• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DESKRIPSI PROYEK - Terminal Terpadu Amplas (Arsitektur Metafora)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II. DESKRIPSI PROYEK - Terminal Terpadu Amplas (Arsitektur Metafora)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II.

DESKRIPSI PROYEK

2.1

Terminologi Judul

Judul proyek ini adalah“ TERMINAL TERPADU AMPLAS. Secara terminologi, judul ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Terminal

Pengertian Terminal ialah Perhentian bus, kereta, dsb.) ; penghabisan ;

stasiun ; titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem ;

merupakan komponen fungsional utama dari sistem, sering juga merupakan

prasarana yang perlu biaya besar dan titik dimana kongesti (kemacetan) mungkin

terjadi. 1

2. Terpadu

Sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu, dsb). 2

3. Amplas

Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota

Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Amplas berbatasan

dengan Medan Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur,

Kabupaten Deli Serdang di selatan, dan Medan Kota dan Medan Denai di utara.

Jadi, berdasarkan beberapa terminologi pengertian di atas, maka “Terminal Terpadu Amplas“ dapat diartikan sebagai suatu termpat atau bangunan yang berfungsi untuk mewadahi dan melayani kebutuhan transportasi penumpang dan

barang yang sudah dipadukan dengan fungsi lainnya yang terletak di kecamatan

medan amplas.

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang terminal dan unsur-unsur di dalamnya,

termasuk terminal penumpang secar umum.

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2)

2.2.1 Terminal

Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi

yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan

pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk

terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka

ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal.

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta

mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu

wujud simpul jaringan transportasi. senada dengan UU No 14 Tahun 1992, dalam

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan jalan umum, terminal

adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau

barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang

merupakan satu simpul jaringan transportasi.

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan:

1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan

umum.

2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.

3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk

melancarkan arus penumpang dan barang.

4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan

kota.

2.2.1.1 Fungsi Terminal

Pengelolaan terminal yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan,

terkendali dan terarah (coach terminal) berkaitan dengan : perencanaan, infrastruktur,

system management dan informasi, lingkungan dan kerjasama serta pengaturan

bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan terminal yang terarah dapat dilihat pada gambar 2.1

Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah aktivitas transit, kewenangan,

sistem pengendalian serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi pengelolaan

terminal secara terarah dan terkendali sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa

depan.

Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku pembangunan kota tinjauan

regional dan lokasi terminal, fungsi terminal adalah sebagai berikut :

(3)

2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.

3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal Yang Terarah (Coach Terminal)

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat

ditinjau dari 3 unsur:

1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau

kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan

pribadi.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari

dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali

kendaraan umum.

3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas

(4)

2.2.1.2 Jenis Terminal

Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik

lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas

antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam system

transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu

diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan

pengelolaa, regulasi (peraturan) dan norma norma yang disepakati akan menentukan

perkembangan terminal secara terarah (coach terminal) - (Gromule, 2007).

Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi :

1. Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda

transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan

penumpang umum; Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat

penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :

a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan

pedesaan.

b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan

pedesaan.

c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan pedesaan.

Unsur penting bagi eksistensi sebuah terminal penumpang adalah adanya

angkutan umum dan penumpang, tanpa keduanya terminal tidak bermakna

apapun hanya sebatas sebuah bangunan. Angkutan umum merupakan salah

satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama

dengan membayar tarif. Angkutan umum yang biasa beroperasi dalam terminal

meliputi : angkot, bis, ojek, bajaj, taksi dan metromini. Penumpang adalah

masyarakat yang menaiki atau menggunakan jasa angkutan (bus). Jadi ruang

transit penumpang adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi

sebagai tempat istirahat sementara atau duduk-duduk, menunggu bus,

menunggu teman, membaca koran serta mengobrol santai yang berada dalam

terminal.

2. Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda

(5)

3. Terminal Peti Kemas adalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas dari hinterland ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke

tempat tujuan ataupun terminal peti kemas yang lebih besar lagi. Terminal peti

kemas yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini

adalah Terminal peti kemas JICT, KOJA di Jakarta, TPS di Surabaya, TPK

Semarang, TPK Belawan.

2.2.2

Terminal Penumpang

2.2.2.1 Persyaratan Lokasi Terminal Penumpang

Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan

rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan

transportasi jalan.

Lokasi terminal penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan

memperhatikan:

1. Rencana umum tata ruang;

2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;

3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;

4. Kondisi topografi lokasi terminal;

5. Kelestarian lingkungan.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan:

1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu

lintas batas negara;

2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA;

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di

Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya;

4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa

dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan

jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya,

dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B harus memenuhi persyaratan:

1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;

2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya

(6)

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang

tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya;

4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan

Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan

jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya,

dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C harus memenuhi persyaratan:

1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek

pedesaan;

2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA;

3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;

4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai

kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2.2.2.2 Kriteria Pembangunan Terminal Penumpang

Pembangunan terminal penumpang harus dilengkapi dengan:

1. rancang bangun terminal;

2. analisis dampak lalu lintas;

3. analisis mengenai dampak lingkungan.

Pembuatan rancang bangun harus memperhatikan:

1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.

2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi

peruntukkan lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya.

3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal.

4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan

antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen

(7)

2.2.2.3 Kriteria Perencanaan Terminal

Kriteria perencanaa terminal terdiri dari :

1. Sirkulasi lalu lintas

Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak

dengan mudah. Jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum

harus terpisah dengan keluar masuk kendaraan.

Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang

tidak perlu. Sistem sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan:

a. Jumlah arah perjalanan

b. Frekuensi perjalanan

c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang

Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur

bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

2. Fasilitas utama

Fasilitas utama terminal terdiri dari:

a. jalur pemberangkatan kendaraan umum

b. jalur kedatangan kendaraan umum

c. tempat tunggu kendaraan umum

d. tempat istirahat sementara kendaraan umum

e. bangunan kantor terminal

f. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket

penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat

petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir kendaraan

pengantar dan taksi.

g. kamar kecil/toilet

h. musholla

i. kios/kantin

j. ruang pengobatan

k. ruang infromasi dan pengaduan telepon umum

l. tempat penitipan barang

m. Taman.

n. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan

pengelola terminal.

o. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan

(8)

3. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal

antara lain:

a. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran

sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.

b. Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak

berdasarkan kegiatan adalah:

c. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal harus memberikan kesan

yang nyaman dan akrab.

4. Luas pelataran parkir

Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan

pada jam puncak berdasarkan:

a. Frekuensi keluar masuk kendaraan

b. Kecepatan waktu naik/turun penumpang

c. Kecepatan waktu bongkar/muat barang

d. Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur

Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa

sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis

sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah:

a. Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada

ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang

dapat digunakan dalam pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur,

dan shallow saw tooth.

b. Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap

ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis

teluk tegak lurus ini yaitu tegak lurus terhadap platform dan membentuk

sudut dengan platform.

2.2.2.4 Alternatif Standar Terminal

Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan

dengan jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1.

Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam

2.

Terminal tipe B 25

50 kendaraan /jam

(9)

2.2.2.5 Persyaratan Teknis, Luas, Akses Dan Pejabat Penentu Lokasi

Pembangunan Terminal

1. Luas Terminal Penumpang

Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung

wilayah dan tipenya, dengan ketentuan ukuran minimal:

a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di

pulau lainnya seluas 3 Ha.

b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3

Ha, dan dipulau lainnya seluas 2 Ha.

c. Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.

2. Akses Terminal Penumpang

Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal:

a. Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,

b. Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau

lainnya 30 m,

c. Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.

3. Penentuan Lokasi Terminal Penumpang

Penentuan lokasi dan letak terminal penumpang dilaksanakan oleh:

a. Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I, untuk Terminal penumpang Tipe A,

b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat persetujuan

Direktur Jenderal, untuk terminal penumpang tipe B,

c. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya daerah Tingkat II setelah

mendapat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I terminal

penumpang tipe C.

2.2.2.6 Daerah Kewenangan/Pengelolaan Terminal

Daerah kewenangan/pengelolaan terminal terdiri dari:

1. Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan daerah yang diperuntukkan untuk

fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal,

2. Daerah pengawasan terminal, adalah daerah di luar daerah lingkungan kerja

terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin kelancaran arus lalu

(10)

2.2.2.7 Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan,

pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada

pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai penyelenggaraannya,

sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai pembinanya.

2.2.2.8 Pengelolaan Terminal

Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan pengoperasian

terminal.

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan terminal meliputi:

a. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan,

b. Penataan fasilitas penumpang,

c. Penataan fasilitas penunjang terminal,

d. Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal,

e. Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan,

f. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkn kartu pengawasan,

g. Pengaturan jadwal petugas di terminal,

h. Evaluasi sistem pengoperasian terminal.

2. Pelaksanaan Pengoperasian Terminal

Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi:

a. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum di dalam terminal,

b. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal

yang telah ditetapkan,

c. pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang,

d. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan

umum kepada penumpang,

e. pengaturan arus lalu lintas did aerah pengawasan terminal.

3. Pengawasan Pengoperasian Terminal

Kegiatan pengawasan pengoperasian, terminal penumpang meliputi:

a. pemantauan pelaksanaan tarif,

b. pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan,

c. pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelaikan jalan,

d. pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijinkan,

(11)

f. pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi,

g. pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku,

h. pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan

peruntukkannya,

i. pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.

4. Pemeliharaan Terminal

Terminal penumpang harus senantiasa dipelihara sebaik-baiknya untuk

menjamin agar terminal tetap bersih, teratur, tertib, rapi serta berfungsi

sebagaimana mestinya. Pemeliharaan terminal meliputi:

a. menjaga kebersihan bangunan beserta perbaikannya,

b. menjaga kebersihan pelataran terminal, perawatan tanda-tanda dan

perkerasan pelataran,

c. merawat saluran-saluran air yang ada,

d. merawat instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan,

e. menjaga dan merawat alat komunikasi,

f. menyediakan dan merawat sistem hidrant atau alat pemadam kebakaran

lainnya yang siap pakai.

Untuk keperluan pemeliharaan terminal sebagaimana dimaksud diatas,

harus dialokasikan anggaran pemeliharaan terminal.

2.2.2.9 Tipologi Terminal

Secara tabelaris tipologi terminal dapat disarikan menjadi Tabel 2.1 sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Tipologi Terminal

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

batas negara, angkutan

antar kota dalam propinsi,

propinsi, angkutan kota

dan angkutan pedesaan

Melayani angkutan

pedesaan

(12)

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

-.Terletak dalam jaringan

trayek antar kota antar

propinsi dan / atau

angkutan lintas batas

negara,

kurangnya 20 KM di Pulau

Jawa,

-. Luas lahan yang

tersedia

sekurang-kurangnya 5 ha,

-. Mempunyai akses jalan

masuk atau jalan keluar ke

dan dari terminal dengan

jarak sekurang-kurangnya

100 m.

-.Terletak dalam

jaringan trayek antar

kota dalam propinsi.

terminal dengan jarak

sekurang- kurangnya 50

m.

dari terminal sesuai

(13)

Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C

pasal 14 persetujuan dari Dirjend mendapat

persetujuan dari

Direktorat Jenderal Gubernur Bupati

2.2.3 Klasifikasi Trayek Angkutan

Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum atau rute untuk pelayanan

jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan

tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan

jaringan pelayanan angkutan orang baik diperkotaan, antar kota dalam propinsi

ataupun antar kota antar propinsi.

2.2.3.1 Jenis Jenis Angkutan Berdasarkan Jenis Trayek

Ijin trayek angkutan umum jalan berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku dikelompokkan atas Angkutan trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak

dalam trayek yang dikenal sebagai izin operasi:

1. Angkutan Trayek Tetap dan Teratur

Angkutan Trayek Tetap dan Teratur melayani lintasan/rute yang tetap dari

terminal yang telah ditetapkan ke terminal tujuan yang telah ditetapkan dan

dilayani dengan frekuensi tertentu/dilengkapi dengan jadwal perjalanan.

a. Angkutan Lintas Batas Negara

Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke

kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil

bus umum yang terikat dalam trayek.

b. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi

Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota

ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota yang melalui lebih

dari satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang

terikat dalam trayek.

(14)

Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota

ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu daerah

Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

d. Angkutan Kota

Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain

dalam satu daerah Kota atau wilayah ibukota Kabupaten atau dalam

Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum

atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

e. Angkutan Perdesaan

Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat/desa ke

tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam

trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupaten dengan

mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum/Angkot

yang terikat dalam trayek.

2. Angkutan Tidak Dalam Trayek

a. Angkutan Taksi

Angkutan Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan

argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah

operasi terbatas.

b. Angkutan Sewa

Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan

atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas, diluar

dikenal sebagai car rentals/rent a car seperti Avis, Budget. Angkutan seperti

ini sering mempunyai perwakilan di Bandara.

c. Angkutan Pariwisata

Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil

bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan

pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek,

seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.

d. Angkutan Lingkungan

Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada

kawasan tertentu, di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai

Angkot/Angkutan Kota, yang biasanya menggunakan mobil penumpang

(15)

2.2.3.2 Dimensi Angkutan Bus

Berdasarkan PP no. 4 Tahun 1993 Kendaraan angkutan penumpang di

bedakan menjadi 2 kriteria utama yaitu:

A. Mobil Penumpang

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, yang disebut dengan mobil

penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi

sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi,

baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

Yang termasuk dalam kriteria kendaraan ini antara lain sebagai berikut :

1. Mobil Penumpang

Mobil penumpang dapat dilihat dari gambar 2.2

Gambar 2.2 Kendaraan Jenis Mobil Penumpang

2. Kendaraan Penumpang Bonet

Mobil penumpang bonet dapat dilihat dari gambar 2.3

Gambar 2.3 Kendaraan Jenis Penumpang Bonet

B. Mobil Bus

Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8

(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan

maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

Secara garis besar Jenis Mobil bus terbagi menjadi :

1. Mini Bus

Umumnya populasi kendaraan jenis ini dioperasionalkan oleh pengusaha

(16)

kenyamanan penumpang lebih terjamin. Populasi kendaraan ini terbanyak

menggunakan kendaraan Mitsubishi L-300, akhir-akhir ini produsen dari Korea

turut meramaikan pasar tipe ini yaitu : KIA dan Hyundai.

Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 9 sampai dengan 10 tempat duduk

(termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar

2.4.

Gambar 2.4 Kendaraan Jenis Minibus

2. Micro Bus

Jenis kendaraan ini diciptakan untuk memenuhi permintaan pasar yang

membutuhkan sebuah angkutan yang dapat diisi lebih banyak penumpang.

Umumnya kendaraan jenis ini berbasis chassis kendaraan Light Truck yang

dimodifikasi menjadi kendaraan Microbus. Dalam kategori ini terdapat dua jens

model kendaraan yaitu : Model Microbus dan Bus Kecil. Untuk jenis yang

tersebut terakhir, terbanyak Populasinya adalah di daerah Jawa Tengah.

Kapasitas kendaraan jenis ini adalah 10 sampai dengan 17 tempat duduk

(termasuk pengemudi). Contoh kendaraan Mini Bus dapat dilihat pada gambar

2.5.

Gambar 2.5 Kendaraan Jenis Microbus

(17)

3. Bus Sedang

Bus sedang merupakan kendaraan angkutan penumpang yang

mempunyai kapasitas 15 sampai dengan 30 tampat duduk (termasuk

pengemudi). Bus Sedang ini dibangun dari chassis kendaraan Medium

Truck atau Chassis Bus. Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada

gambar 2.7. Kendaraan jenis ini dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai

berikut :

1. Bus Kota

2. Bus Karyawan

3. Bus Pariwisata

4. Bus Antar Kota

Gambar 2.7 Kendaraan Jenis Bus Medium

4. Bus Besar

Bus Besar merupakan kendaraan angkutan penumpang yang mempunyai

kapasitas 28 sampai dengan 60 tempat duduk (termasuk pengemudi). Bus Besar

dibangun dari Chassis Bus yang telah diproduksi oleh ATPM di Indonesia.

Contoh kendaraan medium bus dapat dilihat pada gambar 2.7. Kendaraan jenis

digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut :

1. Bus Kota

2. Bus Karyawan

3. Bus Pariwisata

4. Bus Antar Kota

Gambar 2.8 Kendaraan Jenis Bus Besar

(18)

Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang terminal bus terdiri dari:

1. Pola parkir bus

Dalam rancangan terminal bis di Imbanagara ini menggunakan pola parker

tegak lurus dan kemiringan 45° karena disesuaikan dengan kebutuhan parkir.

Pola parkir dengan kemiringan 45° & tegak lurus dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Pola parkir bus

2. Pola platforms, area kedatangan & keberangkatan bus

Standar pola-pola platform untuk area kedatangan dan keberangkatan bus

dapat dilihat pada gambar 2.10 dan 2.11.

(19)

Gambar 2.11 Pola platforms posisi miring

Contoh pola platform area kedatangan dan area keberangkatan bus dapat

dilihat pada gambar 2.12

(20)

3. Standar parkir dan perputaran untuk bus

Standar parkir dan perputaran untuk bus dapat dilihat pada gambar 2.13, 2.14

dan 2.15.

Gambar 2.13 Parkir area kedatangan & keberangkatan

(21)

Gambar 2.15 Perputaran Bus 180o dan 90o

2.3 Tinjauan Khusus

2.3.1 Deskripsi Proyek

Adapaun deskripsi proyek yang ada yaitu :

Judul : Revitalisasi Terminal Amplas

Pemilik Proyek : Dinas Perhubungan (Dishub)

Sumber Dana : Departemen Dinas Perhubungan, dan Swasta

Sifat Proyek : Fiktif

Lokasi : Terminal Amplas, Jl. Panglima Denai, Kel. Amplas, Kec.

Medan Amplas, Kodya Medan, Sumatera Utara, Indonesia

2.3.2 Sejarah Singkat Terminal Amplas

Terminal amplas diresmikan pada 18 september tahun 1991.

Tahun 1991 – 2002 terminal terpadu amplas dikelola oleh : Dinas perhubungan dan

Perusahaan Dareah pembangunan (PD Pembangunan).

Tahun 2003 - 2009 terminal amplas dikelola oleh : Dinas perhubungan

Tahun 2009 – sekarang terminal amplas di kelola oleh : Dinas perhubungan dibantu

(22)

2.3.3 Kondisi Eksisting Terminal Amplas

Lokasi terminal amplas berada di jalan panglima denai kecamatan medan

amplas yang berada di selatan kota medan yang berfungsi sebagai terminal kelas A

yang melayani penumpang MPU, AKDP dan AKAP(khususnya bagian selatan kota

medan). Terminal amplas memiliki kapasitas penumpang dan kapasitas bus yang tidak

memadai, dan fasilitas fasilitas publik maupun fasilitas bus sangat minim .Batas-batas

terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.16 dan 2.17 berupa:

1. Utara : Rumah Penduduk, Kantor Dishub

2. Selatan : Rumah Toko

3. Timur : Pabrik Roti, Rumah Toko, Rumah Penduduk, Kantor Dishub

4. Barat : Perkebunan Sawit

Gambar 2.16 Lokasi terminal amplas

4

3

1

2

5

(23)

Kantor dinas perhubungan Rumah Toko

Amplas Center Ruko Rumah penduduk

Perkebunan Sawit Rumah Toko

Gambar 2.17 Batas - Batas Site

1

2

3

4

(24)

Foto- foto eksisting terminal amplas dapat dilihat pada gambar 2.18

Tampak eksisting Terminal Sirkulasi masuk Bus

View Terminal dari tempat parkir bus Tempat Parkir bus

R.Tunggu dan Loket tiket Retail di dalam Terminal

(25)

2.3.4 Studi Banding Proyek Sejenis

2.3.4.1 South Long Distance Bus Station

Shanghai

Area : 6.342 km SQ, area metropolitan 2.057 SQ km

Populasi : 22 juta

Jumlah Bus : sekitar 17.000

Metro : 420 km dengan 269 stasiun

% Dari penggunaan transportasi umum: 33%

Gambar 2.19 South Long Distance Station

South Long distance Bus Station(gambar 2.19) didirikan pada bulan Mei 30

Desember 2003. 5 Stakeholders (all state owned companies) :

1. Shanghai J.Y. Group Company

2. Shanghai South Railway Station Square Investment Co. Ltd.

3. Dazhong Transportation (Group) Co. Ltd.

4. Shanghai Jiaoyun Bus Passenger (Group) Co. Ltd.

5. Shanghai Jinjiang Automobile Service Co. Ltd.

Perusahaan ini memiliki modal dasar sebesar ¥ 75 juta dan bisnis utama meliputi

manajemen stasiun, antar-provinsi kecepatan tinggi, antar-provinsi, transportasi bus

carteran, agen kargo dan manajemen properti dengan total luas bangunan 4.000 m2.

Perusahaan ini memiliki 6 departemen:

1. General manager assistant office

2. Finance department

3. Marketing department

4. Department of social security

(26)

6. Safety & Supervision Department

Stasiun ini mulai beroperasi pada tanggal 10 Desember 2005, saat ini meliputi

nasional 15 provinsi dan lebih dari 200 daerah. Stasiun bus terintegrasi dengan rel /

kereta bawah tanah / bus lokal. Stasiun bus didasarkan pada ‘Shanghai Urban Master Plan’ dan ‘Shanghai Highway Main Hub General Planning’ dan pembangunan nasional

Details

Stasiun tiket aula 1000 m2, locket ticket 14 tempat, Ruang tunggu sebesar 2000

m2, dapat menampung 1600 penumpang sambil menunggu untuk berdiri dilengkapi

dengan 100 m2 dan menawarkan layanan Lounge VIP, Arus puncak penumpang 22

juga dapat membuka pintu kecil, sementara pengiriman tepat waktu dari tiket

penumpang, bisnis stasiun, bank, restoran, toko-toko, dan ruang duduk penumpang

sudah tersedia. Ruang pengiriman paket 700 m2, 12.000 m2 parkir di luar, bisa

memarkir 80 bus, 24 di grid pada saat yang bersamaan. Shanghai South

Long-distance passenger transport station adalah berbentuk bulan, dengan Shanghai South Railway Station dengan gaya arsitektur kubah ke matahari, bulan dan Tong-hui untuk

membangun the art of body, mencerminkan masyarakat saling tergantung dengan

solid, saling melengkapi, interoperabilitas, desain yang interkoneksi.

Fasilitas

South Long distance Bus Station merupakan stasiun penumpang yang cerdas.

Outlet, jaringan logistik, drift mobil, Internet, jaringan OA terkait dengan lima jaringan,

cerdas dan efisien pembentukan sistem manajemen terpadu, yang mencakup sistem

Kartun, sistem pengawasan, sistem alarm pencuri, sistem komunikasi kabel, sistem

jaringan komputer, membangun sistem kontrol otomatisasi.

Komisi Untuk penyelidikan, tiketing, check-in, keamanan kendaraan, kebersihan,

dan semua menerapkan operasi manajemen yang cerdas dari masuk dan keluar

penumpang dengan menggunakan 'kartu', kondisi, catatan waktu masuk dan keluar

load faktor dll, tempat sistem pemantauan untuk mencapai semua tempat, pusat

pengelolaan dan pemantauan. 120 pengunjung hanya dalam hitungan detik melalui

sistem jaringan dan cara lain untuk mendapatkan rel permintaan, kereta api, jalur bus

dan real time traffic dan panduan informasi perjalanan, memfasilitasi transfer Shanghai

South Long-distance passenger transport station dengan konsep baru dalam

perangkat tiket otomatis , koleksi tarif otomatis, penghematan yang signifikan dalam

tenaga kerja, sangat memudahkan kecepatan penumpang lalu lintas, dan

meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan kesalahan, sehingga industri

(27)

Capital Investment

Untuk konstruksi, jumlah total ¥ 200.000.000 telah diinvestasikan, ¥ 75.000.000

dibayar oleh dari pemerintah. Dan ¥ 125.000.000 diambil dalam bentuk pinjaman.

Setelah 5 tahun beroperasi, perusahaan telah mendapat kembali modal ¥ 95.000.000

Pendekatan pasar

Stasiun Bus mengikuti sasaran pendekatan pasar seperti melayani penumpang

yang tidak dilayani oleh kereta api dan pesawat.

Profil Penumpang

Tempat tunggu penumpang dibuat nyaman dan sangat informatif dengan adanya

petunjuk arah setiap 20m (gambar 2.20 dan 2.22). Penumpang dapat mencapai

30%-40% kapasitas terminal di waktu normal dan bisa mencapai 60-70% di waktu sibuk.

persentase penumpang terbesar adalah untuk bisnis dengan tingkat persentase 50%

dan diikuti dengan penumpang yang akan pulang ke rumah dengan tingkat persentase

30% (gambar 2.21).

Gambar 2.20 Tempat Tunggu Penumpang

(28)

Gambar 2.22 Petunjuk Arah

Stasiun bus menangani 30.000 penumpang dan mengelola 1.200 bus dalam satu

hari. Pada tahun 2009, mengirimkan 320.000 bus, penumpang 6,03 juta secara total.

Terminal ini memiliki fasilitas scan bagasi di area antar provinsi dan international

(gambar 2.23), dan ruang informasi yang sangat mudah di akses oleh pnumpang

(gambar 2.24).

Gambar 2.23 Baggage Scanning Area

Gambar 2.24 Ruang Informasi

Operational Bus dan Tenaga Kerja

70% dari perusahaan yang menggunakan jasa stasiun adalah perusahaan

publik. Ada beberapa kriteria kualifikasi dan perusahaan bus harus menawarkan

tingkat tertentu dari bisnis. Perusahaan bus harus mengoperasikan bus sesuai

(29)

Number of employees – 360 No.

Perusahaan ini memliki 360 staff. 160 regular staff (regular staff, manager dan

ticker counters staff) dan 200 outsourced (Security fan cleaning service) yang dapat

dilihat pada gambar 2.25.

Gambar 2.25 Number of employees

Perusahaan ini memiliki loker penyimpanan ditempatkan di stasiun bus.

Penumpang dapat menempatkan bagasi mereka di loker dengan membaya biaya.

Semua kabin ini terkunci dengan sandi khusus seperti pada gambar 2.26. Terminal ini

juga memiliki atm center, terminal departure information dan loket tiket (gambar 2.27,

2.28 dan 2.29)

Gambar 2.26 Kabin loker

Gambar 2.27 Mesin ATM Gambar 2.28 Terminal Departure Information

(30)

2.3.4.2 ISBT Kashmere Gate

ISBT Kashmere Gate (gambar 2.30) di design oleh V.P. Dhamija dan R.A.

Jinderkumar dan selesai pada tahun 1973 dengan luas area 11 hektar.

Gambar 2.30 ISBT Kashmere Gate Google Plan & view sekitar bangunan

Mode Perhubungan

Dalam blok keberangkatan dua landai dan dua tangga disediakan untuk

menghubungkan ruang utama. Sebuah jembatan penyeberangan juga disediakan

untuk menghubungkan bangunan terminal antar negara untuk blok DTC. Sebuah

kereta bawah tanah untuk mengakses bus DTC telah disediakan, yang

mensegregasikan gerakan untuk penumpang yang menggunakan bus lokal dan antar

negara (gambar 2.31).

(31)

Sirkulasi

Sebuah pola sirkulasi yang efisien diterapkan dalam ISBT tersebut. Ada pemisah

antar sirkulasi bus dan non - bus (kendaraan ringan lainnya) karena perbedaan dalam

karakter gerakan. Entri terpisah dan exit point untuk layanan bus antar-kota dan

intra-kota. pemisah yang tepat untuk kendaraan dan gerakan pejalan kaki.

Prinsip desain

Prinsip desain terdapat 3 yaitu :

1. Pemisahan berbagai modus transportasi & kegiatan.

2. Pemisahan dari pencahayaan dan platform asrama.

3. Pemisahan penumpang masuk dan keluar pada dua tingkat.

Lantai dasar

Lantai dasar adalah area kedatangan memiliki 19 peron untuk menurunkan

penumpang (gambar 2.32), ceruk sudut di area kedatangan disediakan untuk

menurunkan penumpang yang terlihat pada gambar 2.33, ruang kontrol, ruang

penyelidikan dan ruang informasi.

Ruang terasa membosankan dan gelap karena cahaya alami tidak cukup. Ada

cukup banyak fasilitas umum yang disediakan di daerah ini. Ada banyak tempat makan

tetapi tidak ada outlet asap yang disediakan.

Lantai pertama

Enterance utama dilantai pertama menghubungkan teras keluar masuk. Lounge

dan fasilitas seperti kantor pos, penyelidikan dan bank disediakan pada tingkat ini.

Lantai kedua – keempat

Pemeliharaan dan staf administrasi ditampung di lantai dua dan berbagai kantor

perusahaan transportasi dan staf terminal lainnya di lantai ketiga dan keempat.

Pada tingkat keempat, atap koridor telah diturunkan untuk mengakomodasi

(32)

Gambar 2.32 View Arrival Area Kashmere Gate

Gambar 2.33 Arrival Area Plan

Lantai kelima ini dirancang untuk mengakomodasi hotel transit bagi penumpang yang bermalam.

Lantai keenam telah dirancang untuk hunian oleh staf 24 jam dan beberapa staf administrasi dengan fasilitas kamar tidur ganda dan kamar tidur single.

Jalur hiasan pada jendela telah disediakan untuk akomodasi hidup yang lebih baik.

Link blok

Link blok adalah blok yang menghubungkan antara kedatangan dan

keberangkatan blok di tingkat lantai pertama. Blok ini dirancang untuk loket penjualan

tiket.

Skylight digunakan untuk cahaya alami di daerah link blok. Skylight berbentuk

lingkaran dan kerucut. Kolom berongga yang bertindak sebagai skylight untuk blok

kedatangan dibawah. Area skylight dapat dilihat pada gambar 2.34.

Ruang Tunggu di area link blok tidak sering digunakan karena penumpang lebih

memilih untuk menunggu di dekat peron keberangkatan bus. Counter di link blok ini

(33)

Gambar 2.34 Section Plan Kasmere Gate

Area keberangkatan

Area keberangkatan terbagi menjadi dua tingkat. Yang lebih rendah untuk

penumpang dan bus keluar, dan tingkat atas untuk kedatangan, mezzanine juga

disediakan untuk kantor dan toilet dari kru bus. Kios dan warung terletak antara ceruk

bus dan ruang tunggu, menarik banyak penumpang untuk datang (gambar 2.35).

Gambar 2.35 Departure Area Plan

Ceruk sudut disediakan untuk memuat peron yang efisien untuk memuat operasi

dan membutuhkan lebih sedikit area.

Ceruk sudut disediakan untuk memuat peron, sehingga:

1. Penumpang memiliki pendekatan yang jelas untuk pintu masuk,

2. Area yang dibutuhkan per kendaraan berkurang.

(34)

Ramp menghubungkan lantai pertama dengan lounge bagian atas untuk

memadai oran cacat. Ramp tersebut dapat terlihat paga gambar 2.36.

Seluruh bangunan ini cukup dingin di musim panas karena sangat banyak

secondary skin di semua sisi yang mencegah sinar matahari langsung, mencegah

pemanasan langsung dari daerah internal. Atap area keberangkatan terbuka sangat

membantu penerangan secara alami. Tetapi bangunan menjadi sangat dingin di musim

dingin, karena terbuka pada semua sisi, dan tidak ada perlindungan dari rancangan

Total built up floor area 3.36.305 SQFT (7.72 ACRES)

Area of arrival block 159355 SQFT

Area of departure block 103700 SQFT

Area of link block 54350 SQFT

Area of 1 floor 2.19 ACRES

Area of toilets/urinals 0.38 ACRES

Ticket counters 5 SQM

Public facilities

(35)

2.3.4.3 ISBT, Sector 17, Chandigarh

Terminal bus dikembangkan untuk melayani sebagai simpul transportasi utama

untuk kota chandigarh. Kedua ISBT sec 43 untuk memenuhi permintaan 1.500 armada

bus yang datang dari luar stasiun.

Gambar 2.37 ISBT, Sector 17, Chandigarh Google Plan & view sekitar bangunan

Kota ini terletak 2-3 km dari stasiun kereta api jalan. Terminal chandigarh

terdapat di persimpangan jalan v3 (gambar 2.37).

Tabel 2.4 : ISBT, Sector 17, Chandigarh

Operator Chandigarh Transport Undertaking

Architect Aditya Prakash

Completed in 1957

Total Arean of The Site 8.5 Acres (now increased to 10 acres)

Building Structure Max.G+1 Detail Komponen

Struktur utama agak terletak di bangunan utama dengan aula pusat menunggu,

semua penumpang dan fasilitas staf berada disekitar aula. kolom dan struktur balok

dengan grid persegi 17'3" x 17'3", Facade mengunakan expose bata.

Prinsip Design

Masuk dan keluar dari bus antar negara disediakan secara eksklusif dari jalur

bus. Memisahkan tempat parkir untuk bus kota, kendaraan pribadi, taksi, sepeda dan

becak terpisah dengan entri untuk bus antar kota. Prinsip design dapat dilihat pada

gambar 2.38

(36)

Konsep perencanaan koridor

Bermain cahaya dengan menggunakan atap pada tingkat yang berbeda.

Halaman terbuka telah disediakan untuk cahaya alami dan ventilasi bangunan.

Restoran di lantai pertama tidak pernah sepenuhnya dimanfaatkan alasannya

karena penumpang tidak dapat menemukan dan jika duduk di restoran, tidak bisa

mengawasi bus.

Cahaya dan ventilasi cukup baik di bangunan kecuali toilet di mana ventilasi

disediakan tapi sinar matahari langsung tidak masuk.

Gambar 2.39 Floor Plan, Chandigarh terminal

Ground Floor - Waiting hall, kantin, Loading Bays, Counter Tiket, Toilet, Makanan, dan toko buku, Enquiry Office, Kamar Jubah dll (Gambar 2.39)

First Floor - Kereta Api pemesanan kantor, kantor pos, pos polisi, Stasiun Room Supervisor, Tourist Information Office, Restaurant, Tourist Rest Room, Dinas

(37)

2.3.5 Perbandingan Dan Kesimpulan Studi Banding Sejenis Perbandingan dari studi banding sejenis di buat dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5 : Penerapan Studi Banding

No. Nama Bangunan Penerapan

1

South Long

distance Bus

Station

1. Mengaplikasikan smart terminal. pembentukan

sistem manajemen terpadu, yang mencakup

sistem Kartun, sistem pengawasan, sistem alarm

pencuri, sistem komunikasi kabel, sistem jaringan

komputer, membangun sistem kontrol otomatisasi.

2. 70% dari perusahaan yang menggunakan jasa

stasiun adalah perusahaan publik. Ada beberapa

kriteria kualifikasi dan perusahaan bus harus

menawarkan tingkat tertentu dari bisnis.

3. Stasiun bus terintegrasi dengan rel / kereta bawah

tanah / bus lokal.

lintas karena perbedaan dalam karakter gerakan.

2. Ada entri terpisah dan exit point untuk layanan

bus antar-kota dan intra-kota,

3. Ada pemisah yang tepat untuk kendaraan dan

gerakan pejalan kaki.

4. Pemisahan dari pencahayaan dan platform

asrama.

disediakan secara eksklusif dari jalur bus.

Memisahkan tempat parkir untuk bus kota,

kendaraan pribadi, taksi, Sepeda, Becak. Terpisah

entri untuk bus antar kota.

(38)

tingkat yang berbeda.Halaman terbuka telah

disediakan untuk cahaya alami dan ventilasi

bangunan.

Dari studi banding yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan beberapa hal,

yaitu :

1. Proyek terminal bus tidak hanya harus memperhatikan faktor sirkulasi dan ruang

di dalamnya, tetapi sirkulasi kendaraan bus dan non bus serta sirkulasi

transportasi dengan pejalan kaki di ruang luar,

2. Aplikasi ruang di dalam terminal tidak hanya terpusat pada area tunggu,

keberangkatan maupun service, tapi juga dapat dijadikan sebagai area

pendukung yang dapat digunakan ataupun disewakan sewaktu-waktu, seperti

ruang serba guna, maupun retail komersial yang tidak mengganggu aktivitas

utama keberangkatan dan kedatangan pengunjung,

3. Stasiun bus dapat diintegrasikan dengan infrastruktur lainnya untuk

meningkatkan efisiensi pergerakan manusia didalamnya,

4. Smart terminal bisa membantu pengawasan terminal dan dapat meningkatkan

(39)

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal Yang Terarah (Coach Terminal)
Tabel 2.1 Tipologi Terminal
Gambar 2.5 Kendaraan Jenis Microbus
gambar 2.7. Kendaraan jenis ini dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini yaitu status dari Terminal Terpadu Amplas yang merupakan salah satu dari dua terminal resmi yang ada di

Judul Tesis : ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS SO2 dan NO2 SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS

Sebab, Terminal Terpadu Amplas adalah salah satu dari dua terminal resmi yang ada di Kota Medan dan dikelola oleh pemerintah, serta terletak di lokasi yang sangat

Masalah yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini yaitu status dari Terminal Terpadu Amplas yang merupakan salah satu dari dua terminal resmi yang ada di

Analisis spasial dengan program Surfer 11 menunjukkan sebaran konsentrasi CO dan NO2 tertingi berada di bagian barat daya Terminal Terpadu Amplas yaitu di Gerbang

Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa “Garuda Bandung Arena”, yaitu : suatu bangunan yang berfungsi sebagai pusat, untuk melakukan

Jadi, berdasarkan jabaran terminologi pengertian di atas, maka “Pusat Transportasi Belawan” dapat diartikan sebagai suatu tempat atau daerah yang berfungsi untuk mewadahi

Bahan Bangunan, Pemilihan bahan bangunan dalam perencanaan terminal terpadu ini harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut :  Bahan untuk bagian Lantai dan aspal harus