• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia Furnishing Plaza (Arsitektur High Tech)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Indonesia Furnishing Plaza (Arsitektur High Tech)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

INDONESIA FURNISHING PLAZA

(ARSITEKTUR HIGH TECH)

LAPORAN PERANCANGAN TKA-490 TUGAS AKHIR

SEMESTER B 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

DEWI ARINI

070406052

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

INDONESIA FURNISHING PLAZA

(ARSITEKTUR HIGH TECH)

Oleh :

DEWI ARINI 07 0406 052

Medan, 22 Juni 2011 Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Salminawati Ginting, ST MT Ir. N.Vinky Rahman, MT NIP. 197205042000122001 NIP. 196606221997021001

(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)

(3)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

Nama : DEWI ARINI NIM : 070406052

Judul Proyek Akhir : INDONESIA FURNISHING PLAZA Tema Proyek Akhir : Arsitektur High Tech

Rekapitulasi nilai

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1 LULUS LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI

3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG

4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS

Medan, 22 Juni 2011

Ketua Departemen Arsitektr FT-USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir

Ir. N. Vinky Rahman, MT. Ir. N. Vinky Rahman, MT.

(4)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas

Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen

Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi

literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan

teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak

yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Kedua orang tua saya yang tercinta Ibu Hj. Lismawati Hasibuan dan Bapak H. Bagiono

SF. Adik dan kakak saya, Fachrur Rochman dan Retno Sari Winarty. Terima kasih atas

doa dan pengertiannya selama ini

Ibu Salminawati Ginting, ST., MT. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan,

dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal

hingga akhir.

Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

Ibu Ir. Dwira N. Aulia, Phd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan, saran, dan kritik.

Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas

Akhir Semester B TA. 2010/2011

Bapak Imam Faisal Pane, MT Sebagai Sekretaris Jurusan dan Sekretaris Koodinator

Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011

Seluruh Staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas

semua kritik dan sarannya selama asistensi.

Seluruh Staf Tata Usaha Program studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Einsteinia,

Rahadian Rihadi, M. Grady, Syahriza Syahrul, Riza Firmansyah, Emir Haris, Fandha

(5)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Seluruh teman-teman seperjuangan Stambuk ‟07 Arsitektur USU. Terimakasih atas kebersamaan, suka duka yang telah kita lewati bersama. Adik-adik stambuk angkatan

2008, 2009, dan 2010.

Seluruh teman-teman Kelompok saya, Fandha Natasya, Nurtia Rahmat, Sonny

Gunawan, Santhos Frananda, Kak Fitri Yulianingsih, Bang Denni Wahyudi, Bang

Junardi. Terimakasih atas semangat, segala kebersamaan, suka dan duka yang telah

kita lewati bersama dari awal hingga akhir yang takkan pernah terlupakan.

Kaka Arif Fatoni, atas dukungannya, bantuan, nasehat, dan selalu „menyediakan telinga‟ ketika diri ini ingin berkeluh kesah. Jarak ternyata bukan penghalang bagi kita.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan

terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat penulis,

(6)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... ….. ix

Daftar Pustaka ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 3

1.3 Lingkup Kajian dan Batasan ... 4

1.3.1 Lingkup Kajian ... 4

1.3.2 Batasan ... 4

1.4 Pendekatan Perancangan ... 5

1.5 Masalah Perancangan ... 5

1.6 Kerangka Berpikir ... 6

1.7 Sistematika Laporan ... 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul ... 8

2.1.1 Defenisi ... 8

2.2 Tinjauan Lokasi ... 9

2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 11

2.3 Analisa Pemilihan Lokasi ... 12

2.3.1 Alternatif Lokasi ... 13

2.4 Tinjauan Fungsi ... 17

2.4.1 Tinjauan Pengguna dan Kegiatan ... 17

(7)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

2.4.3 Fungsi Bangunan ... 22

2.4.4 Teori Mengenai Fungsi ... 23

2.4.5 Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 36

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis ... 38

2.5.1 IKEA ... 38

2.5.2 Avenue Road Furniture Showroom ... 42

2.5.3 Kohler Design Centre ... 44

2.5.4 Tokyo Design Centre ... 45

2.5.5 Yafurni Plaza Perabot ... 46

2.5.6 Jakarta Design Centre ... 47

BAB III ELABOARASI TEMA 3.1 Pengertian Tema ... .... 50

3.1.1 Arsitektur ... 50

3.1.2 High Tech ... 50

3.2 Latar Belakang Tema ... 52

3.3 Intepretasi Tema ... 53

3.3.1 Ciri Arsitektur High Tech ... 53

3.3.2 Sejarah Singkat High Tech ... 53

3.3.3 Fungsi dan Representasi ... 54

3.3.4 Struktur dan Zona Servis ... 55

3.3.5 Ruang dan Flekbilitas ... 56

3.3.6 Arsitektur High Tech dan Kota ... 56

3.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 57

3.4.1 Faculty Of Law ... 57

3.4.2 George Pompidou Centre ... 58

3.4.3 The Reichstag ... 59

BAB IV ANALISA Analisis Lingkungan Tapak ... 61

4.1 Lokasi ... 61

4.2 Batas Site ... 62

(8)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

4.4 Ukuran Site ... 64

4.5 Pencapaian ke tapak kendaraan bermotor ... 65

4.6 Pencapaian ke tapak oleh pejalan kaki ... 66

4.7 Situasi Jalan ... 67

4.8 Parkir ... 68

4.9 Sarana dan Prasarana ... 68

Analisis Potensi Kondisi Tapak 4.10 Potensi Entrance ... 69

4.11 Orientasi dan Pandangan Utama ... 70

4.12 View ke dalam... 70

4.13 View ke luar ... 71

4.15 Matahari ... 71

4.16 Vegetasi ... 72

4.17 Kebisingan ... 72

Analisis Kegiatan ... 73

Analisis Aliran Kegiatan ... 75

Analisis Program Ruang ... 77

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Bentukan Massa ... 83

5.2 Konsep Zoning ... 84

5.3 Konsep Orientasi ... 84

5.4 Konsep Sirkulasi ... 85

5.5 Konsep Struktur ... 85

5.6 Konsep Material ... 86

Galeri 3D Desain Bangunan ……….. 88

Eksterior ………. 89

Interior ……… 90

(9)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia ... ... 1

Gambar 2.1 : WPP Kota Medan ... 12

Gambar 2.2 : Peta Google Earth Alternatif Site 1 ... 13

Gambar 2.3 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gagak Hitam ... 13

Gambar 2.4 : Peta Google Earth Alternatif Site 2 ... .... 13

Gambar 2.5 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gatot Subroto ... 14

Gambar 2.6 : Peta Google Earth Alternatif Site 3 ... ... 14

Gambar 2.7 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Yos Sudarso ... .... 14

Gambar 2.8 : Proses Produksi ... ... 31

Gambar 2.9 : Proses Pengerjaan ... .... 34

Gambar 2.10 : Toko IKEA di beberapa negara dunia ... 38

Gambar 2.11 : Site dan tampk IKEA di Arizona ... 39

Gambar 2.12 : Tampak Timur bangunan ... ... 40

Gambar 2.13 : Tampak Utara bangunan ... 40

Gambar 2.14 : Display IKEA ... ... 41

Gambar 2.15 : Tampak Depan Avenue Furniture Showroom ... 42

Gambar 2.16 : interior display Avenue Furniture Showroom ... 43

Gambar 2.17 : interior display Avenue Furniture Showroom ... 43

Gambar 2.18 : interior display Kohler Design Centre ... 44

Gambar 2.19 : Tokyo Design Centre ... 45

Gambar 2.20 : Yafurni Plaza Perabot ... 46

Gambar 2.21 : Yafurni Plaza Perabot interior ... 47

Gambar 2.22 : Jakarta Design Centre ... 47

Gambar 3.1 : Jembatan Beat Coalbrookdale ... 53

Gambar 3.2 : Gedung Seagram ... ... 53

Gambar 3.3 : Gedung Llyod of Building ... 55

Gambar 3.4 Faculty of Law ... 57

Gambar 3.5 Struktur Faculty of Law ... 58

Gambar 3.6 Pompidou Centre ... 58

(10)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Gambar 3.8 Eksterior Bangunan ... 60

Gambar 3. 9 Detail Kaca Eksterior ... 60

Gambar 3.10 Tampak ramp dari atrium ... 60

Gambar 3.11 Detail kabel penggantung ... 60

Gambar 3.12 Suasana atrium ... 60

(11)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

DAFTAR TABEL

(12)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Fungsinya tak hanya

untuk memperindah interior dalam rumah, tapi juga untuk sebuah estetika yang mencitrakan

kepribadian si pemilik rumah, selain fungsi utamanya yang menjadi alat untuk membantu

kebutuhan sehari-hari.

Perdagangan furniture merupakan salah satu komponen penting di dalam perdagangan

dunia untuk kategori produk-produk manufaktur, dan setiap tahun volume ekspornya tumbuh

pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita

dunia. Kedua faktor ini merupakan sumber utama pertumbuhan permintaan dunia terhadap

mebel. Jika pada tahun 1997 nilai perdagangan furniture dunia tercatat sekitar 41 miliar dollar

AS, pada tahun 2005 nilainya mencapai 80 miliar dollar AS.

Namun yang memprihatinkan, negara Indonesia sebagai salah satu negara eksportir

bahan kayu mentah dunia, malah hanya mengekspor mebel untuk pasar dunia sebesar 0,088

miliar dollar AS per tahunnya. Indonesia berada di bawah Malaysia dengan pertumbuhan

1,80, yang bahkan perlu mengekspor bahan kayu untuk memproduksi produk mebelnya

sendiri.

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Usaha mebel telah lama dikenal di Indonesia karena merupakan budaya turun temurun.

Walaupun Indonesia memproduksi mebel dari berbagai bahan baku seperti kayu, rotan, besi

dan plastik, produksi dan ekspor mebel kayu merupakan komponen terbesar dengan proporsi

75%. Sentra mebel kayu ukir-ukiran terkenal di Indonesia terutama berada di kota Jepara., lalu

(13)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Industri permebelan di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM),

tetapi kebanyakan adalah usaha mikro/rumah tangga. Banyak dari mereka bekerjasama

dengan industri - industri besar atau perusahaan-perusahaan pemasaran (trading houses). Tenaga kerja yang diserap baik langsung maupun tidak langsung mencapai 5 juta jiwa, dengan

demikian industri ini telah menghidupi sekitar 20 juta jiwa.

Selain mebel ukir, Indonesia yang memiliki 300 lebih suku yang tersebar di Indonesia,

tentu memiliki berbagai budaya yang menghasilkan manifestasi hasil kebudayaan berupa

barang seni, misalnya tembikar, pajangan, patung, dan lain lain. Barang hasil seni akan

mempunyai nilai seni yang tinggi yang dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi pula.

Saat ini di setiap daerah di Indonesia telah memiliki berbagai macam wadah atau toko

yang menjual berbagai produk hasil buah karya rakyat Indonesia. Namun tak pelak industri

perdagangan furniture juga terkena imbas dari serbuan impor produk furniture dari China dan

berbagai negara Asia lainnya. Produk-produk dari China ini banyak menghiasi berbagai

showroom di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini mengancam perdagangan furniture dalam

negeri kita. Seharusnya dengan kinerja masyarakat dan rasa cinta produk dalam negeri sendiri,

kita lebih memilih produk buah karya masyarakat Indonesia.

Berbagai strategi mutlak diperlukan untuk meningkatkan penjualan produk furniture

dalam negeri. Produk harus dikenalkan secara luas dan dipasarkan ke khalayak umum.

Produk-produk furniture dimasukkan ke toko-toko di daerah dan didirikan suatu sentra yang

memenuhi kebutuhan sebuah daerah.

Medan adalah kota ke 3 terbesar di Indonesia. Secara geografis, Kota Medan juga

memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian

Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang

Malaysia, Singapura dan lain-lain. Membuat Medan dapat menjadi salah satu pintu gerbang

ekspor dan impor Indonesia dan pariwisata. Sarana Infrastruktur seperti adanya pelabuhan

Belawan, dan bandara Internasional Polonia juga turut mendukung adanya perdagangan dan

pariwisata di kota Medan

Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar

barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif

besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara

ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan

(14)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Dengan segala potensi kota Medan yang ada, Medan akan mengalami keunggulan

tersendiri apabila dibangun suatu proyek untuk mewadahi semua kebutuhan untuk

memamerkan segala macam furniture dan barang seni hasil produk Indonesia. Proyek

merupakan suatu bangunan yang menyampaikan cirri khas budaya di Indonesia, dengan tidak

melupakan fungsi utamanya sebagai fungsi komersial untuk menjual produk.

Bangunan ini juga tak hanya berupa ruang pamer dengan skala besar, namun juga

sebagai bengkel kerja (workshop) dalam mengenalkan proses pembuatan seni pembuatan

furniture, selain untuk memproduksi kebutuhan yang memenuhi permintaan pasar. Kemudian

dimaksudkan proyek ini akan menjadi pusat desain furniture dan interior di kota Medan.

1.2Maksud dan Tujuan Perancangan 1.2.1 Maksud Perancangan

1. Mewujudkan suatu arsitektur yang mewadahi, dan membantu aktivitas

kinerja fungsi komersial.

2. Menciptakan suatu lanskap urban yang mampu mewadahi aktifitas seni,

sekaligus sebagai upaya untuk mencintai produk Indonesia.

3. Menciptakan suatu karya arsitektur yang mampu menjawab tantangan

perkembangan zaman dan persaingan dengan kota lain bahkan dengan

negara lain.

1.2.2 Tujuan Perancangan

1. Menyediakan fasilitas yang dapat menjadi :

Wadah penjualan berbagai sector produk furniture di Indonesia.

Wadah promosi potensi produk budaya.

Wadah promosi potensi Kota Medan (seni dan industri) kepada

investor

Wadah pengenalan beberapa kemampuan kreatif pada Masyarakat

Medan.

Pusat desain furniture Sumatera Utara

2. Menjadikan proyek ini sebagai produsen utama furniture hasil produk

(15)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

3. Menciptakan fasilitas yang efisien, ekonomis, tepat guna, sadar teknologi,

dan hemat energi.

4. Menciptakan ruang arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas

antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang

nyaman dan efisien.

5. Menciptakan ruang-ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam fungsi

komersil.

1.3Lingkup Kajian dan Batasan 1.3.1 Lingkup Kajian

Seluruh aspek fisik berhubungan dengan pembahasan dan perancangan tentang

bangunan showroom dan workshop, menyangkut lingkungan tapak, massa

bangunan dan pembentukan ruang

Rencana pengembangan bentuk fisik sebuah showroom dan fasilitas-fasilitas

pendukungnya, penataan lansekap kawasan, serta penyesuaian masalah perkotaan

dan lingkungan sekitar seperti batas-batas kawasan, jalur sirkulasi yang menuju

lokasi serta akses alternatifnya.

Aspek budaya dan aspek pergeseran budaya masyarakat kota Medan

Teknologi yang digunakan untuk bangunan yang fleksibel, efisien, tepat guna, tepat

waktu, dan hemat energi.

1.3.2 Batasan

Perencanaan proyek ini terbatas pada perancangan bangunan showroom dan

workshop dan fasilitas penunjangnya dengan berpedoman pada standar-standar

khusus untuk suatu bangunan komersial. Pengkajian Perancangan ditekankan pada

interaksi antara ruang dalam dan ruang luar pada site. Asumsi-asumsi yang diambil

berdasarkan pada hasil studi banding dan pedoman-pedoman yang diperoleh. Selain

itu dibuat beberapa asumsi untuk memudahkan kerangka berpikir dalam kajian

lebih lanjut yaitu :

1. Pemilik proyek adalah pihak swasta sebagai pengelola dan didukung oleh

masyarakat, dimana bentuk kerjasamanya adalah dengan membuka saham

perusahaan kepada publik dan dengan dibuatnya kantor sewa di dalam

bangunan showroom yang diperuntukkan bagi publik.

(16)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

macam teknologi yang ada.

1.4 Pendekatan Perancangan

Pendekatan perancangan dengan tema “Arsitektur High-Tech” diwujudkan pada perencanaan fleksibilitas sistem struktur, pengkondisian udara, proteksi kebakaran

dan teknologi yang tinggi dalam desain bangunan.

1.5 Masalah Perancangan

1. Menerapkan tema pada perencanaan dan perancangan kasus proyek.

2. Mengatur sirkulasi manusia dan kendaraan agar tidak terjadi crossing.

3. Menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan dapat

memberikan kenyamanan pada penggunjung, dan pengelola.

4. Mewujudkan desain bangunan yang mencerminkan citra yang berkarakter dan

berteknologi tinggi.

5. Menerapkan fleksibilitas sistem mekanikal elekrikal, pengkondisian udara, proteksi

(17)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

1.6 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG Usaha untuk menyediakan suatu wadah kegiatan

Islam yang

menitikberatkan pada bidang dakwah, dengan berbagai fasilitas yang mendukungnya,

yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah

Keterangan-keterangan lain

BATASAN-BATASAN 13. Luas Tampak 14. Peraturan

Bangunan

15. KDB, KLB, GSB

16. Ketinggian Bangunan 17. Standard

Perencanaan 18. Kriteria dan

tuntutan Pembangunan

PUSAT DAKWAH ISLAM

PENGENALAN

Pusat Dakwah Islam Fungsi & Karakteristik

serta lingkup kegiatan sesuai kasus

Pengguna/ Pemakai Dll

IDENTIFIKASI MASALAH 7. Non-Fisik

Karakteristik pemakai 8. Tema

Transformasi nilai-nilai Islam dalam ruang dan bentuk arsitektur

9. Fisik

Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN

Merencanakan suatu wadah sebagai lembaga dakwah Islam yang mengenalkan cara/ penyampaian yang dapat menarik minat masyarakat dengan fasilitas

yang mendukung

terealisasinya program tersebut, berdasarkan ajaran Islam.

PENDEKATAN ARSITEKTUR

ISLAM

ANALISA 3. Non-Fisik 2. Fisik

a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi

Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.

DESAIN KELUARAN

Pusat Dakwah Islam FEED BACK

KONSEP PERANCANGAN

LATAR BELAKANG Usaha untuk menyediakan suatu wadah kegiatan

Islam yang

menitikberatkan pada bidang dakwah, dengan berbagai fasilitas yang mendukungnya,

yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah

Keterangan-keterangan lain

BATASAN-BATASAN 7. Luas Tampak 8. Peraturan

Bangunan 9. KDB, KLB, GSB 10. Ketinggian

Bangunan 11. Standard

Perencanaan 12. Kriteria dan

tuntutan Pembangunan

PUSAT DAKWAH ISLAM

PENGENALAN

Pusat Dakwah Islam Fungsi & Karakteristik

serta lingkup kegiatan sesuai kasus

Pengguna/ Pemakai Dll

IDENTIFIKASI MASALAH 4. Non-Fisik

Karakteristik pemakai 5. Tema

Transformasi nilai-nilai Islam dalam ruang dan bentuk arsitektur

6. Fisik

Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN

Merencanakan suatu wadah sebagai lembaga dakwah Islam yang mengenalkan cara/ penyampaian yang dapat menarik minat masyarakat dengan fasilitas

yang mendukung

terealisasinya program tersebut, berdasarkan ajaran Islam.

PENDEKATAN ARSITEKTUR

ISLAM

ANALISA 2. Non-Fisik 2. Fisik

a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi

Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.

DESAIN KELUARAN

PDI HTI “UMUT FEED BACK

KONSEP PERANCANGAN

LATAR BELAKANG Suatu Proyek milik swasta untuk perancangan suatu gallery dan pusat perbelanjaan

furniture beserta workshop. PENGUMPULAN DATA Studi Literatur Survey Wawancara Brosur & Majalah

Keterangan-keterangan lain

BATASAN-BATASAN 1. Luas Tampak 2. Peraturan

Bangunan 3. KDB, KLB, GSB 4. Ketinggian

Bangunan 5. Standard

Perencanaan 6. Kriteria dan

tuntutan

Pembangunan Workshop dan Showroom Furniture dan produk seni

PENGENALAN

Workshop dan Showroom

Fungsi & Karakteristik serta lingkup kegiatan sesuai kasus

Pengguna/ Pemakai Dll

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Non-Fisik

Karakteristik pemakai 2. Tema

Arsitektur High Tech 3. Fisik

Tapak dan Lingkungan Tapak Perencanaan TUJUAN & SASARAN

Merencanakan suatu pembangunan workshop pembuatan dan penjualan furniture, berikut

mengenalkan seni

ketrampilan kriya.

PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH

TECH

ANALISA 1. Non-Fisik 2. Fisik

a. Kegiatan a. Analisa Fungsional. b. Pemakai b. Analisa Tapak & Kondisi

Lingkungan. c. Analisa Bangunan. d. Analisa Perkotaan.

DESAIN KELUARAN

Workshop dan Showroom

FEED BACK

(18)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

1.7 Sistematika Laporan Bab 1. Pendahuluan

Berisikan kajian tentang latar belakang kasus dan tema, serta permasalahan,

identifikasi permasalahan, perumusan permasalahan, maksud dan tujuan, lingkup dan

batasan serta sistematika pembahasan.

Bab 2. Deskripsi Proyek

Berisikan kajian tentang kasus proyek secara umum (tinjauan umum) dan kasus proyek

secara khusus (tinjauan khusus) berupa teori - teori yang dapat membantu dalam

proses perencanaan/perancangan, posisi site, batas – batas lokasi dan fisik tapak serta kondisinya, potensi - potensi yang ada, ketentuan dan peraturan yang berlaku. Selain

itu, juga disertakan studi banding terhadap proyek yang sejenis.

Bab 3. Elaborasi Tema

Berisikan kajian tentang tema, pengertian, dan interpretasinya ke dalam kasus proyek.

Bab 4. Analisa

Berisikan kajian tentang analisa terhadap ruang luar, ruang dalam, analisa kegiatan dan

kebutuhan ruang, rancang bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.

Bab 5. Konsep Perancangan

Berisikan kajian tentang konsep - konsep terhadap ruang luar, ruang dalam, rancang

bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.

Bab 6. Hasil Perancangan

Merupakan hasil keluaran berupa gambar hasil perancangan arsitektur dan

dokumentasi maket.

BAB II

(19)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

1.7 Sistematika Laporan Bab 1. Pendahuluan

Berisikan kajian tentang latar belakang kasus dan tema, serta permasalahan,

identifikasi permasalahan, perumusan permasalahan, maksud dan tujuan, lingkup dan

batasan serta sistematika pembahasan.

Bab 2. Deskripsi Proyek

Berisikan kajian tentang kasus proyek secara umum (tinjauan umum) dan kasus proyek

secara khusus (tinjauan khusus) berupa teori - teori yang dapat membantu dalam

proses perencanaan/perancangan, posisi site, batas – batas lokasi dan fisik tapak serta kondisinya, potensi - potensi yang ada, ketentuan dan peraturan yang berlaku. Selain

itu, juga disertakan studi banding terhadap proyek yang sejenis.

Bab 3. Elaborasi Tema

Berisikan kajian tentang tema, pengertian, dan interpretasinya ke dalam kasus proyek.

Bab 4. Analisa

Berisikan kajian tentang analisa terhadap ruang luar, ruang dalam, analisa kegiatan dan

kebutuhan ruang, rancang bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.

Bab 5. Konsep Perancangan

Berisikan kajian tentang konsep - konsep terhadap ruang luar, ruang dalam, rancang

bangun, struktur dan utilitas serta tampilan fisik bangunan.

Bab 6. Hasil Perancangan

Merupakan hasil keluaran berupa gambar hasil perancangan arsitektur dan

dokumentasi maket.

BAB II

(20)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

2.1 Terminologi Judul 2.1.1 Defenisi

Tinjauan terhadap pengertian berdasarkan atas dasar pustaka dari

masing-masing kata sebagai berikut :

Judul dari Tugas akhir ini adalah „Indonesia Furnishing Plaza‟ Indonesia :

o Merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku budaya yang menghasilkan keanekaragaman produk budaya.

Furnishing :

o A piece of equipment necessary or useful for comfort or convenience.

o furnishings The furniture, appliances, and other movable articles in a home or other building.

o furnishings Wearing apparel and accessories. Plaza :

o sebuah kata dari bahasa Spanyol yang berhubungan dengan "lapangan" yang menggambarkan tempat terbuka untuk umum (ruang publik) di perkotaan,

seperti misalnya lapangan atau alun-alun.

o Plaza atau Town Square adalah pusat perbelanjaan yang secara arsitektur bangunan dirancang tinggi, memiliki lebih dari tiga lantai. Sebuah plaza

umumnya dibangun dengan pilihan lokasi pusat kota, karena itulah

bangunannya mengutamakan banyak lantai (tinggi), dengan tujuan untuk

menghemat tempat. Contoh sebuah plaza adalah Ratu Plaza dan Cilandak

Town Square. Di dalam sebuah plaza, penyewa besar (anchor tenant) terbatas

dalam jumlah, paling banyak dua. Plaza umumnya memiliki atrium di lantai

bawah.

Secara defenisi, maka „Indonesia Furnishing Plaza‟ adalah ruang pamer dan pusat perbelanjaan yang menyediakan produk furniture dan barang seni dari pulau Jawa, sekaligus

menjadi bengkel kerja pembuatan produk tersebut disertai dengan fasilitas penunjang.

 Kasus Proyek : Indonesia Furnishing Plaza

(21)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

 Pemilik Proyek : Swasta

 Lokasi Proyek : Jl. Gagak Hitam, Ringroad

 Batas – batas site :

o Utara : Jl. Amal, Lahan Kosong/Proyek yang sedang dibangun o Selatan : Jl. Samoja, Ruko, Lahan Kosong/proyek

o Timur : Jl. Gagak Hitam, Pekuburan, Ruko o Barat : Permukiman penduduk.

 Luas Lahan : 2,7 ha

 Kontur : relative datar.

 KDB : 60 %

 KLB : 3 lantai

 GSB : 15 meter

 Bangunan eksisting : industri alat berat.

 Potensi Lahan :

o Berada di kawasan yang sedang berkembang pesat o Akses dan jalur kendaraan yang cukup baik.

2.2 Tinjauan Lokasi

2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Sehubungan dengan fungsi bangunan yang bergerak di bidang jasa dan komersial,

khususnya bagi kalangan menengah ke atas maka yang harus diperhatikan adalah potensi site

dan akses yang hendak dicapai. Untuk mencapai target yang diharapkan maka acuan yang

hendaknya dipakai dalam menentukan lokasi site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK

pemerintah kota Medan.

Tabel 2.1 : WPP RUTRK Kota Medan

W P

Kecamatan

PUSAT

Peruntukan Wilayah

(22)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

P Pengembangan Pembangunan

A

M. Belawan M. Marelan M. Labuhan

Belawan Pelabuhan

Industri Permukiman

Rekreasi Maritim

Jalan baru, jaringan air

minum, septic tank,

sarana pendidikan dan

permukiman.

B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran

Perdagangan Rekreasi

Indoor Permukiman

Jalan baru, jaringan air

minum, pembuangan

sampah, sarana

pendidikan.

C M. Timur

M. Perjuangan M. Tembung

M. Area M. Denai M. Amplas

Aksara Permukiman

Perdagangan Rekreasi

Sambungan air minum,

septic tank, jalan baru,

rumah permanen, sarana

pendidikan dan

kesehatan.

D M. Johor

M. Baru M. Kota M. Maimoon

M. Polonia

Pusat Kota CBD

Pusat Pemerintahan Hutan Kota Pusat Pendidikan Perkantoran Rekreasi Indoor Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

E M. Barat

M. Helvetia

M. Petisah

M. Sunggal

M. Selayang

M. Tuntungan

Sei Sikambing Permukiman

Perkantoran Perdagangan Konservasi Rekreasi Lapangan Golf Hutan Kota

Sambungan air minum,

septic tank, jalan baru,

rumah permanen, sarana

pendidikan dan

kesehatan.

Dengan pertimbangan segi fungsi, dimana Indonesia Furnishing Plaza merupakan

salah satu bangunan yang mengarah pada bidang komersial yang terdiri dari showroom,

workshop, perkantoran, maka diperlukan sebuah lokasi yang mendukung tujuan dari

(23)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

beberapa faktor yang haris diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan, diantaranya adalah

:

Tabel 2.2 : Kriteria Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1 Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada di kawasan kota yang juga merupakan daerah

jasa dan komersial. Selain itu berada di dekat dengan

jalan besar sebagai penghubung transportasi.

2. Akses Pencapaian Akses pencapaian harus terdapat angkutan umum dan

pribadi dari setiap badan jalan dan pengaturan jalan

masih dapat dikontrol dengan baik. Namun kendaraan

pribadi merupakan focus utama pencapaian,

sehubungan dengan sasaran aktivitas adalah

masyarakat kelas menengah ke atas.

Akses pencapaian juga harus dapat mengakomodasi

truk untuk keperluan pengangkutan keluar masuk

barang.

3. Area Pelayanan Perkantoran, restoran/café, perumahan adalah

lingkungan sekitar yang dapat salaing mendukung

dengan bangunan yang akan direncanakan

4. Ukuran Lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang

secara fungsional beserta fasilitas –fasilitas yang direncanakan (min 1 Ha)

5. Kemudahan Entrance Entrance menuju dan keluar tapak harus mudah

diakses oleh pengelola, karyawan, dan pengguna

fasilitas dan pengunjung

6. Kontur Tapak Kontur tapak sebaiknya relative datar untuk

memudahkan loading dock barang-barang yang akan

ditawarkan pada bangunan ini.

7. Loading Dock Perlengkapan interior cenderung memiliki ukuran yang

besar dan berat sehingga perlu diperhatikan loading

(24)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

diusahakan adanya jalan alternative ke tapak.

2.3. Analisa Pemilihan Lokasi

Java Furnishing Plaza dan workshop adalah pusat berbelanjaan furniture produk

Indonesia berikut dengan workshop bengkel kerja tempat memproses kegiatan produksi

barang.

Dengan melihat fungsi bangunan tersebut, dan acuan dari RUTRK pemerintah kota

Medan maka lokasi yang dipilih adalah Jl. Gagak Hitam Ringroad yang terletak di kawasan

Medan Sunggal, dimana kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan

perdagangan, perkantoran, dan permukiman penduduk. Tapak ini memiliki eksisting sebuah

industri alat berat.

Gambar 2.1 : WPP Kota Medan

2.3.1 Alternatif Lokasi

Berdasarkan kriteria tersebut dapat dipilih 3 alternatif lahan, yaitu :

(25)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Gambar 2.2 : Peta Google Earth Alternatif Site 1

Indonesia Furnishing Plaza merupakan bangunan komersial, yang bergerak di bidang

penyediaan jasa furniture, oleh karena itu lokasi yang terletak di Jl. Gagak Hitam ini sangat

strategis, karena merupakan daerah yang berkembang dengan pembangunan yang signifikan

di sekitarnya.

Gambar 2.3 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Gagak Hitam

Alternatif 2

Gambar 2.4 : Peta Google Earth Alternatif Site 2

Indonesia Furnishing Plaza merupakan bangunan komersial, yang bergerak di bidang

penyediaan jasa furniture, oleh karena itu lokasi yang terlatak di Jl. Gatot Subroto ini sangat

strategis, karena berdasarkan RUTRK Kota Medan, lokasi ini sangat berpotensi untuk

(26)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

menjadi salah satu alternatif karena sangat diharapkan dapat mendukung aktivitas yang

berlangsung di dalamnya.

Gambar 2.5 : Suasana eksisting kawasan Jl. Gatot Subroto

Alternatif 3

Alternatif 3 lokasi terletak di jalan Yos Sudarso, Brayan. Lokasi ini merupakan area komersial

dengan jajaran ruko komersial di sekelilingnya. Selain itu juga terdapat pabrik yang biasa

menampung truk.

Gambar 2.6 : Peta Google Earth Alternatif Site 3

Gambar 2.7 : Suasana Eksisting kawasan Jl. Yos Sudarso

Tabel 2.3 : Penilaian Kriteria Pemilihan Lokasi

Penilaian Alternatif Lokasi

(27)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Lokasi Jalan Gagak Hitam Ringroad Jl. Gatot Subroto, tepat di jalan utama

Jalan Yos Sudarso, Brayan

3 2 2

Potensi Berada di daerah yang berpotensi akan mengalami

perkembangan signifikan

Berada di pusat komersial Berada di pusat komersial

3 3 2

Aksesi bilitas

Berada di jalan lingkar luar

kota medan yang

menghubungkan daerah

pinggiran kota Medan

Berada di jalan arteri primer

yang menghubungkan pusat

kota dengan wilayah

sekitanya dan merupakan jalur

lintas.

Berada di jalur arteri yang

menghubungkan pusat kota

dengan daerah sekitarnya.

3 3 2

Kondis i Jalan

Lebar jalan 27 m. Kondisi

jalan lancar.

Lebar jalan 15 m. Kondisi

sangat padat, dan berdekatan

dengan persimpangan jalan

dan pasar.

Lebar jalan 10 m. Kondisi

padat, karena di sebelah

terdapat pasar

3 2 1

KDB 60% 60% 60%

3 3 3

Target Pasar

Pemakai jalan Gagak Hitam,

penggunjung di sekitar

kawasan kuliner ringroad, dan

penghuni di perumahan di

sekelilingnya

Eksekutif yang bekerja di

pusat kota, penghuni di

perumahan di sekitarnya, dan

pemakai jalan Gatot Subroto

Pengguna jalan Yos Sudarso,

3 3 1

(28)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Guna Lahan

berada di sekitar lokasi berada di sekitar lokasi berada di sekitar lokasi

3 3 2

Kondis i Site

Baik , berada di hook Baik Baik

3 2 3

Tingka T Hunian

- Perumahan baru

- Kawasan didominasi

area komersial dan

perumahan baru

Hunian sedang

Kawasaan Eksklusif berada di

sekitar jalan sunggal

-Area Komersial

-Area Pabrik

2 3 1

View Lingku ngan sekitar

- dekat dengan

perumahan

- kawasan yang

berkembang

Dekat dengan plaza,

perumahan, pusat pasar,

perkantoran, pom bensin

- dekat dengan pabrik

3 3 1

Loadin g Dock

Terdapat dua jalur alternative Terdapat jalan alternative,

namun dekat dengan

penduduk

Terdapat jalur alternative,

namun terhalangi oleh

pasar illegal.

3 2 1

Total 32 29 19

Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di persimpangan Gagak Hitam

adalah merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan

fungsi Indonesia Furnishing Plaza sebagai pusat komersil dan jasa di bidang interior dimana

fungsi komersil lebih mendominasi dari pada fungsi jasa, maka lokasi di persimpangan jalan

Gagak Hitam dipilih sebagai lokasi pilihan untuk proyek Indonesia Furnishing Plaza.

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Tinjauan Pengguna dan Kegiatan

Adapun para pengguna Indonesia Furnishing Plaza adalah :

(29)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

- Pengusaha dan kalangan bisnis

- Masyarakat umum, konsumen yang hendak berbelanja perabot dan barang-barang

properti lainnya.

- Para siswa yang mengikuti workshop pelatihan

Karakteristik Pengunjung

- Ditinjau dari segi usia

o Pemakai dari bangunan tidak memiliki batasan usia - Ditinjau dari strata ekonomi

o Pemakai bangunan secara umum tidak dibatasi dari segi strata ekonomi, tetapi penyewa bangunan berstrata ekonomi menengah ke atas.

2. Pengelola Indonesia Furnishing Plaza

3. Pemilik toko, penyewa kantor, pengunjung restoran

4. Karyawan toko, karyawan showroom, karyawan workshop.

Adapun kegiatan yang terjadi di Indonesia Furnishing Plaza ini adalah :

1. Kegiatan Eksibisi

Pengertian

- Pameran (kata dasar : pamer) : Pertunjukan ( memperlihatkan lukisan-lukisan,

senjata, hasil bumi dsb)

- Exhibition ( bahasa latin : exhibition) : Suatu pameran, pertunjukan atau kehadiran

untuk memperlihatkan sesuatu pertunjukan, pameran umum seperti karya seni, produk

pabrik dsb

- Hall : Aula atau ruang yang besar, umumnya 1 lantai, dirancang menurut modul dan

memakai sistem struktur standard dan prefabrikasi.

Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu definisi Exhibition Hall yaitu suatu

(30)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

calon pengguna barang dan jasa tersebut dengan tujuan calon pengguna tertarik untukmenggunakan barang dan jasa tersebut.

Dasar Hukum

Dasar hukum untuk kegiatan pameran terdapat dalam UU no9/90 tentang kepariwisataan pasal 14 dimana disebutkan bahwa Usaha Jasa Konvensi, Perjalan intensif dan Pameran meliputiJ asa Perencanaan , Penyediaan fasilitas, jasa dan pelayanan, jasa penyelenggaraan konvensi, perjalanan intensif dan pameran. Keputusan Menteri Porpostel No. 6/U/IV/1992 tentang Ketentuan dan Pelaksanaan Usaha Jasa Konvensi Perjalanan Intensif dan Pameran.

Jenis-jenis Pameran :

Jenis-jenis pameran yang biasa diadakan, yaitu :

Pameran Konvensi : Pameran dimana penyelenggaranya berkaitan dengan

suatu konvensi atau konferensi. Dimana tempat dan waktunya bersamaan dengan

dilakukannya kegiatan konferensi tersebut. Pameran ini tidak terbuka untuk umum,

hanya untuk peserta konferensi dan undangan tersebut.

Pameran Umum : Pameran-pameran untuk masyarakat umum. Pameran ini dapat

diselenggarakan oleh perorangan, badan usaha, instansi pemerintahataupun

perusahaan penyelenggara pameran.

Pameran Khusus : Pameran yang hanya memamerkan satu jenis atau kategori

barang/produk yang sifatnya temporer dan incidental.

Pameran Tunggal : Pameran yang diselenggarakan oleh dan hanya satu badan

usaha, perorangan atau instansi pemerintah.

Ditinjau dari jenis produk yang dipamerkan, pameran dibedakan atas7:

Industrial Exhibition

Consumer Exhibition

Materi Pameran

Materi pameran dapat dikategorikan dalam 2 bagian yaitu :

Produk yang dipamerkan

(31)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

b. kusen, lubang angin

c. gebyok, gazebo

d. lampu hias

- Produk-produk seni dan hasil kerajinan tangan

a. lukisan

b. tembikar

c. batik

Layout Pameran

- Ruang-ruang yang luas dan fleksibel

- Penggunaan ruang-ruang panel pameran yang diatur sesuai kebutuhan namun tetap memperhatikan estetika.

- Pencahayaan dan pengkondisian dara pada ruang pameran yang mendukung kegiatan

pameran.

- Sirkulasi ruang pamer yang mengalir dan dinamis.

Batasan-batasan

- Beban lantai yang diizinkan.

- Batasan besaran ruang yang tersedia. - Pertimbangan ekonomi bagi luasan ruang

- Pertimbangan ekonomi di dalam perencanaan dan perancangan bangunan8

Menurut Fred Lawson persyaratan dan kriteria perlu diperhatikan dalam perencanaan dan

perancangan gedung pameran adalah fleksibilatas ruang pameran, keamanan pengunjung

terjamin, kenyamanan pengunjung dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan yang

tetap dan merata terhadap objek, sirkulasi dan pencapaian terutama sirkulasi pengunjung dan

kegiatan pergudangan dan kegiatan lain untuk mendukung pelaksanaan pameran. Kriteria dan

persyaratan tersebut dapat disimpulkan menjadi 4, yaitu :

- Fleksibilitas

Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk

menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian ruang pameran berpotensi untuk dapat

menampung lebih banyak ragam materi dan stan pameran. Fleksibilitas ruang pameran

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

(32)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Penggunaan ruang dengan bentangan yang besar dan bentuk denah yang lebih

dinamis dapat meningkatkan efisiensi ruang dan pengaturan stan pameran.

Untuk mendapatkan ruangan dengan bentangan yang besar dibituhkan suatu

sistem struktur bentang lebar yaitu struktur rangka, struktur cangkang, struktur

kabel dan tenda. Pertimbangan pemiliha struktur pada bangunan pameran

terutama ditekankan pada pemanfaatan sistem struktur untuk penempatan

sistem mekanikal-elektrikal dan perlengkapan teknis bangunan.

o Pembagian Ruang

Pembagian ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan struktur dinding

geser. Sistem ini dilakukan agar ruang pameran dapat menampung jenis

pameran yang berbeda dalam waktu tertentu.

o Ketinggian Ruang

Ketinggian ruang pameran ditentukan oleh jenis produk yang dipamerkan dan

bentuk stand pameran. Ruangan pameran dengan ketinggian lebih dari 6 meter

mempunya fleksibiltas untuk menampung pameran dengan model stand

bertingkat.

o Tata Letak stand Pameran

Fleksibiltas pola pengaturan stand pameran diperoleh dengan

mempertimbangkan letak penyaluran sumber energy listrik dan air. Untuk

ruangan dengan bentangan yang besar penyaluran fasilitas tersebut dapat

dilakukan dengan penerapan sistem jaringan kabel dan sistem lantai panggung.

o Lantai Stand Pameran

Fleksibilitas lantai ruang pameran dapat diperoleh dengann menerapkan

beberapa pola lantai stan pameran, yaitu sistem lantai pameran split

(bertingkat), sistem lantai putar, sistem lantai stan berlantai banyak yaitu lantai

stan dinaikkan dengan sistem hidrolik.

- Kenyamanan

Kenyamana untuk ruang pameran diperngaruhi oleh faktor keadaan termal dan

pencahayaan ruang pameran.

o Kenyamanan Thermal

Untuk memberikan kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu

bangunan, maka sistem pengkondisisna ydara bangunan harus dapat

(33)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

suhu udara di luar ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamana

thermal, yaitu :

 Iklim dan kelembaban yang menitikberatkan pada suhu normal tubuh 370 terhadap lingkungan sekitarnya.

 Pengaruh radiasi alam atau radiasi buatan akibat pemancaran energy dari benda-benda dalam ruangan.

 Adanya konduksi panas dari luar nelalui dinding. Panas matahari yang masuk melalui bukaan.10

o Kenyamanan Pencahayaan

Tujuan perancangan ini adalah untuk memberikan suatu lingkungan yang

menyenangkan dan nyaman untuk memudahkan pelaksanaan tugas-tugas visual

secara efisien. Menurut sumber, cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

cahaya buatan dan alami. Cahaya buatan merupakan pencahayaan yang

dihasilkan oleh peneranga buatan atau lampu. Penerangan ini digunakan pada

ruangan yang memerlukan kondisi cahaya tertentu dalam penerangannya.

Cahaya alami merupakan cahya yang bersumber dari sinar matahari langsung

maupun tidak langsung.

- Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan pameran terutama

ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung

dan sirkulasi servis bangunan.

2. Kegiatan Jual Beli , yaitu terjadinya transaksi jual beli antara penjual dan pembeli di dalam

bangunan.

3. Kegiatan pelayanan jasa konsultasi interior (kantor) , yaitu memberikan konsultasi interior

kepada pengunjung.

4. Kegiatan Hiburan , yaitu terdapat food court , Kegiatan Loading Dock , yaitu kegiatan yang berhubungan dengan masuk dan keluarnya barang , yang tentu saja harus benar benar

diperhatikan karena memerlukan space yang cukup besar.

5. Kegiatan workshop, yaitu pelatihan pembuatan barang kerajinan seni ukir.

(34)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

2.4.2 Deskripsi Perilaku

Berdasarkan sifat aktivitas yang dilakukan perilaku pengguna bangunan Indonesia Furnishing Plaza dapat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :

Perilaku pengguna bangunan yang lebih bersifat menetap pada satu tempat atau ruang.

Kebiasaan pengguna ini merupakan kegiatan yang menjadi rutinitas atau sementara dengan

intensitas waktu yang lebih lama seperti aktifitas pengelola pelaksana pameran dan pihak yang

mengikuti kegiatan konvensi dan para pemilik retail sewa.

Perilaku penggunan bangunan yang cenderung bergerak atau berpindah dari satu

tempat ke tempat lainnya dalam ruang lingkup bangunan, diantaranya aktifitas pengunjung

showroom, perkantoran, workshop dengan menggunakan fasilitas yang disediakan pada

bangunan.

2.4.3 Fungsi Bangunan

Dari lingkup fungsi dan kegiatan Indonesia Furnishing Plaza ada beberapa fungsi yang

berlangsung pada bangunan ini, yaitu :

Fasilitas Showroom / Pameran / Galeri

Bangunan ini memiliki fungsi utama untuk memamerkan produk-produk furniture dan

produk seni yang dipasarkan untuk khalayak umum.

Fasilitas Food Centre

Bangunan ini memiliki fungsi sebagai pusat beraktivitas kumpul-kumpul yang menjual

makanan dan tempat istirahat bagi para pengunjung yang lelah dan ingin bersantai

sejenak.

Fasilitas Rental Office

Selain menjadi showroom, disediakan juga kantor sewa bagi konsultan atau

pengembang yang ingin berkantor di bangunan ini.

Fasilitas Workshop

Bangunan ini juga sebagai bengkel kerja yang menyediakan bahan setengah jadi untuk

diproses yang selanjutnya akan dipamerkan di ruang showroom. Selain itu workshop

(35)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

2.4.4 Teori Mengenai Fungsi Tinjauan Showroom/ Galeri

Showroom :

Ruang pamer atau kamar pajang yang juga menjual barang pajang tersebut, misalnya

menjual kendaraan atau furniture (kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan

Hasan Shadily. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)

Showroom juga merupakan penampilan dari barang dagangan dan mengandung fungsi

penjualan atau promosi bidang penjualan (Joseph de Chihara dan Hanhoock Callendar,

Mc. Graw Hill, New York)

A showroom is a large space used to display products for sale, such as automobiles,

furniture, appliances, carpet or apparel. The World´s most famous locations for a

showroom are the Champs Elysees in Paris or the 5th Avenue [1] in New York. On the

Champs Elysee Car manufactures like Citroen [2], Toyota[3], Fiat [4], Renault[5],

Mercedes or Peugeot compete to have the most extravagant showroom.

(Wikipedia.com)

A show room is a retail store of a company in which the products are sale only created

by their brand or company. (Wikipedia.com)

Teori mengenai Galeri

Dalam merancang galeri juga ada beberapa syarat yang dijadikan pedoman agar rancangannya

berhasil.

Pengertian

Pengertian galeri adalah :

- A room, series of rooms, or building devoted to the exhibition and often the sale of

work of art. (Ruangan, rangkaian ruangan atau bangunan yang disediakan untuk

memamerkan dan menjual karya seni) (Stein & Urdang 1967, hal 173)

- Ruang atau gudang tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya

(36)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Dalam Encyclopedia of American Architectural, dikatakan bahwa perancangan galeri

menunjuk pada perancangan museum, dan demikian sebaliknya. Perbedaan antara galeri dan

museum adalah bahwa museum secara umum diartika sebagai suatu bangunan atau ruang di

dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk mengoleksi objek pengetahunan atau

karya seni langka, sedangkan galeri barang-barang yang dikoleksi sengaja untuk dipamerkan

dan dijual. (Encyclopedia of Architecture, hal 222)

Kegiatan penjualan tidak dapat dipisahkan dari galeri, berbeda dengan museum yang bersifat

sosial, galeri bersifat komersial dimana objek pamer memang sengaja dipamerkan dan dijual

(Hunt, hal 1980, hal 375)

Galeri memiliki tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi Komunikatif

Galeri sebagai media penyampaian produk atau objek pamer kepada

pengunjung secara tidak langsung.

2. Fungsi apresiasif

Galeri sebagai sarana apresiasi para seniman untuk bereksperimen dalam

karya-karyanya.

3. Fungsi Estetis

Galeri sebagai tempat mengemas produk yang dipamerkan dan dijual agar

tampak lebih menarik.

Galeri dirancang untuk memberikan pengalaman visual yang berkesan bagi pengunjung dan

mampu menampilakn keunggulan objek yang dipamerkan. Area pintu masuk dan lobby

sebaiknya menjadi area perkenalan bagi pengunjung untuk dapat mengenal ruang secara

global dan menentukan arah yang hendak dituju. Area ini diperlukan untuk menciptakan

suasana yang lebih santai dan dapat disediakan kursi, meja, tempat brosur, dan sebagainya.

Pengunjung galeri memiliki ruang gerak yang cukup untuk dapat melihat-lihat dengan santai,

terlepas dari jalur sirkulasi pengunjung lain/ (De Chiara dan Calladar, 337).

Sebagai ruang untuk memamerkan hasil produk seni, ada persyaratan yang harus

dipenuhi yaitu :

1. Terlindung dari kerusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban, kekeringan, cahaya

matahari langsung, dan debu.

2. Penampilan display dengan cara yang paling menarik dan dapat dilihat tanpa kesulitan.

(37)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

4. Penghawaan yang baik dan kondisi runag yang konstan.

(Neufert, 1996, hal. 135-137)

Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang terjadinya didalamnya yaitu

mempengaruhi dimensi ruang, organisasi ruang, ukuran sirkulasi, letak serta bukaan jendela

dan pintu. Ruang-ruang yang ada memilki hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Dimensi ruangan dalam ditentukan oleh aktivitas dan dipengaruhi oleh pengelompokan

fungsi, hierarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandangan.

Dalam menata produk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Menganalisa karakteristik barang dagangan sebelum menatanya dalam rak display.

2. Produk yang didisplay pada akhirnya menjadi pusat perhatian pembeli, karena itu

diperhatikan lingkungan sekitar area sebelum mendisplay produk.

3. Membuat tingkat display secara geometris dan sigurat.

4. Sistem display dibuat sefleksibel mungkin untuk menghindari penataan di luar

jangkauan mata pengunjung. (Designing to sell, hal. 55-58)

Penataan layout ruang pamer terbagi dua, yaitu :

1. Sequential Circulation

Sirkulasi yang dibentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni

diperkenalkan satu persatu, menurut ruang pamer berbentuk ulir atau memutar hingga

akhirnnya menuju entrance area pertama kali masuk galeri.

2. Random Circulation

Di sini pengunjung merasa lebih nyaman dengan memilih jalan sendiri, ruang atau

jalur mana yang ingin dikunjungi, untuk melihat dan menikmati karya seni dari ruang

galeri yang dibentuk tanpa batasan-batasan dinding pemisah ruangan.

Sistem pelayanan galeri bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi

pengunjung dan pengelola. Ada dua macam sistem pelayanan dalam galeri, yaitu :

1. Sistem terbuka (Open Access), yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung dapat

melihat-lihat objek pamer tanpa didampingi petugas atau karyawan.

2. Sistem tertutup (Close Access), yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung dalam

melihat-lihat objek pamer didampingi petugas atau karyawan.

Penataan area display ditujukan untuk mempromosikan produk galeri, karena itu

pertimbangan yang harus diperhitungkan adalah :

(38)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

2. Bagaimana menampilkan sisi yang terbaik dari produk tersebut.

3. Berapa besar area yang dibutuhkan

4. Berapa jenis produk yang ditampilkan.

5. Perlukah perlindungan dari jamahan konsumen atau sebaliknya.

Pembuatan tempat display dapat mencerminkan identitas galeri. Tempat display sebaiknya

didesain sesimpel mungkin agar fleksibel dalam mengikuti perkembangan perubahan produk

yang dipromosikan, pasar dan sebagainya. Pertimbangan apakah produk display tertutup atau

terbuka dari jamahan konsumen didasarkan pada :

1. Jenis Produk

2. Ukuran Produk

3. Harga Produk

4. Bebahaya tau tidak

5. Kesan yang ingin ditampilkan.

Cara pengaturan produk pada area display disesuaikan dengan tempat display itu sendiri,

berikut beberapa elemen pendukungnya : lampu, base, dan sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa tipe tempat display :

1. Slat walls, yaitu unit vertical yang menempel pada dinding toko dimana rak-rak barang

ditata pada sisinya, agar desain tidak menonton bisa dibuat variasi warna ataupun

tekstur pada desainnya.

2. Poles dan Slotted Channels

3. Shelving, paling umum digunakan sebagai tempat display produk, cocok untuk produk

fashion dan dekorasi interior.

Di dalam galeri, biasanya terdapat fasilitas antara lain :

1. Visitor guide service atau informasi untuk menerima pengunjung dan memberikan

pelayanan informasi.

2. Administrasi dan dokumentasi untuk mengatur dan mencatat keluar masuk barang.

3. Display sementara atau permanen untuk memajang dan memamerkan bernda-benda.

Ada tiga penataan objek pamer, yaitu :

1. In showcase

Benda yang dipamerkan termasuk kecil, karenanya diperlukan wadah atau kotak

tembus pandang (kaca), yang kadang juga memeperkuat kesan tema dari benda yang

dipamerkan.

(39)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Benda yang dipamerkan memiliki dimensi yang cukup besar, sehingga memerlukan

panggung atau ketinggian lantai untuk batas dari objek pamer.

3. On walls or panel

4. Benda yang dipamerkan di dinding ruang atau partisi pembatas ruangan.

Pengkategorian ruang pamer (Show room) dan Standar Penataan Display

Menurut David Mun dalam buku “Shops a Manual Planning and Design”, ruang pamer dikategorikan menjadi 4, yaitu ruang pamer untuk pabrik, penyalur, industry nasional, dan

galeri seni. Semua itu juga dipengaruhi dari jenis perusahaan yang ada.

Dalam buku yang sama, juga disebutkan bahwa tempat display yang ada sebaiknya dapat

menarik perhatian pengunjung yang datang ke tempat itu. Peletakkan display juga harus

memperhatikan jalur sirkulasi yang ada, penataan display sebaiknya di tempat terbuka atau

dapat dibatasi dengan dinding partisi yang tidak terlalu tinggi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata produk, yaitu :

1. Menganalisa karakteristik produk sebelum menatanya dalam rak display.

2. Produk yang didisplay pada akhirnya menjadi pusat perhatian pengunjung, karena itu

diperhatikan dahulu lingkungan sekitarnya.

3. Membuat alternative display.

4. Membuat tingkat display secara geometris dan sigurat.

5. Sistem display disebut sefleksibel mungkin untuk menghindari penataan yang di luar

jangkauan mata pengunjung.

Teori mengenai retail

Dalam merancang retail, terdapat syarat-syarat agar perancangan itu berhasil. Dan teori

tersebut ada 4 jenis, yaitu :

Retail

Kata Retail berasal dari bahasa Inggris yang berarti penjual eceran. Pada perkembangannya,

retail sendiri memiliki arti penjual barang-barang, biasanya dalam jumlah sedikit (kecil atau

eceran) kepada masyarakat umu dan tidak dijual kembali. Suatu usaha dapat dikatakan sebuah

retail, jika telah memiliki beberpa outlet yang menjual barang-barang yang sama pada saat

(40)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Retail memiliki berbagai macam tipe, yaitu department store, hingga retail yang menjual

barang-barang yang spesifik (contohnya Ved Bath & Beyond) yang menjual perlengkapan

mandi), retail perlengkapan olahraga, retail perlengkapan otomotif, perhiasan, dan

perlengkapan rumah tangga (contohnya Ace Hardware dan Index Furnishing)

Di dalam usaha retail, tidak ada yang tetap. Pasar selalu berubah, konsumen tidak selalu tepat

menerima dan merespon produk yang dipasarkan, dan pengelola retail harus selalu memonitor

kesuksesannya dengan konstan. Beberapa retail berevolusi, beberapa yang lain tetap, dan yang

lain berlalu begitu saja. Seperti flaktuasi ekonomi usaha, usaha retail bergantung pada

pendapat dan selera konsumen.

Metode Penjualan pada Retail

Metode Penjualan pada retail dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

Personal Service

Metode tradisional dimana pembeli dilayani oleh seorang asisten penjual yang

biasanya berada di belakang meja counter, yang mana pada akhir pembelian ia

menyerahkan uang pembayran dan membawanya ke bagian kasir dan menyerahkan

tanda lunas barang tersebut.

Dalam metode ini pembeli mendapatkan pengaruh maupun pengarahan dari asisten

penjual. Barang-barang dagangan yang biasa memakai metode ini adalah

barang-barang yang bernilai tinggi, seperti perhiasan, barang-barang boutique, dan lain lain.

Self selection

Metode penjualan dimana pembeli dapat menegang, memilih serta membandingkan

kemudian membawanya ke kasir untuk dibayar dan dibungkus. Di sini tersedia

beberapa staff asisten penjualan. Metode ini biasanya digunakan secara umum pada

toko-toko umumnya. Seperti toko pakaian, dan lain lain.

Self Service

Metode penjualan dimana pembeli dapat berkeliling dalam toko, mengamnil barang

yang dikehendaki, lalu meletakkanya ke dalam keranjang atau trolley (kereta dorong)

dan dengan usaha sendiri pula membawanya ke kasir untuk dibayar dan dibungkus.

Dengan demikian, pembeli melayani dirinya sendiri. Metode ini dugunakan pada

supermarket dimana pintu masuk dan keluar dipisahkan dengan jelas.

Sumber : Beddington, Nadine. 1982. Design for Shopping Centre. London :

(41)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Window Display

Window Display merupakan sarana promosi serta sarana untuk menunjukkan identitas retail

kepada khalayak. Penataan window display yang kreatif merupakan salah satu cara untuk

menarik minta pengunjung masuk ke dalam retail.

Benda-benda display akan terus berganti sesuai dengan produk-produk terbaru yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Namun kuncinya tetap satu, yaitu focus terhadap peoduk yang

akan didisplay. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam window display adalah :

1. Window display harus sederhana. Peletakkan berbagai macam barang sekaligus tidak

diperbolehkan.

2. Window display harus selalu tampak bersih.

3. Mengganti display secara berkala agar selalu tampak fresh.

4. Pencahayaan yang terang adalah hal yang krusial, baik pada malam hari ataupun siang

hari. Track lights yang dapat digerakkan akan bekerja lebih baiak untuk menerangi

display atau signs.

5. Penggunaan bentukan dan warna yang diulang dapat digunakan untuk menarik

perhatian pengunjung.

6. Mengelompokkan tiga atau lima buah display ke dalam satu grup. Jumlah yang ganjil

jauh lebih menarik minat mata untuk melihat.

7. Benda yang memiliki perbedaan massa dan kedalaman akan menarik mata untuk terus

menerus melihat.

8. Sesuatu yang bergerak digunakan untul menarik pengunjung

9. Menggunakan pencahayaan dengan warna yang terang/

10. Penggunaan tema yang sama pada wondow display dengan diplay lainnya yang

terletak di dalam retail.

Sumber : Camilleti, Denise Schroeder & Kim Scolum. http://www.MRA.com

Teori mengenai Workshop

Defenisi

Bengkel, Ruang Kerja, lokakarya. (Advanced English Indonesian Dictionary.

(42)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

A workshop is a room or building which provides both the area and tools (or

machinery) that may be required for the manufacture or repair of manufacture or repair

of manufactured goods. Apart from larger factories, workshop were the only places of

production in the day before industrialization. (Wikipedia.com)

Secara umum workshop adalah tempat kerja, bisa juga disebut bengkel. Intinya

workshop adalah tempat tenaga kerja (mekanik,montir dll) melakukan kegiatan

maintenance dan repair yang didukung dengan alat-alat kerja.

Arti dari segi tehnik, workshop adalah wadah atau tempat penampungan data-data dan

alat-alat.

[image:42.595.163.452.396.489.2]

Proses Produksi

Gambar 2.8 : Proses Produksi

Sebelum menjadi sebuah furniture rumah modern , kayu harus melalui beberapa proses dasar

dan teliti. Karena kayu pada dasarnya adalah material yang 'hidup' maka beberapa proses

kadang2 akan harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Berikut ini proses dasar pengolahan kayu:

Proses pengerjaan dari kayu log menjadi sebuah furniture merupakan sebuah proses yang

panjang dan dibutuhkan ketelitian tinggi sehingga bisa dihasilkan kualitas yang baik. Di sini

saya ingin menjabarkan secara garis besar bagaimana semua proses tersebut berjalan dan

bagaimana mengatur agar beberapa proses yang sangat penting tidak terlewati.

Keseluruhan proses memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda dan memerlukan

(43)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

pengeringan kayu, pembahanan, pembuatan kontruksi, perakitan dan finishing membutuhkan

prioritas dan alat yang berbeda.

1. Logs

Kayu-kayu berbentuk bundar dengan diameter bervariasi dari 25-80 cm (tergantung

jenis kayu) ini adalah hasil dari penebangan pohon di hutan dan belum melalui proses

apapun kecuali tindakan pencegahan retak pada ujung log. Pada beberapa jenis kayu

dilakukan pengupasan kulit pohon dengan tujuan percepatan pengeringan kayu. Kayu log

ini kemudian digergaji untuk mendapatkan ukuran papan dan balok sesuai kebutuhan.

2. Penggergajian

Agar dapat diproses dengan alat pengering kayu lebih lanjut, pembelahan log dibuat

sedemikian rupa sehingga dimensi kayu sesuai dengan ukuran ruangan pengering kayu

dan ukuran perabot yang akan dibuat.

3. Pengeringan kayu

Kayu harus dikeringkan karena sifat fisiknya yang bisa berubah bentuk seiring dengan

berubahnya kadar kandungan air di dalam kayu. Metode pengeringan bisa

bermacam-macam bisa di lihat di sini. Standar kayu yang kering juga bisa dilihat di sini.

4. Pembahanan Dasar

Kayu paling ideal dibelah dan dipotong ketika sudah kering dan proses ini dilakukan di

ruang pembahanan. Pada proses ini kita harus mengetahui dengan tepat ukuran-ukuran

komponen untuk perabot pada waktu jadi sehingga pengaturan tentang rendemen dan serat

kayu sesuai dengan posisi komponen akan dapat diatur dengan benar.

Bahan kayu hanya dipolah hingga ukuran kasar tapi sudah dilakukan pemilihan kualitas

terutama terhadap mata kayu, kayu gubal dan cacat kayu alami yang lainnya. Pemeriksaan

kualitas bahan dalam hubungannya dengan cacat alami kayu harus dilakukan pada tahap

ini.

(44)

,

g

INDONESIA FURNISHING PLAZA

E

Dimulai dengan penyerutan kayu untuk menghasilkan permukaan yang halus, lalu

pemotongan pada sisi panjang sebagai ukuran jadi hingga pembuatan lubang kontruksi

adalah proses paling panjang di dalam produksi furniture kayu.

Beberapa komponen atau bagian furniture seringkali harus melalui proses pada mesin

yang sama secara berulang-ulang. Proses kontruksi meliputi:

o Pembuatan lubang dowel o Pembuatan tenon & mortise o Alur dan takikan

o pingul pada sisi ujung kayu dan lain-lain

6. Pengamplasan

Pertama kali harus dilakukan ketika benda kerja selesai melalui proses kontruksi. Dan

proses ini membutuhkan beberapa kali dengan grit amplas yang berbeda secara bertahap.

Di dalam tahap ini sudah seharusnya tidak ada lagi cacat kayu peca

Gambar

Tabel 2.1 : WPP RUTRK Kota Medan
Tabel 2.2 : Kriteria Pemilihan Lokasi
Gambar 2.1 : WPP Kota Medan
Gambar 2.2 : Peta Google Earth Alternatif Site 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

diadakannya pertandingan balap sepeda serta kegiatan olahraga sepeda indoor ataupun kegiatan lain yang dapat dilaksanakan di bangunan ini yang membutuhkan tribun atau tempat

hanya tempat memasang atau memamerkan dan menjual suatu karya seni, menjadi.. ruang apresiasi bagi semi dan

kegiatan nya difasilitasi dan didukung oleh ruang – ruang dan fungsi bangunan yang ada di Sentra Industri Batik Warna

Fungsi sirkulasi pada bangunan ini bukan hanya sebagai suatu area penghubung dari satu ruang ke ruang lainnya tetapi sirkulasi pada bangunan ini juga merupakan suatu

Masalah dominan yang terdapat pada bangunan proyek SMK Perkayuan adalah terletak pada luas ruang gerak dan beraktifitas bagi siswa (aspek spasial), terutama

Galeri berarti ruang atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni. 6 Galeri seni bersifat milik pribadi untuk menjual benda seni, sebagian besar galeri memiliki

Ruang pamer dalam sebuah galeri seni sangat penting karena fungsi dari galeri itu sendiri adalah sebuah ruang atau bangunan untuk memamerkan atau mendisplay karya seni baik itu

Pelaku adalah pengguna bangunan secara keseluruhan yang kegiatan nya difasilitasi dan didukung oleh ruang – ruang dan fungsi bangunan yang ada di Sentra Industri