vii
ABSTRAK
Kereta Api merupakan salah satu moda transportasi yang masih diminati masyarakat
karena tingginya tingkat keamanan dan efektivitasnya dalam kecepatan dan ekonomi.
Namun kurangnya pelayanan atau fasilitas di stasiun kereta api seringkali menjadi
kendala bagi pengguna jasa tersebut. Selain itu sebagai salah satu pintu gerbang
masuknya orang dari luar kota, perlu adanya citra khusus dari kota tempat stasiun itu
berada. Karena itulah revitalisasi perlu dilakukan demi memperbaiki dan
mengoptimasi fasiltas dari stasiun tersebut, sekaligus memberikan citra khusus yang
dimiliki kota tempat stasiun itu berada.
viii
ABSTRACT
Train is one of transportation modes still favored by the society due to its safety level, efficiency, speed and cost. And yet, the lack of service and facilities in the train station lessen the comfort of using the transpiration. Besides, train station, being the gate to outsiders to enter the city, needs special care as it reflects the image of the city. That is why revitalization is obligatory to fix and optimize the facilities of the station as well as to give a special image for the city, that is, the art-deco of Bandung as a city.
ix
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR iv KATA PENGANTAR v 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Gagasan Perancangan ... 2
1.3Identifikasi Masalah ... 3
1.4Tujuan Perancangan ... 3
1.5Sistematika Penulisan ... 3
BAB II Stasiun Kereta Api dan Langgam Art Deco Bandung 2.1Kereta Api dan Karakteristiknya... 5
2.1.1 Pengertian Kereta Api...5
2.1.2 Bagian-Bagian Kereta Api ... 6
2.1.3 Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api...7
2.2Stasiun Kereta Api...8
2.2.1 Pengertian Stasiun Kereta Api...9
2.2.2 Jenis-jenis Kereta Api...9
2.2.3 Bagian-bagian Stasiun Kereta Api...10
2.2.4 Perancangan Stasiun Kereta Api ... 13
2.3Revitalisasi...16
2.4Langgam Art Deco Bandung...17
x
2.4.2 Langgam Art Deco Bandung...18
2.4.3 Periodesasi Art Deco Indonesia...20
2.4.4 Streamline...22
BAB III Stasiun Kereta Api Bandung 3.1Deskripsi dan Analisa Stasiun Kereta Api Bandung...23
3.1.1 Deskripsi Objek Studi...23
3.1.2 Site Analisis Stasiun Kereta Api Bandung...25
3.1.3 Building Analysis...27
3.1.4 Studi Fungsi Sejenis...29
3.1.5 Profil Perusahaan PT.KAI…...30
3.2Programming...32
3.2.1 User Analysis...32
3.2.2 User Activity...33
3.2.3 Bubble Diagram...34
3.2.4 Zoning-Blocking...36
BAB IV Revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung 4.1Streamline Transportation...40
4.1.1 Konsep Bentuk...41
4.1.2 Konsep Warna & Material...42
4.2Aplikasi Tema & Konsep...43
4.2.1 Denah General...43
4.2.2 Denah Khusus Lobby...45
4.2.3 Lampu Gantung Lobby...47
4.2.4 Loket Tiket dan Meja Pengisian Formulir...48
4.2.5 Wall Treatment...49
4.2.6 Denah Khusus Ruang Tunggu...51
BAB V Simpulan dan Saran 5.1Simpulan...53
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
BAB II
Gambar 2.1 Villa Isolla dan Hotel Savoy Homann...18
Gambar 2.2 Hotel Preanger...19
Gambar 2.3 Bentukan-bentukan Pada Periode 1902-1920an...21
BAB III Gambar 3.1 Stasiun Bandung (1930)...24
Gambar 3.2 Site Stasiun Bandung...25
Gambar 3.3 Akses Stasiun Utara & Facade Stasiun Utara...27
Gambar 3.4 Lobby Stasiun Utara & Ruang Tunggu Stasiun Utara...28
Gambar 3.5 Facade Stasiun Selatan & Lobby Stasiun Selatan...28
Gambar 3.6 Ruang Tunggu Union Stasion & Area Penjualan Tiket...29
Gambar 3.7 Logo PT.KAI...30
Gambar 3.8 Bubble Diagram Stasiun Utara...35
Gambar 3.9 Bubble Diagram Stasiun Selatan...36
Gambar 3.10 Zoning-Blocking Stasiun Utara...37
Gambar 3.11 Zoning-Blocking Stasiun Selatan...38
BAB IV Gambar 4.1 Hotel Savoy Homann dan Villa Isolla...41
Gambar 4.2 Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann...42
Gambar 4.3 Skema Warna...42
Gambar 4.4 Skema Material...43
Gambar 4.5 Denah General Stasiun Utara...44
Gambar 4.6 Denah General Stasiun Selatan...45
Gambar 4.7 Denah Khusus Lobby...46
Gambar 4.8 Perspektif Lobby...46
Gambar 4.9 Ketinggian Eksisting Lobby...47
Gambar 4.10 Rangka Lampu Gantung...47
xiii
Gambar 4.12 Area Loket dan Meja Formulir...48
Gambar 4.13 Fiber Wall Treatment...49
Gambar 4.14 Wall Treatment...50
Gambar 4.15 Furniture Lobby...50
Gambar 4.16 Selasar...51
Gambar 4.17 Denah Khusus Ruang Tunggu...51
Gambar 4.18 View Area Tunggu...52
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB II
Tabel 2.1 Perbandingan Moda Transportasi Jalan Rel dan Jalan...8
BAB III
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sarana transportasi kereta api merupakan salah satu alat transportasi yang penting
dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Jumlah penumpangnya semakin
meningkat mulai dari tahun 2010 sampai sekarang, terutama pada awal Januari 2013
yang berjumlah kurang lebih 14 juta menjadi 20 juta pada akhir desember 2013, dan
terus meningkat hingga sekarang (PT.KAI, 2015). Ignasius Jonan selaku Dirut
PT.KAI melakukan perubahan besar pada tahun 2013, yang mempengaruhi kenaikan
jumlah penumpang dari sarana transportasi kereta api (Jonan, 2015).
Stasiun kereta api sebagai tempat naik turunnya penumpang dibeberapa tempat,
2 Kereta Api Bandung. Beberapa fasilitas di stasiun Bandung tidak digunakan dengan
seharusnya, seperti selasar utama yang hanya difungsikan satu saja, kurangnya
jumlah gerbang keberangkatan, serta batas antrean loket penjualan tiket dan
pendaftaran formulir yang tidak teratur. Fungsi yang tidak optimal dari
fasilitas-fasilitas di Stasiun Kereta Api Bandung tersebut menjadi alasan untuk melakukan
revitalisasi pada stasiun ini.
Stasiun Kereta Api di Bandung, belum mencitrakan Kota Bandung maupun PT.KAI.
Sehingga, langgam Art Deco akan diambil dalam revitalisasi Stasiun Kereta Api
Bandung karena Art Deco sudah menjadi langgam Kota Bandung sejak
pemerintahan Belanda masuk ke Bandung, sehingga dianggap dapat mewakili citra
dari Kota Bandung dan dapat diterapkan di Stasiun Kereta Api Bandung.
1.2Gagasan Perancangan
Revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung diharapkan dapat mengoptimasi
fasilitas-fasilitas serta fungsi ruang yang belum beroperasi sebagaimana mestinya, sehingga
setelah direvitalisasi, Stasiun Kereta Api Bandung dapat memiliki fasilitas serta
ruangan-ruangan yang berfungsi dengan baik.
Langgam Art Deco 1920-1930an yang terkenal dengan bentuk streamline akan
menjadi langgam yang dipilih dalam proses revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung
ini untuk menghadirkan citra Kota Bandung kedalam Stasiun Kereta Api Bandung.
Selain mewakili citra Kota Bandung, streamline pun berkaitan langsung dengan
sifat-sifat transportasi kereta api dan makna logo dari PT.KAI, sehingga setelah
direvitalisasi, diharapkan Stasiun Kereta Api Bandung dapat menjadi stasiun yang
memiliki fungsi yang sesuai dengan standard, dan memiliki citra dari Kota Bandung,
3 1.3Identifikasi Masalah
Fasilitas-fasilitas di Stasiun Kereta Api Bandung yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya, perbedaan gaya desain antara stasiun selatan dan stasiun Bandung yang
dikarenakan perbedaan waktu pembangunan, serta belum adanya citra kuat yang
melekat pada stasiun Kereta Api Bandung, menjadi masalah inti dari revitalisasi ini,
sehingga pertanyaan yang timbul pada revitalisasi ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Bagaimana cara mendesain sebuah stasiun kereta api yang ideal dari segi fasilitas
dan interiornya?
2. Bagaimana cara menghadirkan citra PT.KAI, sarana transportasi kereta api, serta
Kota Bandung kedalam desain interior Stasiun Kereta Api Kota Bandung?
1.4Tujuan Perancangan
Berdasarkan identifikasi masalah pada sub-bab 1.3, maka dapat disimpulkan tujuan
dari revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung ini bertujuan untuk :
1. Mengoptimasi Fasilitas-fasilitas dan fungsi ruang yang ada di Stasiun Kereta Api
Bandung berdasarkan standard yang ada
2. Menerapkan gaya Art Deco 1920-1930an kepada seluruh bagian gedung stasiun
untuk memberikan citra dari PT.KAI, sarana transportasi kereta api, dan Kota
Bandung
1.5Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang dari proyek revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung,
masalah-masalah yang ada di didalam stasiun ini, ide-ide/gagasan perancangan,
4 BAB II Stasiun Kereta Api dan Langgam Art Deco Bandung
Berisi tentang sejarah dari stasiun kereta api bandung, pengertian dan fungsi-fungsi
dari stasiun kereta api, standar-standar dari stasiun kereta api, dan bahasan tentang
langgam Art Deco yang dipakai dalam perancangan ini.
BAB III Stasiun Kereta Api Bandung
Berisi tentang deskripsi objek studi (Stasiun Kereta Api Bandung) dan programming
ruang dari Stasiun Kereta Api Bandung. Deskripsi dan analisis objek studi berisi
analisa tentang lokasi, bangunan, lingkungan sekitar, fungsi-fungsi yang dibuat, dan
studi fungsi sejenis, sedangkan programming ruang berisi tentang bubble diagram,
zoning-blocking, user analysis, flow activity, serta tema dan konsep yang di pakai
pada revitalisasi ini.
BAB IV Revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung
Berisi tentang penjelasan tema dan konsep, bagaimana implementasi tema dan
konsep perancangan terhadap desain denah khusus yang dipilih, yaitu lobby dan
ruang tunggu penumpang.
BAB V Simpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dari hasil revitalisasi terhadap Stasiun Kereta Api Bandung
mengenai pemecahan permasalahan melalui solusi desain, serta saran yang
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Pada proses revitalisasi stasiun Bandung ini, penulis berpikir bagaimana
merevitalisasi stasiun Bandung ini agar mengoptimasi fungsi-fungsi dan
fasilitas-fasilitas yang sudah ada di stasiun Bandung ini, sekaligus membuat stasiun Bandung
ini bisa mencitrakan salah satu ciri khas dari kota Bandung, sehingga pada akhirnya
dapat merancang sebuah stasiun kereta api yang tidak hanya berfungsi dengan baik
dari segi pelayanan dan fasilitasnya, tetapi juga sebagai media promosi dari kota
dimana stasiun itu berada. Sehingga apabila melihat kembali kepada pertanyaan
54 1. Bagaimana cara mendesain sebuah stasiun kereta api yang ideal dari segi fasilitas
dan interiornya?
Pertanyaan ini terjawab dengan standard-standard yang sudah dijabarkan pada
bab II, sehingga dengan mengikuti standard-standard yang sudah ada, maka hasil
revitalisasi inipun menghasilkan desain stasiun kereta api yang lebih baik, mulai
dari fasilitas, dan programming, seperti flow manusia dalam stasiun kereta api
yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dan efektif.
2. Bagaimana cara menghadirkan citra PT.KAI, sarana transportasi kereta api, serta
Kota Bandung kedalam desain interior Stasiun Kereta Api Kota Bandung?
Permasalahan inipun berhasil terpecahkan, adalah dengan menerapkan tema
Streamline Transportation pada proses revitalisasi Stasiun Bandung ini, yang
tidak lain menerapkan langgam Art Deco 1920-1930an pada desain stasiun ini,
ditambah lagi streamline sebagai kata penghubung antara Kota Bandung,
PT.KAI dan sarana transportasi kereta api, sehingga disini semua dapat terwakili
dengan tema Streamline Transportation.
5.2Saran
Proyek Revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung ini diharapkan dapat dijadikan
referensi bagi pihak-pihak yang akan mengambil proyek serupa, ataupun berbeda
tempat, sehingga hal-hal yang kurang di proyek ini dapat menjadi perhatian agar bisa
menghasilkan desain-desain yang lebih baik. Selain itu hal-hal yang menjadi esensi
suatu tempat menjadi hal penting yang tidak boleh dilupakan untuk menghadirkan
sebuah citra kuat yang bisa berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam satu lingkup
DAFTAR PUSTAKA
Kunto, Haryoto. (1984). Wajah Bandoeng Tempoe Doloe. Penerbit : Granesia,
Bandung
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 22 tahun 2003 Tentang Pengoperasian
Kereta Api
Ketetapan MPR No II/MPR/1983
Morlok, Edward K. (1978), Editor: Yani Sianipar (1984), Judul asli:
“Introductions to Transportation Engineering and Planning”, Judul Terjemahan:
“Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”. Penerbit : Erlangga,
Jakarta.
Setijowarno, Djoko dan Russ Bona Frazila. (2003). Pengantar Rekayasa Dasar
Transportasi. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata.
Hutagalung, Ridwan dan Taufanny Nugraha. (2008). “Braga Jantung Parijs Van
Java”. Penerbit : Ka Bandung, Bandung
Griffin, Kenneth W. Transit Facilities. (2004). New Jersey : John Wiley & Sons.
Inc.
Bevis Hillier. 1971. Art Deco Style. USA: Phaidon
PT.KAI. “Jumlah Penumpang Kereta Api 2006-2015”. 8 Februari 2015.
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1417
Jonan, Ignasius. “Belajar Dari Ignasius Jonan”. 8 Februari 2015.