( ARSITEKTUR HIGH-TECH )
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010 / 2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh
BAMBANG HERAWAN
070406005
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API MEDAN
( ARSITEKTUR HIGH-TECH )Oleh :
BAMBANG HERAWAN
07 0406 005
Medan, Juni 2011
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N Vinky Rahman, MT Ir. Nurlisa Ginting, Msc
Pembimbing I
Ir. Novrial M.Eng
NIP. 196606221997021001
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Bambang Herawan
NIM : 07 0406 005
Judul Proyek Tugas Akhir : Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan
Tema : Arsitektur High-Tech
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kekuatan
Rahmat dan HidayahNya, sehingga dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur,
Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara.
Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa,
semangat, dan perhatian tiada henti dari Orang tua, kakak, abang, adik dan terutama kakanda
Sri Malinda, ST yang sangat mendukung saya. Juga buat teman saya M. Faisal Imansyah,
Angga Kim Prapta yang membantu proses Tugas Akhir saya.
Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis juga menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing 1
tugas akhir Ibu Ir. NurlisaGinting, Msc dan kepada Bapak Ir. Novrial, M.Eng sebagai
pembimbing 2 tugas akhir, atas kesediaannya membimbing, memberikan motivasi,
pengarahan dan waktu beliau kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga saya tunjukan kepada:
Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Ibu Wahyuni Zahra, ST. MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saya banyak masukan ilmu dan dukunganya.
Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Seluruh staff tata usaha Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih saya untuk sahabat-sahabatku Raha, Imam, Gredi, Emir, rikom, Guntur, Ucup Opan, Banenk, Hadli, Udin, Sayhril, Singkil, Panjul, Tenia, Fandha,
Dewi, Fitri, Vivi, Diana yang banyak mengajarkanku tentang kebersamaan, juga
buat teman-teman Angkatan 2007.
Semua teman-teman terbaikku jemarin, abel, rizki fauzi, amek, al-amin, mardhani, tina, sengau dan abang-abang, kakak-kakak 2004, 2005, 2006 juga adik-adik 2008,
Dan seluruh pihak yang banyak membantu saya untuk menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini.
Saya berdoa kiranya Allah SWT memberikan Rahmat dan HidayahNya bagi mereka
atas bantuan dan dukungan untuk saya.
Akhir kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penulisan laporan ini. Sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di
lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 24 Juni 2011
DAFTAR ISI
I.4. Pendekatan Perancangan ... 3
I.5. Lingkup dan Batasan Perancangan... 4
I.6. Kerangka Berpikir ... 4
II.3.1. Tinjauan Umum Mengenai Stasiun Kereta Api... 10
II.3.1.1 Pengertian Stasiun Kereta Api ... 10
II.3.1.2 Sejarah Kereta Api Kota Medan ... 15
II.3.1.3 Struktur Organisasi Pengelola Stasiun Kereta Api ... 16
II.3.1.4 Jaringan Eksisting Kereta Api Medan ... 18
II.3.1.5 Aktivitas di Stasiun Kereta Api Medan ... 20
II.3.1.6 Hal-hal yang dapat dipelajari ... 20
II.4 Studi Banding Proyek Sejenis... 20
BAB III ELABORASI TEMA ... 39
III.1. Pengertian Tema ... 39
III.1.1. Arsitektur ... 39
III.1.2. High Tech ... 40
III.2. Latar Belakang Pemilihan Tema ... 42
III.3.1. Ciri arsitektur High Tech ... 42
III.3.2. Sejarah singkat High Tech ... 43
III.3.3. Fungsi dan Representasi ... 44
III.3.4. Struktur dan Zona Servis ... 45
III.3.5. Ruang dan Fleksibilitas ... 45
III.3.6. Arsitektur High Tech dan Kota ... 46
III.3.7. Dampak Bangunan Berdinding Kaca ... 47
III.3.8. Transmisi Radiasi Lewat Kaca ... 48
III.3.9. Pengaruh Bangunan Kaca Pada Lingkungan ... 50
III.3.10. Upaya Mengurangi Dampak ... 50
III.3.11. Penerapan Penggunaan Baja pada Bangunan ... 52
III.4. Keterkaitan Tema Dengan Judul ... 53
III.5. Studi Banding Tema Sejenis ... 53
BAB IV ANALISA PERANCANGAN ... 62
IV.1. Pengantar ... 62
IV.2. Analisa FIsik Tapak dan Lingkungan ... 62
IV.3. Analisa Non Fisik/ Fungsional ... 67
IV.3.1. Analisa Kebutuhan Ruang Stasiun Kereta Api ... 71
IV.3.2. Program Ruang ... 72
IV.4. Analisa Bentuk ... 76
IV.5. Analisa Utilitas Bangunan ... 77
IV.6 Sirkulasi dan penzoningan ... 79
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Karakteristik Fisik Commuter Rail ... 10
Tabel 2.2 Jumlah Personel Pengelola ... 17
Tabel 2.3 Kesimpulan studi banding Proyek Sejenis ... 38
Tabel 3.1 Proporsi energi matahari... 48
Tabel 3.2 Posisi peneduh dan jenis pelindung ... 49
Tabel 4.1 Analisa Fisik Tapak dan Lingkungan ... 62
Tabel 4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2006-2036 ... 68
Tabel 4.3 Jumlah penumpang dan barang yang diangkut melalui stasiun KA Medan ... 68
Tabel 4.4 Jumlah penumpang Internasional dan Domestik yang diangkut Bandara Polonia ... 68
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Stasiun ... 71
Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Halte ... 72
Tabel 4.7 Program Ruang ... 72
Tabel 4.8 Bentuk Dasar Bangunan ... 76
Tabel 4.9 Analisa utilitas bangunan ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di
Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah barat,
kota Medan harus menyiapkan diri untuk menstimulasi, mengakomodasi dan mengantisipasi
berbagai peluang dan tantangan sebuah kota metropolitan.
Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi ( industri dan perdagangan )
merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Medan termasuk salah satu dari sekian
banyak kota di Indonesia yang berkembang sangat pesat. Kota Medan merupakan pusat
pemerintahan, perekonomian, kebudayaan dan perhubungan di Sumatera Utara dan
diperkirakan pada tahun 2016 jumlah penduduk kota Medan akan mencapai ± 2,3 juta jiwa.
Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di satu sisi menuntut pelayanan jasa
angkutan kota ataupun antar kota yang memadai. Hal ini tentunya menambah beban pada
sistem transportasi kota maupun antar kota yang tersedia. Untuk kasus kota Medan beban
transportasi tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan daerah sekitarnya seperti Binjai,
Belawan dan Lubuk Pakam, juga Rantau Prapat.
Meningkatnya beban pada sistem transportasi kota dan antar kota Medan ini menuntut
diadakannya suatu pemecahan, terutama yang berkaitan dengan sistem transportasi massal
(Mass Rapid Transportation). Salah satu sistem transportasi massal yang cukup potensial
sebagai angkutan massal yang cepat, aman, lancar adalah kereta api. Peranan kereta api
inilah yang akan ditingkatkan sarana maupun prasarananya untuk menanggulangi masalah
transportasi kota dan antar kota tersebut.
Dengan adanya Pembangunan Bandara kuala namu yang akan menggunakan kereta
api sebagai salah satu alat transportasi menuju ke bandara tersebut dan Pembangunan pusat
kota haruslah dilengkapi dengan sarana dan prasarana dasar dan penunjang yang modern,
pusat pertemuan, dan distribusi (stasiun utama) mass rapid transportation, disertai dengan
penyediaan ruang publik yang memadai dan juga ditunjang dengan manajemen lalu lintas
pusat kota yang kompak. Secara umum, transportasi dalam kerangka pembangunan ekonomi
Program pembangunan Kereta Api Trans-Sumatera yang akan dikembangkan
merupakan salah satu usaha pemerintah untuk turut menyumbangkan penyelesaian
transportasi antar daerah (propinsi). Tidak tertutup juga kemungkinan usaha pemerintah
dalam menyediakan sarana transportasi komuter yang modern bagi penyelesaian masalah
transportasi antar kawasan (wilayah/kota). Demi mencapai usaha ini diperlukan
pembangunan prasarana jalan kereta api layang dengan sistem Kereta Rel Listrik (KRL).
Atas dasar usaha pemerintah dalam meningkatkan peran transportasi kereta api
tersebut, maka perlu diimbangi dengan pembangunan dan peningkatan fasilitas stasiun,
Stasiun Kereta Api pusat kota Medan, yang terletak di daerah perdagangan, jasa, perkantoran,
perbankan, dan pusat pemerintahan akan menjadi stasiun pusat kereta api dengan jarak jauh
(luar kota) dan jarak dekat (dalam kota).
Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi kasus ini adalah :
1. Sesuai dengan program pengembangan prasarana kereta api (fisik dan non-fisik) pada
masa yang akan datang.
2. Sesuai dengan rencana pembangunan Bandara Kuala Namu, yang akan
mempergunakan Kereta Api sebagai salah satu alat transportasi menuju ke Bandara
tersebut.
3. Sesuai dengan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) kawasan komersial di pusat kota
Medan.
4. Peruntukan lahan pada kawasan komersial menunjang aktivitas stasiun untuk lebih
ditingkatkan penggunanya sebagai tujuan transportasi.
5. Kebutuhan akan sarana transportasi massal yang paling optimal dengan berbagai
fasilitas penunjang dalam mendukung pengembangan wilayah kota.
I.2. Maksud dan Tujuan Perencanaan
Adapun maksud dan tujuan dari proyek ini adalah :
1. Menyediakan sebuah wadah yang secara khusus mengakomodasi penumpang yang
akan berangkat (departure), dengan memberikan tempat untuk pembelian tiket dan
kepengurusan muatan barang lainnya hanya dari stasiun ini. Begitu juga sebaliknya
melayani kedatangan (a rrival) penumpang, dan kepengurusan perjalanan lainnya.
2. Memperkecil kemacetan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan
3. Merencanakan Stasiun Kereta Api Medan sebagai pusat transportasi yang dapat
mempertemukan beberapa jenis alat transportasi umum sehingga tercipta
keintegrasian dengan pengembangan wilayah kota Medan serta membentuk sistem
angkutan umum yang terpadu.
4. Merancang ruang publik sebagai sarana pendukung bangunan transportasi.
I.3. Perumusan Masalah
Masalah yang ada dalam perancangan Stasiun Besar Kereta Api Medan ini antara lain :
1. Bagaimana merencanakan dan merancang stasiun terpadu dengan fungsi yang
kompleks yang mampu menampung berbagai kegiatan sehingga terintegrasi secara
baik dan benar.
2. Melakukan survei-survei yang berkenaan dengan kondisi eksisting lahan, dan
analisa-analisa yang diperlukan.
3. Mengumpulkan data-data dari dinas-dinas pemerintah yang berhubungan dengan
proyeksi-proyeksi pengguna moda transportasi yang ada sekarang, kemudian
melakukan analisa-analisa yang diperlukan.
4. Bagaimana menciptakan bangunan yang sesuai dengan kegiatan yang diwadahi
dengan kaedah-kaedah Arsitektur High Tech.
I.4. Pendekatan Perancangan
Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemecahan permasalahan diatas
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Karateristik dan Citra sebuah stasiun kereta api dan Halte Master Plan Kota Medan.
Standar ruang-ruang untuk fasilitas ruang utama dan ruang penunjang. Tipologi bangunan yang dikaitkan dengan tema.
Standar peraturan dan kebijakan yang berlaku di daerah sekitar site. 2. Studi banding
3. Studi lapangan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan potensi kawasan sekitar site
4. Wawancara dengan berbagai pihak yang memiliki kaitan dengan perencanaan proyek
ini
5. Seleksi, yaitu menyaring, mengolah, dan merumuskan berbagai masukan arsitektural
maupun non arsitektural bagi keperluan perancangan.
I.5. Lingkup dan Batasan Perancangan
Yang menjadi lingkup dan batasan perancangan dalam bangunan ini adalah sebagai
berikut :
1. Menyangkut masalah pemilihan site, dimana site berada pada kawasan pusat kota
medan Perancangan yang dilakukan adalah bangunan yang memfasilitasi kegiatan
yang terdapat dalam sebuah stasiun kereta api, dan halte.
2. Perancangan mengikuti standar ukuran ruangan terhadap masing-masing kegiatan.
3. Untuk mempelajari dan menerapkan standar ruang dan pola sirkulasi bagi para
penumpang, calon penumpang serta bagasi dengan berbagai kepentingan dan tujuan
perjalanan, baik itu kedatangan maupun kepergian.
4. Pembahasan proyek tidak pada penentuan jalur-jalur yang akan dilalui oleh
moda-moda transportasi usulan, sedangkan penentuan jalur-jalur tersebut ditentukan dari
jalur-jalur yang sudah ada atau yang akan direncanakan dan yang diasumsikan.
5. Pembahasan proyek pada penerapan konsep Arsitektur HighTech yang dikaitkan
dengan fungsi proyek.
I.6. Kerangka Berpikir
Pembahasan dan perumusan masalah hingga menghasilkan suatu desain, pada proyek ini
terangkum dalam suatu kerangka berpikir. Kerangka berpikir tersebut seperti yang terlihat
A N A L I S A
Analisa kondisi lingkungan yaitu: analisa matahari, vegetasi, sirkulasi, view dari dan ke site dan sempa dan bangunan.
Analisa fungsional yaitu: analisa aktifitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar ruang.
KONSEP PERANCANGAN F
Sesuai dengan program pengembangan prasarana kereta api (fisik dan non-fisik) pada masa yang akan datang. Peruntukan lahan pada kawasan komersial menunjang
aktivitas stasiun untuk lebih ditingkatkan penggunanya sebagai tujuan transportasi.
Kebutuhan akan sarana transportasi massal yang paling optimal dengan berbagai fasilitas penunjang dalam mendukung pengembangan wilayah kota.
MAKSUD DAN TUJUAN
Menyediakan sebuah wadah yang secara khusus mengakomodasi penumpang yang akan berangkat (departure), dengan memberikan tempat untuk pembelian tiket dan kepengurusan bagasi serta kebandaraan lainnya hanya dari stasiun ini. Begitu juga sebaliknya melayani kedatangan (arrival) penumpang, dan kepengurusan perjalanan lainnya.
Memperkecil kemacetan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi yang sudah berlebihan.
Merencanakan Stasiun Kereta Api Medan sebagai pusat transportasi yang dapat mempertemukan beberapa jenis alat transportasi umum sehingga tercipta keintegrasian dengan pengembangan wilayah kota Medan serta membentuk sistem angkutan umum yang terpadu.
PERMASALAHAN
Bagaimana merencanakan dan merancang stasiun terpadu dengan fungsi yang kompleks yang mampu menampung berbagai kegiatan sehingga terintegrasi secara baik dan benar.
Melakukan survei-survei yang berkenaan dengan kondisi eksisting lahan, dan analisa-analisa yang diperlukan.
Mengumpulkan data-data dari dinas-dinas pemerintah yang berhubungan dengan proyeksi-proyeksi pengguna moda transportasi yang ada sekarang, kemudian melakukan analisa-analisa yang diperlukan. Bagaimana menciptakan bangunan yang sesuai dengan kegiatan yang diwadahi dengan kaedah-kaedah
Arsitektur High Tech.
LATAR BELAKANG TEMA
Tema yang diangkat pada proyek Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan adalah Arsitektur high tech. Karena Teknologi adalah salah satu bukti nyata bahwa manusia semakin berkembang dalam ilmu pengetahuan dan penemuan. Salah satu penerapan teknologi yang dapat mempermudah dan membantu manusia dalam kehidupan sehari- hari adalah transportasi yang cepat, nyaman, dan murah.
STUDI LITERATUR dan STUDI BANDING Fasilitas stasiun KA. Kajian tema dengan bentuk
bangunan.
Diagram 1.1 Kerangka Berfikir
JUDUL PROYEK dan TEMA
I. 7. Sistematika Laporan
BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang kasus proyek berupa faktor-faktor yang mempengaruhi
perlunya didirikan Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan, maksud dan tujuan, perumusan
masalah, pendekatan perancangan, serta lingkup dan batasan proyek
BAB II. DESKRIPSI PROYEK
Berisikan tinjauan umum maupun tinjauan khusus tentang proyek yang akan
dilaksanakan seperti beberapa teori yang dapat membantu dalam proses
perencanaan/perancangan, posisi site, kondisinya, potensi yang ada, ketentuan dan peraturan
yang ada, studi banding proyek yang sejenis.
BAB III. ELABORASI TEMA
Berisikan telah teoritis serta kajian tentang tema dan pengertiannya, dan interpretasi
tema kedalam kasus proyek yang akan direncanakan.
BAB IV. ANALISA
Berisikan tinjauan analisis tentang pengguna, aktifitas, kebutuhan dan standar ruang,
program ruang dan organisasi ruang yang ada, dan analisis keadaan lingkungan tentang
lokasi, kondisi tanah, potensi lahan sebagai kasus proyek, kontrol fisik, sirkulasi dan
pencapaian, orientasi dan pemandangan.
BAB V. KONSEP PERANCANGAN
Berisikan tentang konsep dasar dan konsep lanjutan tentang tapak, konsep bangunan
yang direncanakan, sebagai keluaran untuk menuju ke hasil perancangan nantinya.
BAB VI. GAMBAR KERJA
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. Deskripsi Umum Proyek
Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah:
1. Judul Proyek : Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan
2. Tema Proyek : Arsitektur High Tech
3. Lokasi Proyek : Jalan Jawa, Kecamatan Medan Perjuangan
Batas Site:
Utara : Kawasan Perdagangan dan Jasa, serta Perkantoran Selatan : Kawasan Perdagangan dan Jasa, serta Peribadatan Timur : Kawasan Perdagangan dan Jasa
Barat : Stasiun Kereta Api Besar dan Kawasan Perkantoran 4. Luas Site : 7,9 Ha
5. Status Proyek : Fiktif
6. Pemilik Proyek : PT. Kerata Api Medan / Pemerintah Kota Medan
II.2. Lokasi Proyek
Lokasi site berada di kota Medan, provinsi Sumatera Utara. Tepatnya di Kawasan Pusat Kota
Medan (KPKM). (lihat pada Gambar 2.1-2.4).
Gambar 2.1 Peta Kota Medan Gambar 2.2 Peta Sub Kawasan, Kawasan Pusat Kota Medan
II.3. Terminologi Judul
Sumber: Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum(2008) , (Dokumen 04) Data-data Pendukung Desain Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Medan
Gambar 2.3 Peta Tata Guna Lahan, Kawasan Pusat Kota Medan
Gambar 2.4 Lokasi Site
U
II.2.1 Terminologi Judul
Pengertian tentang terminologi dari judul proyek Pengembangan Stasiun Kereta Api
Medan.
Pengembangan : Pembangunan Kembali (Peremajaan Menyeluruh = Redevelopment) Upaya penataan kembali suatu bangunan dengan terlebih dahulu
melakukan pembongkaran sebagian atau seluruh bangunan yang tidak
dapat dipertahankan lagi.
Stasiun : Tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus
bagasinya.
Kereta Api : Moda pengangkutan umum dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat kota dengan daerah sub urban dan
kota-kota komuter lainnya. Medan : Ibukota propinsi Sumatera Utara
Jadi Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan dapat diartikan sebagai pusat
transportasi pada kawasan kota yang menunjang berbagai kegiatan pada daerah tersebut.
Adapun fasilitas yang terdapat didalam bangunan ini adalah stasiun kereta api, dan Halte.
II.3. Sejarah Kereta Api Indonesia
Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai
oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM)
yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan
lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10
Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen-Tanggung,
yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang -
Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di
daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 -
1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun
1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338
II.3.1. Tinjauan Umum Mengenai Stasiun Kereta Api
II.3.1.1 Pengertian Stasiun Kereta Api
1) Kereta Api (Commuter Rail)
Commuter rail atau kereta api berskala regional adalah moda pengangkutan umum
dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat kota dengan
daerah sub urban dan kota-kota komuter lainnya. Seperti namanya kereta ini
dipergunakan untuk mengangkut para penglaju atau commuter dari daerah-daerah
tersebut setiap harinya. Kereta ini beroperasi dengan jadwal yang sudah ditentukan,
dengan laju rata-rata mulai dari 50 sampai 200 km/jam (35 – 125 mph).
Perkembangan kereta api jenis ini tengah populer saat ini, seiring dengan terus
meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan pemakaian bahan bakar, dan isu-isu
permasalahan lingkungan lainnya, serta meningkatnya angka kepemilikan mobil yang
akhirnya meningkatkan kebutuhkan area parkir.
Dibandingkan dengan rapid transit (subway), kereta ini memiliki frekuensi yang lebih
rendah, lebih kepada mengikuti jadwal dari pada interval. Kereta ini melayani area yang
lebih berkepadatan rendah, dan sering berbagi jalur dengan kereta antarkota atau kereta
barang. Terkadang dalam kondisi tertentu beberapa kereta melayani saat jam-jam sibuk.
Kereta ini memiliki gerbong dengan satu level dan dua level, dan ditujukan agar semua
penumpang mendapatkan tempat duduk. Biasanya kereta ini memiliki jangkauan antara
15 sampai 200 km (10 sampai 125 mil)1. Dari tabel 2.1 dibawah ini dapat dilihat
spesifikasi fisik commuter rail.
Tabel 2.1 Karakteristik F isik Commuter Rail
Infrastruktur Ukuran
Panjang kereta 20 sampai 26 meter
Lebar kereta 3,05 sampai 3,2 meter
Tinggi kereta single-level 4 meter
Tinggi kereta double-level 5 meter
Jumlah penumpang single-level Lebih dari 128 kursi
Jumlah penumpang double-level Lebih dari 175 kursi
Kapasitas berdiri 360 orang
Jumlah gerbong dalam kereta 1 sampai 12 gerbong
Laju kecepatan maksimal 80 mph (130 km/jam)
Kecepatan rata-rata 18-50 mph (30-75 km/jam)
1
Maksimum kurva rel :
Jalur utama
Jalur stasiun
Radius 174 meter Radius 91 meter
Maksimum Kenaikan Rel :
Jalur utama
Jalur utama tergabung
Jalur dengan kebutuhan maksimal
Kenaikan 3% Kenaikan 1% Kenaikan 2%
Jarak senggang sepur 1,435 meter
Minimum lebar selubung 4 sampai 4,75 meter
Minimum tinggi selubung 5,4 meter
Minimum tinggi selubung kereta barang 6,7 sampai
Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1). Penggerak
dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan 2). Berpenggerak tenaga listrik. Sedangkan
berdasarkan jumlah kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni: 1).
Single level cars, dan 2).Bi-level cars, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 dibawah ini:
Single-Level Cars
Bi-LevelCars
Gambar 2.5 Single level cars dan Bi-level cars
2) Stasiun Kereta Api (Commuter Rail Station)
Stasiun merupakan bagian dari perkeretaapian yang memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api. Beberapa pengertian
mengenai stasiun:
a. Stasiun adalah tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana
penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus bagasinya. Di
stasiun itu juga diadakan kesempatan untuk mengirim dan menerima barang kiriman,
serta kesempatan untuk bersimpangan atau bersusulan dua kereta api atau lebih2.
b. Stasiun adalah tempat akhir dan awal perjalanan kereta api, bukan merupakan tujuan
atau awal perjalanan yang sebenarnya. Dari stasiun masih dibutuhkan moda angkutan
lain untuk sampai ke tujuan akhir3.
Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenisnya masing-masing,
dengan rincian sebagai berikut:
a. Menurut bentuknya
1. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak sepur-sepur
yang berakhiran di stasiun tersebut.
2. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan stasiun
pertemuan.
3. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di
tengah-tengah antara sepur.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.7 Stasiun paralel.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.8 Stasiun pulau.
4. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang
bergandengan.
b. Menurut jangkauan pelayanan
1. Stasiun jarak dekat (Commuter Station).
2. Stasiun jarak sedang (Medium Distance Station).
3. Stasiun jarak Jauh (Long Distance Station).
c. Menurut letak
1. Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan.
2. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan.
3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan.
4. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan.
d. Menurut ukuran
1. Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya ada dua
atau tiga rel kereta api.
2. Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang dan
melayani penumpang jarak jauh.
3. Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang banyak
dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya lengkap dengan sistem pengaturan yang
sangat kompleks.
Gambar 2.9 Stasiun semenanjung.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.10 Stasiun kecil.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.11 Stasiun sedang.
e. Menurut posisi
1. Ground level station, bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan platform/
peron diatas tanah.
2. Over track station, letak bangunan stasiunnya diatas platform/ peron.
3. Under track station, letak bangunan stasiunnya di bawah peron.
Gambar 2.12 Stasiun besar.
Sumber: Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.13 Ground Level Station.
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.14 Over Track Station
Sumber : Jalan Kereta Api, Imam Subarkah, 1981.
Gambar 2.15 Under Track Station
Sedangkan menurut PT. Kereta Api, stasiun digolongkan/ diklasifikasikan dalam beberapa
kelas yang diputuskan oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan mempertimbangkan nilai bobot
stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus Point Method yang terdiri dari 10 faktor
penilaian/ klasifikasi, yaitu :
1. Jumlah Personel.
2. Jumlah kereta api yang dilayani.
3. Jumlah kereta api yang berhenti.
4. Jumlah kereta api yang dilangsir.
5. Daerah tingkat kedudukan stasiun.
6. UPT lain disekitarnya.
7. Potensi angkutan.
8. Volume penumpang.
9. Volume barang.
10.Pendapatan stasiun.
Dengan menggunakan Point Methode di atas, stasiun kereta api dikelompokkan
menjadi 4 kelas stasiun, yaitu :
1. Stasiun kelas besar.
2. Stasiun kelas 1.
3. Stasiun kelas 2.
4. Stasiun kelas 3.
Perubahan kelas suatu stasiun diputuskan oleh Dirut PT. Kereta Api Indonesia dengan
memperhatikan penilaian di atas dan juga memperhatiakan usulan-usulan yang disampaikan
oleh pengelola stasiun serta daop wilayah dimana stasiun itu berada.
II.3.1.2 Sejarah Kereta Api Kota Medan
Pada Tanggal 1 Februari 1858 Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Siak Sri
Inderapura menandatangani sebuah perjanjian politik, dimana intinya Siak masuk menjadi
jajahan Belanda. Secara historis akibatnya beberapa distrik Siak seperti Deli, Langkat,
Serdang, berada dalam genggaman Belanda.
Tanggal 21 Agustus 1862 Belanda masuki Deli melalui sungai Deli. Kemudian tahun
1863 Jacob Neinhuys seorang pengusaha Belanda membuka perkebunan dengan nama
Tembakau Deli di daerah Labuhan Deli, Martubung, Sunggal Sungai Beras dan Klumpang.
Buruh-buruh didatangkan dari Tiongkok. Perusahaan itu bernama “Deli Mij” berkedudukan
medan tahun 1974. Akibat perkembangan tersebut Deli Mij mendirikan berbagai fasilitas
seperti lapangan (esplanade), hotel, rumah sakit, gereja, auditorium umum hingga pada tahun
1883 Deli Mij mendirikan jawatan kereta api bernama Deli Spoorweg Maat Schappij (DSM).
Dan pada tahun 1885 jalur kereta api Medan – Labuhan Delli diresmikan. Dan kemudian
seiring dengan pembukaan lahan-lahan perkebunan baru, maka bertambahlah jalur-jalur ke
berbagai daerah mengangkut hasil komoditi perkebunan. Berawal dari karakter angkutan
barang kemudian lama-kelamaan dipadukan dengan mengangkat penumpang hingga
sekarang.
II.3.1.3 Struktur Organisasi Pengelola Stasiun Kereta Api
Sedangkan secara organisasi PT. Kereta Api (Persero) sebagai perusahaan BUMN yang
diberi tanggung jawab penuh terhadap manajemen perkereta apian di Indonesia, memiliki
struktur organisasi perusahaan, seperti yang terihat pada Diagram 2.1 di bawah ini.
Dari struktur organisasi di atas dapat diperkirakan jumlah personel pengelola stasiun
kereta api Medan, yaitu :
Tabel 2.2 Jumlah Personel Pengelola
No Jabatan Jumlah
7. Pimpinan Perjalanan KA 4 orang
8. Kondektur 29 orang
9. Staff Kondektur/ TU Kondektur 1 orang
10. Pengawas Peron 4 orang
11. Staff Kawat 1 orang
12. Staff Langsir 8 orang
13. Kepala Kantor Kawat 1 orang
14. Staff Teleks -
15. Kepala Administrasi 1 orang
16. Staff Administrasi 2 orang
17. Staff Statistik 1 orang
b. Wakil Kepala Stasiun : bertugas membantu tugas-tugas kepala stasiun, jabatan ini hanya
ada pada stasiun besar.
c. Bendahara : bertugas mengurusi masalah administrasi keuangan stasiun kereta api.
d. Wakil Bendahara : membantu tugas-tugas bendahara.
e. Pimpinan Perjalanan Kereta Api (PPKA) : mengatur operasional perjalanan kereta api.
f. Kondektur : orang yang bertugas sebagai pemimpin dalam perjalanan kereta api dan
bertanggung jawab penuh.
g. Staff Kondektur/ TU Kondektur : orang yang mengatur jadwal dinas kondektur.
h. Pengawas Peron : pembantu PPKA mengawasi segala kegiatan peron dan mengawasi
emplasement.
i. Emplasement : ruangan/ lapangan/ halaman tempat lintas keluar-masuknya kereta api
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
j. Staff Langsir : juru langsir yang menyusun dan melepaskan satu ruangan kereta api atau
memuntahkan materil dari satu spoor ke spoor lainnya.
k. Kepala Kantor Kawat : kepala urusan telegram berita.
l. Administrasi : mengurus surat menyurat kepala stasiun.
m. Statistik : staff kepala stasiun besar dalam urusan pendataan berbagai hal secara statistik.
n. Bagasi : staff kepala stasiun besar urusan kiriman barang bagasi dari dan keatas kereta
api.
II.3.1.4 Jaringan Eksisting Kereta Api Medan
Gambar 2.16 Peta Jaringan jalan Rel Sumatera
Sumber: Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2008), (Dokumen 04) Data-data Pendukung Desain Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Medan
Jenis Rel Panjang (km) Koridor
R42 187 Rantauprapat – Kisaran – Tebing
Gambar 2.17 Jaringan Rel di Propinsi Sumatera Utara
Sumber: Hasil Studi Kelayakan Kereta Api Komuter Medan dan
sekitarnya,PT. Kereta Api (persero) Tahun 2005.
II.3.1.5 Aktivitas di Stasiun Kereta Api Medan
Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam stasiun kereta api Medan adalah :
a. Penumpang, melakukan aktivitas berangkat dan datang.
b. Pengantar/ Penjemput, mengantar/ menjemput sanak saudara yang berangkat/ datang.
c. Barang bagasi, mengirim dan menjemput barang kiriman.
d. Pemberi jasa.
II.3.1.6 Hal-hal yang dapat dipelajari
o Menurut jangkauan pelayanannya merupakan stasiun jarak sedang.
o Menurut letaknya merupakan stasiun antara.
o Menurut ukurannya merupakan satsiun sedang.
o Merupakan stasiun dengan jalur fly over.
o Jumlah personel pengelola adalah 87 orang. (lihat tabel 2.2)
II.4 Studi Banding Proyek Sejenis
Berikut beberapa studi banding bangunan dengan fungsi sejenis. proyek-proyek sejenis ini
dapat diambil sebagai bahan pembelajaran, baik itu typologi maupun penerapan
konsep-konsep arsitekturnya. Studi banding tersebut antara lain:
1) Kashiwanoha-Campus Station
Terletak di kashiwashi, Jepang. Stasiun ini dirancang dengan sentuhan modern futuristik,
dengan garis-garis horizontal yang mendominasi tampaknya (lihat Gambar 2.19). Dan berikut
ini rincianya:
Gambar 2.19 Kashiwanoha-Campus Station
Data Proyek :
Nama Proyek : Kashiwanoha-Campus Station
Lokasi : Kashiwa-shi, Japan
Status : Selesai, 2005
Site area : 1.953 m2
Luas lantai (Gross floor area) : 3.748 m2
Ketinggian bangunan : 16,45 m
Klien / Pemilik : Japan Railwa y Construction, Transport and Technology
Agency
Architecture Firm : Makoto Sei Watanabe / Architects‟ Office
Principal Architects : Makoto Sei Watanabe
Main Contractor : Kajima Corporation
Foto : Makoto Sei Watanabe / Architects‟ Office
Fasade Kaswhiwanoha-campus station yang horizontal dan berlipat di sepanjang jalur kereta
komuter Tsukuba Express Tokyo menggambarkan interaksi pemodelan dengan komputer dan
design arsitektural.
Selimut bangunan stasiun ini memiliki penampilan seperti kain yang terlipat secara
horozontal yang diiris dengan bukaan panjang dan sejajar dengan lipatan bangunan. Arsitek Makoto Sei Watanabe memasukann kesan “mengalir” ke dalam fasade bangunan dan menggabungkan sketsa yang ia buat sendiri dan algoritma komputer menjadi pola fasade
tersebut. Ia membuat beberapa sketsa dan memasukkannya ke dalam program komputer yang
kemudian menggambarkan maksud perancang dan menghasilkan gambar tambahan. Ia
mengulangi proses tersebut sampai ia puas dengan hasilnya – sebuah fasade yang
menggambarkan aliran yang berlapis dan bergelora secara bersamaan. Penggabungan alam
dan ilmu pengetahuan ke dalam konsep design sesuai dengan lokasi stasiun ini karena stasiun
ini melayani dua universitas yang terkenal dengan riset ilmu pengetahuan alam nya.
Fasade sebelah barat stasiun ini terbuat dari panel gla ss-fibre reinforced concrete (GRC)
(satu panel GRC berukuran1,8 meter kali 5 meter; fasade sebelah barat membutuhkan 182
panel) sedangkan fasade sebelah timur ditutupi oleh extrusion-moulded cement panel (panel
fasade ini dilapis dengan lapisan yang dapat membersihkan sendiri. Panel-panel tersebut,
yang melekat pada pilar-pilar, berfungsi sebagai dinding luar dan dalam.
Gambar 2.20 Dinding Kashiwanoha-Campus Station
Sumber: FUTURARC,November 2007
Selimut bangunan stasiun ini adalah sebuah kesatuan yang terpisah dari struktur pendukung
teknis nya – struktur utama peron stasiun dibangun di atas pendukung yang dinaikkan, baru
kemudian ditutupi fasade. Hal ini membuat bentuk arsitektural bangunan ini bebas dari
elemen teknis sehingga menjaga integrasi struktur peron nya dan mengurangi waktu dan
biaya konstruksi serta memungkinkan adanya fleksibilitas design yang lebih banyak. Lihat
pada Gambar 2.21.
Eksterior dan aula stasiun ini berwarna putih untuk menggambarkan kesederhanaan dan
ketenangan. stasiun yang berwarna merah dan biru ini merepresentasikan keamanan dan
energi. Penanda pada stasiun dirancang dengan warna latar biru untuk keberangkatan dan
warna latar kuning untuk ketibaan.
Gambar 2.21 Interior Kashiwanoha-Campus Station
Hukum di Jepang mewajibkan operator kereta api untuk memastikan bahwa jalur kereta api
memperhatikan pengembangan jalan, taman, rumah dan fasilitas urban lainnya pada saat
yang bersamaan. Oleh karena itu, pemerintah kota Kashiwa, penduduk lokal, arsitek dan
pengembang bertemu berulang kali untuk membuat sebuah solusi yang sesuai dengan
kebutuhan semua orang. Kesimpulannya adalah bahwa kota itu sendiri harus beroperasi
seperti sebuah kampus universitas. Pada lingkungan ini, stasiun ini bukan hanya sebuah
fasilitas transportasi tetapi sebuah ruang komunitas dengan café, galeri, dan fasilitas publik
lainnya.
Kesimpulan:
Penggabungan metode perancangan arsitektur dengan komputerisasi dan sketsa menghasilkan
rancangan yang sangat detail dan unik. Fasade bangunan yang memiliki kesan “mengalir”
membuat bangunan ini menjadi salah satu ciri khas bangunan ini. Pemakaian material dan
struktur selimut bangunan yang berbeda dengan struktur bangunan utama memudahkan
dalam pembangunan dan maintenance. Walaupun fungsi utama stasiun ini melayani area
kampus, pengaturan dan pengembangannya merupakan hasil kerja sama dari penduduk
sekitarnya.
2) Wuhan Train Station
Wuhan Train Station merupakan sebuah stasiun yang berada di wilayah selatan china dan
baru selesai pengerjaannya saat ini lihat Gambar 2.22. Berikut rincianya:
Nama Proyek : Wuhan Train Station
Lokasi : Wuhan, Hubei, China
Status : Selesai, September 2008
Site area : 30 hektar
Luas lantai (Gross floor area) : 355.000 m2
Ketinggian bangunan : 58,5 m
Klien / Pemilik : Wuhan-Guangzhou Passenger Special Line Co., Ltd
Architecture Firm : The Fourth Survey & Design Institute of China
Railways, AREP
Principal Architects : Sheng Hui, Liu Yunqiang
Main Contractor : China State Construction and Engineering Corp., China
Mechanical & Electrical Engineers : Hu Shiqiang, Qin Ling
Civil & Structural Engineer : Tao Yong, Shi Di
Interior Designers : Zhang Yie, Gu Jianying, Ji Mian
Foto : The Fourth Survey & Design Institute of China Railways
Gambar 2.22 Wuhan Train Station Entrance
Sumber: FUTURARC,November 2007
Rancangan stasiun kereta api Wuhan mengikutsertakan budaya dan sejarah lokal serta
mempertimbangkan kondisi iklim lokal, hal tersebut merepresentasikan trend di Cina yang
melihat melihat lingkungan sekitarnya sebagai inspirasi untuk arsitektur bangunan publik
yang berskala besar.
Terletak pada lahan hijau, stasiun ini dikelilingi oleh desa-desa, kolam-kolam ikan dan
beberapa pabrik. Dengan sungai Yang Chun dan Sungai Timur pada bagian utara dan selatan,
keseluruhan lahan akan menjadi batu permata bagi pembangunan sebuah kota baru di Wuhan,
stasiun ini berfungsi sebagai pusat transportasi dan pusat perhatian. Stasiun ini terletak
dimana sumbu pembangunan Wuhan dan jalur kereta api menyatu, menghadap ke kota pada
sebelah barat dan jalur ekspres pada sebelah timur. Dalam menghubungkan dua danau yang
ada, stasiun ini mengintegrasi pemandangan danau dan penghijauan pada keseluruhan
denahnya. Keterhubungan dengan transportasi merupakan fokus stasiun bagian timur :
sebuah plaza akan dibangun untuk menciptakan sebuah zona buffer antara stasiun dan jalur
Gambar 2.23 Site plan dan floor plan
Sumber: FUTURARC,November 2007
Dengan mengambil ide rancangan dari sejarah dan budaya Wuhan, atap berbentang lebar
yang merupakan fitur visual yang paling kuat pada struktur yang besar ini memiliki banyak
arti. Pertama, atap ini menggambarkan seekor bangau kuning : sebuah referensi untuk Yellow
Crane Tower (menara bangau kuning), salah satu landmark Wuhan yang paling penting dan
merupakan salah satu legenda lokal Wuhan serta sebuah puisi yang terkenal pada zaman
dinasti Tang. Dari kejauhan, rancangan atap yang masif ini dirancang tampak seperti seekor
burung yang membentangkan sayapnya, dengan atap transparan dan arch raksasa yang
menyimbolkan bulu-bulu burung. Pada siang hari, cahaya matahari masuk ke bagian dalam
bangunan melalui ruang-ruang antara arch, sedangkan pada malam hari bangunan ini bersinar
seperti lampion kertas. Bentuk atap yang bergelombang ini juga merepresentasikan tujuan Wuhan sebagai ibukota dari “provinsi dengan seribu danau”. Terakhir, siluet atap bangunan ini mengingatkan kita pada struktur sebuah pagoda.
Atap bangunan ini terdiri dari arch utama dengan ukuran lebar 116 meter, dan tinggi 49
meter serta empat arch sekunder pada kedua sisi-nya. Kubah lobi utama dan kanopi atap
peron terbuat dari piringan polycarbonate dan tabung-tabung perforated aluminium.
Tabung-tabung tersebut menyediakan peneduh cahaya matahari, pada saat yang sama lubang-lubang
yang ada pada tabung tersebut juga mendifusikan cahaya alami ke lobi utama, ruang-ruang
tunggu, peron-peron, dan lantai dasar. Piringan-piringan poycarbonate memberikan
penambahan jumlah peneduh ketika sinar sinar matahari bergerak dari bagian sayap
bangunan ke arch utama yang menciptakan sebuah permainan cahaya dan bayangan sambil
membatasi panas yang didapatkan ruang dalam bangunan. Keseluruhan a rch bangunan ini
menghalangi sinar matahari ke dinding pada bagian utara dan selatan stasiun. Lihat pada
Gambar 2.24 Central Lobby
Sumber: FUTURARC,November 2007
Ventilasi pasif disediakan untuk kepentingan mekanis untuk menyediakan udara segar yang
banyak pada bangunan ini. Sistem pengkondisian udara menyediakan udara segar ke bagian
bangunan yang lebih rendah, dimana kerumunan berkumpul; kereta api yang bergerak
melalui stasiun membantu untuk menyediakan pergerakan udara. Udara yang lebih hangat
dan tercemar yang dihasilkan oleh lokomotif bertenaga diesel naik ke bagian atas bangunan
untuk dibuang melalui sistem ventilasi.
Stasiun Wuhan menginovasi sirkulasi penumpang dengan menggabungkan sistam “waiting
and boarding” (tunggu dan berangkat) yang tradisional dengan sistem transit “pass-through”.
Ketika memasuki lobi utama, penumpang dapat memilih untuk menunggu di ruang tunggu atau pergi langsung ke “green express line” (jalur ekspres hijau) yang langsung menuju
peron. Untuk meningkatkan hubungan dengan daerah Wuhan lainnya, stasiun dan jalur kereta
api dinaikkan. Ruang di bawahnya digunakan untuk parkir kendaraan publik dan
menyediakan akses ke stasiun kereta api bawah tanah, taxi, bus kota dan bus jarak jauh tanpa
meninggalkan stasiun. Kantor, penginapan dan fasilitas-fasilitas hiburan akan dibangun di
sekitar stasiun kereta untuk menguatkan posisi bangunan ini sebagai pusat dari pembangunan
kota baru Wuhan.
Kesimpulan:
Pembangunan sebuah proyek yang berada di pusat pengembangan kota, menghadirkan
berbagai makna terhadap pengaplikasian desain arsitekturnya, menanggapi kondisi site yang
Selain itu bangunan ini memanfaatkan struktur atap bentang lebarnya sebagai pembentuk
bayangan dan ventilasi alami.
3) Lyon-Satolas TGV Station, Perancis
Lyon-Satolas station merupakan stasiun kereta super cepat TGV (Train a Grande Vitesse)
sekaligus bandara internasional di kota Lyon, Perancis (Gambar 2.25). Salah satu karya
arsitek kenamaan Santiago Calatrava, dengan luasan 495 x 60 m2.
Gambar 2.25 TGV Station
Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com
Calatarava terinspirasi oleh sebuah model seperti burung, dengan kaca-kacanya yang
menyerupai sayap burung dan baja, di hall utamanya penuh muatan ekspresi gaya-gaya tarik,
dan tekan. Namun bentuk ini ditentang oleh ahli yang berpendapat perluanya ekonomisasi
unsur struktur.
Walaupun demikian kekuatan ekspresi kekuatan ekspresi Lyon membuat fasilitas ini menjadi
atraksi pariwisata tersendiri. Calatarava memiliki karakter tersendiri menegenai desain yang
ia buat, kemampuannya menyatukan seni mematung dengan prinsip-prinsip struktur fisika
bangunan, membuat bangunan yang didesainnya memiliki karakter yang kuat, sehingga
memiliki ekspresi tersendiri bagi orang yang melihat dan menggunakannya.
Gambar 2.26 F asade seperti sayap burung
Kedalaman lipatan yang mirip kepak sayap (lihat Gambar 2.26) memperkokoh kehadiran
empat busur pendukung yang terlihat amat ringan. Busur-busur itu mencembung tepat di pangkal “pinggang” beton tunggal (lihat Gambar 2.27-2.28), yang membentangi bantalan jalur KA di bawahnya. Sementara itu, rusuk-rusuk baja memperkuat dinding-dinding jendela
yang dibuat vertical berukuran raksasa.
Gambar 2.27 Interior dengan pencahayaan alami
Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com
Gambar 2.28 Akses dan interior
Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com
Arus sirkulasi pada bangunan ini sangat sederhana. Dari peron kedatangan kereta api,
penumpang bergerak naik ke hall utama. Di sini kita bebas memilih keluar menuju tempat
parker atau naik ke lantai mezanin dan berjalan menuju terminal bandara. Memasuki hall
utama akan terlihat mezanin yang menghubungkan stasiun dengan bandara. Kesan kombinasi
unsur yang berkesan ringan dan mengalir pada atap lengkung dilapisi beton tuang di tempat
yang membentangi level jalur tiga trave. Dari hall utama penumpang bergerak tepat di bawah
titik pusat atap lengkung lipat untuk mencapai escalator menuju peron. Pergantian dari beton
pada bagian bawah ke baja pada bagian atas merupakan hal yang sangat kompleks hingga pas
Peran arsitektur yang logis dan lugas sangat tercermin dalam karaya Calatrava ini. Arsitektur
yang dimengertinya bukan merupakan sekadar estetika tinggi, namun logika yang melekat
pada tektonis konstruksinya, serta material yang mewujudkannya. Sikap arsitektur seperti ini
sama tuanya dengan usia pyramid di Mesir; selalu memiliki prinsip dasar The Art of Building.
Tetapi dalam menginterpretasikannya Calatrava bekerja dengan beton, baja dan kaca, namun
seperti kata orang Mesir, kita tidak mempunyai komponen-komponen itu dan membiarkan
cahaya menyinarinya.
Dalam mendesain stasiun-bandara ini, Calatrava mempercayai pemahaman berarsitektur yang
serupa dengan Frank Lloyd Wright dan Mies Van de Rohe. Ketepatan dalam menggunakan
material dan kekagumannya terhadap teknologi kunci puitisasi pada karyanya. Teknik dan
arsitektur yang menyuguhkan The Art of Construction. Lihat pada Gambar 2.29
Gambar 2.29 Logika Tektonika Konstruksi
Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com .
Pendekatan yang dilakukannya merupakan sintesa artistic dan pragmatic, sehingga ia
mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan atau patung. Transformasi dari sesuatu yang
Nampak dangkal dipermukaan menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi. Filosofi ini
Kalau manusia menghargai sebuah lukisan sebagai penyangga dan penerus pesan budaya dari
waktu ke waktu, demikian halnya pada staiun-bandara ini. Bahkan jika manusia tidak peduli
terhadap lingkungannya, infrastruktur itu kelak mempengaruhi dan membentuk mereka.
Kesimpulan:
Penerapan desain yang ekspresionis dan fungsional, menjadi karakter bagi bangunan yang
diarsiteki oleh Santiago Calatrava. Bentuk-bentuk yang diinspirasi oleh alam, membuat
bangunan ini tampil monumental, dan tak hanya bentuk, penggunaan elemen-elemen estetis
yang ikut menambahkan keberlanjutan dalam desainnya. Bentukan yang ekpressionis bersatu
dengan logika tektonik menciptakan ruang yang monumental.
4) Stasiun KL Sentral, Kuala Lumpur, Malaysia
Stasiun Sentral Kuala Lumpur, atau biasa dikenal dengan Kl Sentral adalah stasiun kereta api
terbesar di Kuala Lumpur, yang didisain sebagai pusat transportasi. Dibangun untuk dapat
mengakomodasi perpindahan antara bus dengan KA. Ditandai sebagai pusat utama basis
transportasi bermoda rel Kuala Lumpur, dan juga sebagai titik transisi kereta api antar lintas
wilayah yang melayani sepenanjung Malaysia dan Singapura.
Gambar 2.30 KL Sentral Station
Sumber: Dari world wide web http//.lcct.com.my
Di dalamnya terdapat retail-retail dan outlet makanan atau food court, didisain untuk dapat
mengakomodasi 50 juta penumpang dalam setahun dan akan meningkat 100 juta penumpang
Gambar 2.31 F loor Plan KL Sentral Station
Sumber: Dari world wide web http//.lcct.com.my
KL Sentral juga melayani Skybus yang melayani penumpang yang akan langsung dari dan
menuju bandara Low Cost Carrier Terminal (LCCT) KLIA.
KL Sentral dibangun dengan mengakomodasi enam jaringan rel yang selesai Desember tahun
2000 lalu sedangkan kereta, retail serta food court nya mulai beroperasi pada April 2001.
Terbentang diatas lahan seluas 9,5 are, bangunan utamanya memiliki luas 500 ribu m2 dan
spesifikasinya berdasarkan pada proyeksi penumpang di masa mendatang hingga 2020, yang
mana Malysia dicita-citakan menjadi Negara yang sepenuhnya berkembang.
Bangunan ini juga berusaha menerapkan konsep keberlanjutan dalam desainnya dengan tetap
mengupayakan pencahayaan dan penghawaan alami. Karena bangunan ini menaungi ratusan
ribu orang setiap harinya, sehingga harus dapat menciptakan kenyamanan tanpa harus
menghabiskan energi.
KL Sentral dibagi menjadi beberapa seksi dengan pelayanan jalur rel yang berebeda-beda:
Lantai 1 Transit Concourse (Hall utama umum) yang ditujukan sebagai tempat bagi para penumpang dan calon penumpang yang akan menggunakan KTM Komuter,
KLIA Transit dan Kelana Jaya Line yang dikenal juga sebagai kereta ringan cepat
Lantai 2 Transit Concourse yang ditujukan sebagai tempat bagi para penumpang dan calon penumpang yang akan menggunakan layanan kereta antar lintas semenanjung
KTM Intercity Train.
KL City Air Terminal (KL CAT) pada lantai satu yang melayani KLIA Ekspres, jereta berkecepatan tinggi yang langsung menuju Kuala Lumpur International Airport
(KLIA).
Tersembunyi dari jangkauan umum KL Sentral juga memiliki fasilitas sebagai depot
perawatan KTM (Kereta Tanah Melayu) dibagian bawahnya. KL Sentral sudah memfasilitasi
kelengkapan stasiunnya dengan menggunakan Touch „n Go Card atau tiket sekali pakai dibeli
dan kemudian dikembalikan lagi setelah sampai tujuan.
Kesimpulan:
KL Sentral dibangun untuk dapat mengakomodasi perpindahan antara bus dengan KA,
melayani puluhan ribu orang setiap harinya, namun tetap menghadirkan kenyamanan
ditengah cepatnya aktivitas manusia. Tersembunyi dari jangkauan umum KL Sentral juga
memiliki fasilitas sebagai depot perawatan KTM (Kereta Tanah Melayu) dibagian bawahnya.
KL Sentral sudah memfasilitasi kelengkapan stasiunnya dengan menggunakan Touch „n Go
Card atau tiket sekali pakai dibeli dan kemudian dikembalikan lagi setelah sampai tujuan.
5) Fujian Transportation Hub
Fujian Transportation Hub bertujuan untuk menjadi sebuah ruang transportasi yang mudah
digunakan, efisen, dapat diakses serta menggunakan metode design sustainable. Secara visual
struktur stasiun ini terlihat seperti tiga buah kereta cepat yang berhenti secara bersamaan,
yang menyimbolkan transisi dari sebuah keadaan yang dinamis ke statis. Lihat pada Gambar
2.39. Berikut ini data dan rincianya :
Nama Proyek : Fujian Transportation Hub
Lokasi : Fujian District, Shenzen, China
Status : Selesai, Juli 2007
Site area : 26.000 m2
Luas lantai (Gross floor area) : 137.000 m2
Ketinggian bangunan : 27 m
Klien / Pemilik : Shenzhen Transportation Bureau
Architecture Firm : Shenzhen Municipal Engineering Design Institute
(Zhanglei Studio)
Principal Architects : Zhang Lei
Arsitek : Cai Xuixing, Chen Huifen
Main Contractor : CSCEC-Paul. Y Construction Co., Ltd
Civil & Structural Engineer : Li Chenjun, Su Jing
Gambar 2.32 Fujian Transportation Hub
Sumber: FUTURARC,November 2007
Pusat transportasi yang menampung kereta bawah tanah, bus, dan taksi ini terletak di bagian
barat kawasan Futian, Shenzhen. Pusat transportasi ini terhubung dengan baik ke jalur
ekspres dan jalan-jalan utama. Dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan pada stasiun
penumpang yang telah ada, pusat transportasi ini akan memiliki 52 titik keberangkatan bus
jarak jauh dan 500 buah tempat parkir. Lalu lintas yang diantisipasi pusat transportasi ini
adalah 10.000 penumpang kereta bawah tanah per jam dan 4600 bus kota serta 2000 bus jarak
jauh setiap harinya.
Dalam mengembangkan proyek ini, tim design berhadapan dengan beberapa tantangan yang
berhubungan dengan lingkungan. Sebelumnya, cagar alam Hongshulin menempati area
sebelah selatan pusat transportasi ini; cagar alam ini hilang karena pembangunan urban.
Akantetapi nama stasiun bawah tanah –Zhuzilin, atau hutan bambu – memberikan gambaran
taman alami kepada penduduk lokal. Perancang telah bekerja untuk memperbaharui
lingkungan ekologis dengan membatasi ketinggian bangunan menjadi 24 meter dan
Gambar 2.33 Site Plan dan F loor Plan Level 1
Sumber: FUTURARC,November 2007
Dengan sebuah jejak kaki yang berbentuk permata, pusat transportasi ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu Ruang tunggu yang terletak di ujung selatan; ruang transfer dan kantor yang
terletak di ujung utara; serta area transisi yang terletak diantaranya.
Karena Shenzhen memiliki sinar matahari dan curah hujan yang banyak, fasade utama
bangunan ini menggunakan kaca besar yang beremisi rendah untuk memaksimalkan
pencahayaan alami serta mengurangi panas yang didapatkan. Ruang tunggu dibuat terbuka
untuk penghawaan alami. Sebuah teras dengan panjang 200 meter dan lebar 15 meter pada
area transisi memberikan udara ke ruang peron dan mengeluarkan udara kotor dari stasiun.
Gambar 2.34 Interior F ujian Transportation Hub
Sumber: FUTURARC,November 2007
Fasade ruang tunggu terbuat dari beton tak bertulang dengan finishing self-cleaning urethane
polyvinylidene (PVDF) dan solar panel; fasade bagian timur dan barat memiliki panel
perforated untuk menimbulkan kesan elegan dan menyaring sinar langsung matahari. Solar
panel pada fasade akan memberikan daya pada lampu LED untuk penerangan malam hari.
Pelindung sinar matahari secara otomatis akan bereaksi terhadap jalur matahari untuk
mengurangi panas yang diterima. Metode dan teknologi design sustainable lainnya yang
digunakan adalah jendela aluminium yang terinsulasi, pelindung matahari internal pada
bagian atas ruang tunggu, lansekap pada atap, dan sistem pergantian air bersih.
Kesimpulan:
Penggunaan metode disain sustainable pada bangunan sebagai tanggapan terhadap tujuan
bangunan ini menjadi bangunan yang efisien dan membangkitkan kenangan masyarakat
sekitar terhadap cagar alam yang musnah dalam proses pengembangan urban sangat tepat.
Bangunan sustainable yang ramah lingkungan akan mengurangi kerusakan lingkungan
sebelumnya. Stasiun yang menampung fasilitas kereta bawh tanah, bus, dan taksi ini
memiliki fitur-fitur rancangan sustainable di hampir keseluruhan bagian bangunan seperti
solar panel, roof garden, sistem pergantian air bersih dan lain sebagainya. Penempatan
fitur-fitur rancangan sustainable tersebut tidak mengganggu bentukan bangunan yang
merepresentasikan tiga kereta yang berhenti secara bersamaan.
6) Bayfront and Landmark Stations
Mengingat ketrampilan negara Singapura akan pembangunan jaringan transportasi untuk
mendukung pengembangan urban-nya, tidak mengherankan bahwa pengembangan Marina
Bay, sebuah area luas berupa lahan reklamasi yang melingkar di sekeliling bagian dalam
teluk dari pusat kota sekarang ini, yang masih dalam proses pengembangan sampai saat ini
telah dihubungkan dengan sistem transportasi kota Singapura.
Gambar 2.35 Landmark Station Entrance
Berikut data dan rincianya :
Nama Proyek : Bayfront and Landmark Stations, Downtown Line
Lokasi : Singapore
Status : Pengembangan design, diharapkan selesai 2012
Klien / Pemilik : Land Transport Authority
Architecture Firm : Aedas Pte Ltd
Principal Architects : Jeremy Aloysius
Engineering Firm : Maunsell Consultants (Singapore) Pte Ltd
Foto : Aedas Pte Ltd
Fase pertama dari Downtown Line yang akan datang ini adalah sebuah koneksi antara
Circular Line (dalam proses pembangunan) dan North-East Line sepanjang 3-4 kilometer
dengan empat pemberhentian. Jalur ini akan melewati daerah pengembangan Marina Bay,
yang meliputi sebuah kawasan bisnis dan keuangan yang baru, retail, ruang komersil dan
hiburan, serta resor Marina Bay yang berintegrasi pasir atau MBSIR (Marina Bay Sands
Integrated Resort).
Pada saat ini dua dari stasiun-stasiun tersebut – sementara disebut dengan Bayfront dan
Landmark – sedang dirancang oleh Aedas perwakilan Singapura, sebuah peusahaan design
internasional yang terkenal dengan kepiawaiannya dalam arsitektur rel.
Stasiun Bayfront akan terletak di bawah Bayfront Avenue untuk kemudahan akses ke resor
yang terintegrasi; stasiun Landmark akan terletak di bawah Central Boulevard untuk orang
yang akan bepergian ke kawasan bisnis dan keuangan yang baru.
Oleh karena infrastruktur juga dikembangkan secara bersamaan dengan keseluruhan
pembangunan ini, kedua stasiun tesebut akan terintegrasi secara penuh dengan pabrik urban
dan jalur penghubung ke pembangunan-pembangunan yang telah direncanakan pada area
sekitar. Kedua stasiun tersebut juga akan menjadi bagian dari jaringan pedestrian bawah
tanah kota Singapura yang merupakan sebuah rangkaian jalur lintas bawah tanah yang
menghubungkan bangunan-bangunan dan jaringan transportasi.
Selagi memastikan kenyamanan pengguna, tingkatan integrasi yang dibutuhkan kedua stasiun
Akan tetapi, Aedas menanggapinya dengan membuat sebuah idenditas dan menciptakan
perasaan kedatangan melalui ruang-ruang interior bawah tanah. Salah satu caranya adalah
dengan menggunakan pencahayaan alami untuk menerangi stasiun bawah tanah yang
biasanya berkesan gelap.
Pada stasiun Landmark, salah satu akses masuk utama akan melewati sebuah foyer yang luas
yang terletak antara stasiun landmark sendiri dan retail bawah tanah pusat keuangan Marina
Bay atau MBFC (Marina Bay Financial Centre). Dua struktur kaca di atas tanah yang
terdapat pada MBFC akan berfungsi sebagai untuk membawa penumpang dan pencahayaan
alami ke foyer. Skylight yang diletakkan secara strategis pada trotoar di atas juga menambah
cahaya ke dalam stasiun.
Fitur design lainnya yang menarik dari Stasiun Landmark adalah elemen kereta/transportasi.
Pengguna stasiun dapat melihat kereta mendekat dari hampir semua sudut stasiun yang
menambahkan pergerakan dan animasi pada ruang. Orientasi linear stasiun Bayfront
menimbulkan dua node yang berbeda pada kedua ujung aula. Pada ujung utara-barat, sebuah
ruang bulat yang besar, yang memiliki skylight yang besar dan berada di luar ambang tiket,
menandakan pemusatan berbagai jalur ke stasiun dan menciptakan sebuak titik pertemuan
untuk stasiun dan resor yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengaburkan batas antara
stasiun ini dengan MBSIR. Foyer pada ujung selatan-barat akan mendapatkan arti pentingnya
ketika hubungan dengan area-area yang berdekatan dibangun.
Untuk kedua stasiun ini, Aedas telah merancang aula terbuka untuk memfasilitasi pencarian
arah; void-void antara lantai-lantai stasiun memaksimalkan keterbukaan untuk mencari arah
dengan insting dan meminimalkan ketergantungan kepada signage. Kedua stasiun ini masih
berada dalam tahap pengembangan perancangan dan diharapkan dapat selesai pada tahun
2012.
Kesimpulan:
Pembangunan yang sangat maju pada negeri Singapura tidak pernah terlepas dari dukungan
pembangunan transportasi yang sangat maju juga. Selagi memastikan kenyamanan pengguna,
tingkatan integrasi yang dibutuhkan kedua stasiun tersebut mengurangi kesempatan untuk
menggunakan entrance sebagai idenditas arsitektur. Akantetapi, Aedas menanggapinya
ruang-ruang interior bawah tanah. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pencahayaan
alami untuk menerangi stasiun bawah tanah yang biasanya berkesan gelap.
Berikut ini kesimpulan secara keseluruhan:
Tabel 2.3 Kesimpulan studi banding Proyek Sejenis
No. Studi Banding Pendekatan Struktur lingkungan
1. Wuhan Train
Bentang lebar lahan hijau, dikelilingi oleh 2. Stesen KL Sentral Sustainable Bentang lebar -
3. Lyon-Satolas TGV
Sustainable Bentang lebar Berada di wilayah bekas cagar alam,
Perancangan bangunan stasiun biasanya ditempatkan pada daerah pusat kota dan pusat pengembangan. Pendekatan yang dilakukan dalam merancang bangunan stasiun biasanya disesuaikan dengan lingkungan tempat stasiun tersebut dibangun dengan menggunakan teknologi canggih. bangunan stasiun pada umumnya berbentang lebar untuk menutupi peron-peron dan concourse yang berukuran besar. Bangunan stasiun dewasa ini juga tidak hanya menunjang satu moda transportasi saja melainkan menunjang beberapa moda transportasi lainnya yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tempat tujuan.
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1 Pengertian Tema
Arsitektur high tech berasal dari kata arsitektur dan high tech, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :
III.1.1 Arsitektur
- Lingkungan binaan
Adalah satuan ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma,
kaidah dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.
- Ilmu dalam merancang bangunan
Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai
sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan
fungsional.
- Seni dan ilmu merancang serta membuat kontruksi bangunan.
Merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasi yang
teratur dan nyaman.
- Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika.
Yaitu pengolahan unsur-unsur bentuk dan ruang yang merupakan sarana
pemecahan masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan,
dan ruang lingkupnya.
Jadi, Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi
keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.
Menurut Le Corbusier Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan
tepat, penuh pemahaman dan magnifisen. Massa- massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam
suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk- bentuk
primer yang kegunaannya jelas.
Sedangkan menurut Louis I.Khan Arsitektur adalah pemikiran- pemikiran yang matang
dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus disebabkan adanya