LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490- STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik
Oleh
ANISA AMMAR
090406030
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490-TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik
Oleh
ANISA AMMAR
090406030
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
Oleh:
ANISA AMMAR
090406030
Medan, Juli 2013
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D
NIP. 195209271983031003
Ir. Novrial M.Eng.
NIP. 196603031993031002
Ketua Departemen Arsitektur
Nama
: Anisa Ammar
NIM
: 090406030
Judul Proyek Tugas Akhir
: Pusat Transportasi Belawan
Tema
: Arsitektur
High-Tech
Rekapitulasi Nilai
:A
B+
B
C+
C
D
E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
Medan, Juli 2013
Ketua Departemen Arsitektur
Koordinator TKA-490
Ir. N. Vinky Rahman, MT.
NIP. 196606221997021001
Ir. Basaria Talarosa, MT
NIP. 196501091995012001
No
Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing I
Paraf
Pembimbing II
Kordinator TKA – 4901
Lulus
Langsung
2
Lulus
Melengkapi
3
Perbaikan
Tanpa Sidang
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan seluruh proses
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua saya tercinta, ayah saya Dr. Mahmud, M.Sc. dan mama saya Dr.
Marpongahtun, M.Sc. atas segala doa, kesabaran dan segala pegorbanannya selama
ini. Kepada adik saya Hafizhalaila Ammar, abang sepupu Purnomo Wira Siddiq, adik
sepupu Ari Sakti Widodo, keluarga besar serta Si Endut (Ratno Mulyadi C.S.) yang
selalu memberikan dukungan, motivasi, dan pertolongan kepada saya.
Dengan tulus dan kerendahan hati, saya menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih serta penghargaan sebesar – besarnya kepada Pembimbing Tugas Akhir saya
bapak ProfIr H. Moehammad Nawawiy Loebis M.Phil, Ph.D dan bapak Ir. Novrial
M.Eng., serta kepada para penguji bapak Devin Defriza Harisdani S.T., M.T. dan ibu
Andalucia, S.T., M.Sc. atas kesedian membimbing, memotivasi, memberi ilmu, memberi
masukan dan waktu beliau sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga saya tujukan kepada:
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Departemen Arsitektur, Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A., sebagai Sekretasis Departemen Arsitektur, dan Bapak
Imam Faisal Pane, S.T., M.T. sebagai Sekretaris Departemen Arsitektur semasa
kami menjalani proses-proses Tugas Akhir.
Ibu Ir. Basaria Talarosa, M.T. selaku Koordinator Tugas Akhir, Departemen
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
Sahabat saya Zulvita Amanda, serta teman–teman 2009 tanpa terkecuali
khususnya teman – teman kelompok tugas akhir Indra, Haffidz, Shara, Novi, Lili,
Adib, Ipit, Ummi, dan Yuyun, atas kesetiakawanan dan perjuangan bersama. Sahabat – sahabat saya, Asnila, Tika, Wina, TJ, Maw, Frida, dan Aja atas doa dan
Senior-senior Arsitektur USU, Bang Kimo dan Bang Imam yang mau saya culik ke
Belawan, Bang Surya, senior yang sama-sama berjuang di Belawan, dan terakhir
Bang Grady dan Kak Dewi yang menjadi tempat curhat saat galau.
Saya sungguh menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini mungkin masih memiliki
banyak kekurangan. Maka dari itu saya membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi
penyempurnaan tugas akhir ini agar dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khusunya di lingkungan Departemen Arsitektur USU
Medan, Juli 2013
Hormat Saya
DAFTAR ISI
Halaman Judul Luar i
Halaman Judul Dalam ii
Lembar Pengesahan iii
Surat Hasil Penilaian Proyek Akhir iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Diagram xii
Abstrak xiii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud dan Tujuan 3
I.3. Peruusan Masalah 3
I.4. Pendekatan Proyek 4
I.5. Lingkup dan Batasan Proyek 5
I.6. Kerangka Berpikir 6
I.7. Sistematika Laporan 7
BAB II DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi Judul Proyek 8
II.2. Tinjauan Umum 9
II.2.1. Pelabuhan Penumpang Kapal Laut 9
II.2.1. Stasiun Kereta Api 14
II.2.3. Terminal Angkutan Umum 21
II.3. Lokasi Proyek 28
II.4. Studi Banding Fungsi Sejenis 32
BAB III ELABORASI TEMA
III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema 38
III.2. Pengertian Tema 38
III.3. Interpretasi Tema 41
III.4. Keterkaitan Tema dengan Judul 41
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
IV.1. Analisa Fisik 54
IV.1.1. Lokasi 54
IV.1.2. Tata Guna Lahan dan Skyline 57
IV.1.3. View 58
IV.1.4. Pencapaian dan Sirkulasi 59
IV.1.5. Cuaca 60
IV.1.6. Vegetasi 61
IV.1.7. Matahari 62
IV.2. Analisa Non-Fisik 63
IV.2.1. Skema Hubungan Kegiatan 63
IV.3. Analisa Kebutuhan Ruang 68
IV.3.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan 69
IV.3.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang 70
IV.3.2.1. Pelabuhan Penumpang Belawan 70
IV.3.2.2. Stasiun Kereta Api Belawan 79
IV.3.2.3. Terminal Angkutan Umum 82
IV.4. Analisa Utilitas 84
IV.4.1. Air Bersih 84
IV.4.2. Air Kotor 85
IV.4.3. Pengkondisian Udara 86
IV.4.4. Listrik 86
IV.4.5. Pencahayaan 86
IV.4.6. Pencegahan Kebakaran 86
IV.4.7. Sistem Keamanan 87
IV.4.8. Sistem Pembuangan Sampah 88
BAB V KONSEP PERANCANGAN
V.1. Konsep Zoning 89
V.2. Konsep Zoning Ruang Dalam 90
V.3. Konsep Bentukan Massa 90
V.4. Konsep Struktur Bangunan 91
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN 96
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rencana Pusat Pelayanan Kota Medan 2030 29
Tabel 4.1. Foto Daerah Sekitar Site 56
Tabel 4.2. Tabel Pengguna dan Kegiatan 69
Tabel 4.3. Tabel Jumlah Penumpang Dalam Negeri 70
Tabel 4.4. Tabel Jumlah Penumpang Internasional 71
Tabel 4.5. Tabel Nama Kapal Ferry Internasional 72
Tabel 4.6. Tabel Kebutuhan Ruang Pelabuhan 77
Tabel 4.7. Tabel Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2010 79
Tabel 4.8. Tabel Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2011 79
Tabel 4.9. Jadwal Kereta Api Barang Belawan 79
Tabel 4.10. Tabel Kebutuhan Ruang Stasiun 80
Tabel 4.11. Tabel Kebutuhan Parkir Stasiun 82
Tabel 4.12. Tabel Kebutuhan Parkir Terminal 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Stasiun Siku-siku 14
Gambar 2.2. Stasiun Paralel 15
Gambar 2.3. Stasiun Pulau 15
Gambar 2.4. Stasiun Semenanjung 15
Gambar 2.5. Stasiun Kecil 16
Gambar 2.6. Stasiun Sedang 16
Gambar 2.7. Stasiun Besar 16
Gambar 2.8. Ground level station 17
Gambar 2.9. Over track station 17
Gambar 2.10. Under track station 17
Gambar 2.11. Lokasi Proyek 28
Gambar 2.12. Peta Kota Medan 31
Gambar 2.13. Site Plan Terminal 32
Gambar 2.14. Yokohama International Terminal 33
Gambar 2.15. Tampak Atas Terminal 33
Gambar 2.16. Tampak Atas Terminal 33
Gambar 2.17. Ruang Luar Terminal 33
Gambar 2.18. Langit-langit Pelabuhan 34
Gambar 2.19. Jalur Pejalan Kaki 34
Gambar 2.20. Spandu Railway Station 35
Gambar 2.21. Atap Terminal Bandar Raya Payung Sekaki 36
Gambar 2.22. Interior Dalam Terminal 37
Gambar 2.23. Area Terminal 37
Gambar 3.1. Tampak Gedung Fakultas Hukum 42
Gambar 3.2. Potongan Bangunan 43
Gambar 3.3. Interior Bangunan 43
Gambar 3.4. Fasad Bangunan 44
Gambar 3.5. Tangga Bangunan 44
Gambar 3.6. Tampak Bangunan 45
Gambar 3.7. Ruang Luar Bangunan 45
Gambar 3.8. Interior Gedung Parlemen 45
Gambar 3.9. Interior Gedung Parlemen 45
Gambar 3.10. Langit-langit Gedung 46
Gambar 3.13. Lorong Dalam Gedung 47
Gambar 3.14. Potongan Bangunan 48
Gambar 3.15. Tampak Bangunan 49
Gambar 3.16. 3D Bangunan 49
Gambar 3.17. East Bay Garden 50
Gambar 3.18. Bagian Dalam South Bay Garden 51
Gambar 3.19. Taman Luar Lokasi Supertrees 51
Gambar 3.20. Proses Pembangunan 52
Gambar 3.21. Struktur Bangunan 52
Gambar 3.22. Struktur Dalam Bangunan 53
Gambar 4.1. Lokasi Site 54
Gambar 4.2. Site 55
Gambar 5.1. Rangka Baja Ekspose Penopang Atap 91
Gambar 5.2. Detail Sambungan Baja ke Atap 92
Gambar 5.3. Struktur Bagian Dalam Penghubung Antar Atap 92
Gambar 5.4. Rangka Penghubung Atap Bagian Lobby dan Skycross 93
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir 6
Diagram 2.1. Sistem Organisasi Unit Operasional Stasiun Belawan 19
Diagram 2.2. Sistem Organisasi Unit Sarana Stasiun Belawan 20
Diagram 4.1. Sirkulasi Umum 63
Diagram 4.2. Sirkulasi Penumpang Keberangkatan Pelabuhan 64
Diagram 4.3. Sirkulasi Penumpang Kedatangan Pelabuhan 65
Diagram 4.4. Sirkulasi Pengantar Pelabuhan 65
Diagram 4.5. Sirkulasi Penjemput Pelabuhan 66
Diagram 4.6. Sirkulasi Keberangkatan Stasiun 66
Diagram 4.7. Sirkulasi Kedatangan Stasiun 67
Diagram 4.8. Sirkulasi Keberangkatan Terminal 67
Diagram 4.9. Sirkulasi Kedatangan Terminal 68
Diagram 4.10. Skema Pendistribusian Air Bersih 85
Diagram 4.11. Skema Pendistribusian Black Water 85
Diagram 4.12. Skema Pendistribusian Grey Water 85
ABSTRACT
Medan Belawan located on the shipping lanes of the Malacca Strait, so it has a strategic position as the gateway (door) activities of trading goods and services, both domestic and foreign trade (export-import) from the sea. As the gateway of goods and services, Medan Belawan is also takes part as a door for both domestic visitors and foreign tourists to the city of Medan through sea routes. The Transportation Center of Belawan planning is intended to meet the needs of facilities and infrastucture in the field of transport. Expected by combining three transportations (ship, train, and public transport) make the movement of people to and from Belawan more easier. The Transportation Center of Belawan is also planning as one of the efforts to support the Goverment’s plans in making city of Belawan as a center of industry area.Planning used HighTech Architecture theme that symbolized and presented the technology than just using technology as efficient as possible. Exposed Structures and utilities were the prominent character from HighTech Architecture.
Keywords : Centre,Transportation, Belawan, Harbour, Station, Terminal, HighTech.
ABSTRAK
Medan Belawan berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, sehingga memiliki posisi yang strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor) dari jalur laut. Sebagai pintu masuk barang dan jasa, Kecamatan Medan Belawan juga merupakan pintu masuk bagi pengunjung domestik maupun mancanegara menuju Kota Medan melalui jalur laut. Perencanaan Pusat Transportasi Belawan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana infrastruktur dalam bidang transportasi. Diharapkan dengan dipusatkanya tiga fasilitas transportasi (kapal, kereta api, dan angkutan umum) dapat memudahkan pergerakan masyarakat dari dan menuju Belawan. Perencanaan Pusat Transportasi ini juga sebagai salah satu upaya untuk mendukung rencana Pemerintah dalam menjadikan Kota Medan Belawan sebagai pusat industri. Perencanaan menggunakan tema Arsitektur HighTech yang lebih menyimbolkan dan mempresentasikan teknologi dari pada sekedar menggunakan teknologi yang sefisien mungkin. Struktur dan utilitas yang diekspose merupakan karakter yang menonjol dari Arsitektur HighTech.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Belawan berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah barat dan timur, Medan Marelan dan Medan Labuhan di selatan,
dan Selat Malaka di utara. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran
Selat Malaka, maka Kecamatan Medan Belawan memiliki posisi strategis sebagai
gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan
domestik maupun luar negeri (ekspor-impor) dari jalur laut.
Selain sebagai pintu masuk barang dan jasa, Kecamatan Medan Belawan juga
merupakan pintu masuk bagi pengunjung domestik maupun mancanegara menuju Kota
Medan melalui jalur laut. Jumlah pengunjung yang keluar masuk kota Medan tiap tahun
semakin meningkat, baik pengunjung dari dalam negeri maupun luar negeri, pengunjung
ini masuk ke kota Medan dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda, diantaranya
dengan tujuan wisata, bisnis, pendidikan, dll. Para pengunjung ini memasuki Kota Medan
melalui Bandara Udara Polonia dan Pelabuhan Belawan.
Menurut data dari PT. Pelindo I, terjadi peningkatan tajam jumlah penumpang
domestic dan mancanegara yang menuju pelabuhan-pelabuhan di bawah pengolahan PT.
Pelindo I. Pada tahun 1995 tercatat penumpang domestic sebanyak 2.168.517 orang,
dan penumpang mancanegara sebanyak 525.095 orang. Sedangkan pada tahun 1999
tercatat penumpang domestic sebanyak 4.994.094 orang, dan penumpang mancanegara
sebanyak 1.542.825 orang. Peningkatan pesat ini terjadi karena meningkatnya arus
penumpang domestic ke Belawan, Dumai, dan Kepulauan Riau.
Pemindahan lokasi terminal penumpang dari Dermaga Ujung Baru ke Dermaga
Belawan Lama dilakukan karena lokasi yang lama tidak memadai untuk dipergunakan
sebagai terminal penumpang. Area terminal bercampur aduk dengan area kegiatan
bongkar muat barang dan lahan parkir yang tidak memadai dan tidak teratur. Selain itu,
di tepi jalan sehingga tidak perlu masuk ke area pelabuhan dan tidak terganggu arus
masuk barang.
Tepat di seberang Dermaga Belawan Lama terdapat Stasiun Kereta Api Belawan.
Stasiun Kereta Api Belawan dibangun pada tahun 1923 dan diperuntukan untuk
mengangkut barang dan penumpang dari Belawan ke kota lain. Dengan adanya
pengaktifan kembali dermaga Belawan Lama, maka Stasiun Kereta Api Belawan menjadi
transportasi yang diperuntukan untuk mengangkut pengunjung yang menggunakan jalur
laut ke destinasi tujuannya di Kota Medan.
Selain mengangkut penumpang, stasiun juga berfungsi sebagai transportasi
mengangkut barang-barang industri. Saat ini kereta api barang yang melewati Stasiun
Belawan menuju dermaga mengangkut hasil industri berupa minyak sawit dan lateks.
Hasil-hasil industri berasal dari kecamatan-kecamatan penghasil di sekitar Sumatera
Utara, seperti Kota Kisaran, Rantau Prapat, Tebing Tinggi, dan masih banyak lagi.
Di daerah ini juga ada rencana pembangunan terminal angkutan umum tipe B
sebagai alternatif kendaraan darat selain kereta api. Pemerintah Kota Medan berencana
menggabungkan ketiga fasilitas transportasi ini (pelabuhan, stasiun, dan terminal) untuk
mempermudah akses pengunjung.
Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi proyek “Pusat Transportasi
Belawan”, diantaranya adalah :
Pembangunan kota Medan yang selama ini dikonsentrasikan di Sebelah
Selatan akan dialihkan ke arah Utara ( Belawan ).
Rencana induk Pelabuhan Belawan yang akan memindahkan Terminal
Penumpang dari Dermaga Ujung Baru ke Dermaga Belawan Lama yang
berada di depan stasiun, yang akan dikhususkan untuk pengangkutan
penumpang kapal.
Rencana pemerintah tentang Trimoda Transportasi.
Rencana pembangunan Belawan sebagai Harbour City yang moderen
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari perencanaan “Pusat Transportasi Belawan” adalah :
1. Sesuai dengan program pengembangan prasarana transportasi (fisik dan
non-fisik) pada masa yang akan datang.
2. Kebutuhan akan sarana transportasi massal yang paling optimal, efektif dalam arti
murah, lancar, cepat, mudah, teratur, dan nyaman dengan berbagai fasilitas
penunjang dalam mendukung pengembangan wilayah kota Belawan.
3. Menghadirkan fasilitas transportasi yang terintegritas dengan sarana transportasi
lainnya seperti bandara, pelabuhan, dan stasiun.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada kepada masyarakat melalui
penyediaan fasilitas pelayanan yang optimal. Menyediakan sebuah wadah yang
secara khusus mengakomodasi penumpang yang akan berangkat (departure),
melayani kedatangan (arrival) penumpang, dan kepengurusan perjalanan lainnya.
5. Meningkatkan penggunaan kendaraan massal dan memperkecil kemacetan akibat
penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi yang sudah berlebihan.
6. Merancang ruang publik sebagai sarana pendukung bangunan transportasi.
I.3. Perumusan Masalah
Masalah yang ada dalam perancangan “Pusat Transportasi Belawan” ini antara
lain:
1. Bagaimana merencanakaan dan merancang fasilitas transportasi dengan fungsi
yang kompleks dan jenis beragam yang mampu menampung berbagai kegiatan
sehingga terintegrasi secara baik dan benar.
2. Melakukan survey-survey yang berkenaan dengan kondisi eksisting lahan, dan
analisa-analisa yang diperlukan.
3. Mengumpulkan data-data dari dinas-dinas pemerintah yang berhubungan dengan
proyeksi-proyeksi pengguna moda transportasi yang ada sekarang, kemudian
melakukan analisa-analisa yang diperlukan.
4. Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman serta
mengintegrasikan keduanya sehingga pengguna dapat dengan mudah
5. Bagaimana merancang bangunan yang nyaman dan aman mengingat bangunan
yang akan dirancang nantinya akan ramai dikunjungi oleh masyarakat.
6. Bagaimana menggabungkan tiga jenis fasilitas transportasi agar dapat saling
mendukung.
I.4. Pendekatan Proyek
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses
perencanaan dan perancangan “Pusat Transportasi Belawan” maka dilakukan berbagai
pendekatan desain yaitu :
1. Studi Pustaka
Karakteristik dan Citra sebuah Stasiun Kereta Api, Pelabuhan, dan
Terminal.
Standar ruang-ruang untuk fasilitas ruang utama dan ruang penunjang. Tipologi bangunan yang berkaitan dengan tema sejenis.
Standar peraturan dan kebijakan yang berlaku di daerah sekitar site.
2. Studi banding terhadap tema sejenis.
3. Studi lapangan untuk mengetahui konsisi lingkungan dan potensi kawasan di
sekitar site bangunan
4. Wawancara dengan berbagai pihak yang memiliki kaitan dengan perencanaan
proyek ini
5. Seleksi, yaitu menyaring, mengolah, dan merumuskan berbagai masukan
I.5. Lingkup dan Batasan Proyek
Yang menjadi lingkup dan batasan perancangan dalam bangunan ini adalah
sebagai berikut:
1. Menyangkut masalah pemilihan site, site berada pada kawasan industri
Kecamatan Belawan.
2. Perancangan yang dilakukan adalah bangunan yang memfasilitasi kegiatan yang
terdapat dalam sebuah stasiun kereta api, pelabuhan penumpang, dan terminal
angkutan umum yang saling mendukung.
3. Perancangan mengikuti standar ukuran ruangan terhadap masing-masing
kegiatan.
4. Mempelajari dan menerapkan standar ruang dan pola sirkulasi bagi para
penumpang, calon penumpang, serta bagasi dengan berbagai kepentingan dan
tujuan perjalanan, baik itu kedatangan maupun keberangkatan.
5. Pembahasan proyek pada penerapan konsep Arsitektur HighTech yang dikaitkan
I.6. Kerangka Berpikir
Pembahasan dan perumusan masalah hingga menghasilkan suatu desain, pada
proyek ini terangkum dalam kerangka berpikir pada diagram I.1 berikut ini :
I.7. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan laporan dalam proyek tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan
yang meliputi: Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Perumusan Masalah, Pendekatan
Proyek, Lingkup dan Batasan Proyek, Kerangka Berfikir, dan Sistematika Laporan.
BAB II. DESKRIPSI PROYEK
Berisi tinjauan umum maupun tinjauan khusus tentang proyek yang akan
dilaksanakan seperti beberapa teori yang dapat membantu dalam proses
perencanaan/perancangan, posisi site, kondisi site, potensi yang ada, ketentuan dan
peraturan yang ada, dan studi banding proyek sejenis.
BAB III. ELABORASI TEMA
Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interoretasi tema, keterkaitan
tema dengan judul, dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
BAB IV. ANALISA
Berisi tinjauan analisis tentang pengguna, aktifitas, kebutuhan dan standar ruang,
program ruang dan organisasi ruang yang ada, dan analisis keadaan lingkungan tentang
lokasi, kondisi, potensi lahan sebagai kasus proyek, kontrol fisik, sirkulasi dan
pencapaian, orientasi, dan pemandangan sekitar lokasi.
BAB V. KONSEP PERANCANGAN
Berisi tentang konsep dasar dan konsep lanjutan tentang tapak, konsep
bangunan yang direncanakan, sebagai keluaran untuk menuju kehasil perancangan.
BAB VI. GAMBAR KERJA
Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur, gambar rencana, dan maket.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi Judul Proyek
Pengertian tentang terminologi dari judul proyek “Pusat Transportasi Belawan”,
adalah sebagai berikut :
Pusat
Tempat yg letaknya di bagian tengah; titik yg di tengah-tengah (di bulatan bola,
lingkaran, dsb); pusar; pokok pangkal atau yg menjadi pimpinan (berbagai-bagai
urusan, hal, dsb)1.
Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi
darat, laut, dan udara2.
Belawan
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.
Jadi, berdasarkan jabaran terminologi pengertian di atas, maka “Pusat Transportasi Belawan” dapat diartikan sebagai suatu tempat atau daerah yang berfungsi untuk mewadahi dan melayani kebutuhan penumpang dan pengunjung yang
menggunakan jasa transportasi di Kecamatan Medan Belawan.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
II.2. Tinjauan Umum
Berdasarkan judul “Pusat Transportasi Belawan”, dapat diartikan bahwa terdapat lebih dari satu fasilitas atau moda transportasi yang terdapat di dalam proyek.
Fasilitas-fasilitas transportasi yang terdapat di Pusat Transportasi Belawan adalah:
II.2.1. Pelabuhan Penumpang Kapal Laut
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya
dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik,dan turun penumpang atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antara moda
transportasi3.
Sedangkan menurut Wiwoho Sedjono, SH, pelabuhan adalah tempat yang dengan
peraturan pemerintah ditunjuk sebagai demikian di Indonesia yang dapat dikunjungi oleh
kapal-kapal laut4.
Maka yang dimaksud dengan pelabuhan adalah daerah atau tempat berlabuh dan
atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan, serta merupakan lingkungan
kerja kegiatan ekonomi dan pemerintahan.
a. Peran Pelabuhan
Peran penting pelabuhan dalam sistem transportasi nasional:
o Titik perubahan moda transportasi, dari darat ke laut, dan sebaliknya.
o Pintu gerbang komersial suatu daerah atau negara.
o Tempat penampungan, penyimpanan, dan distribusi barang.
3
b. Fungsi Pelabuhan
Adapun fungsi pelabuhan yaitu:
o Interface
Pelabuhan menyediakan fasilitas dan pelayanan untuk memindahkan
barang dari kapal ke darat dan sebaliknya.
o Link
Pelabuhan sebagai mata rantai penghubung dalam sistem transportasi.
o Gateways
Pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang perdagangan bagi suatu
daerah atau negara.
c. Klasifikasi Pelabuhan
Pelabuhan mempunyai beberapa cara pengklasifikasian, yaitu:
1. Klasifikasi dari segi teknis
o Pelabuhan alam
Pelabuhan yang terjadi dari kondisi geografis yaitu daerah yang menjorok
ke dalam (berupa teluk).
o Pelabuhan buatan
Suatu daerah perairan yang dibuat oleh manusia sedemikian rupa
sehingga terlindung terhadap gangguan alam yang berasal dari laut.
2. Klasifikasi dari segi pelayanan jasa
o Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan yang berada dalam pembinaan pemerintah yang disesuaikan
dengan kondisi, potensi, serta kemampuan pengembangannya.
o Pelabuhan otonom
Pelabuhan yang diberi wewenang untuk mengatur dirinya sendiri sesuai
dengan aturan yang ditetapkan.
o Pelabuhan yang tak diusahakan
Merupakan pelabuhan untuk pelayaran rakyat seperti daerah penangkapan
3. Klasifikasi menurut jenis perdagangan
o Pelabuhan laut
Pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri dan dalam negeri.
o Pelabuhan pantai
Pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan dalam negeri.
4. Klasifikasi jenis kapal dan muatannya
o Pelabuhan utama
Merupakan pelabuhan pengirim dan pengumpul yang melayani kapal
besar.
o Pelabuhan cabang (feeder)
Merupakan pelabuhan pengumpul bagi pelabuhan utama yang melayani
kapal-kapal sedang dan daerah sekitarnya merupakan daerah potensial
industri.
o Pelabuhan ferry
Pelabuhan yang sebenarnya merupakan pelabuhan ferry tetapi ada juga
aktifitas cargo tradisonal5.
d. Komponen Pelabuhan Penumpang
1. Area Dermaga
Dermaga digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan
bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Bentuk dermaga
tergantung kegunaan pelabuhan dan kedalaman alur pelayaran, yaitu:
o Memanjang: dermaga yang posisinya sejajar atau parallel dengan garis
pantai terutama untuk alur pelayaran yang cukup dalam untuk kapal-kapal
olah gerak (manuevering ship).
o Wharf: dermaga yang posisinya menjorok ke tengah laut atau tegak lurus
garis pantai. Hal ini dibuat bilamana kedalaman alur perairan pelabuhan
kurang dalam untuk kapal-kapal masuk dan melakukan manuevering ship.
o Pier: antara dermaga dsn pantai dihubungkan dengan jembatan
penghubung sebagai penerus dari pergerakan barang.
2. Bangunan Terminal
Merupakan wadah prosessing penumpang dan barang bawaan yang akan
embarkasi atau debarkasi dari kapal penumpang. Aktivitas pokok adalah
pelayanan kepada masyaraka pemakai jasa angkutan laut. Fasilitas wadah
kegiatan tersebut meliputi:
o Pelayanan pra dan pasca perjalanan penumpang
o Pelayanan informasi dan penjualan tiket
o Pelayanan prossesing penumpang dan barang bawaan
o Pelayanan penunjang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
penumpang.
3. Area Parkir Kendaraan Penumpang
Untuk mewadahi kendaraan penumpang sebagai penunjang pelabuhan
penumpang, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum,
parkir penumpang/pengantar/penjemput, dan parkir pegawai.
Guna memenuhi sasaran dan fungsinya, sebuah pelabuhan dilengkapi dengan
beberapa fasilitas. Fasilitas pelabuhan terbagi atas dua, yaitu6:
1. Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi:
o Perairan tempat labuh
o Kolam labuh
o Alih muat antar kapal
o Dermaga
o Terminal penumpang
o Pergudangan
o Lapangan penumpukan
o Terminal peti kemas
o Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa
o Fasilitas bunker
o Instalasi air, listrik dan telekomunikasi
o Jaringan jalan dan rel kereta api
o Fasilitas pemadam kebakaran
o Tempat tunggu kenderaan bermotor
2. Fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi:
o Kawasan perkantoran untuk pengguna jasa pelabuhan
o Sarana umum
o Tempat penampungan limbah
o Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi
o Fasilitas perhotelan dan restoran
o Areal pengembangan pelabuhan
o Kawasan perdagangan
o Kawasan industri
Berdasarkan SNI 10-4838-1998 mengenai Persyaratan Terminal Penumpang di
Pelabuhan Laut, pelabuhan penumpang terdiri dari terminal penumpang domestik.
Gedung terminal penumpang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut7:
1. Tata ruang yang menjamin kelancaran arus naik turun penumpang,
2. Sirkulasi udara dan cahaya yang cukup,
3. Kemudahan perpindahan penumpang antarmoda,
4. Dilengkapi dengan tanda-tanda petunjuk dan tanda-tanda grafis,
5. Perbandingan yang digunakan untuk luas gedung terminal ialah 1,2 m2/orang,
6. Secara umum dengan mempertimbangkan efisiensi perencanaan, pembangunan
dan pengoperasiannya, ukuran luas terminal dibedakan menjadi:
o Terminal besar ukuran 2000 m2 dan 4000 m2
o Terminal sedang ukuran 500 m2 dan 1000 m2 o Terminal kecil ukuran 300 m2
7. Luas gedung terminal dan luas lapangan parkir diatur dengan perbandingan 1:2
8. Kegiatan angkutan penumpang dengan kendaraan darat sedapat mungkin
langsung ke jalan akses yang ada.
II.2.2. Stasiun Kereta Api
Stasiun merupakan bagian dari perkeretaapian yang memiliki peran penting
dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api. Beberapa
pengertian mengenai stasiun adalah:
Stasiun adalah kumpulan jalan kereta, gedung, dan peralatan lainnya yang
merupakan kesatuan yang diperlukan buat melakukan dinas perjalanan
kereta api8.
Stasiun adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, dimana penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan
mengurus bagasinya9.
Stasiun adalah tempat akhir dan awal perjalanan kereta api, bukan
merupakan tujuan atau awal perjalanan yang sebenarnya karena masih
diperlukan moda angkutan lainya untuk sampai ke tujuan akhir10.
Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenisnya
masing-masing, dengan rincian sebagai beriut:
a. Menurut bentuknya
1. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak
[image:27.595.207.478.478.551.2]sepur-sepur yang berakhiran di stasiun tersebut.
Gambar 2.1. Stasiun Siku-siku
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
2. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan
stasiun pertemuan.
8
Ir. J. Honing Ilmu Bangunan Jalan Kereta Api, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975, hal 68
9
Subarkah, Imam, 1981
Gambar 2.2. Stasiun Paralel
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
3. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di
tengah-tengah antara sepur.
Gambar 2.3. Stasiun Pulau
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
4. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang
bergandengan.
Gambar 2.4. Stasiun Semenanjung Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
b. Menurut jangkauuan pelayanan
1. Stasiun jarak dekat (Commuter Stasion).
2. Stasiun jarak sedang (Medium Distance Stasion).
3. Stasiun jarak jauh (Long Distance Stasion).
c. Menurut letak
1. Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan.
2. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan.
3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan.
d. Menurut ukuran
1. Stasiun kecil, di sini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya
ada dua atau tiga rel kereta api.
Gambar 2.5. Stasiun Kecil
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
2. Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang
dan melayani penumpang jarak jauh.
Gambar 2.6. Stasiun Sedang
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
3. Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang
banyak dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya lengkap dengan sistem
pengaturan yang sangat kompleks.
Gambar 2.7. Stasiun Besar
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
e. Menurut posisi
1. Ground level station, bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan
Gambar 2.8. Ground level station
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
2. Over track station, letak bangunan stasiunnya diatas platform/peron.
Gambar 2.9. Over track station
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
3. Under track station, letak bangunan stasiunnya di bawah peron.
Gambar 2.10. Under track station
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Sedangkan menurut PT. Kereta api, stasiun digolongkan/diklarifikasian dalam
[image:30.595.242.423.531.687.2]mempertimbangkan nilai bobot stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus
Point Method yang terdiri dari 10 faktor penilaian/klasifikasi, yaitu:
1. Jumlah personel,
2. Jumlah kereta api yang dilayani,
3. Jumlah kereta api yang berhenti,
4. Jumlah kereta api yang dilangsir,
5. Daerah tingkat kedudukan stasiun,
6. UPT lain disekitarnya,
7. Potensi angkutan,
8. Volume penumpang,
9. Volume barang,
10. Pendapatan stasiun.
Dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, stasiun kereta api
dikelompokkan menjadi empat kelas stasiun, yaitu:
1. Stasiun kelas besar
2. Stasiun kelas 1
3. Stasiun kelas 2
4. Stasiun kelas 3
Perubahan kelas suatu stasiun diputuskan oleh Dirut PT. Kereta Api (Persero)
dengan memperhatikan penilaian di atas dan juga memperhatikan usulan-usulan yang
disampaikan oleh pengelola stasiun serta wilayah dimana stasiun itu berada.
Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas: Pelataran parkir stasiun;
Tempat penjualan tiket dan loket informasi; Peron atau ruang tunggu;
Ruang Kepala Stasiun dan Wakil Kepala Stasiun;
Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya;
Ruang administrasi;
Balai Pengobatan; Ruang Istirahat Masinis; Toilet dan Musholla.
Sistem organisasi di Stasiun Kereta Api Belawan terbagi menjadi beberapa
unit/bidang. Berikut merupakan rinciannya :
a. Unit Operasional
Unit ini merupakan unit yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
operasioanl yang terjadi Stasiun Kereta Api Belawan. Sistem organisasinya
adalah :
Kepala Stasiun (KS) bertugas mengatur kelancaran operasional kereta
api dan segala yang terjadi di stasiun.
Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) bertugas mengatur sinyal,
keluar-masuk kereta api, keberangkatan kereta api, dan langsiran di
pelabuhan ujung baru.
Pengawas Peron (PAP) bertugas untuk urusan administrasi kereta api
barang, pengecekan surat-surat, pembayaran, dan membantu proses
langsiran kereta api.
b. Unit Sarana
Unit ini bertugas untuk segala urusan yang menyangkut tangki dan
lokomotif kereta api barang. Memastikan semua dalam kondisi baik.
Diagram 2.2. Sistem Organisasi Unit Sarana Stasiun Belawan
c. Unit Jalan dan Jembatan (JJ)
Unit ini bertugas untuk segala urusan yang menyangkut jalan rel. Segala
kerusakan ditangani oleh unit ini dan pengecekan keadaan rel.
d. Unit Administrasi
Unit ini bertugas dalam urusan keuangan dan laporan-laporan di stasiun.
e. Unit Sinyal dan Telekomunikasi (Sintelis)
Unit ini bertugas untuk segala urusan yang menyangkut tentang
f. Unit Keamanan
Pengamanan di Stasiun dipegang oleh Polisi Khusus Kereta Api
(Polsuska), bekerja sama dengan kepolisian dan TNI.
g. Unit Balai Pengobatan
Sebagai sarana untuk pengobatan pekerja maupun pengunjung
yang menggunakan fasilitas.
II.2.3. Terminal Angkutan Umum
Beberapa pengertian mengenai stasiun adalah:
a. Terminal merupakan suatu sarana untuk kepentingan angkutan jalan raya,
guna pengatur kedatangan, pemberangkatan, dan berpangkalnya kendaraan
bermotor umum serta memuat dan menurunkan orang atau barang11.
b. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan12.
Jadi terminal adalah merupakan komponen transportasi sebagai tempat
pemberhentian bus dan angkutan umum dimana terjadi aktifitas masuk dan keluarnya
penumpang atau barang menuju tujuannya.
1. Fungsi Terminal
Adapun secara terperinci fungsi terminal bus adalah sebagai berikut:
Sebagai wadah untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang
ke dan dari kendaraan angkutan umum.
11
SK bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri, No.K169/1/phb 76/No.82, Tahun 1979.
Sebagai tempat mempertemukan berbagai jenis sarana angkutan di jalan
raya untuk mempermudah perpindahan atau pergantian dari satu jenis
moda ke moda lain.
Sebagai tempat untuk menampung penumpang dan atau barang dari waktu tiba sampai saat pemberangkatan.
Sebagai tempat istirahat dan pergantian awak kendaraan yang menurut
ukuran waktu dan jarak diharuskan berganti dalam rangka memelihara
kesegaran jasmani demi keamanan dan kesekamatan keamanan dan
keselamatan dijalan raya.
Sebagai tempat pengumpulan data dan monitoring dalam rangka perencanaan jalan raya, sebagai tempat pemeriksaan insedental terhadap
kendaraan yang diragukan kondisi teknisnya.
2. Klasifikasi Terminal
Terminal dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, beikut adalah penjabarannya13:
a. Terminal Tipe A
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi, dan/atau agkutan lintas batas negara, angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan.
b. Terminal Tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota, dan/atau angkutan pedesaan.
c. Terminal Tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Beberapa klasifikasi lain menurut tujuan pelayanan adalah :
a. Terminal Sub Kota, klasifikasinya:
Terminal yang terletak disekeliling atau pinggiran kota. Dirancang untuk menghindari kemacetan.
Berlokasi berdekatan dengan jaringan jalan.
Melayani angkutan ulang alik, menampung kegiatan angkutan dari
daerah sub kota ke pusat kota.
b. Terminal Kota, klasifikasinya:
Berlokasi dalam pusat keramaian kota, karena fungsinya sebagai
pusat pengumpulan dan simpul distribusi penumpang dari dan
kebagian-bagian wilayah kota.
Dapat berlokasi pada sekeliling pusat kota, sebagai penghubung
dengan lalu lintas transit cepat.
Dicirikan oleh struktur rute bus kota yang berjenis-jenis, pengoperasian
angkutan pulang-pergi.
Aksesbilitas angkuan adalah yang terpenting.
c. Terminal Airport, klasifikasinya:
Untuk melayani transportasi penumpang pesawat udara dari pusat
kota ke airport dan sebaliknya.
Mempunyai akses dengan sistem transit lokal, taksi, dan angkutan ota
lainnya.
Berorientasi pada keberangkatan/kedatangan pesawat udara airport,
informasi jadwal penerbangan. Penjualan tiket dan check-in. Biasanya berlokasi di pusat kota.
d. Terminal Antar Kota, klasifikasinya:
Untuk menampung kegiatan angkutan antar kota jarak jauh dan dekat. Berakses langsung dengan transit lokal, taksi, dan mobil.
Mengurusi lebih banyak jumlah pergerakan angkutan.
Terdapat fasilitas perbaikan kerusakan angkutan karena perjalanan
Memiliki banyak ruang yang disewakan sebagai
pemasukan/pendapatan terminal. Biasanya berlokasi di pinggiran kota.
Terminal juga dapat dikelompokkan menurut:
a. Scope pelayanan
Terminal besar
Berfungsi melayani angkutan umum baik antar/dalam kota dengan
trayek-trayek jauh dan dekat, biasanya disediakan fasilitas pelengkap
seperti bensin, bengkel, tempat istirahat kendaraan, tempat cuci, dan
lain-lain.
Terminal kecil
Berfungsi melayani angkutan dalam kota saja.
b. Terminal pelayanan
Terminal pusat
Merupakan terminal gabungan dari segala jenis angkutan jalan raya
dan angkutan rel.
Terminal cabang
Merupakan terminal yang hanya menaikkan dan menurunkan
penumpang dengan cepat dan biasanya terletak di pinggiran kota.
c. Sifat lalulintas yang dilaluinya
Terminal transit
Merupakan terminal yang terdapat diantara dua terminal akhir dan
mempunyai jarak yang cukup jauh antara satu dengan lainnya.
Terminal akhir
Merupakan terminal yang mempunyai trayek-trayek jauh dan pada
d. Pelayanan dan jenis angkutan
Terminal penumang
Sebagai tempat pergantian moda angkutan penumpang serta barang
bawaan atau tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Terminal barang
Memberikan fasilitas untuk pergantian moda angkutan barang atau
tempat memuat dan membongkar barang.
3. Sistem Pemuatan Dalam Terminal
a. Pemuatan paralel
Membutuhkan banyak ruang.
Bila akan berangkat harus menunggu yang berada di depannya berangkat.
Dibutuhkan ruang sirkulasi tersendiri untuk menghubungkan. Cocok untuk angkutan dengan frekuensi yang tinggi.
b. Pemuatan tegak lurus
Manuver angkutan mudah.
Penumpang dapat langsung menuju koridor penghubung.
Penumpang dapat langsung melihat angkutan yang dituju dari koridor.
c. Pemuatan gergaji lurus
Manuver angkutan mudah.
Penumpang dapat langsung menuju koridor penghubung. Penumpang melihat angkutan yang dituju dari koridor.
d. Pemuatan gergaji melingkar
Lebih efisien, angkutan bergerak sepanjang bola melingkar.
Ruang yang dibutuhkan sedikit pada muka, ruang belakang
mempermudah pergerakan.
Penumpang dapat langsung kekoridor dan melihat angkutan yang
4. Sistem Peron
a. Sistem peron keliling
Sirkulasi manusia dan kendaraan sudah terpisah dan gerak angkutan
terbatas di tengah.
Pada jam sibuk mudah terjadi kekacauan sirkulasi angkutan. Pengembangan parkir angkutan sulit dilakukan.
b. Sistem peron tengah
Sirkulasi manusia dan kendaraan terpisah. Jarak pencapaian lebih pendek.
Angkutan dapat bergerak leluasa di sekitar peron. Pengembangan areal terminal kearah dalam.
c. Sistem peron paralel
Membutuhkan ruang tersendiri untuk sirkulasi antar peron (di atas/di
bawah emplasment).
Pencapaian ke peron lebih pendek. Gerakan angkutan terbatas pada jalurnya. Pengembangan lebih sulit dilakukan.
Banyak terjadi perpotongan sirkulasi antara penumpang dengan
angkutan.
5. Fasilitas Termial
Fasilitas terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utaama dan fasilitas
pendukung, semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa
disediakan.
a. Fasilitas utamaa
Jalur pemberangkatan kendaraan umum. Jalur kedatangan kendaraan umum.
Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan
umum.
Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar. Menara pengawas.
Loket penjualan karcis.
Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya
memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan. Pelataran arkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
b. Fasilitas penunjang
Kamar kecil/toilet. Musholla.
Kios/kantin
Ruang engobatan.
Ruang informasi dan pengaduan. Wartel
II.3. Lokasi Proyek
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Belawan berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Medan Marelan dan
[image:41.595.146.463.205.501.2]Medan Labuhan di selatan, dan Selat Malaka di utara.
Gambar 2.11. Lokasi Proyek
1. Judul Proyek : Pusat Transportasi Belawan
2. Tema Proyek : Arsitektur HighTech
3. Lokasi Proyek : Jln. Sumatera, Belawan
4. Batas Site
Utara : Daerah Pelabuhan
Selatan : Gedung Polisi Perairan dan Rumah penduduk Timur : Rumah penduduk
Barat : Sungai Belawan 5. Luas Site : ± 2.9 hektar
6. Status Proyek : Fiktif
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Medan, kecamatan Medan
Belawan merupakan daerah yang diperuntukan sebagai pusat kegiatan jasa dan
perdagangan regional, pusat pelayanan transportasi, pusat kegiatan sosial-budaya, pusat
kegiatan industri, dan pusat kegiatan perikanan.
Tabel 2.1. Rencana Pusat Pelayanan Kota Medan 2030
NO PUSAT
PELAYANAN
FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
A Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis; Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi
Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara Internasional
B Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional
Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosial-budaya Pusat kegiatan industri
Kota Medan Bagian Utara;
Provinsi Sumatera Utara Regional
1 Subpusat pelayanan kota Medan Belawan
pusat pelayanan transportasi laut,
pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,
pusat kegiatan industri, dan
pusat kegiatan perikanan
Kec. Medan Belawan
2 Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanan kesehatan
Kec. Medan Labuhan
3 Subpusat
Pelayanan kota
Medan Maimun
Pusat kegiatan Jasa dan perdagangan
Pusat pemerintahan Pusat perekonomian Pusat pendidikan Pusat kesehatan
Kec. Medan Maimun
4 Subpusat pelayanan kota Medan Marelan
Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk); Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata
5 Subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis Pusat pelayanan olahraga
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan
Tembung
6 Subpusat pelayanan kota Medan Area
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas
7 Subpusat pelayanan kota Medan Helvetia
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal
8 Subpusat pelayanan kota Medan Selayang
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis Pusat Pendidikan
Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor
9 Subpusat pelayanan
kotaMedan Timur
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan transportasi (TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat
Gambar 2.12. Peta Kota Medan
Belawan berperan sebagai pusat industri Kota Medan. Untuk mendukung itu,
pemerintah kota berencana untuk menggiatkan pengembangan kota ke arah utara
(Belawan) dengan merencanakan pembangunan Belawan sebagai Harbour City yang
moderen dan pusat industri Medan. Hal ini dikarenakan posisi Belawan yang strategis,
II.4. Studi Banding Fungsi Sejenis
Berikut beberapa studi banding bangunan dengan fungsi sejenis. Proyek-proyek
sejenis ini dapat diambil sebagai bahan pembelajaran, baik dari segi tipologi maupun
penerapan konsep-konsep arsitekturnya.
1. Yokohama International Passenger Terminal, Yokohama, Jepang
Yokohama International Passenger Terminal terletak di sebelah ujung
Barat Laut dari Tokyo Bay. Dahulu, terminal ini bernama Osanbashi Pier,
kemudian pada tahun 1994 diselenggarakan satu kompetisi internasional untuk
mendesain ulang terminal ini. Akhirnya kompetisi dimenangkan oleh tim arsitek
muda dari London, yaitu Foreign Offoce Architects.
Pembangunan terminal ini mendapat cukup banyak hambatan seiring
dengan krisis ekonomi yang melanda dunia pada akhir tahun 1990-an, namun
terpilihnya Jepang bersama Korea untuk menyelenggarakan pentas Piala Dunia
2001 yang babak finalnya diselenggarakan di Kota Yokohama memotivasi
pemerintah Jepang untuk mempercepat penyelesaian pembangunan terminal ini.
Akhirnya pada tahun 2002 terminal ini selesai dibangun dan hingga saat ini
Yokohama International Passenger Terminal dikenal sebagai pintu gerbang
Jepang melalui jalur laut. Posisi terminal terletak pada dermaga yang menjorok ke
laut, dermaga seperti ini biasanya diterapkan pada dermaga yang kedalaman
kolamnya dangkal.
Gambar 2.14. Yokohama International Terminal
Gambar 2.15. Tampak Atas Terminal Gambar 2.16. Tampak Atas Terminal
Ruang luar terminal yang menyediakan akses yang sangat bebas kepada pejalan
kaki, juga tersedia akses langsung ke atap terminal yang berfungsi sebagai Roof Plaza
[image:46.595.179.431.532.701.2]dan Dek Pengantar.
Langit-langit interior Lobby Utama Terminal menerapkan konsep kertas
origami yang merupakan seni kerajinan tangan yang berasal dari Jepang. Koridor
yang merupakan jalur sirkulasi pejalan kaki dari ruang luar ke dalam terminal dan
sebaliknya di buat senada dengan jalur pejalan kaki ruang luar terminal.
Gambar 2.18. Langit-langit Pelabuhan Gambar 2.19. Jalur Pejalan Kaki
Kesimpulan:
Penggabungan unsur air dan tanah menghasilkan desain pelabuhan yang unik.
Pada dasarnya pelabuhan terletak di pinggir laut namun didesain menyerupai daratan.
Penggunaan warna kayu juga menciptakan suasana darat. Adanya aksen origami pada
langit-langit menambah keunikan dari pelabuhan ini.
2. Spandau Railway Station, Berlin, Jerman
Stasiun Kereta Api Spandau di Berlin, Jerman, adalah salah satu stasiun
kereta api yang paling modern. Berlin berjarak ± 236 km dari tengah Kota Rostock.
Stasiun kereta ini bermaterialkan baja dan kaca, garis-garis yang jelas dan
memiliki sentuhan bangunan berteknologi tinggi (HighTech).
Stasiun baru, dengan lapangannya 440-meter panjang (1.440 ft) meliputi
tiga platform, didirikan pada tahun 1998 di lokasi stasiun Spandau-Barat S-Bahn
[image:47.595.92.520.155.404.2]Spandau railway station yang bersejarah yang terletak di sebelah timur dari sungai
Havel, yang sekarang disebut Stresow dan hanya dilayani oleh S-Bahn kereta
[image:48.595.96.516.135.633.2]metro.
Gambar 2.20. Spandu Railway Station
Kesimpulan:
Penggabungan bentuk lengkung dan kotak dengan struktur rangka baja
membuat bangunan lebih kokoh. Material kaca sebagai pelindung bangunan
3. Terminal AKAP Payung Sekaki, Pekanbaru, Riau
Terminal AKAP Payung Sekaki atau Terminal Bandar Raya Payung Sekaki
(disingkat TBRPS) adalah terminal besar yang terletak di Pekanbaru, Riau.
Terminal ini dubangun untuk menggantikan Terminal Mayang Terurai yang terletak
di Jalan Nangka (Tuanku Tambusai) tepat di pusat kota. Terminal Bandar Raya
Payung Sekaki melayani trayek dari Riau menuju Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Pulau Jawa, dan daerah lain di Pulau
Sumatera.
[image:49.595.166.444.256.503.2]Gambar 2.21. Atap Terminal Bandar Raya Payung Sekaki
Terminal Bandar Raya Payung Sekaki (BRPS) Pekanbaru memiliki bentuk
yang khas arsitektur dan ornamen melayu cukup khas di bangunan ini. Terminal
cukup bersih dan nyaman serta dilengkapi fasilitas pendukung lainnya, toilet,
mushala, kios dan kantin, ruang informasi dan pengaduan, warung telepon,
tempat penitipan barang, serta kantor organisasi angkutan darat dan juga
Gambar 2.22. Interior Dalam Terminal
Sistem pencatatan kendaraan yang masuk dan keluar di Terminal ini
menggunakan sistem komputerisasi. Disediakan penginapan bagi penumpang
yang kemalaman. Kapasitasnya sekitar 50 orang, terdiri atas kamar VIP dan kelas
ekonomi.
Gambar 2.23. Area Terminal
Kesimpulan:
Penggabungan unsur melayu yang merupakan budaya/ ciri khas Riau
dengan sistem komputerisasi dalam pencatatan kendaraan membuat terminal ini
terkesan megah. Pemilihan warna merah dan kuning (ciri khas melayu) membuat
[image:50.595.168.444.407.615.2]BAB III
ELABORASI TEMA
III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema
Perencanaan dan perancangan bangunan dengan memanfaatkan potensi
lingkungan yang ada dalam upaya mewujudkan wadah kegiatan transportasi memerlukan
suatu pendekatan arsitektural yang baik dan tepat.
Salah satu prinsip teori dan bentuk bangunan yang mendukung penerapan
arsitektur high-tech, menurut Coin Davis, bangunan high-tech umumnya memiliki pelapis
yang tipis dan lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang
berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunan secara keseluruhan
adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis
lurus.
Prinsip ini menjadi bahan pemikiran dalam menciptakan dan mengembangkan
penampilan bentuk bangunan. Bagaimana keinginan menampilkan suatu bangunan yang
dapat mewakili fungsinya.dimana nantinya diharapkan mempunyai suasana tersendiri
bagi pengguna terutama pengunjung dan dapat memberikan suatu kesan yang
berhubungan dengan karakter teknologi.
III.2. Pengertian Tema
Arsitektur HighTech berasal dari kata arsitektur dan hightech, yang memiliki
pengertian sebagai berikut:
Arsitektur
Lingkungan Binaan
Suatu ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan
Ilmu dalam merancang bangunan
Suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai
suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan
fungsional.
Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan
Perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian diwujudkan dalam
bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasi yang teratur dan nyaman. Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika
Pengolahan unsur-unsur bentuk dan ruang yang merupakan sarana pemecahan
masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan, dan ruang
lingkupnya.
Jadi Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi
keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.
Menurut Le Corbusier, Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan
dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisen. Massa-massa itu disatukan dan
ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, piramid, yang merupakan
bentuk-bentuk primer yang kegunaannya jelas.
Sedangkan menurut Louis I Khan, Arsitektur adalah pemikiran-pemikiran yang
matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus disebabkan
adanya perubahan konsep ruang.
HighTech
Istilah Arsitektur HighTech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “teknologi alternatif”, sejalan dengan waktu, istilah tersebut semakin umum digunakan. Namun arsitek-arsitek HighTech mempunyai
makna yang berbeda dari industri HighTech. Dalam industri HighTech bermakna alat
elektronik, komputer, silicon chip, robot, dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur
bermakna sebagai lagam bangunan.
Tech merupakan kata lain dari technology. Dalam bahasa Indonesia berubah dan diserap menjadi teknologi yang artinya adalah suatu metode yang dipakai dalam suatu
pemecahan dalam perancangan. Masalah perancangan dapat berupa masalah struktur,
serta pemakaian bahan material yang mendukung.
Dari penjabaran diatas, maka diperoleh pengertian bahwa Arsitektur HighTech
adalah gaya perancangan suatu bangunan atau ligkungan binaan dengan beberapa
standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur agar pemecahan masalah yang ada
berhasil dicapai dengan pemakaian suatu metode yang tidak biasa, baik itu dari sistem
struktur, serta pemakaian bahan bangunan yang fungsional dan estetis.
Bangunan HighTech lebih menyimbolkan dan mempresentasikan teknologi dari
pada sekedar menggunakan teknologi yang sefisien mungkin. Untuk memberi efek
imajinasi pada bangunannya, struktur bangunan harus jujur dan mempunyai pembenaran
yang fungsional. Struktur dan utilitas yang diekspose merupakan karakter yang menonjol
dari Arsitektur HighTech.
Menurut Charles Jenks dalam tulisannya “The Battle of High-tech; Great Buildings with Great Faults”, terdapat beberapa hal dasar mengenai HighTech yang didalamnya
terdapat enam hal penting:
Inside-out, area servis dan struktur dari suatu bangunan selalu lebih ditonjolkan pada
eksteriornya baik sebagai ornamen ataupun sebagai sculpture.
Celebration of process, dengan penekanan ada pemahaman konstruksinya “bagaimana, mengapa, dan apa” dari suatu bangunan, diantaranya hubungan dari struktur, paku, flanges, dan pipa-pipa saluran, sehingga timbul suatu pemahaman
dari seorang yang awam ataupun seorang ilmuwan.
Transparan, pelapis, dan pergerakan, ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu
ditampilkan secara dramatis. Kegunaan yang lebih luas dari kata yang transparan
dan tembus cahaya, pelapis dari pipa-pipa saluran, tangga, dan struktur, serta
penekanan pada eskalator lift sebagai suatu unsur yang bergerak merupakan
karakteristik dari bangunan HighTech Pewarnaan cerah yang merata.
A lightweight filigree of tensile members, baja-baja tipis penopang merupakan kolom
membuat mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya
pada struktur.
Optimistic confidence in a scientific culture, bangunan HighTech adalah janji masa
depan dari dunia depan yang menanti untuk ditemukan. Hasilnya lebih mendalam
pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warna-warna dan pendapatan,
dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.
III.3. Interpetasi Tema
Eksponen HighTech seperti pionir-pionir modernisme. Arsitektur HighTech
melihat arsitektur sebagai sebuah cabang teknologi industri. Berharap bangunan menjadi
penentu terhadap penampilan dengan kriteria yang sama seperti alat-alat kehidupan
sehari-hari, fungsional, dan efisien, tidak bersifat artistik atau simbolik. Berikut merupakan
beberapa ciri Arsitektur HighTech:
Penggunaan material kaca dan metal
Harus merupakan kejujuran ekspresi bangunan
Mengandung ide-ide yang didapat dari produksi industri
Mengunakan industri, kecuali industri bangunan sebagai sumber teknologi dan
informasi.
III.4. Keterkaitan Tema dengan Judul
Tema yang diangkat pada proyek ini adalah Arsitektur HighTech, karena
perencanaan dan perancangan bangunan dengan memanfaatkan potensi lingkungan
yang ada dalam upaya mewujudkan wadah kegiatan transportasi memerlukan suatu
pendekatan arsitektural yang baik dan tepat.
Menurut Colin Davis, salah satu prinsip teori dan bentuk bangunan HighTech
umumnya memiliki pelapis yang tipis dan lebar atau besar untuk menunjukkan kepada
dunia luar aktivitas yang berlangsung didalamnya. Pada umumnya penampilan bangunan
secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang
Prinsip ini nantinya menjadi bahan pemikiran dalam menciptakan dan
mengembangkan penampilan bentuk bangunan. Bagaimana keinginan menampilkan
suatu bangunan yang dapat mewakili fungsi stasiun. Dimana nantinya diharapkan
mempunyai suasana tersendiri bagi pengguna terutama pengunjung dan dapat
memberikan suatu kesan yang berhubungan dengan karakter teknologi.
III.5. Studi Banding Tema Sejenis
1. Faculty of Law, University of Cambridge
Gambar 3.1. Tampak Gedung Fakultas Hukum
Berlokasi di Sidqwick Avenue Camous tepat disebelah James Stirling’s, 1967, perpustakaan fakultas sejarah. Bangunan rancangan Norman Foster ini
merupakan paduan rancangan modern yang mahir dan menghargai lingkungan
yang ada. Bangunan terdiri dari perpustakaan hukum, lima auditorium, ruang
seminar, kantor administrasi. Bangunan berbentuk lekukan kaca, dirancang
meminimalkan penggunaan energi listrik dengan hanya pada bagian bawah
ruangan kuliag yang diberi AC. Perhitungan yang hati-hati terhadap sudut
Gambar 3.2. Potongan Bangunan
Bengunan menyerupai potongan suatu bentuk dengan pintu masuk dan
ruang resepsionis pada sisi yang terpotong tersebut. Timbunan buku yang
menumpuk dipadukan dengan ruang yang fleksibel dan area-area belajar yang
memasukkan cahaya alami.
[image:56.595.200.409.418.688.2]
Gambar 3.4. Fasad Bangunan Gambar 3.5. Tangga Bangunan
Atap dilapisi oleh lapisan bening menutupi bangunan yang melengung ke
bawah hingga lantai dasar di sisi taman, memberikan view yang mengagumkan
dari padang rumput dan pepohonan alami.
Penganalisaan dari struktur bangunan, rangka pipa dapat menjadi netting
untuk penglihatan ke arah view utama. Desain bangunan menjadi landmark
kawasan kampus karena merupakan desain yang paling unik. Perancangan tapak
sangat menguntungkan untuk mendapat view yang paling baik.
Konstruksi bangunan berupa rangka pipa besi berpilin merupakan struktur
utama dinding dan atap, desain kolom penyangga kantilever dibuat miring sesuai
dengan kantilever yang berundak-undak. Interior memperlihatkan jalinan rangka
pipa besi pada dinding , deretan tempat duduk untuk ruang bersosialisasi
diletakkan pada dasar bangunan.
Kesimpulan:
High Tech pada bangunan ditunjukkan pada penggunaan material dan
elemen penyusunnya. Material kaca dengan perhitungan yang hati-hati terhadap
2. The Reichstag (Gedung Parlemen), Jerman.
The Reichstag berfungsi sebagai Gedung Parlemen di Jerman. Gedung ini
pada awalnya dibangun dengan biaya yang berasal dari Kerajaan Jerman pada
tahun 1872, namun dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan dimensi
Gedung Parlemen yang lebih besar di Berlin maka dilakukan renovasi. Arsitek
yang mengerjakan proyek ini adalah No