen yang telah diinstruksikan oleh Asisten Divisi pada saat apel pagi. Mandor panen memiliki tanggung jawab dalam memastikan pemanen menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat kegiatan pemanenan. Walaupun demikian kenyataan di lapangan masih terdapat pemanen yang belum menggunakan APD lengkap pada saat kegiatan panen.

(28)

Tabel 7Peralatan panen

Nama alat Penggunaan/pemakaian

Pisau egrek Pemotongan buah dengan ketinggian

pokok > 2 meter.

Dob/cap Memberikan cap sesuai Divisi di

gagang buah angkong mengangkut TBS dari piringan ke TPH

Goni Mengutip brondolan dari piringan.

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Dalam kegiatan pemanenan peralatan panen yang digunakan pada tanaman tua menggunakan egrek yang tidak mencapai buah, sehingga pemanen tidak dapat memanen buah pada pokok yang terlalu tinggi. Pada kegiatan pemanenan dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja, pemanen diwajibkan menggunakan APD secara lengkap selama kegiatan berlangsung. APD yang wajib digunakan yaitu helm, sarung tangan, safety shoes, kaca mata. Berdasarkan keadaan langsung dilapangan, terdapat beberapa masalah yang dijumpai diantaranya adanya kerusakan alat panen dan pemanen yang tidak menggunakan APD lengkap.

Pelaksanaan panen. Pemotongan buah pada tanaman baru masuk TM (3 sampai 5 tahun) dilakukan dengan sistem curi buah tanpa memotong pelepah dan tanaman di bawah 10 tahun dilakukan pemotongan buah dengan menyisakan 2 pelepah di bawah buah paling bawah, sedangkan tanaman di atas 10 tahun harus terlebih dahulu menurunkan pelepah penyangga buah. Pemotongan pelepah harus dilakukan serapat mungkin agar tidak ada berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang telah diturunkan dipotong menjadi dua bagian dan diletakkan di rumpukan atau sebelah luar piringan. Pada kegiatan pemanenan yang diikuti penulis alat potong buah yang digunakan adalah egrek dan dodos. Tanaman yang telah mencapai ketinggian di atas 2.5 meter menggunakan egrek, sedangkan tanaman di bawah 2.5 meter menggunakan dodos.

(29)

pada gagang buah. Pemberian cap dilakukan untuk mencegah terjadinya pencurian buah. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih terdapat buah yang tidak tersusun rapi di TPH dan masih ada tangkai buah yang panjang serta sering tidak diberi tanda cap/dob. Susunan buah di TPH dan pemotongan buah sesuai cangkem kodok serta tanda dicap/didob sesuai Divisi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Penyusunan buah di TPH (kiri) dan pemotongan buah sesuai cangkem kodok serta tanda dicap/didob sesuai Divisi (kanan)

Angka kerapatan panen (AKP). AKP dilakukan untuk menyusun rencana kegiatan harian dalam hal pemanenan, mempermudah dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen untuk esok harinya. AKP juga dapat dilakukan untuk menentukan perkiraan hasil panen, kebutuhan tanaga kerja, dan kebutuhan truk pengangkut buah yang dilakukan hari berikutnya.

Berikut cara perhitungan untuk mengetahui AKP:

Taksasi panen dan kebutuhan tenaga pemanen. Taksasi panen merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pemanenan. Tujuan dari taksasi adalah untuk memperkirakan jumlah TBS yang siap untuk dipanen, memperkirakan jumlah pemanen yang dibutuhkan. Kegiatan taksasi panen dilakukan oleh mandor panen setelah pemanen selesai melakukan pemanenan. Taksasi panen dilakukan dengan mengambil sampel 5% tanaman dari jumlah pokok. Perhitungan taksasi panen didasarkan pada rumus sebagai beriikut:

Taksasi Panen = A x B x C x D

Keterangan : A = Luas hanca yang akan dipanen B = Angka kerapatan panen

(30)

Kebutuhan tenaga panen ditetapkan berdasarkan jumlah kebutuhan pada saat panen puncak, hal ini dilakukan agar luas areal yang akan dipanen sesuai dengan jumlah tenaga panen. Perhitungan jumlah tenaga panen di kebun Bangun Bandar Divisi I sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga panen =

Rotasi panen. Sistem rotasi panen yang digunakan di Kebun Bangan Bandar adalah sistem ancak giring. Rotasi panen yang digunakan di Divisi I Kebun Bangun Bandar adalah pusingan 6/7. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pusingan panen tidak sepenuhnya 6/7 yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti kurangnya tenaga kerja pada saat banjir buah/panen raya dan lain sebagainya.

Rotasi panen yang terlalu cepat dapat disebabkan karena menurunnya produktivitas tanaman. Rotasi panen yang terlalu lambat dapat disebabkan oleh adanya tenaga pemanen yang mangkir, hari libur nasional, cuaca, dan tidak selesainya hanca pada hari itu sehingga harus dilanjutkan pada hari selanjutnya. Akibat dari rotasi panen yang terlalu cepat maupun terlalu lambat dapat mengakibatkan menurunnya mutu buah.

Basis dan premi panen. Basis potong buah adalah minimal tandan buah yang harus dipotong dalam satu hari oleh pemanen. Apabila pemanen telah memenuhi basis potong buah maka pekerja tersebut akan menerima premi potong buah. Khusus hari jumat basis panen ditetapkan 5/7 dari basis panen hari biasa. Hal ini karena pada hari jumat jam kerja yang digunakan hanya 5 jam, dari yang biasanya adalah 7 jam.

(31)

Tabel 8 Basis dan premi potong buah di Divisi I

Sumber : Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Basis panen pada hari Jumat akan berubah karena jam kerja pada hari jumat adalah 5 jam kerja. Misalnya di Blok 59 dengan basis panen hari biasa adalah 50 janjang selama 7 jam kerja, maka apabila panen dilaksanakan pada hari Jumat, basis panen yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

= 35 Tandan

(32)

mentah, buah matang tidak dipanen, buah tinggal di piringan, berondolan pada gagang, buah mentah diperam, dan berondolan tinggal pada ketiak pelepah. Sistem denda karyawan potong buah di Divisi I dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9Sistem denda karyawan potong buah

Jenis kesalahan Denda

Buah mentah (buah A) Rp 3 000/Tandan

Buah matang tidak dipanen (buah S) Rp 2 500/Tandan Buah tinggal di piringan (buah M2) Rp 2 000/Tandan

Berondolan di gagang (buah M3) Rp 1 000/Tandan

Buah mentah diperam (buah M1) Rp 1 500/Tandan

Berondolan tinggal pada ketiak (buah K) Rp 1 000/Tandan Sumber: Kantor Divisi I Kebun Bangun Bandar

Pengangkutan tandan buah segar. Pengangkutan TBS di Kebun Bangun Bandar pada Divisi I dilakukan menggunakan dump truck dengan kapasitas 6.5 ton. Kegiatan pengangkutan buah yang belum diperiksa pada TPH tidak diperbolehkan untuk diangkut ke dalam dump truck, sedangkan buah yang telah diperiksa dan telah tercatat maka buah dapat diangkut ke dalam dump truck oleh tenaga muat. Kerani buah wajib memeriksa seluruh buah dan memberi tanda cap dengan menggunakan gancu sesuai Divisi, sehingga buah dapat diangkut. Kegiatan kerani buah setelah memeriksa seluruh buah adalah mencatat penerimaan TBS di Form Harvesting collection sheet dan field collection (field collection ditempelkan pada buah).

Setelah buah diperiksa dan dicatat, buah dapat diangkut ke dalam dump truck oleh tenaga muat. Setiap buah yang ada di TPH dan telah diperiksa wajib dimuat ke dalam dump truck tanpa ada yang tertinggal. Pengangkutan tandan buah ke dalam dump truck dapat dilihat pada Gambar 8.

(33)

Pemupukan Kimia

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk dilakukan pada saat Asisten Divisi mengajukan permintaan agar pupuk dapat keluar dari gudang. Untilan merupakan pembagian pupuk dari karung sak ke karung untilan yang bobotnya telah disesuaikan untuk beberapa pokok berdasarkan dosis yang direkomendasikan. Tujuan penguntilan pupuk adalah untuk memudahkan pelangsiran ke lapangan, menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis, serta untuk menghindari pencurian dalam pembagian pupuk. Setiap jenis pupuk memiliki bobot untilan berbeda-beda tergantung pada instruksi perusahaan

Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan untilan pupuk dari gudang ke TPH. Pelangsiran pupuk di kebun Bangun Bandar menggunakan dump truck dan dilakukan oleh tenaga bongkar muat sebanyak 2 orang. Jumlah untilan yang diletakkan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per jalan rintis sehingga jumlah untilan tiap TPH dapat diketahui.

Karung bekas untilan setelah dipakai dikumpulkan lagi oleh satu orang pengutip karung agar dibawa kembali ke gudang pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung untilan dilakukan untuk memeriksa kehilangan pupuk di lapangan.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk merupakan pengangkutan untilan pupuk dari TPH ke tiap jalan rintis. Pengeceran pupuk bertujuan untuk mempermudah aplikasi pemupukan dan efisiensi waktu pemupukan. Kenyataan di lapangan tidak terdapat tenaga khusus yang bertugas dalam pengeceran pupuk, sehingga pemupuk melakukan pengeceran pupuk ke tiap jalan rintis. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu pemupuk untuk melakukan kegiatan pemupukan.

Waktu pemupukan. Waktu pemupukan pada SOP Socfindo dalam satu blok diusahakan untuk jenis pupuk N, P, dan K selesai diaplikasikan paling lama dengan interval 2 minggu. Pemupukan diutamakan pada blok-blok tanaman belum menghasilkan lalu selanjutnya ke tanaman menghasilkan. Pupuk tunggal pada aplikasi I (pertama) dilakukan mulai Januari – April. Aplikasi II (kedua) dilakukan setelah pengambilan sampel daun dan minimal dilakukan paling lama enam bulan setelah aplikasi I. Pupuk majemuk (NPK) diaplikasian tiga kali, yaitu pada aplikasi I (pertama) bulan Januari - Februari, aplikasi II (kedua) bulan April - Mei, dan aplikasi III (ketiga) bulan Juli – September.

Aplikasi pupuk pada saat curah hujan rendah dan musim kering maka harus mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan dari SOP perusahaan.

Pelaksanaan pemupukan. Penebaran pupuk didasarkan pada konsep 5 tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara, dan tepat tempat. Jumlah pupuk yang ditebar harus sesuai dengan dosis rekomendasi perusahaan. Penebaran pupuk dilakukan dengan menggunakan takaran berupa mangkuk yang sudah dikalibrasi sesuai dengan ketepatan dosis per pokok yang dilakukan oleh mandor pupuk. Hal ini agar kegiatan pemupukan dapat berjalan sesuai dengan ketepatan dosis. Ukuran takaran berbeda-beda tergantung dari jenis dan dosis pupuk yang dibutuhkan setiap pokoknya.

(34)

pupuk yang disiapkan sebesar 4 500 kg, dengan jumlah tenaga kerja 8 orang. Basis pemupukan ini adalah 400 kg/HK dan hasil kerja yang harus dicapai pemupuk adalah 562.5 kg/HK. Penentuan basis pemupukan per HK terdapat dua cara yaitu per pokok dengan dosis 0.5 kg – 1 kg dihitung dalam satuan hektar, sedangkan untuk per pokok dengan dosis ≥ 1 kg dihitung dari bobot pupuk yang ditetapkan sebesar 400 kg/HK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan dapat dikerjakan penulis yaitu 0.5 ha, hal ini disebabkan oleh pemupuk dalam pencapaian basis dan kurangnya APD untuk penulis, sehingga penulis tidak menggunakan APD dalam kegiatan pemupukan. Aplikasi pupuk kimia dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Aplikasi pupuk kimia

Pemupukan Kompos

.

Pemupukan kompos. Kompos merupakan tandan buah yang telah melalui pemipilan (stripping), press dan pembusukan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah janjang kosong, limbah cair (POME), solid, abu catel dan urea. Pengolahan kompos dilakukan pada bunker kompos yang terletak di sebelah pabrik kelapa sawit (PKS). Kompos yang telah selesai diolah siap disalurkan langsung ke lapangan dan ditumpuk pada pinggir jalan kebun dengan menggunakan truck. Kapasitas truck dalam satu trip dapat mengangkut 5 sampai 6 ton. Pengangkutan kompos ke lapangan dilakukan sehari sebelum pengaplikasian kompos. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kandungan hara apabila hujan dan kompos tidak terlalu panas saat diaplikasikan ke pokok tanaman. Terdapat dua cara pengaplikasian kompos yaitu secara manual dan mekanis.

(35)

tempat berkembang biaknya oryctes. Jarak penebaran kompos ± 20 cm dari pangkal.

Tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi kompos yaitu anemer atau buruh harian lepas (BHL). Jumlah anemer tergantung dari banyaknya kompos yang akan diaplikasikan. Apabila kompos yang akan diaplikasikan dalam jumlah banyak, maka anemer yang digunakan juga banyak. Hal ini bertujuan agar kompos yang sudah dituang di lahan dapat cepat selesai dikerjakan. Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi kompos di lapangan yaitu titik penghubung (titi) yang tidak lengkap pada parit dan kacang-kacangan (Mucuna bracteata) yang menutupi jalan rintis, sehingga menghambat pengangkutan kompos ke pokok tanaman. Aplikasi kompos di piringan dan pengangkutan kompos secara manual di piringan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Aplikasi kompos di piringan (kiri) dan pengangkutan kompos (kanan) secara manual di piringan

Aspek Manajerial

Kegiatan antrian pagi di Perkebunan Bangun Bandar dimulai pada pukul 05.40 WIB yang diikuti oleh seluruh mandor serta kerani buah. Kegiatan ini diawali dari evaluasi mandor I terhadap mandor lainnya, selanjutnya dipimpin langsung oleh asisten divisi dan memberikan evaluasi pada pekerjaan yang telah dikerjakan serta memberikan arahan pada pekerjaan yang selanjutnya akan dilakukan. Pekerjaan di lapangan mulai pukul 06.30 sampai 14.00. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan pengawasan di lapangan diantaranya kegiatan pendamping mandor I, mandor panen, kerani panen, mandor semprot, mandor kastrasi dan mandor tunas.

(36)

membuat Rencana Kerja Harian (RKH), mengecek hasil kerja kegiatan panen, dan pupuk, memeriksa kualitas buah di TPH, berkoordinasi dengan kerani transport di dalam pengangkutan buah di TPH dan kebutuhan unit angkut buah setiap harinya sehingga dapat menghindari terjadinya buah tinggal di lapangan, serta menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Kegiatan yang diikuti penulis menjadi pendamping Mandor I, yaitu mengawasi kegiatan mandor panen, kerani buah, pemupukan, penunasan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma.

Mandor Panen. Mandor panen bertugas dalam membuat perancanaan areal yang akan dipanen dan telah diketahui oleh asisten Divisi, memberitahukan instruksi kerja yang telah diberitahukan asisten Divisi pada saat apel pagi, mengecek kesiapan alat, membagi ancak setiap pemanen dan mengingatkan pemanen tentang keselamatan pekerja. Kemudian mandor panen melakukan pengawasan di lapangan berupa memeriksa mutu TBS yang dipanen dan mengatasi kendala- kendala yang dihadapi oleh para pemanen, seperti kerusakan alat panen.

Kegiatan yang diikuti penulis menjadi pendamping mandor panen adalah membantu dalam mengawasi karyawan dan melihat ancak panen yang telah dikerjakan pemanen. Pada pokok yang terdapat buah masak belum dipanen dan berondolan banyak di piringan, mandor panen wajib memberitahukan pemanen pada ancak tersebut untuk menyelesaikannya kembali. Kegiatan mandor panen setelah semua hanca selesai dipanen adalah melakukan taksasi panen untuk esok hari. Taksasi panen berguna untuk mengetahui perkiraan TBS yang akan dipanen dan mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kendala-kendala pada saat kegiatan pemanenan adalah masih ada pemanen yang memanen buah kurang matang maupun buah mentah, berondolan yang tidak dikutip, dan juga masih adanya buah matang yang tertinggal di pokok akibat penunasan tidak berjalan dengan baik.

Kerani Buah. Kerani buah memiliki tugas dalam penerimaan buah yang sudah ada di TPH. Setiap buah yang sudah ada di TPH dan telah diperiksa kerani buah diberi cap Divisi I dengan menggunakan alat dob/cap yang telah tersedia sesuai setiap Divisi. Pemberian cap ini dilakukan agar buah yang akan diangkut sesuai dengan Divisi masing-masing dan mencegah terjadinya pencurian buah. Buah yang diterima oleh kerani buah ditulis dalam bentuk file doc dan dimasukkan ke dalam lembar collection sheet. Data yang dimasukkan ke dalam file doc berupa blok yang dipanen, tahun tanam, nomor TPH , dan jumlah TBS yang dipanen. File doc tersebut diletakkan di atas tumpukan TBS. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam collection sheet terdiri dari jumlah buah yang dipanen, nomor pemanen, nomor TPH, jumlah buah yang dipanen, jumlah buah normal, dan jumlah buah mentah. Pada saat menjadi pendamping kerani buah, penulis membantu dalam pemberian cap pada buah yang telah diperiksa.

(37)

Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan agar penyemprotan dapat ditujukan sesuai dengan yang direncanakan. Setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada asisten divisi. Kegiatan yang diikuti penulis adalah menjadi pendamping mandor semprot knapsack sprayer dan mandor semprot micron herby sprayer. Penulis ikut membantu dalam pencampuran bahan kimia yang digunakan dan mengawasi pekerjaan karyawan.

Mandor Tunas. Kegiatan mandor tunas adalah melaksanakan arahan dari asisten divisi yang telah diberikan pada saat antrian pagi. Mandor tunas memberikan arahan kepada penunas untuk mengikuti teknik songgo yang telah diarahkan asisten divisi. Mandor tunas biasanya sudah mengetahui jadwal blok yang akan ditunas sesuai dengan urutan nomor blok. Mandor tunas juga harus menentukan jumlah tenaga kerja sesuai dengan luas areal yang akan ditunas setiap bulannya. Apabila terdapat areal yang terlambat pusingannya, maka pekerjaan tunas diupayakan sesuai pada bulan berjalan dan pusingan bulan yang bersangkutan juga harus dilaksanakan. Pada kegiatan penunasan, penulis membantu mandor tunas dalam menghitung jumlah pokok yang telah ditunas oleh setiap penunas, mengecek pokok yang masih terdapat epifit pada batang agar dibersihkan ulang oleh penunas, melakukan pengecekan songgo dan pelepah kering yang dikerjakan penunas sehingga apabila terdapat pokok yang belum ditunas dapat diberi peringatan dan segera melakukan pekerjaan pada pokok yang tinggal belum ditunas, serta mencatat pada buku administrasi untuk mengetahui jumlah premi yang didapat penunas.

Pendamping Asisten

Pada saat penulis sebagai pendamping asisten Divisi dilakukan pada bulan ketiga dan keempat dan ditempatkan di Divisi I. Asisten Divisi merupakan pimpinan yang bertanggung jawab pada setiap Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh Mandor I atas dan Mandor I bawah. Kegiatan mengenai administrasi dibantu oleh seorang krani keliling. Asisten Afdeling memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan kebun yang dipimpin, tanggung jawab tersebut berupa pencapaian produksi yang maksimal, melaksanakan program sesuai dengan rencana yang telah dibuat, membina karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja.

(38)

PEMBAHASAN

Sistem Penunasan

Sistem penunasan yang dilakukan di PT. Socfin Indonesia yaitu sistem penunasan progressive dan penunasan periodik. Penunasan progressive merupakan penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegiatan pemanenan atau potong buah. Penunasan progressive atau penunasan yang bersamaan dengan pemanenan/potong buah yang dilakukan di PT Socfindo dilakukan dengan membuang pelepah kering (terkulai) dan memotong beberapa songgo pelepah sesuai umur tanaman untuk menurunkan buah. Kegiatan penunasan progressive merupakan tanggung-jawab dari kegiatan pemanenan. Sistem penunasan ini terdapat beberapa kendala yaitu pencapaian basis dan premi pemanen terhambat serta kurangnya jumlah tenaga panen.

Kegiatan penunasan progressive pada Divisi I Kebun Bangun Bandar dalam realisasinya masih belum terlaksana dengan baik, karena kebutuhan tenaga pemanen yang masih kurang, sehingga pusingan panen menjadi terhambat. Berikut merupakan perhitungan jumlah tenaga pemanen Divisi I :

Kebutuhan tenaga pemanen Divisi I pemanen menyebabkan penunasan progressive di Divisi I belum terealisasi dengan baik. Oleh karena itu, kebijakan yang dilakukan PT Socfindo adalah membentuk tim penunas.

Penunasan periodik. Penunasan periodik merupakan kegiatan penunasan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit secara periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Kegiatan penunasan periodik pada Divisi I dilakukan oleh tim penunas. Tim penunas merupakan kelompok tetap yang bertugas dalam kegiatan penunasan untuk Divisi I. Sistem hanca yang digunakan dalam kegiatan penunasan periodik ini adalah sistem hanca giring, yaitu satu mandor penunas menggiring perpindahan penunas dari satu blok ke blok berikutnya dalam satu Divisi. Kegiatan dari tim penunas dilakukan setiap bulan mengikuti jadwal tiap blok yang telah memasuki rotasi 9 bulan. Perencanaan penunasan pada setiap blok didasarkan pada rotasi terakhir sebelumnya.

(39)

Kebutuhan tenaga kerja penunas pokok:

Keterangan: 9 bulan = Rotasi penunasan/tahun 25 hari = Hari kerja/bulan

Berdasarkan rumus di atas, dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja tim tunas per hari di Afdeling I adalah sebagai berikut:

Diketahui: Luas Afdeling I (4 – 7 tahun) = 311.74 ha

Pada tanaman dengan umur 4 - 7 tahun, maka norma prestasi kerja penunas = 1.0 – 1.3 (HK/ha)

Kebutuhan tenaga kerja penunas pokok

Diketahui: Luas Afdeling I (≥ 8 tahun) = 594.72 ha

Pada tanaman dengan umur ≥ 8 tahun, maka norma prestasi kerja penunas = 1.7 – 3 (HK/ha)

Kebutuhan tenaga kerja tunas pokok

Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja penunas pokok per hari pada Divisi I yaitu untuk tanaman dengan umur 4 – 7 tahun adalah 1 - 2 penunas dan kenyataannya di lapangan sudah tepat yaitu 2 penunas setiap melakukan kegiatan penunasan pada umur tanaman tersebut. Pada tanaman dengan umur ≥ 8 tahun jumlah tenaga penunas pokok adalah 4 – 8 penunas, jumlah ini sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga penunas di Divisi I yaitu berjumlah 6 penunas, tetapi pada kenyataannya jumlah tenaga penunas yang dipakai hanya 3 sampai 4 penunas dikarenakan tenaga tunas dialihkan ke pekerjaan lain seperti panen, kastrasi, dan lain-lain.

(40)

Teknik Penunasan

Tabel 10 menunjukkan tanaman pada Blok 56 dengan tahun tanam 2001 (umur tanaman 14 tahun) memiliki SOP penunasan yaitu songgo satu. Hasil pengamatan menunjukkan teknik songgo yang dominan adalah songgo satu yaitu sebesar 56.11 % dan masih terdapat songgo lainnya yaitu songgo dua dan songgo tiga sebesar 29.44 % dan 2.22 %. Teknik songgo pada Blok 56 masih menunjukkan belum baik, dikarenakan masih terdapat variasi songgo serta masih banyak terdapat pokok yang rumpang karena kegiatan pemanenan. Tanaman pada Blok 51 dengan tahun tanam 2008 (umur tanaman 7 tahun) memiliki SOP penunasan yaitu songgo dua. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa songgo satu lebih dominan sebesar 48.82 %. Teknik songgo lainnya yaitu songgo dua sebesar 38.82 % dan songgo tiga sebesar 10 %. Hal ini menunjukkan teknik songgo pada Blok 51 masih belum baik karena tidak mengikuti SOP penunasan dari instruksi kerja perusahaan dalam menjaga songgo dua (Tabel 10). Blok 52 dengan tahun tanam 2012 (umur tanaman 3 tahun) memiliki SOP penunasan yaitu songgo tiga. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa teknik songgo yang dominan adalah songgo dua sebesar 71.7 %. Teknik songgo lainnya yaitu songgo satu sebesar 11.6 % dan songgo tiga sebesar 13.30 %. Kegiatan penunasan di Blok 52 diintsruksikan oleh Asisten Divisi untuk memotong pelepah dengan teknik songgo dua dikarenakan pada bulan yang akan datang dilakukan pemanenan sehingga pada saat potong buah dilakukan dengan cara curi buah dan pokok menjadi songgo tiga. Hal ini disebabkan oleh SOP perusahaan yang bertentangan dengan instruksi Asisten Divisi. Pada tanaman abnormal tidak dilakukan pengamatan teknik songgo dikarenakan pada akhirnya pokok akan dilakukan penyisipan. Pokok yang abnormal disebabkan karena terserang penyakit seperti ganoderma.

Teknik penunasan yang dilakukan di PT Socfin Indonesia belum sepenuhnya terealisasi sesuai dengan SOP perusahaan. Ketidaktepatan penunasan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada saat pemanenan/potong buah di Blok 51 dilakukan pemotongan pelepah yang berlebihan, sehingga menyebabkan over pruning pada sebagian pokok dan mengakibatkan tim penunas sulit untuk melakukan penunasan sesuai dengan timbang air. Faktor lainnya yaitu keterlambatan rotasi penunasan sehingga masih terdapat pokok dengan pelepah kering yang menyebabkan pokok menjadi under pruning. Pelepah kering dan pelepah rumpang dapat dilihat pada Gambar 11.

(41)

Tabel 10Hasil pengamatan teknik songgo di Kebun Bangun Bandar

Produksi pelepah tanaman kelapa sawit dalam satu tahun dapat mencapai 20 – 30 pelepah, kemudian berkurang sesuai umur tanaman yang masuk pada TM tua (≥ 12 tahun) menjadi 18 – 25 pelepah. Dengan demikian rata-rata produksi pelepah pada tanaman menghasilkan adalah kurang lebih dua pelepah setiap bulan. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman sesuai SOP PT Socfin Indonesia Nomor Dokumen SOC/DP/6.01 tahun 2011 disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Standar tunas pelepah berdasarkan umur tanaman

(42)

Rotasi penunasan/tahun merupakan kegiatan penunasan dalam satu pusingan (9 bulan) agar dapat tertunas semua areal tanaman menghasilkan (TM), sehingga dalam satu tahun tunasan harus mencapai atau ⁄ kali luas areal tanaman menghasilkan (TM). Hal ini diupayakan agar luas areal penunasan merata setiap bulannya, sehingga penggunaan tenaga kerja tidak berfluktuasi terlalu besar.

Pengamatan pokok untuk data primer dilaksanakan secara sampling dari tiga blok pengamatan dengan umur yang berbeda di Divisi I. Pengamatan pada ketiga blok dilakukan sebanyak 10 baris pada masing-masing blok. Pada ketiga blok ini dilakukan pengamatan pada kegiatan penunasan, sehingga setiap data merupakan keadaan langsung di lapangan. Berikut ini adalah data pengamatan yang dilakukan di Divisi I.

Tabel 12Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok 56 (umur tanaman 14 tahun) antara 32 - 39 merupakan persentase jumlah pelepah tertinggi yaitu sebesar 57.5 % sedangkan interval jumlah pelepah 48-55 pelepah memiliki persentase terendah sebesar 2.5 % (Tabel 12) Jumlah pelepah yang ditetapkan perusahaan adalah 32 - 36 pelepah dan hasil persentase menunjukkan beberapa pokok tanaman telah sesuai dengan SOP perusahaan, namun masih terdapat beberapa interval pelepah yang belum sesuai. Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi kelapa sawit (Pahan, 2008).

(43)

Blok 51 dengan umur tanaman yaitu 7 tahun mempunyai interval jumlah pelepah yang dipertahankan 48 - 55 pelepah memiliki persentase yang tertinggi dengan nilai 39 % sedangkan interval jumlah pelepah 56 – 64 pelepah memiliki persentase terendah sebesar 8.38 % (Tabel 13). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah pelepah yang dipertahankan masih belum baik karena belum sesuai dengan SOP perusahaan yaitu tanaman umur 5 – 8 tahun dengan jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 48 – 52 pelepah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pada kegiatan pemanenan yang memotong terlalu banyak pelepah untuk menurunkan buah sehingga pokok tanaman menjadi rumpang.

Tabel 14 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok 52 (umur tanaman 3 tahun)

Jumlah pelepah ∑ Pokok sampel Persentase (%) yang dipertahankan

24 – 31 0 0

32 – 39 0 0

40 – 47 7 3.12

48 – 55 21 9.38

56 – 64 196 87.5

Total 224 100

Sumber : Data primer

Blok 52 dengan umur tanaman yaitu 3 tahun menunjukkan bahwa interval jumlah pelepah yang dipertahankan 56 - 64 pelepah memiliki persentase yang tertinggi dengan nilai 87.5 % sedangkan interval jumlah pelepah 40 - 47 pelepah memiliki persentase terendah sebesar 3.12 % (Tabel 14). Jumlah pelepah yang ditetapkan perusahaan adalah 56 - 64 pelepah dan hasil persentase menunjukkan pada pengamatan di blok 52 telah sesuai dengan SOP perusahaan dan tetap perlu menjaga jumlah pelepah agar tidak terjadi over pruning.

Hubungan Jumlah Pelepah dan Nisbah Seks Bunga

Gambar

Tabel 2 Luas areal TM kelapa sawit Kebun Bangun Bandar
Tabel 3 Populasi tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar Divisi I
Tabel 5 Jumlah pegawai staf, pegawai non staf, dan karyawan tahun 2015
Gambar 1. Fasilitas PT Socfindo (A. Poloklinik ; B. Gereja ; C. Masjid ; D.
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pencahayaan terfokus (dengan lampu so£Ot), yaitu diusahakan cahayanya akan mendukung benda pamer, maksudnya adalah bahwa diusahakan dengan adanya pencahayaan buatau (dengan

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Melihat struktur mekanisme pasar menurut Ibn Khaldun di atas dapat disimpulkan bahwa, Ibn Khaldun dan teori ekonomi kontemporer pada pasa ini sama- sama

Menjadi seorang Programmer atau Jasa Pemrograman sistem harus ditunjang pengalaman yang cukup. Bukan hanya harus mengerti secara detail tentang bagaimana

Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan

Sesuai dengan Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor : 105/PANNllll2O12 tanggal 24 Agustus 241?-, Beritia Acara Hasil Evaluasi Pelelangan Nomor :122 /PANll)fJZAlz tanggal

[r]

Pemula yang berada pada usaha konveksi rumah tangga terli-.. bat dalam proses produksi sampai