,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
INDONESIA FURNISHING PLAZA
(ARSITEKTUR HIGH TECH)
LAPORAN PERANCANGAN TKA-490 TUGAS AKHIR
SEMESTER B 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
DEWI ARINI
070406052
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
INDONESIA FURNISHING PLAZA
(ARSITEKTUR HIGH TECH)
Oleh :
DEWI ARINI 07 0406 052
Medan, 22 Juni 2011 Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Salminawati Ginting, ST MT Ir. N.Vinky Rahman, MT NIP. 197205042000122001 NIP. 196606221997021001
(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)
Nama : DEWI ARINI NIM : 070406052
Judul Proyek Akhir : INDONESIA FURNISHING PLAZA Tema Proyek Akhir : Arsitektur High Tech
Rekapitulasi nilai
Nilai Akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA-490
1 LULUS LANGSUNG
2 LULUS
MELENGKAPI
3 PERBAIKAN
TANPA SIDANG
4 PERBAIKAN
DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS
Medan, 22 Juni 2011
Ketua Departemen Arsitektr FT-USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir
Ir. N. Vinky Rahman, MT. Ir. N. Vinky Rahman, MT.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen
Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi
literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan
teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.
Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak
yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kedua orang tua saya yang tercinta Ibu Hj. Lismawati Hasibuan dan Bapak H. Bagiono
SF. Adik dan kakak saya, Fachrur Rochman dan Retno Sari Winarty. Terima kasih atas
doa dan pengertiannya selama ini
Ibu Salminawati Ginting, ST., MT. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan,
dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal
hingga akhir.
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.
Ibu Ir. Dwira N. Aulia, Phd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan, saran, dan kritik.
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas
Akhir Semester B TA. 2010/2011
Bapak Imam Faisal Pane, MT Sebagai Sekretaris Jurusan dan Sekretaris Koodinator
Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011
Seluruh Staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas
semua kritik dan sarannya selama asistensi.
Seluruh Staf Tata Usaha Program studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Einsteinia,
Rahadian Rihadi, M. Grady, Syahriza Syahrul, Riza Firmansyah, Emir Haris, Fandha
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Seluruh teman-teman seperjuangan Stambuk ‟07 Arsitektur USU. Terimakasih atas kebersamaan, suka duka yang telah kita lewati bersama. Adik-adik stambuk angkatan
2008, 2009, dan 2010.
Seluruh teman-teman Kelompok saya, Fandha Natasya, Nurtia Rahmat, Sonny
Gunawan, Santhos Frananda, Kak Fitri Yulianingsih, Bang Denni Wahyudi, Bang
Junardi. Terimakasih atas semangat, segala kebersamaan, suka dan duka yang telah
kita lewati bersama dari awal hingga akhir yang takkan pernah terlupakan.
Kaka Arif Fatoni, atas dukungannya, bantuan, nasehat, dan selalu „menyediakan telinga‟ ketika diri ini ingin berkeluh kesah. Jarak ternyata bukan penghalang bagi kita.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan
terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.
Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Hormat penulis,
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vii
Daftar Tabel ... ….. ix
Daftar Pustaka ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 3
1.3 Lingkup Kajian dan Batasan ... 4
1.3.1 Lingkup Kajian ... 4
1.3.2 Batasan ... 4
1.4 Pendekatan Perancangan ... 5
1.5 Masalah Perancangan ... 5
1.6 Kerangka Berpikir ... 6
1.7 Sistematika Laporan ... 7
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul ... 8
2.1.1 Defenisi ... 8
2.2 Tinjauan Lokasi ... 9
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 11
2.3 Analisa Pemilihan Lokasi ... 12
2.3.1 Alternatif Lokasi ... 13
2.4 Tinjauan Fungsi ... 17
2.4.1 Tinjauan Pengguna dan Kegiatan ... 17
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
2.4.3 Fungsi Bangunan ... 22
2.4.4 Teori Mengenai Fungsi ... 23
2.4.5 Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 36
2.5 Studi Banding Proyek Sejenis ... 38
2.5.1 IKEA ... 38
2.5.2 Avenue Road Furniture Showroom ... 42
2.5.3 Kohler Design Centre ... 44
2.5.4 Tokyo Design Centre ... 45
2.5.5 Yafurni Plaza Perabot ... 46
2.5.6 Jakarta Design Centre ... 47
BAB III ELABOARASI TEMA 3.1 Pengertian Tema ... .... 50
3.1.1 Arsitektur ... 50
3.1.2 High Tech ... 50
3.2 Latar Belakang Tema ... 52
3.3 Intepretasi Tema ... 53
3.3.1 Ciri Arsitektur High Tech ... 53
3.3.2 Sejarah Singkat High Tech ... 53
3.3.3 Fungsi dan Representasi ... 54
3.3.4 Struktur dan Zona Servis ... 55
3.3.5 Ruang dan Flekbilitas ... 56
3.3.6 Arsitektur High Tech dan Kota ... 56
3.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 57
3.4.1 Faculty Of Law ... 57
3.4.2 George Pompidou Centre ... 58
3.4.3 The Reichstag ... 59
BAB IV ANALISA Analisis Lingkungan Tapak ... 61
4.1 Lokasi ... 61
4.2 Batas Site ... 62
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
4.4 Ukuran Site ... 64
4.5 Pencapaian ke tapak kendaraan bermotor ... 65
4.6 Pencapaian ke tapak oleh pejalan kaki ... 66
4.7 Situasi Jalan ... 67
4.8 Parkir ... 68
4.9 Sarana dan Prasarana ... 68
Analisis Potensi Kondisi Tapak 4.10 Potensi Entrance ... 69
4.11 Orientasi dan Pandangan Utama ... 70
4.12 View ke dalam... 70
4.13 View ke luar ... 71
4.15 Matahari ... 71
4.16 Vegetasi ... 72
4.17 Kebisingan ... 72
Analisis Kegiatan ... 73
Analisis Aliran Kegiatan ... 75
Analisis Program Ruang ... 77
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Bentukan Massa ... 83
5.2 Konsep Zoning ... 84
5.3 Konsep Orientasi ... 84
5.4 Konsep Sirkulasi ... 85
5.5 Konsep Struktur ... 85
5.6 Konsep Material ... 86
Galeri 3D Desain Bangunan ……….. 88
Eksterior ………. 89
Interior ……… 90
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia ... ... 1
Gambar 2.1 : WPP Kota Medan ... 12
Gambar 2.2 : Peta Google Earth Alternatif Site 1 ... 13
Gambar 2.3 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gagak Hitam ... 13
Gambar 2.4 : Peta Google Earth Alternatif Site 2 ... .... 13
Gambar 2.5 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gatot Subroto ... 14
Gambar 2.6 : Peta Google Earth Alternatif Site 3 ... ... 14
Gambar 2.7 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Yos Sudarso ... .... 14
Gambar 2.8 : Proses Produksi ... ... 31
Gambar 2.9 : Proses Pengerjaan ... .... 34
Gambar 2.10 : Toko IKEA di beberapa negara dunia ... 38
Gambar 2.11 : Site dan tampk IKEA di Arizona ... 39
Gambar 2.12 : Tampak Timur bangunan ... ... 40
Gambar 2.13 : Tampak Utara bangunan ... 40
Gambar 2.14 : Display IKEA ... ... 41
Gambar 2.15 : Tampak Depan Avenue Furniture Showroom ... 42
Gambar 2.16 : interior display Avenue Furniture Showroom ... 43
Gambar 2.17 : interior display Avenue Furniture Showroom ... 43
Gambar 2.18 : interior display Kohler Design Centre ... 44
Gambar 2.19 : Tokyo Design Centre ... 45
Gambar 2.20 : Yafurni Plaza Perabot ... 46
Gambar 2.21 : Yafurni Plaza Perabot interior ... 47
Gambar 2.22 : Jakarta Design Centre ... 47
Gambar 3.1 : Jembatan Beat Coalbrookdale ... 53
Gambar 3.2 : Gedung Seagram ... ... 53
Gambar 3.3 : Gedung Llyod of Building ... 55
Gambar 3.4 Faculty of Law ... 57
Gambar 3.5 Struktur Faculty of Law ... 58
Gambar 3.6 Pompidou Centre ... 58
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Gambar 3.8 Eksterior Bangunan ... 60
Gambar 3. 9 Detail Kaca Eksterior ... 60
Gambar 3.10 Tampak ramp dari atrium ... 60
Gambar 3.11 Detail kabel penggantung ... 60
Gambar 3.12 Suasana atrium ... 60
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
DAFTAR TABEL
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Fungsinya tak hanya
untuk memperindah interior dalam rumah, tapi juga untuk sebuah estetika yang mencitrakan
kepribadian si pemilik rumah, selain fungsi utamanya yang menjadi alat untuk membantu
kebutuhan sehari-hari.
Perdagangan furniture merupakan salah satu komponen penting di dalam perdagangan
dunia untuk kategori produk-produk manufaktur, dan setiap tahun volume ekspornya tumbuh
pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita
dunia. Kedua faktor ini merupakan sumber utama pertumbuhan permintaan dunia terhadap
mebel. Jika pada tahun 1997 nilai perdagangan furniture dunia tercatat sekitar 41 miliar dollar
AS, pada tahun 2005 nilainya mencapai 80 miliar dollar AS.
Namun yang memprihatinkan, negara Indonesia sebagai salah satu negara eksportir
bahan kayu mentah dunia, malah hanya mengekspor mebel untuk pasar dunia sebesar 0,088
miliar dollar AS per tahunnya. Indonesia berada di bawah Malaysia dengan pertumbuhan
1,80, yang bahkan perlu mengekspor bahan kayu untuk memproduksi produk mebelnya
sendiri.
Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005
Usaha mebel telah lama dikenal di Indonesia karena merupakan budaya turun temurun.
Walaupun Indonesia memproduksi mebel dari berbagai bahan baku seperti kayu, rotan, besi
dan plastik, produksi dan ekspor mebel kayu merupakan komponen terbesar dengan proporsi
75%. Sentra mebel kayu ukir-ukiran terkenal di Indonesia terutama berada di kota Jepara., lalu
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Industri permebelan di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM),
tetapi kebanyakan adalah usaha mikro/rumah tangga. Banyak dari mereka bekerjasama
dengan industri - industri besar atau perusahaan-perusahaan pemasaran (trading houses). Tenaga kerja yang diserap baik langsung maupun tidak langsung mencapai 5 juta jiwa, dengan
demikian industri ini telah menghidupi sekitar 20 juta jiwa.
Selain mebel ukir, Indonesia yang memiliki 300 lebih suku yang tersebar di Indonesia,
tentu memiliki berbagai budaya yang menghasilkan manifestasi hasil kebudayaan berupa
barang seni, misalnya tembikar, pajangan, patung, dan lain lain. Barang hasil seni akan
mempunyai nilai seni yang tinggi yang dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi pula.
Saat ini di setiap daerah di Indonesia telah memiliki berbagai macam wadah atau toko
yang menjual berbagai produk hasil buah karya rakyat Indonesia. Namun tak pelak industri
perdagangan furniture juga terkena imbas dari serbuan impor produk furniture dari China dan
berbagai negara Asia lainnya. Produk-produk dari China ini banyak menghiasi berbagai
showroom di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini mengancam perdagangan furniture dalam
negeri kita. Seharusnya dengan kinerja masyarakat dan rasa cinta produk dalam negeri sendiri,
kita lebih memilih produk buah karya masyarakat Indonesia.
Berbagai strategi mutlak diperlukan untuk meningkatkan penjualan produk furniture
dalam negeri. Produk harus dikenalkan secara luas dan dipasarkan ke khalayak umum.
Produk-produk furniture dimasukkan ke toko-toko di daerah dan didirikan suatu sentra yang
memenuhi kebutuhan sebuah daerah.
Medan adalah kota ke 3 terbesar di Indonesia. Secara geografis, Kota Medan juga
memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian
Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang
Malaysia, Singapura dan lain-lain. Membuat Medan dapat menjadi salah satu pintu gerbang
ekspor dan impor Indonesia dan pariwisata. Sarana Infrastruktur seperti adanya pelabuhan
Belawan, dan bandara Internasional Polonia juga turut mendukung adanya perdagangan dan
pariwisata di kota Medan
Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar
barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif
besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara
ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Dengan segala potensi kota Medan yang ada, Medan akan mengalami keunggulan
tersendiri apabila dibangun suatu proyek untuk mewadahi semua kebutuhan untuk
memamerkan segala macam furniture dan barang seni hasil produk Indonesia. Proyek
merupakan suatu bangunan yang menyampaikan cirri khas budaya di Indonesia, dengan tidak
melupakan fungsi utamanya sebagai fungsi komersial untuk menjual produk.
Bangunan ini juga tak hanya berupa ruang pamer dengan skala besar, namun juga
sebagai bengkel kerja (workshop) dalam mengenalkan proses pembuatan seni pembuatan
furniture, selain untuk memproduksi kebutuhan yang memenuhi permintaan pasar. Kemudian
dimaksudkan proyek ini akan menjadi pusat desain furniture dan interior di kota Medan.
1.2Maksud dan Tujuan Perancangan 1.2.1 Maksud Perancangan
1. Mewujudkan suatu arsitektur yang mewadahi, dan membantu aktivitas
kinerja fungsi komersial.
2. Menciptakan suatu lanskap urban yang mampu mewadahi aktifitas seni,
sekaligus sebagai upaya untuk mencintai produk Indonesia.
3. Menciptakan suatu karya arsitektur yang mampu menjawab tantangan
perkembangan zaman dan persaingan dengan kota lain bahkan dengan
negara lain.
1.2.2 Tujuan Perancangan
1. Menyediakan fasilitas yang dapat menjadi :
Wadah penjualan berbagai sector produk furniture di Indonesia.
Wadah promosi potensi produk budaya.
Wadah promosi potensi Kota Medan (seni dan industri) kepada
investor
Wadah pengenalan beberapa kemampuan kreatif pada Masyarakat
Medan.
Pusat desain furniture Sumatera Utara
2. Menjadikan proyek ini sebagai produsen utama furniture hasil produk
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
3. Menciptakan fasilitas yang efisien, ekonomis, tepat guna, sadar teknologi,
dan hemat energi.
4. Menciptakan ruang arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas
antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang
nyaman dan efisien.
5. Menciptakan ruang-ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam fungsi
komersil.
1.3Lingkup Kajian dan Batasan 1.3.1 Lingkup Kajian
Seluruh aspek fisik berhubungan dengan pembahasan dan perancangan tentang
bangunan showroom dan workshop, menyangkut lingkungan tapak, massa
bangunan dan pembentukan ruang
Rencana pengembangan bentuk fisik sebuah showroom dan fasilitas-fasilitas
pendukungnya, penataan lansekap kawasan, serta penyesuaian masalah perkotaan
dan lingkungan sekitar seperti batas-batas kawasan, jalur sirkulasi yang menuju
lokasi serta akses alternatifnya.
Aspek budaya dan aspek pergeseran budaya masyarakat kota Medan
Teknologi yang digunakan untuk bangunan yang fleksibel, efisien, tepat guna, tepat
waktu, dan hemat energi.
1.3.2 Batasan
Perencanaan proyek ini terbatas pada perancangan bangunan showroom dan
workshop dan fasilitas penunjangnya dengan berpedoman pada standar-standar
khusus untuk suatu bangunan komersial. Pengkajian Perancangan ditekankan pada
interaksi antara ruang dalam dan ruang luar pada site. Asumsi-asumsi yang diambil
berdasarkan pada hasil studi banding dan pedoman-pedoman yang diperoleh. Selain
itu dibuat beberapa asumsi untuk memudahkan kerangka berpikir dalam kajian
lebih lanjut yaitu :
1. Pemilik proyek adalah pihak swasta sebagai pengelola dan didukung oleh
masyarakat, dimana bentuk kerjasamanya adalah dengan membuka saham
perusahaan kepada publik dan dengan dibuatnya kantor sewa di dalam
bangunan showroom yang diperuntukkan bagi publik.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
macam teknologi yang ada.
1.4 Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan dengan tema “Arsitektur High-Tech” diwujudkan pada perencanaan fleksibilitas sistem struktur, pengkondisian udara, proteksi kebakaran
dan teknologi yang tinggi dalam desain bangunan.
1.5 Masalah Perancangan
1. Menerapkan tema pada perencanaan dan perancangan kasus proyek.
2. Mengatur sirkulasi manusia dan kendaraan agar tidak terjadi crossing.
3. Menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan dapat
memberikan kenyamanan pada penggunjung, dan pengelola.
4. Mewujudkan desain bangunan yang mencerminkan citra yang berkarakter dan
berteknologi tinggi.
5. Menerapkan fleksibilitas sistem mekanikal elekrikal, pengkondisian udara, proteksi
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
1.6 Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG Usaha untuk menyediakan suatu wadah kegiatan
Islam yang
menitikberatkan pada bidang dakwah, dengan berbagai fasilitas yang mendukungnya,
yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah
Keterangan-keterangan lain
BATASAN-BATASAN 13. Luas Tampak 14. Peraturan
Bangunan
15. KDB, KLB, GSB
16. Ketinggian Bangunan 17. Standard
Perencanaan 18. Kriteria dan
tuntutan Pembangunan
PUSAT DAKWAH ISLAM
PENGENALAN
Pusat Dakwah Islam Fungsi & Karakteristik
serta lingkup kegiatan sesuai kasus
Pengguna/ Pemakai Dll
IDENTIFIKASI MASALAH 7. Non-Fisik
Karakteristik pemakai 8. Tema
Transformasi nilai-nilai Islam dalam ruang dan bentuk arsitektur
9. Fisik
Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN
Merencanakan suatu wadah sebagai lembaga dakwah Islam yang mengenalkan cara/ penyampaian yang dapat menarik minat masyarakat dengan fasilitas
yang mendukung
terealisasinya program tersebut, berdasarkan ajaran Islam.
PENDEKATAN ARSITEKTUR
ISLAM
ANALISA 3. Non-Fisik 2. Fisik
a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi
Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.
DESAIN KELUARAN
Pusat Dakwah Islam FEED BACK
KONSEP PERANCANGAN
LATAR BELAKANG Usaha untuk menyediakan suatu wadah kegiatan
Islam yang
menitikberatkan pada bidang dakwah, dengan berbagai fasilitas yang mendukungnya,
yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah
Keterangan-keterangan lain
BATASAN-BATASAN 7. Luas Tampak 8. Peraturan
Bangunan 9. KDB, KLB, GSB 10. Ketinggian
Bangunan 11. Standard
Perencanaan 12. Kriteria dan
tuntutan Pembangunan
PUSAT DAKWAH ISLAM
PENGENALAN
Pusat Dakwah Islam Fungsi & Karakteristik
serta lingkup kegiatan sesuai kasus
Pengguna/ Pemakai Dll
IDENTIFIKASI MASALAH 4. Non-Fisik
Karakteristik pemakai 5. Tema
Transformasi nilai-nilai Islam dalam ruang dan bentuk arsitektur
6. Fisik
Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN
Merencanakan suatu wadah sebagai lembaga dakwah Islam yang mengenalkan cara/ penyampaian yang dapat menarik minat masyarakat dengan fasilitas
yang mendukung
terealisasinya program tersebut, berdasarkan ajaran Islam.
PENDEKATAN ARSITEKTUR
ISLAM
ANALISA 2. Non-Fisik 2. Fisik
a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi
Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.
DESAIN KELUARAN
PDI HTI “UMUT FEED BACK
KONSEP PERANCANGAN
LATAR BELAKANG Suatu Proyek milik swasta untuk perancangan suatu gallery dan pusat perbelanjaan
furniture beserta workshop. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah
Keterangan-keterangan lain
BATASAN-BATASAN 1. Luas Tampak 2. Peraturan
Bangunan 3. KDB, KLB, GSB 4. Ketinggian
Bangunan 5. Standard
Perencanaan 6. Kriteria dan
tuntutan
Pembangunan Workshop dan Showroom Furniture dan produk seni
PENGENALAN
Workshop dan Showroom
Fungsi & Karakteristik serta lingkup kegiatan sesuai kasus
Pengguna/ Pemakai Dll
IDENTIFIKASI MASALAH 1. Non-Fisik
Karakteristik pemakai 2. Tema
Arsitektur High Tech 3. Fisik
Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN
Merencanakan suatu pembangunan workshop pembuatan dan penjualan furniture, berikut
mengenalkan seni
ketrampilan kriya.
PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH
TECH
ANALISA 1. Non-Fisik 2. Fisik
a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi
Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.
DESAIN KELUARAN
Workshop dan Showroom
FEED BACK
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
1.7 Sistematika Laporan Bab 1. Pendahuluan
Berisikan kajian tentang latar belakang kasus dan tema, serta permasalahan,
identifikasi permasalahan, perumusan permasalahan, maksud dan tujuan, lingkup dan
batasan serta sistematika pembahasan.
Bab 2. Deskripsi Proyek
Berisikan kajian tentang kasus proyek secara umum (tinjauan umum) dan kasus proyek
secara khusus (tinjauan khusus) berupa teori - teori yang dapat membantu dalam
proses perencanaan/perancangan, posisi site, batas – batas lokasi dan fisik tapak serta kondisinya, potensi - potensi yang ada, ketentuan dan peraturan yang berlaku. Selain
itu, juga disertakan studi banding terhadap proyek yang sejenis.
Bab 3. Elaborasi Tema
Berisikan kajian tentang tema, pengertian, dan interpretasinya ke dalam kasus proyek.
Bab 4. Analisa
Berisikan kajian tentang analisa terhadap ruang luar, ruang dalam, analisa kegiatan dan
kebutuhan ruang, rancang bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.
Bab 5. Konsep Perancangan
Berisikan kajian tentang konsep - konsep terhadap ruang luar, ruang dalam, rancang
bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.
Bab 6. Hasil Perancangan
Merupakan hasil keluaran berupa gambar hasil perancangan arsitektur dan
dokumentasi maket.
BAB II
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
1.7 Sistematika Laporan Bab 1. Pendahuluan
Berisikan kajian tentang latar belakang kasus dan tema, serta permasalahan,
identifikasi permasalahan, perumusan permasalahan, maksud dan tujuan, lingkup dan
batasan serta sistematika pembahasan.
Bab 2. Deskripsi Proyek
Berisikan kajian tentang kasus proyek secara umum (tinjauan umum) dan kasus proyek
secara khusus (tinjauan khusus) berupa teori - teori yang dapat membantu dalam
proses perencanaan/perancangan, posisi site, batas – batas lokasi dan fisik tapak serta kondisinya, potensi - potensi yang ada, ketentuan dan peraturan yang berlaku. Selain
itu, juga disertakan studi banding terhadap proyek yang sejenis.
Bab 3. Elaborasi Tema
Berisikan kajian tentang tema, pengertian, dan interpretasinya ke dalam kasus proyek.
Bab 4. Analisa
Berisikan kajian tentang analisa terhadap ruang luar, ruang dalam, analisa kegiatan dan
kebutuhan ruang, rancang bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.
Bab 5. Konsep Perancangan
Berisikan kajian tentang konsep - konsep terhadap ruang luar, ruang dalam, rancang
bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.
Bab 6. Hasil Perancangan
Merupakan hasil keluaran berupa gambar hasil perancangan arsitektur dan
dokumentasi maket.
BAB II
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
2.1 Terminologi Judul 2.1.1 Defenisi
Tinjauan terhadap pengertian berdasarkan atas dasar pustaka dari
masing-masing kata sebagai berikut :
Judul dari Tugas akhir ini adalah „Indonesia Furnishing Plaza‟ Indonesia :
o Merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku budaya yang menghasilkan keanekaragaman produk budaya.
Furnishing :
o A piece of equipment necessary or useful for comfort or convenience.
o furnishings The furniture, appliances, and other movable articles in a home or other building.
o furnishings Wearing apparel and accessories. Plaza :
o sebuah kata dari bahasa Spanyol yang berhubungan dengan "lapangan" yang menggambarkan tempat terbuka untuk umum (ruang publik) di perkotaan,
seperti misalnya lapangan atau alun-alun.
o Plaza atau Town Square adalah pusat perbelanjaan yang secara arsitektur bangunan dirancang tinggi, memiliki lebih dari tiga lantai. Sebuah plaza
umumnya dibangun dengan pilihan lokasi pusat kota, karena itulah
bangunannya mengutamakan banyak lantai (tinggi), dengan tujuan untuk
menghemat tempat. Contoh sebuah plaza adalah Ratu Plaza dan Cilandak
Town Square. Di dalam sebuah plaza, penyewa besar (anchor tenant) terbatas
dalam jumlah, paling banyak dua. Plaza umumnya memiliki atrium di lantai
bawah.
Secara defenisi, maka „Indonesia Furnishing Plaza‟ adalah ruang pamer dan pusat perbelanjaan yang menyediakan produk furniture dan barang seni dari pulau Jawa, sekaligus
menjadi bengkel kerja pembuatan produk tersebut disertai dengan fasilitas penunjang.
Kasus Proyek : Indonesia Furnishing Plaza
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Pemilik Proyek : Swasta
Lokasi Proyek : Jl. Gagak Hitam, Ringroad
Batas – batas site :
o Utara : Jl. Amal, Lahan Kosong/Proyek yang sedang dibangun o Selatan : Jl. Samoja, Ruko, Lahan Kosong/proyek
o Timur : Jl. Gagak Hitam, Pekuburan, Ruko o Barat : Permukiman penduduk.
Luas Lahan : 2,7 ha
Kontur : relative datar.
KDB : 60 %
KLB : 3 lantai
GSB : 15 meter
Bangunan eksisting : industri alat berat.
Potensi Lahan :
o Berada di kawasan yang sedang berkembang pesat o Akses dan jalur kendaraan yang cukup baik.
2.2 Tinjauan Lokasi
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Sehubungan dengan fungsi bangunan yang bergerak di bidang jasa dan komersial,
khususnya bagi kalangan menengah ke atas maka yang harus diperhatikan adalah potensi site
dan akses yang hendak dicapai. Untuk mencapai target yang diharapkan maka acuan yang
hendaknya dipakai dalam menentukan lokasi site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK
pemerintah kota Medan.
Tabel 2.1 : WPP RUTRK Kota Medan
W P
Kecamatan
PUSAT
Peruntukan Wilayah
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
P Pengembangan Pembangunan
A
M. Belawan M. Marelan M. Labuhan
Belawan Pelabuhan
Industri Permukiman
Rekreasi Maritim
Jalan baru, jaringan air
minum, septic tank,
sarana pendidikan dan
permukiman.
B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran
Perdagangan Rekreasi
Indoor Permukiman
Jalan baru, jaringan air
minum, pembuangan
sampah, sarana
pendidikan.
C M. Timur
M. Perjuangan M. Tembung
M. Area M. Denai M. Amplas
Aksara Permukiman
Perdagangan Rekreasi
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
D M. Johor
M. Baru M. Kota M. Maimoon
M. Polonia
Pusat Kota CBD
Pusat Pemerintahan Hutan Kota Pusat Pendidikan Perkantoran Rekreasi Indoor Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.
E M. Barat
M. Helvetia
M. Petisah
M. Sunggal
M. Selayang
M. Tuntungan
Sei Sikambing Permukiman
Perkantoran Perdagangan Konservasi Rekreasi Lapangan Golf Hutan Kota
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
Dengan pertimbangan segi fungsi, dimana Indonesia Furnishing Plaza merupakan
salah satu bangunan yang mengarah pada bidang komersial yang terdiri dari showroom,
workshop, perkantoran, maka diperlukan sebuah lokasi yang mendukung tujuan dari
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
beberapa faktor yang haris diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan, diantaranya adalah
:
Tabel 2.2 : Kriteria Pemilihan Lokasi
No. Kriteria Lokasi
1 Tinjauan terhadap
struktur kota
Berada di kawasan kota yang juga merupakan daerah
jasa dan komersial. Selain itu berada di dekat dengan
jalan besar sebagai penghubung transportasi.
2. Akses Pencapaian Akses pencapaian harus terdapat angkutan umum dan
pribadi dari setiap badan jalan dan pengaturan jalan
masih dapat dikontrol dengan baik. Namun kendaraan
pribadi merupakan focus utama pencapaian,
sehubungan dengan sasaran aktivitas adalah
masyarakat kelas menengah ke atas.
Akses pencapaian juga harus dapat mengakomodasi
truk untuk keperluan pengangkutan keluar masuk
barang.
3. Area Pelayanan Perkantoran, restoran/café, perumahan adalah
lingkungan sekitar yang dapat salaing mendukung
dengan bangunan yang akan direncanakan
4. Ukuran Lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang
secara fungsional beserta fasilitas –fasilitas yang direncanakan (min 1 Ha)
5. Kemudahan Entrance Entrance menuju dan keluar tapak harus mudah
diakses oleh pengelola, karyawan, dan pengguna
fasilitas dan pengunjung
6. Kontur Tapak Kontur tapak sebaiknya relative datar untuk
memudahkan loading dock barang-barang yang akan
ditawarkan pada bangunan ini.
7. Loading Dock Perlengkapan interior cenderung memiliki ukuran yang
besar dan berat sehingga perlu diperhatikan loading
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
diusahakan adanya jalan alternative ke tapak.
2.3. Analisa Pemilihan Lokasi
Java Furnishing Plaza dan workshop adalah pusat berbelanjaan furniture produk
Indonesia berikut dengan workshop bengkel kerja tempat memproses kegiatan produksi
barang.
Dengan melihat fungsi bangunan tersebut, dan acuan dari RUTRK pemerintah kota
Medan maka lokasi yang dipilih adalah Jl. Gagak Hitam Ringroad yang terletak di kawasan
Medan Sunggal, dimana kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan
perdagangan, perkantoran, dan permukiman penduduk. Tapak ini memiliki eksisting sebuah
industri alat berat.
Gambar 2.1 : WPP Kota Medan
2.3.1 Alternatif Lokasi
Berdasarkan kriteria tersebut dapat dipilih 3 alternatif lahan, yaitu :
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Gambar 2.2 : Peta Google Earth Alternatif Site 1
Indonesia Furnishing Plaza merupakan bangunan komersial, yang bergerak di bidang
penyediaan jasa furniture, oleh karena itu lokasi yang terletak di Jl. Gagak Hitam ini sangat
strategis, karena merupakan daerah yang berkembang dengan pembangunan yang signifikan
di sekitarnya.
Gambar 2.3 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gagak Hitam
Alternatif 2
Gambar 2.4 : Peta Google Earth Alternatif Site 2
Indonesia Furnishing Plaza merupakan bangunan komersial, yang bergerak di bidang
penyediaan jasa furniture, oleh karena itu lokasi yang terlatak di Jl. Gatot Subroto ini sangat
strategis, karena berdasarkan RUTRK Kota Medan, lokasi ini sangat berpotensi untuk
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
menjadi salah satu alternatif karena sangat diharapkan dapat mendukung aktivitas yang
berlangsung di dalamnya.
Gambar 2.5 : Suasana eksisting kawasan Jl. Gatot Subroto
Alternatif 3
Alternatif 3 lokasi terletak di jalan Yos Sudarso, Brayan. Lokasi ini merupakan area komersial
dengan jajaran ruko komersial di sekelilingnya. Selain itu juga terdapat pabrik yang biasa
menampung truk.
Gambar 2.6 : Peta Google Earth Alternatif Site 3
Gambar 2.7 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Yos Sudarso
Tabel 2.3 : Penilaian Kriteria Pemilihan Lokasi
Penilaian Alternatif Lokasi
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Lokasi Jalan Gagak Hitam Ringroad Jl. Gatot Subroto, tepat di jalan utama
Jalan Yos Sudarso, Brayan
3 2 2
Potensi Berada di daerah yang berpotensi akan mengalami
perkembangan signifikan
Berada di pusat komersial Berada di pusat komersial
3 3 2
Aksesi bilitas
Berada di jalan lingkar luar
kota medan yang
menghubungkan daerah
pinggiran kota Medan
Berada di jalan arteri primer
yang menghubungkan pusat
kota dengan wilayah
sekitanya dan merupakan jalur
lintas.
Berada di jalur arteri yang
menghubungkan pusat kota
dengan daerah sekitarnya.
3 3 2
Kondis i Jalan
Lebar jalan 27 m. Kondisi
jalan lancar.
Lebar jalan 15 m. Kondisi
sangat padat, dan berdekatan
dengan persimpangan jalan
dan pasar.
Lebar jalan 10 m. Kondisi
padat, karena di sebelah
terdapat pasar
3 2 1
KDB 60% 60% 60%
3 3 3
Target Pasar
Pemakai jalan Gagak Hitam,
penggunjung di sekitar
kawasan kuliner ringroad, dan
penghuni di perumahan di
sekelilingnya
Eksekutif yang bekerja di
pusat kota, penghuni di
perumahan di sekitarnya, dan
pemakai jalan Gatot Subroto
Pengguna jalan Yos Sudarso,
3 3 1
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Guna Lahan
berada di sekitar lokasi berada di sekitar lokasi berada di sekitar lokasi
3 3 2
Kondis i Site
Baik , berada di hook Baik Baik
3 2 3
Tingka T Hunian
- Perumahan baru
- Kawasan didominasi
area komersial dan
perumahan baru
Hunian sedang
Kawasaan Eksklusif berada di
sekitar jalan sunggal
-Area Komersial
-Area Pabrik
2 3 1
View Lingku ngan sekitar
- dekat dengan
perumahan
- kawasan yang
berkembang
Dekat dengan plaza,
perumahan, pusat pasar,
perkantoran, pom bensin
- dekat dengan pabrik
3 3 1
Loadin g Dock
Terdapat dua jalur alternative Terdapat jalan alternative,
namun dekat dengan
penduduk
Terdapat jalur alternative,
namun terhalangi oleh
pasar illegal.
3 2 1
Total 32 29 19
Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di persimpangan Gagak Hitam
adalah merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan
fungsi Indonesia Furnishing Plaza sebagai pusat komersil dan jasa di bidang interior dimana
fungsi komersil lebih mendominasi dari pada fungsi jasa, maka lokasi di persimpangan jalan
Gagak Hitam dipilih sebagai lokasi pilihan untuk proyek Indonesia Furnishing Plaza.
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Tinjauan Pengguna dan Kegiatan
Adapun para pengguna Indonesia Furnishing Plaza adalah :
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
- Pengusaha dan kalangan bisnis
- Masyarakat umum, konsumen yang hendak berbelanja perabot dan barang-barang
properti lainnya.
- Para siswa yang mengikuti workshop pelatihan
Karakteristik Pengunjung
- Ditinjau dari segi usia
o Pemakai dari bangunan tidak memiliki batasan usia - Ditinjau dari strata ekonomi
o Pemakai bangunan secara umum tidak dibatasi dari segi strata ekonomi, tetapi penyewa bangunan berstrata ekonomi menengah ke atas.
2. Pengelola Indonesia Furnishing Plaza
3. Pemilik toko, penyewa kantor, pengunjung restoran
4. Karyawan toko, karyawan showroom, karyawan workshop.
Adapun kegiatan yang terjadi di Indonesia Furnishing Plaza ini adalah :
1. Kegiatan Eksibisi
Pengertian
- Pameran (kata dasar : pamer) : Pertunjukan ( memperlihatkan lukisan-lukisan,
senjata, hasil bumi dsb)
- Exhibition ( bahasa latin : exhibition) : Suatu pameran, pertunjukan atau kehadiran
untuk memperlihatkan sesuatu pertunjukan, pameran umum seperti karya seni, produk
pabrik dsb
- Hall : Aula atau ruang yang besar, umumnya 1 lantai, dirancang menurut modul dan
memakai sistem struktur standard dan prefabrikasi.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu definisi Exhibition Hall yaitu suatu
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
calon pengguna barang dan jasa tersebut dengan tujuan calon pengguna tertarik untukmenggunakan barang dan jasa tersebut.
Dasar Hukum
Dasar hukum untuk kegiatan pameran terdapat dalam UU no9/90 tentang kepariwisataan pasal 14 dimana disebutkan bahwa Usaha Jasa Konvensi, Perjalan intensif dan Pameran meliputiJ asa Perencanaan , Penyediaan fasilitas, jasa dan pelayanan, jasa penyelenggaraan konvensi, perjalanan intensif dan pameran. Keputusan Menteri Porpostel No. 6/U/IV/1992 tentang Ketentuan dan Pelaksanaan Usaha Jasa Konvensi Perjalanan Intensif dan Pameran.
Jenis-jenis Pameran :
Jenis-jenis pameran yang biasa diadakan, yaitu :
Pameran Konvensi : Pameran dimana penyelenggaranya berkaitan dengan
suatu konvensi atau konferensi. Dimana tempat dan waktunya bersamaan dengan
dilakukannya kegiatan konferensi tersebut. Pameran ini tidak terbuka untuk umum,
hanya untuk peserta konferensi dan undangan tersebut.
Pameran Umum : Pameran-pameran untuk masyarakat umum. Pameran ini dapat
diselenggarakan oleh perorangan, badan usaha, instansi pemerintahataupun
perusahaan penyelenggara pameran.
Pameran Khusus : Pameran yang hanya memamerkan satu jenis atau kategori
barang/produk yang sifatnya temporer dan incidental.
Pameran Tunggal : Pameran yang diselenggarakan oleh dan hanya satu badan
usaha, perorangan atau instansi pemerintah.
Ditinjau dari jenis produk yang dipamerkan, pameran dibedakan atas7:
Industrial Exhibition
Consumer Exhibition
Materi Pameran
Materi pameran dapat dikategorikan dalam 2 bagian yaitu :
Produk yang dipamerkan
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
b. kusen, lubang angin
c. gebyok, gazebo
d. lampu hias
- Produk-produk seni dan hasil kerajinan tangan
a. lukisan
b. tembikar
c. batik
Layout Pameran
- Ruang-ruang yang luas dan fleksibel
- Penggunaan ruang-ruang panel pameran yang diatur sesuai kebutuhan namun tetap memperhatikan estetika.
- Pencahayaan dan pengkondisian dara pada ruang pameran yang mendukung kegiatan
pameran.
- Sirkulasi ruang pamer yang mengalir dan dinamis.
Batasan-batasan
- Beban lantai yang diizinkan.
- Batasan besaran ruang yang tersedia. - Pertimbangan ekonomi bagi luasan ruang
- Pertimbangan ekonomi di dalam perencanaan dan perancangan bangunan8
Menurut Fred Lawson persyaratan dan kriteria perlu diperhatikan dalam perencanaan dan
perancangan gedung pameran adalah fleksibilatas ruang pameran, keamanan pengunjung
terjamin, kenyamanan pengunjung dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan yang
tetap dan merata terhadap objek, sirkulasi dan pencapaian terutama sirkulasi pengunjung dan
kegiatan pergudangan dan kegiatan lain untuk mendukung pelaksanaan pameran. Kriteria dan
persyaratan tersebut dapat disimpulkan menjadi 4, yaitu :
- Fleksibilitas
Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian ruang pameran berpotensi untuk dapat
menampung lebih banyak ragam materi dan stan pameran. Fleksibilitas ruang pameran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Penggunaan ruang dengan bentangan yang besar dan bentuk denah yang lebih
dinamis dapat meningkatkan efisiensi ruang dan pengaturan stan pameran.
Untuk mendapatkan ruangan dengan bentangan yang besar dibituhkan suatu
sistem struktur bentang lebar yaitu struktur rangka, struktur cangkang, struktur
kabel dan tenda. Pertimbangan pemiliha struktur pada bangunan pameran
terutama ditekankan pada pemanfaatan sistem struktur untuk penempatan
sistem mekanikal-elektrikal dan perlengkapan teknis bangunan.
o Pembagian Ruang
Pembagian ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan struktur dinding
geser. Sistem ini dilakukan agar ruang pameran dapat menampung jenis
pameran yang berbeda dalam waktu tertentu.
o Ketinggian Ruang
Ketinggian ruang pameran ditentukan oleh jenis produk yang dipamerkan dan
bentuk stand pameran. Ruangan pameran dengan ketinggian lebih dari 6 meter
mempunya fleksibiltas untuk menampung pameran dengan model stand
bertingkat.
o Tata Letak stand Pameran
Fleksibiltas pola pengaturan stand pameran diperoleh dengan
mempertimbangkan letak penyaluran sumber energy listrik dan air. Untuk
ruangan dengan bentangan yang besar penyaluran fasilitas tersebut dapat
dilakukan dengan penerapan sistem jaringan kabel dan sistem lantai panggung.
o Lantai Stand Pameran
Fleksibilitas lantai ruang pameran dapat diperoleh dengann menerapkan
beberapa pola lantai stan pameran, yaitu sistem lantai pameran split
(bertingkat), sistem lantai putar, sistem lantai stan berlantai banyak yaitu lantai
stan dinaikkan dengan sistem hidrolik.
- Kenyamanan
Kenyamana untuk ruang pameran diperngaruhi oleh faktor keadaan termal dan
pencahayaan ruang pameran.
o Kenyamanan Thermal
Untuk memberikan kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu
bangunan, maka sistem pengkondisisna ydara bangunan harus dapat
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
suhu udara di luar ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamana
thermal, yaitu :
Iklim dan kelembaban yang menitikberatkan pada suhu normal tubuh 370 terhadap lingkungan sekitarnya.
Pengaruh radiasi alam atau radiasi buatan akibat pemancaran energy dari benda-benda dalam ruangan.
Adanya konduksi panas dari luar nelalui dinding. Panas matahari yang masuk melalui bukaan.10
o Kenyamanan Pencahayaan
Tujuan perancangan ini adalah untuk memberikan suatu lingkungan yang
menyenangkan dan nyaman untuk memudahkan pelaksanaan tugas-tugas visual
secara efisien. Menurut sumber, cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
cahaya buatan dan alami. Cahaya buatan merupakan pencahayaan yang
dihasilkan oleh peneranga buatan atau lampu. Penerangan ini digunakan pada
ruangan yang memerlukan kondisi cahaya tertentu dalam penerangannya.
Cahaya alami merupakan cahya yang bersumber dari sinar matahari langsung
maupun tidak langsung.
- Sirkulasi
Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan pameran terutama
ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung
dan sirkulasi servis bangunan.
2. Kegiatan Jual Beli , yaitu terjadinya transaksi jual beli antara penjual dan pembeli di dalam
bangunan.
3. Kegiatan pelayanan jasa konsultasi interior (kantor) , yaitu memberikan konsultasi interior
kepada pengunjung.
4. Kegiatan Hiburan , yaitu terdapat food court , Kegiatan Loading Dock , yaitu kegiatan yang berhubungan dengan masuk dan keluarnya barang , yang tentu saja harus benar benar
diperhatikan karena memerlukan space yang cukup besar.
5. Kegiatan workshop, yaitu pelatihan pembuatan barang kerajinan seni ukir.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
2.4.2 Deskripsi Perilaku
Berdasarkan sifat aktivitas yang dilakukan perilaku pengguna bangunan Indonesia Furnishing Plaza dapat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :
Perilaku pengguna bangunan yang lebih bersifat menetap pada satu tempat atau ruang.
Kebiasaan pengguna ini merupakan kegiatan yang menjadi rutinitas atau sementara dengan
intensitas waktu yang lebih lama seperti aktifitas pengelola pelaksana pameran dan pihak yang
mengikuti kegiatan konvensi dan para pemilik retail sewa.
Perilaku penggunan bangunan yang cenderung bergerak atau berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya dalam ruang lingkup bangunan, diantaranya aktifitas pengunjung
showroom, perkantoran, workshop dengan menggunakan fasilitas yang disediakan pada
bangunan.
2.4.3 Fungsi Bangunan
Dari lingkup fungsi dan kegiatan Indonesia Furnishing Plaza ada beberapa fungsi yang
berlangsung pada bangunan ini, yaitu :
Fasilitas Showroom / Pameran / Galeri
Bangunan ini memiliki fungsi utama untuk memamerkan produk-produk furniture dan
produk seni yang dipasarkan untuk khalayak umum.
Fasilitas Food Centre
Bangunan ini memiliki fungsi sebagai pusat beraktivitas kumpul-kumpul yang menjual
makanan dan tempat istirahat bagi para pengunjung yang lelah dan ingin bersantai
sejenak.
Fasilitas Rental Office
Selain menjadi showroom, disediakan juga kantor sewa bagi konsultan atau
pengembang yang ingin berkantor di bangunan ini.
Fasilitas Workshop
Bangunan ini juga sebagai bengkel kerja yang menyediakan bahan setengah jadi untuk
diproses yang selanjutnya akan dipamerkan di ruang showroom. Selain itu workshop
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
2.4.4 Teori Mengenai Fungsi Tinjauan Showroom/ Galeri
Showroom :
Ruang pamer atau kamar pajang yang juga menjual barang pajang tersebut, misalnya
menjual kendaraan atau furniture (kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan
Hasan Shadily. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)
Showroom juga merupakan penampilan dari barang dagangan dan mengandung fungsi
penjualan atau promosi bidang penjualan (Joseph de Chihara dan Hanhoock Callendar,
Mc. Graw Hill, New York)
A showroom is a large space used to display products for sale, such as automobiles,
furniture, appliances, carpet or apparel. The World´s most famous locations for a
showroom are the Champs Elysees in Paris or the 5th Avenue [1] in New York. On the
Champs Elysee Car manufactures like Citroen [2], Toyota[3], Fiat [4], Renault[5],
Mercedes or Peugeot compete to have the most extravagant showroom.
(Wikipedia.com)
A show room is a retail store of a company in which the products are sale only created
by their brand or company. (Wikipedia.com)
Teori mengenai Galeri
Dalam merancang galeri juga ada beberapa syarat yang dijadikan pedoman agar rancangannya
berhasil.
Pengertian
Pengertian galeri adalah :
- A room, series of rooms, or building devoted to the exhibition and often the sale of
work of art. (Ruangan, rangkaian ruangan atau bangunan yang disediakan untuk
memamerkan dan menjual karya seni) (Stein & Urdang 1967, hal 173)
- Ruang atau gudang tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Dalam Encyclopedia of American Architectural, dikatakan bahwa perancangan galeri
menunjuk pada perancangan museum, dan demikian sebaliknya. Perbedaan antara galeri dan
museum adalah bahwa museum secara umum diartika sebagai suatu bangunan atau ruang di
dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk mengoleksi objek pengetahunan atau
karya seni langka, sedangkan galeri barang-barang yang dikoleksi sengaja untuk dipamerkan
dan dijual. (Encyclopedia of Architecture, hal 222)
Kegiatan penjualan tidak dapat dipisahkan dari galeri, berbeda dengan museum yang bersifat
sosial, galeri bersifat komersial dimana objek pamer memang sengaja dipamerkan dan dijual
(Hunt, hal 1980, hal 375)
Galeri memiliki tiga fungsi, yaitu :
1. Fungsi Komunikatif
Galeri sebagai media penyampaian produk atau objek pamer kepada
pengunjung secara tidak langsung.
2. Fungsi apresiasif
Galeri sebagai sarana apresiasi para seniman untuk bereksperimen dalam
karya-karyanya.
3. Fungsi Estetis
Galeri sebagai tempat mengemas produk yang dipamerkan dan dijual agar
tampak lebih menarik.
Galeri dirancang untuk memberikan pengalaman visual yang berkesan bagi pengunjung dan
mampu menampilakn keunggulan objek yang dipamerkan. Area pintu masuk dan lobby
sebaiknya menjadi area perkenalan bagi pengunjung untuk dapat mengenal ruang secara
global dan menentukan arah yang hendak dituju. Area ini diperlukan untuk menciptakan
suasana yang lebih santai dan dapat disediakan kursi, meja, tempat brosur, dan sebagainya.
Pengunjung galeri memiliki ruang gerak yang cukup untuk dapat melihat-lihat dengan santai,
terlepas dari jalur sirkulasi pengunjung lain/ (De Chiara dan Calladar, 337).
Sebagai ruang untuk memamerkan hasil produk seni, ada persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu :
1. Terlindung dari kerusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban, kekeringan, cahaya
matahari langsung, dan debu.
2. Penampilan display dengan cara yang paling menarik dan dapat dilihat tanpa kesulitan.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
4. Penghawaan yang baik dan kondisi runag yang konstan.
(Neufert, 1996, hal. 135-137)
Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang terjadinya didalamnya yaitu
mempengaruhi dimensi ruang, organisasi ruang, ukuran sirkulasi, letak serta bukaan jendela
dan pintu. Ruang-ruang yang ada memilki hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Dimensi ruangan dalam ditentukan oleh aktivitas dan dipengaruhi oleh pengelompokan
fungsi, hierarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandangan.
Dalam menata produk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Menganalisa karakteristik barang dagangan sebelum menatanya dalam rak display.
2. Produk yang didisplay pada akhirnya menjadi pusat perhatian pembeli, karena itu
diperhatikan lingkungan sekitar area sebelum mendisplay produk.
3. Membuat tingkat display secara geometris dan sigurat.
4. Sistem display dibuat sefleksibel mungkin untuk menghindari penataan di luar
jangkauan mata pengunjung. (Designing to sell, hal. 55-58)
Penataan layout ruang pamer terbagi dua, yaitu :
1. Sequential Circulation
Sirkulasi yang dibentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni
diperkenalkan satu persatu, menurut ruang pamer berbentuk ulir atau memutar hingga
akhirnnya menuju entrance area pertama kali masuk galeri.
2. Random Circulation
Di sini pengunjung merasa lebih nyaman dengan memilih jalan sendiri, ruang atau
jalur mana yang ingin dikunjungi, untuk melihat dan menikmati karya seni dari ruang
galeri yang dibentuk tanpa batasan-batasan dinding pemisah ruangan.
Sistem pelayanan galeri bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi
pengunjung dan pengelola. Ada dua macam sistem pelayanan dalam galeri, yaitu :
1. Sistem terbuka (Open Access), yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung dapat
melihat-lihat objek pamer tanpa didampingi petugas atau karyawan.
2. Sistem tertutup (Close Access), yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung dalam
melihat-lihat objek pamer didampingi petugas atau karyawan.
Penataan area display ditujukan untuk mempromosikan produk galeri, karena itu
pertimbangan yang harus diperhitungkan adalah :
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
2. Bagaimana menampilkan sisi yang terbaik dari produk tersebut.
3. Berapa besar area yang dibutuhkan
4. Berapa jenis produk yang ditampilkan.
5. Perlukah perlindungan dari jamahan konsumen atau sebaliknya.
Pembuatan tempat display dapat mencerminkan identitas galeri. Tempat display sebaiknya
didesain sesimpel mungkin agar fleksibel dalam mengikuti perkembangan perubahan produk
yang dipromosikan, pasar dan sebagainya. Pertimbangan apakah produk display tertutup atau
terbuka dari jamahan konsumen didasarkan pada :
1. Jenis Produk
2. Ukuran Produk
3. Harga Produk
4. Bebahaya tau tidak
5. Kesan yang ingin ditampilkan.
Cara pengaturan produk pada area display disesuaikan dengan tempat display itu sendiri,
berikut beberapa elemen pendukungnya : lampu, base, dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa tipe tempat display :
1. Slat walls, yaitu unit vertical yang menempel pada dinding toko dimana rak-rak barang
ditata pada sisinya, agar desain tidak menonton bisa dibuat variasi warna ataupun
tekstur pada desainnya.
2. Poles dan Slotted Channels
3. Shelving, paling umum digunakan sebagai tempat display produk, cocok untuk produk
fashion dan dekorasi interior.
Di dalam galeri, biasanya terdapat fasilitas antara lain :
1. Visitor guide service atau informasi untuk menerima pengunjung dan memberikan
pelayanan informasi.
2. Administrasi dan dokumentasi untuk mengatur dan mencatat keluar masuk barang.
3. Display sementara atau permanen untuk memajang dan memamerkan bernda-benda.
Ada tiga penataan objek pamer, yaitu :
1. In showcase
Benda yang dipamerkan termasuk kecil, karenanya diperlukan wadah atau kotak
tembus pandang (kaca), yang kadang juga memeperkuat kesan tema dari benda yang
dipamerkan.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Benda yang dipamerkan memiliki dimensi yang cukup besar, sehingga memerlukan
panggung atau ketinggian lantai untuk batas dari objek pamer.
3. On walls or panel
4. Benda yang dipamerkan di dinding ruang atau partisi pembatas ruangan.
Pengkategorian ruang pamer (Show room) dan Standar Penataan Display
Menurut David Mun dalam buku “Shops a Manual Planning and Design”, ruang pamer dikategorikan menjadi 4, yaitu ruang pamer untuk pabrik, penyalur, industry nasional, dan
galeri seni. Semua itu juga dipengaruhi dari jenis perusahaan yang ada.
Dalam buku yang sama, juga disebutkan bahwa tempat display yang ada sebaiknya dapat
menarik perhatian pengunjung yang datang ke tempat itu. Peletakkan display juga harus
memperhatikan jalur sirkulasi yang ada, penataan display sebaiknya di tempat terbuka atau
dapat dibatasi dengan dinding partisi yang tidak terlalu tinggi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata produk, yaitu :
1. Menganalisa karakteristik produk sebelum menatanya dalam rak display.
2. Produk yang didisplay pada akhirnya menjadi pusat perhatian pengunjung, karena itu
diperhatikan dahulu lingkungan sekitarnya.
3. Membuat alternative display.
4. Membuat tingkat display secara geometris dan sigurat.
5. Sistem display disebut sefleksibel mungkin untuk menghindari penataan yang di luar
jangkauan mata pengunjung.
Teori mengenai retail
Dalam merancang retail, terdapat syarat-syarat agar perancangan itu berhasil. Dan teori
tersebut ada 4 jenis, yaitu :
Retail
Kata Retail berasal dari bahasa Inggris yang berarti penjual eceran. Pada perkembangannya,
retail sendiri memiliki arti penjual barang-barang, biasanya dalam jumlah sedikit (kecil atau
eceran) kepada masyarakat umu dan tidak dijual kembali. Suatu usaha dapat dikatakan sebuah
retail, jika telah memiliki beberpa outlet yang menjual barang-barang yang sama pada saat
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Retail memiliki berbagai macam tipe, yaitu department store, hingga retail yang menjual
barang-barang yang spesifik (contohnya Ved Bath & Beyond) yang menjual perlengkapan
mandi), retail perlengkapan olahraga, retail perlengkapan otomotif, perhiasan, dan
perlengkapan rumah tangga (contohnya Ace Hardware dan Index Furnishing)
Di dalam usaha retail, tidak ada yang tetap. Pasar selalu berubah, konsumen tidak selalu tepat
menerima dan merespon produk yang dipasarkan, dan pengelola retail harus selalu memonitor
kesuksesannya dengan konstan. Beberapa retail berevolusi, beberapa yang lain tetap, dan yang
lain berlalu begitu saja. Seperti flaktuasi ekonomi usaha, usaha retail bergantung pada
pendapat dan selera konsumen.
Metode Penjualan pada Retail
Metode Penjualan pada retail dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Personal Service
Metode tradisional dimana pembeli dilayani oleh seorang asisten penjual yang
biasanya berada di belakang meja counter, yang mana pada akhir pembelian ia
menyerahkan uang pembayran dan membawanya ke bagian kasir dan menyerahkan
tanda lunas barang tersebut.
Dalam metode ini pembeli mendapatkan pengaruh maupun pengarahan dari asisten
penjual. Barang-barang dagangan yang biasa memakai metode ini adalah
barang-barang yang bernilai tinggi, seperti perhiasan, barang-barang boutique, dan lain lain.
Self selection
Metode penjualan dimana pembeli dapat menegang, memilih serta membandingkan
kemudian membawanya ke kasir untuk dibayar dan dibungkus. Di sini tersedia
beberapa staff asisten penjualan. Metode ini biasanya digunakan secara umum pada
toko-toko umumnya. Seperti toko pakaian, dan lain lain.
Self Service
Metode penjualan dimana pembeli dapat berkeliling dalam toko, mengamnil barang
yang dikehendaki, lalu meletakkanya ke dalam keranjang atau trolley (kereta dorong)
dan dengan usaha sendiri pula membawanya ke kasir untuk dibayar dan dibungkus.
Dengan demikian, pembeli melayani dirinya sendiri. Metode ini dugunakan pada
supermarket dimana pintu masuk dan keluar dipisahkan dengan jelas.
Sumber : Beddington, Nadine. 1982. Design for Shopping Centre. London :
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Window Display
Window Display merupakan sarana promosi serta sarana untuk menunjukkan identitas retail
kepada khalayak. Penataan window display yang kreatif merupakan salah satu cara untuk
menarik minta pengunjung masuk ke dalam retail.
Benda-benda display akan terus berganti sesuai dengan produk-produk terbaru yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Namun kuncinya tetap satu, yaitu focus terhadap peoduk yang
akan didisplay. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam window display adalah :
1. Window display harus sederhana. Peletakkan berbagai macam barang sekaligus tidak
diperbolehkan.
2. Window display harus selalu tampak bersih.
3. Mengganti display secara berkala agar selalu tampak fresh.
4. Pencahayaan yang terang adalah hal yang krusial, baik pada malam hari ataupun siang
hari. Track lights yang dapat digerakkan akan bekerja lebih baiak untuk menerangi
display atau signs.
5. Penggunaan bentukan dan warna yang diulang dapat digunakan untuk menarik
perhatian pengunjung.
6. Mengelompokkan tiga atau lima buah display ke dalam satu grup. Jumlah yang ganjil
jauh lebih menarik minat mata untuk melihat.
7. Benda yang memiliki perbedaan massa dan kedalaman akan menarik mata untuk terus
menerus melihat.
8. Sesuatu yang bergerak digunakan untul menarik pengunjung
9. Menggunakan pencahayaan dengan warna yang terang/
10. Penggunaan tema yang sama pada wondow display dengan diplay lainnya yang
terletak di dalam retail.
Sumber : Camilleti, Denise Schroeder & Kim Scolum. http://www.MRA.com
Teori mengenai Workshop
Defenisi
Bengkel, Ruang Kerja, lokakarya. (Advanced English Indonesian Dictionary.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
A workshop is a room or building which provides both the area and tools (or
machinery) that may be required for the manufacture or repair of manufacture or repair
of manufactured goods. Apart from larger factories, workshop were the only places of
production in the day before industrialization. (Wikipedia.com)
Secara umum workshop adalah tempat kerja, bisa juga disebut bengkel. Intinya
workshop adalah tempat tenaga kerja (mekanik,montir dll) melakukan kegiatan
maintenance dan repair yang didukung dengan alat-alat kerja.
Arti dari segi tehnik, workshop adalah wadah atau tempat penampungan data-data dan
alat-alat.
[image:42.595.163.452.396.489.2]Proses Produksi
Gambar 2.8 : Proses Produksi
Sebelum menjadi sebuah furniture rumah modern , kayu harus melalui beberapa proses dasar
dan teliti. Karena kayu pada dasarnya adalah material yang 'hidup' maka beberapa proses
kadang2 akan harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Berikut ini proses dasar pengolahan kayu:
Proses pengerjaan dari kayu log menjadi sebuah furniture merupakan sebuah proses yang
panjang dan dibutuhkan ketelitian tinggi sehingga bisa dihasilkan kualitas yang baik. Di sini
saya ingin menjabarkan secara garis besar bagaimana semua proses tersebut berjalan dan
bagaimana mengatur agar beberapa proses yang sangat penting tidak terlewati.
Keseluruhan proses memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda dan memerlukan
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
pengeringan kayu, pembahanan, pembuatan kontruksi, perakitan dan finishing membutuhkan
prioritas dan alat yang berbeda.
1. Logs
Kayu-kayu berbentuk bundar dengan diameter bervariasi dari 25-80 cm (tergantung
jenis kayu) ini adalah hasil dari penebangan pohon di hutan dan belum melalui proses
apapun kecuali tindakan pencegahan retak pada ujung log. Pada beberapa jenis kayu
dilakukan pengupasan kulit pohon dengan tujuan percepatan pengeringan kayu. Kayu log
ini kemudian digergaji untuk mendapatkan ukuran papan dan balok sesuai kebutuhan.
2. Penggergajian
Agar dapat diproses dengan alat pengering kayu lebih lanjut, pembelahan log dibuat
sedemikian rupa sehingga dimensi kayu sesuai dengan ukuran ruangan pengering kayu
dan ukuran perabot yang akan dibuat.
3. Pengeringan kayu
Kayu harus dikeringkan karena sifat fisiknya yang bisa berubah bentuk seiring dengan
berubahnya kadar kandungan air di dalam kayu. Metode pengeringan bisa
bermacam-macam bisa di lihat di sini. Standar kayu yang kering juga bisa dilihat di sini.
4. Pembahanan Dasar
Kayu paling ideal dibelah dan dipotong ketika sudah kering dan proses ini dilakukan di
ruang pembahanan. Pada proses ini kita harus mengetahui dengan tepat ukuran-ukuran
komponen untuk perabot pada waktu jadi sehingga pengaturan tentang rendemen dan serat
kayu sesuai dengan posisi komponen akan dapat diatur dengan benar.
Bahan kayu hanya dipolah hingga ukuran kasar tapi sudah dilakukan pemilihan kualitas
terutama terhadap mata kayu, kayu gubal dan cacat kayu alami yang lainnya. Pemeriksaan
kualitas bahan dalam hubungannya dengan cacat alami kayu harus dilakukan pada tahap
ini.
,
g
INDONESIA FURNISHING PLAZAE
Dimulai dengan penyerutan kayu untuk menghasilkan permukaan yang halus, lalu
pemotongan pada sisi panjang sebagai ukuran jadi hingga pembuatan lubang kontruksi
adalah proses paling panjang di dalam produksi furniture kayu.
Beberapa komponen atau bagian furniture seringkali harus melalui proses pada mesin
yang sama secara berulang-ulang. Proses kontruksi meliputi:
o Pembuatan lubang dowel o Pembuatan tenon & mortise o Alur dan takikan
o pingul pada sisi ujung kayu dan lain-lain
6. Pengamplasan
Pertama kali harus dilakukan ketika benda kerja selesai melalui proses kontruksi. Dan
proses ini membutuhkan beberapa kali dengan grit amplas yang berbeda secara bertahap.
Di dalam tahap ini sudah seharusnya tidak ada lagi cacat kayu peca