• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perubahan Elemen Fasade Arsitektur Kolonial (Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Perubahan Elemen Fasade Arsitektur Kolonial (Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

56

L

AMPI

RAN

Gambar Ulang Skematik Fasade Stasiun Kereta Api Medan

(2)

57

Gambar Ulang Skematik Denah Stasiun Kereta Api Medan

(3)

54

DAFTAR PUSTAKA

Badan Warisan Sumatera (BWS) Medan, Sumatera Utara

Fitri, Isnen. 2006. Sejarah Teori Arsitektur 3. Universitas Sumatera Utara

Fram dan Weiler . 1984. Continuity with Change, Planning for conservation of man-made heritage. Toronto and Charlottetown.

Handinoto. 1993. Arsitek G.C. Citroen Dan Perkembangan Arsitektur KolonialBelanda Di Surabaya (1915-1940)

Hartono, Samuel & Handinoto..‘Arsitektur Transisi’ di nusantardari akhir abad 19 ke awal abad 20.

Krier, Rob. Bab III; Elemen Arsitektur. Erlangga

Murtomo, B. Adji. 2008. Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang.Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan PermukimanENCLOSURE Volume 7 No.2

Safeyah, Muchlisiniyati. 2006.Perkembangan “Arsitektur Kolonial” di Kawasan Potroagung

(4)

55 Stone, Sally. 2012, Continuity in Architecture, Manchester School of

Architecture, University of East London, Docklands Campus. Conference Proceedings. Books.

Utami, dkk. Kajian Bentuk dan Fasade Hotel Hilton Bandung.Institut Teknologi Nasional.

Wardani, Laksmi Kusuma. 2009. Gaya Desain Kolonial Belanda Pada Interior Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Universitas Kristen Petra. Surabaya

Wirawan, I Made Yuridha.2014.Penerepan Konsep Infill Pada Bangunan Museum Dalam Kawasan Heritage di Banjarmasin. E-Journal Graduate Unpar.

(5)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu mendasarkan pada studi literatur dan dilaksanakan secara deskriptif, dengan menggunakan analisa data induktif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata terrtulis atau lisan dan gambar-gambar. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perubahan bentuk bangunan pada Stasiun Kereta Api Kota Medan dan mengkaji bentuk fasade bangunan tersebut.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :

a. Perubahan bentuk bangunan, berupa data tentang perubahan-perubahan yang telah terjadi pada bangunan stasiun kereta api Medan. Perubahan bentuk bangunan yang akan dibandingkan adalah bentuk bangunan lama stasiun kereta api Medan dengan bangunan baru stasiun kereta api Medan.

b. Fasade bangunan. Kajian fasade yang akan ibahas mengacu kepada defenisi fasade menurut Rob Krier yang membagi pembahasan fasade menjadi komposisi, elemen, pola dan karakteristik fasade. Fasade yang akan dibahas adalah pada bangunan baru stasiun kereta api Medan.

(6)

22 3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat berupa :

- Wawancara dengan informan (pihak-pihak yang dianggap mengetahui tentang Stasiun Kereta Api Medan dan sejarahnya)

- Observasi / pengamatan pada bangunan - Pemotretan pada bangunan

3.4. Studi Kasus Penelitian

(7)

23 Gambar 3.2 Peta Kota Medan

Sumber : Google Earth

Gambar 3.1 Peta Indonesia

Sumber : Google Earth

Gambar 3.3 Peta Lokasi Stasiun Kereta Api Medan

(8)

24 3.5. Tahapan Analisa Data

Secara garis besar penelitian ini dapat dibagi dalam dua tahap yaitu Penelitian kepustakaan dan observasi lapangan. Penelitian kepustakaan merupakan tahap awal dari kegiatan penelitian berupa pengumpulan data pustaka terutama tentang :

1. TeoriArsitektur Kolonial

2. Perkembangan Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia 3. Elemen Bangunan Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia 4. Fasade Bangunan

(9)

25 BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Stasiun Kereta Api Medan

Pada Masa Pemerintahan Belanda, Tembakau Deli bekembang cukup pesat dan hanya butuh waktu selama dua tahun Tembakau Deli dicap dengan mutu terbaik. Sehingga, membuat tembakau ini punya pasar khusus ke mancanegara yaitu Bremen dan Amsterdam. Kota labuhan Deli pun ikut berkembang dan menarik sejumlah investor dari mancanegara.Labuhan Deli menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan.

Labuhan Deli mempunyai kelemahan sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan yaitu dari segi geografis Labuhan Deli sangat sempit untuk berkembang menjadi sebuah kota dan juga sering banjir. Untuk itu, pada tahun 1869, Deli Maatchhappij pindah ke Medan tepat di persimpangan antara sungai Babura dan Sungai Deli atau sekarang tepat di belakang gedung Capital Building di Jalan Tembakau Deli. Posisi gedungnya menghadap sungai karena sungai jadi salah satu jalur transportasi mengangkut hasil kebun ke Labuhan Deli untuk kemudian dikirim ke luar negeri.

(10)

26 kota Medan di sekitar Esplanade (lapangan merdeka). Ia mendapat ijin dari pemerintah Belanda. Ia juga minta ijin kepada sultan Maimoon Al Rasyid dan memberi imbalan kepada sultan berupa tembakau. pembangunan rel kereta api dimulai sejak 23 Januari 1883. Sebutan untuk kereta api Deli itu adalah Deli Spoorweg yang dibangun oleh perusahaan swasta Belanda bernama N.V. de Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Perusahaan ini memiliki izin konsesi untuk membangun jalan kereta api. Pada masa kini, kereta api yang awalnya dibangun oleh DSM itu dikenal sebagai PT. Kereta Api Indonesia divisi regional-I Sumut-NAD.

(Gambar 4.1. Rel kereta pertama pada stasiun Medan pada Masa Belanda) (Sumber : KITLV)

(11)

27 Gambar 4.2. Stasiun Medan pada Masa Belanda

(Sumber : KITLV)

Gambar 4.3. Peta Kawasan sekitar Stasiun Medan pada Masa Belanda (Sumber : KITLV)

(12)

28 Selanjutnya, pada tahun 1916 dibangun jaringan kereta api yang menghubungkan Medan – Siantar yang menjadi pusat perkebunan teh. Rencana pemerintah kolonial ialah ingin menjadikan Sumatera Timur sebagai pusat perkebunan di Sumatera dan Belawan adalah pelabuhan Internasional ekspor dan impor hasil perkebunan. (Sumber : KITLV.NL)

Pembangunan jaringan kereta api di Medan adalah sebagai upaya penataan

Gemeente Medan pada saat itu sebagai daeah modal bagi perkebunan dan industry jasa lainnya. Peranan kereta api pada masa kolonial lebih sebagai pengangkut hasil-hasil perkebunan dari daerah-daerah kota Medan dan sekitarnya menuju pelabuhan Belawan untuk di ekspor ke luar negeri.

(13)

29 4.2 Deskripsi Umum Bangunan Stasiun Kereta Api Kota Medan

Stasiun medan adalah stasiun kereta api yang melayani Kota Medan yang terletak di jalan Stasion dan berada di pertemuan antara Kelurahan Kesawan (Medan Barat) dan Gang Buntu (Medan Timur).

(14)

30 Gambar 4.4 Peta lokasi Stasiun Kereta Api Medan

Stasiun merupakan pusat transportasi di medan pada masa kolonial karena terletak di antara bangunan bangunan yang cukup penting pada masa pemerintahan Belanda seperti kawasan jl. Ahmad Yani, London Sumatera, Kantor Pos Medan, Bank Indonesia, Hotel Dharma Eli dan Lapangan Merdeka.

(15)

31 4.3 Perubahan Desain Bangunan

Sejak masa Pemerintahan Belanda hingga ke pemerintah sekarang, stasiun Kereta Api Medan sudah banyak mengalami perubahan. Bentuk arsitektur Kolonial yang masih jelas terlihat pada masa sekarang adalah menara jam di bagian depan stasiun, dipo lokomotif yang masih berarsitektur Belanda, bagian atap peron yang menaungi jalur dua dan tiga serta jembatan gantung di ujung sebelah selatan.

Perubahan desain bangunan berupa penambahan ruangan-ruangan beserta fasilitas penunjang stasiun karena kebutuhan ruang dan pengunjung semakin bertambah. Hal ini merupakan dasar terjadinya perubahan desain bangunan.

Seperti yang telah dikatakan bahwa Change and continuity dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan bangunan atau budaya lama yang mana budaya tersebut telah mengalami pembaruan atau perkembangan akibat semakin meningkatnya kebutuhan. Sehingga bangunan stasiun kerta api Medan mengalami perubahan dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan yang semakin berkembang.

(16)

32 Gambar 4.5 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1886

(Sumber : KITLV)

Gambar 4.6 Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1886 (Sumber : KITLV)

(17)

33 Bangunan stasiun terus mengalami perubahan bentuk bangunan terutama pada bagian fasade. Selanjutnya renovasi bentuk bangunan kembali dilakukan pada tahun 1892.

Gambar 4.7 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1892 (Sumber : KITLV)

Gambar 4.8 Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1892 (Sumber : KITLV)

(18)

34 bangunan sebelumnya hanya memiliki satu atap pelana yang menghadap ke depan bangunan. Dan pada bangunan ini juga telah ditambahkan kanopi pada teras bangunan

Gambar 4.9 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1910 (Sumber : KITLV)

(19)

35 Pada tahun 1910, bangunan stasiun kereta api Medan kembali mengalami perombakan besar, yang mana bangunan diperbesar dikarenakan oleh adanya peningkatan akan aktivitas pada stasiun sehingga membutuhkan ruang yang lebih banyak dan juga disebabkan oleh semakin banyaknya jalur kereta api yang telah beroperasi pada stasiun tersebut.

Seperti terlihat pada denah stasiun pada tahun 1910 terlihat perbedaan yang cukup signifikan dengan bangunan stasiun pada tahun 1892. Bagian bangunan yang ditunjuk oleh petunjuk A dan C metupakan bangunan sudut pada bangunan sebelumnya. Bagian B atau bagian tengah pada bangunan sebelumnya ditutup menggunakan kanopi. Dan pint masuk yang dahulunya terdapat pada bagian B pindah ke bagian D dengan ditambah kanopi di atas terasnya. F merupakan underpass yang mulai ada pada tahun 1910. Underpass ditujukan untuk menaiki kereta api pada jalur terluar dari stasiun.

(20)

36 Gambar 4.11 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1939

(Sumber : KITLV)

Gambar diatas merupakan renovasi pada tahun 1939. Pada renovasi ini juga dibangun menara tower pada bagian sebelah kanan bangunan.

(21)

37 Gambar 4.12 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1995

(Sumber : KITLV)

Gambar 4.13 Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1995 (Sumber : KITLV)

(22)

38 sebelumnya terletak pada bagian kanan bangunan, sekarang dipindahkan ke bagian kiri bangunan.

Selanjutnya dipengaruhi oleh perkembangan zaman, bangunan stasiun kereta api Medan kembali dirubah bentuk bangunannya menjadi terlihat lebih modern. Renovasi dilakukan pada tahun 2013, bentuk bangunan seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 4.14 Stasiun Kereta Api Medan Tahun 2013 (Sumber : Peneliti, 2015)

(23)

39 Bentukan awal bangunan stasiun Kerete Api Medan memanjang dan memiliki bukaan yang cukup banyak seperti jendela dan ventilasi yang ada pada setiap lantai.

Satu hal yang membuat orang berfikir bahwa bangunan ini adalah kolonial adalah dikarenakan adanya menara jam yang terlihat dari depan bangunan yang menjadi ciri khas arsitektur Kolonial. Bagian tersebut masih dipertahankan sampai saat sekarang.

Pada bagian Fasade bangunan lama Stasiun Kereta Api Medan terdapat bagian dinding yang melengkung di tengah bangunannya dan pada saat sekarang bagian tersebut telah dihilangkan sehingga bagian depan bangunan menjadi rata dan tidak ada penonjolan pada bagian fasade bangunan, yang ada hanya terdapat selasar yang cukup lebar pada bagian entrance sebagai penanda tempat masuk bagi para pengunjung Stasiun Kereta Api Medan.

(24)

40 Pada awalnya bagian lantai atas dari bangunan ini memiliki teras luar yang bisa diakses dari dalam bangunan dan juga memiliki selasar untuk atap teras yang cukup lebar. Namun bagian tersebut sekarang telah dihilangkan. Dan sekarang pada setiap dinding bangunan dijadikan sebagai jendela mati yang tidak dapat dibuka.

Pada bagian pintu masuk menuju stasiun diberi selasar sebagia penanda entrance pada bangunan stasiun. Selasar ini sebelumnya tidak ada pada bangunan lama stasiun kota Medan.

(25)

41 Walaupun telah banyak melakukan perubahan, namun ciri khas arsitektur Kolonial masih ada terlihat pada bangunan seperti yang terlihat yaitu terdapat menara jam pada fasade bangunan.

Gambar 4.17 Menara jam khas kolonial pada bangunan stasiun Kota Medan (Sumber : Peneliti, 2015)

Bagian lantai satu bangunan Stasiun Kota Medan juga masih terlihat bercirikan arsitektur Kolonial seperti tiang-tiang bangunan yang cukup besar ciri khas gaya kolonial dan dinding tebal pasangan dua bata.

Gambar 4.18 Tiang besar bercirikan arsitektur kolonial pada Bangunan Stasiun Kereta Api Medan

(26)

42 Dinding dan kolom pada bangunan stasiun Kota Medan dilapisi dengan batu- batuan kecil dan Jendela bangunan pada bagian lantai satu Stasiun Kota Medan juga masih terlihat seperti bangunan kolonial yaitu lebih besar dan lebar. Bentuk jendela stasiun memang dipertahankan dari bentukan aslinya dan tidak mengalami perubahan.

Gambar 4.19 Jendela lantai satu bangunan Stasiun Kota Medan (Sumber : Peneliti, 2015)

(27)

43 Gambar 4.20 Jendela lantai atas bangunan Stasiun Kota Medan

(Sumber : Peneliti, 2015)

Pada lantai atas bangunan stasiun, jendelanya berbeda dengan pada lantai 1 karena terlihat lebih futuristik dikarenakan jendela telah berupa jendela kaca mati dengan bingkai jendela berbahan aluminium.

Berikut merupakan table perubahan stasiun kereta api Medan

Bangunan Lama Stasiun Kota Medan (1995)

Keterangan Bangunan Baru Stasiun Kota Medan Terdapat bagian dinding yang

(28)

44 bagian lantai atas dari bangunan ini

memiliki teras luar yang bisa diakses dari dalam bangunan dan juga memiliki selasar untuk atap teras yang cukup lebar. Namun bagian tersebut sekarang telah dihilangkan. Dan sekarang pada setiap dinding bangunan dijadikan sebagai jendela mati yang tidak dapat dibuka.

(29)

45 Pada bagian pintu masuk menuju

stasiun diberi selasar sebagia penanda entrance pada bangunan stasiun. Selasar ini sebelumnya tidak ada pada bangunan lama stasiun kota Medan.

Pada lantai atas bangunan stasiun, jendelanya terlihat lebih futuristik dikarenakan jendela telah berupa jendela kaca mati dengan bingkai jendela berbahan aluminium

Tabel 4.1. Tabel Perubahan Fasade Stasiun Kereta Api Medan

4.4 Fasade Bangunan

Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan.

4.4.1 Komposisi Fasade

(30)

46 harmonis antara proporsi yang baik, penyusunan struktur vertikal dan horizontal, bahan, warna, dan elemen dekoratif.

a. Transparansi Pada Fasade

Transparansi pada fasade dapat diartikan sebagai bagian bangunan yang bersifat transparan yang dapat difungsikan sebagai pencahayaan alami pada ruang dalam pada bangunan tersebut.

Gambar 4.21 Unsur transparansi pada fasade stasiun kereta api Medan (Sumber : Peneliti, 2015)

b. Elemen Masif

(31)

47 Gambar 4.22 Elemen masif pada fasade stasiun kereta api Medan

(Sumber : Peneliti, 2015) c. Atap

Bangunan stasiun kereta api Medan bisa dikatakan tidak memiliki atap seperti halnya bangunan kolonial lainnya melainkan bangunan ini terlihat seperti bangunan modern yang bagian atapnya menggunakan dak beton..

(32)

48 4.4.2 Elemen pada Fasade Stasiun Kereta Api Medan

Konsep fasade yang diterapkan pada bangunan stasiun kereta api Medan menerapkan 7 unsur elemen fasade yaitu: Proporsi, irama, ornament, bentuk, material, warna, tekstur.

Gambar 4.24 Elemen Fasade pada stasiun kereta api Medan (Sumber : Peneliti, 2015)

- Proporsi : Elemen transparan bangunan lebih dominan daripada elemen massif pada bangunan

- Irama : Terbuka - Ornamen : Ada (frame) - Bentuk : Bentuk Lurus

- Material : Elemen transparan menggunakan kaca terdapat pada jendela-jendela mati, elemen massif menggunakan beton pada frame jendela

(33)

49 4.4.3 Pola Fasade

Pola Fasade pada bangunan stasiun kereta api Medan terdiri dai 2 pola dominasi bidang yaitu : Pola dominasi bidang transparan dan pola dominasi bidan massif. Bidang transparan terdapat pada bagian jendela bangunan dan pola bidang massif berupa dinding penyangga bangunan dengan bahan material beton.

Pola Dominasi Bidang Transparan Pola Dominasi Bidang Masif

(34)

50 4.4.4 Karakteristik fasade Stasiun Kereta Api Medan

(35)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dengan metode deskriptif kualitatif pada bangunan Stasiun Kereta Api Medan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu bangunan Stasiun Kereta Api Medan sudah mengalami perubahan bentuk desain bangunan. Berawal dari zaman kolonial sampai sekarang sudah mengalami dua kali perubahan bentuk bangunan. Walaupun sudah banyak bagian bangunan yang diubah namun masih ada bekas bangunan kolonial yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Change and continuity pada bangunan ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan bangunan atau budaya lama yang mana budaya tersebut telah mengalami pembaruan atau perkembangan akibat semakin meningkatnya kebutuhan. Sehingga bangunan stasiun kerta api Medan mengalami perubahan dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan yang semakin berkembang.

(36)

52 namun pada bangunan baru bagian tersebut telah dihilangkan sehingga fasade bangunan menjadi datar.

Lantai atas bangunan lama terdapat teras yang bisa diakses oleh pengunjung dari dalam bangunan.Teras tersebut berguna sebagia tempat bagi pengunjung untuk melihat situasi disekitar bangunan, sekarang sudah tidak ada lagi teras pada lantai atas bangunan.Sehingga pengunjung yang ingin melihat keadaan sekitar hanya bisa melihat dari dalam jendela.

Bentuk jendela juga telah mengalami perubahan dimana bentuk jendela pada bangunan baru sudah menyerupai jendela modern dengan bentuk jendela mati atau tidak bisa dibuka tutup.Jadi fungsi jendela pada bangunan sekarang hanyalah sebagai pencahayaan alami namun tidak dapat digunakan sebagai sirkulasi udara ke dalam bangunan.

Pada bagian entrance bangunan sekarang juga telah diberi selasar sebagai penanda pintu masuk bagi pengunjung yang hendak memasuki bangunan.Bagian ini sebelumnya tidak terdapat pada bangunan lama stasiun.

Stasiun Kereta Api Medan memang sudah banyak melakukan perubahan namun demikian bangunan baru tidak begitu saja menghilangkan semua aspek kolonial yang pernah terkandung didalam bangunan tersebut. Masih ada beberapa bagian bangunan yang masih dipertahankan sehingga nilai nilai kolonial masih dapat terlihat jelas pada bangunan.

(37)

53 juga memiliki tiang tiang yang besar.Jendela pada lantai satu bangunan juga bercirikan kolonial yaitu besar dan lebar.

Bangunan baru Stasiun Kereta Api Medan masih memiliki menara jam yang dipertahankan dari bangunan sebelumnya. Menara ini sangat jelas menandakan bahwa bangunan ini merupakan bangunan peninggalan kolonial karena menara jam merupakan ciri khas arsitektur kolonial Belanda.

Dari segi fasade bangunan stasiun kereta api Medan mempunyai desain fasade yang lebih didominasi oleh elemen transparan dengan menggunakan jendela kaca mati sebagai pencahayaan alami menuju kedalam bangunan stasiun. Elemen massif yang lebih berfungsi sebagai frame pada jendela bangunan.

5.2 Saran

1. Sejarah suatu suatu bangunan sangat penting untuk diketahui dan dipelajari, oleh karena itu diperlukan pemeliharaan ataupun perawatan bagi bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah didalamnya sehingga nilai-nilai sejarah yang terkandung pada bangunan tersebut dapat dipertahankan.

(38)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Kolonial

2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial

Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar abad 17 sampai tahun 1942 (Sidharta, 1987 dalam Samsudi)

Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006) Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan.Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial disamping itu juga adanya pengaruh dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada (arsitektur jengki).

Arsitektur kolonial Belanda berupa aspek fisik, bergaya kemaharajaan (the empire style) yang disesuaikan dengan kondisi setempat, bangunan menekankan pada fungsi (Huib Akihary, 1988:12 dalam Samsudi). Tentu saja arsitektur tersebut telah berubah menjadi sesuatu yang baru karena proses-proses adaptasi dan akulturasi dengan konteks lingkungan dan budaya Indonesia

(39)

6 Asitektur kolonial banyak terdapat di negara-negara lain di luar Indonesia karena arsitektur kolonial merupakan arsitektur cangkokan dari negeri Eropa ke daerah koloni. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena yang unik karena tidak terdapat di lain tempat juga pada negara-negara bekas koloni, kaena terdapat pencampuran budaya penjajah dengan budaya Indonesia. (Haris, Cyil M dalam Samsudi)

2.1.2. Perkembangan Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia

Awalnya kota Kolonial Belanda berada di daerah pesisir yang dulunya merupakan kota perdagangan yang telah terjadi sejak masa Hindu dan Islam seperti kota Ambon, Batavia, Banten, Cirebon, Palembang, Surabaya, Semarang, Ujung Pandang. Kemudian beberapa kota baru terbentuk selama masa kolonial Belanda seperti kota Bandung, Medan, Balikpapan, Malang (Fitri, 2006)

Sejarah kolonisasi Belanda di Nusantara secara garis besar dapat dibagi menjadi 7 bagian yaitu (Samuel Hartono dan Handinoto) :

a. datangnya Belanda (abad ke 17) - 1800 : Masa VOC.

b. 1800-1811: Masa kekacauan yang timbul akibat perang dengan Napoleon di Eropa

cc. 1811-1816: Masa pemerintahan Inggris dibawah Sir Thomas Stamford Raffles d. 1816-1830: Masa restorasi kekuasaan Belanda dan masa mencari keuntungan ekonomi

(40)

7 f. 1870-1900: Era liberalisme yang ditandai dengan tumbuh suburnya perdagangan swasta dalam skala besar

g. 1900-1942: Masa politik Etis, yang diwarnai dengan effisiensi, kesejahteraan dan otonomi.

Helen Jessup:2, kutipan dari Ir. Handinoto dalam Isnen Fitri membagi periodisasi perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an menjadi empat bagian, yaitu:

1. Abad 16 sampai tahun 1800-an

Waktu itu daerah-daerah tertentu di Indonesia khususnya di pulau Jawa dikuasai oleh Belanda kemudian disebut dengan Nedherlands Indische, di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).

Selama periode ini arsitektur kolonial Belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas.Yang lebih buruk lagi, bangunan-bangunan tersebut tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat.

2. Tahun 1800-an sampai tahun 1902

(41)

8 waktu itu diperintah dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda.

Pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan membangun gedung-gedung yang berkesan grandeur (megah). Bangunan gedung dengan gaya megah ini dipinjam dari gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan dengan gaya arsitektur nasional Belanda waktu itu.

3. Tahun 1902-1920-an

Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang dinamakan politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman orang Belanda tumbuh dengan cepat.Dengan adanya suasana tersebut, maka “indische architectuur” menjadi terdesak dan hilang.Sebagai gantinya, muncul standar arsitektur yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya arsitektur modern yang berorientasi ke negeri Belanda.

4. Tahun 1920 sampai tahun 1940-an

(42)

9 Pada masa tersebut muncul arsitek Belanda yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda.Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional Indonesia sebagai sumber pengembangannya.

2.1.3 Arsitektur Kolonial Belanda di Kota Medan

Awal mula Belanda menguasai Medan yang dulunya merupakan Tanah Deli mulai dari tahu 1864 sampai 1942. Pada tahun 1860-an Medan tidak mengalami perkembangan yang pesat sehingga pedagang tembakau asal Belanda mempelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli.

Daun tembakau yang dihasilkan di tanah Deli memiliki kuliatas tinggi untuk bahan cerutu sehingga melambungkan nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik. Dengan melambungnya nama Deli di Eropa menjadikan tanah deli atau Medan menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Sejak saat itu Medan berkembang semakin pesat dan ditandai dengan semakin banyaknya dilakukan pembangunan di kota Medan. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan)

(43)

10 dibangun pada tahun 1896, tanda proses transformasi perkotaan yang cepat sehingga Medan menjadi kota bisnis modern.

The City Hall dibangun pada tahun 1908, dirancang oleh Hulswit & Fermont Weltevreden + Ed Cuypers Amsterdam. Hal ini diikuti oleh pembangunan Kantor Pos di 1909-1911, yang dirancang oleh Snuyf, Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun 1910 Javasche Bank (dirancang oleh Hulswit & Fermont Weltevreden + Ed Cuypers Amsterdam) didirikan. Pada tahun 1930-an b1930-anyak k1930-antor-k1930-antor perusaha1930-an y1930-ang didirik1930-an di Med1930-an, sebagi1930-an besar dari mereka berada di daerah Kesawan.

Pada tahun 1929 Kantor Belanda Trading Company (itu kemudian dilikuidasi Bank Exim) selesai (bangunan itu digunakan oleh Gunseikanbu selama pendudukan Jepang). Kesawan menjadi "Wall Street" Medan - dan kota itu berkembang menjadi perdagangan regional yang penting dan pariwisata di Asia Tenggara.

(Sumber :

(44)

11 Kontinuitas bangunan yang ada di Lapangan Merdeka dilihat dari segi fungsi pada beberapa bangunan masih bertahan dengan fungsi aslinya namun ada juga beberapa bangunan yang masih bertahan namun telah berubah fungsi.

2.1.4 Ciri-ciri Arsitektur Kolonial

Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) facade simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan pada atap) Wardani, (2009).

Bentuk bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:

(45)

12 Gambar 2.1. Bentuk Gable pada bangunan kolonial

2. Penggunaan tower pada bangunan.

3. Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.

(46)

13 4. Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.

5. Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam serta memiliki detail arsitektur pada teritisan atap.

Gambar 2.3. Bentuk ornament atap pada bangunan kolonial

6. Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani.

7. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.

(47)

14 2.2 Perubahan dan berkelanjutan (Change and Continuity)

2.2.1 Pengertian Perubahan dan Berkelanjutan (Change and Continuity)

Change dapat diartikan sebagai perubahan. Perubahan merupakan suatu perkembangan atau pegeseran suatu bentuk atau objek yang diakibatkan oleh perkembangan suatu kebutuhan, baik berupa perkembangan zaman, ekonomi dan peubahan budaya. Hal itu dapat menyebabkan suatu objek menjadi berubah.

Continuity dapat diartikan sebagai berkelanjutan yang berasal dari kata kontinuitas. Berkelanjutan dalam arsitektur adalah sebuah konsep yang berakar pada kontektualisme, yaitu menganalisa dan memahami sifat dan kualitas tempat atau kawasan perkotaan untuk mengembangkan unsure-unsur baru tetapi tetap mempertahankan sifat dan karakter dari kawasan tersebut. Stone (2012).

(48)

15 2.2.1 Peranan Perubahan dan Berkelanjutan (Change and Continuity)

Fram dan Weiler (continuity with change 1984) menjelaskan bahwa

continuity and change bukanlah sesuatu yang saling berlawanan. Mereka memiliki peranan yang sangat penting satu sama lain. Perubahan dan berkelanjutan ini memiliki peran penting terhadap upaya pelestarian bangunan bersejarah. Dalam beberapa kasus kita harus menjaga agar tidak terjadi perubahan akan budaya yang dibawa oleh leluhur kita, namun dalam hal lain kita juga harus mempertimbangkan akan suatu perubahan yang memberikan keuntungan bagi kita.

(49)

16 Perubahan pada bangunan menurut Ismudiyanto dan Haryadi, M.Arch (1988-1989) dibagi menjdi dua bagian yaitu bagian pertama adalah bagian yang konstan, yaitu bagian core atau inti bangunan yang tidak berubah atau mengalami perubahan yang sangat perlahan.Bagian kedua adalah bagian bangunan yang lain, yang disebut periphery atau nir inti adalah bagian dari bangunan yang mengalami perubahan cepat.

Change and continuity sejati hanya dapat dipahami pada saat independen suatu objek yang baru beserta kondisi-kondisi serta tuntutan-tuntutannya yang baru dapat dipertahankan. Hubungan antara yang lama dan yang baru pada setiap kasus dapat diumpamakan sebagai sebuah dialog, percakapan antara masa lampau dan masa kini.

2.3 Teori Fasade

(50)

17 Fasade masih tetap menjadi elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasade tidaklah semata-mata sebagai pemenuhan persyaratan alami yang ditentukan oleh suatu susunan organisasi ruang, namun fasade menyampaikan keadaan budaya pada saat bangunan itu dibangun, fasade mengungkap kriteria tatanan dan penataan dan berjasa dalam memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi. Suatu fasade juga menceritakan kepada kita mengenai penghuni suatu gedung, memberikan semacam informasi identitas kolektif sebagai suatu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan representasi komunitas tersebut dalam publik.

2.3.1 Komposisi Fasade

Komposisi suatu fasade dengan mempertimbangkan semua persyaratan fungsionalnya pada dasrnya berkaitan dengan penciptaan kesatuan harmonis antara proporsi yang baik, penyusunan struktur vertikal dan horizontal, bahan, warna, dan elemen dekoratif.

Komposisi fasade terdiri dari: a. Jendela

b. Pintu

c. Dinding

d. Atap

(51)

18 2.3.2 Elemen Fasade

Sebagai suatu keseluruhan, fasade tersusun atas elemen tunggal, yaitu suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Namun demikian, komposisi suatu fasade terdiri dari penstrukturan disatu sisi dan penataan pada sisi lainnya.

a. Proporsi

Proporsi merupakan hubungan antar bagian dari suatu desain atau hubungan antara bagian dengan keseluruhan.

b. Irama

Irama adalah pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang yang terpola dengan interval yang beratur ataupun tidak teratur. Irama terdiri dari irama progresif, irama terbuka, dan irama tertutup.

c. Ornamen

(52)

19 d. Bentuk

Dalam arsitektur, bentuk selalu dihubungkan dengan wujud, yaitu sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu.

e. Material

Material atau bahan adalah zat atau bnda dimana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu.

f. Warna

Warna dapat mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. Warna dapat berpera untuk memperkuat bentuk dan memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia. Warna menentukan karakter. Warna dapat menciptakan suasana yang kita harapkan.

g. Tekstur

(53)

20 2.3.3 Pola Fasade

Pola fasade dikelompokkan dalam:

a. Fasade dengan pola dominasi garis murni

b. Fasade dengan pola permainan garis

c. Fasade dengan pola dominasi bidang

d. Fasade dengan pola permainan bidang

e. Fasade dengan dominasi permainan struktur

f. Fasade dengan penampilan ornamen estetika

2.3.4 Karakterstik Fasade

Tiga macam karakter penampilan yang bisa diciptakan bagi sebuah bangunan: a. Karakter netral

b. Karakter kuat menonjol

(54)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda yang membuat negeri ini banyak terkontaminasi oleh budaya –budaya yang dibawa oleh para penjajah, termasuk gaya arsitektur. Bahkan sampai saat ini masih bisa kita lihat bangunan-bangunan tua yang masih berdiri tegak yang menjadi saksi bisu sejarah di negeri ini.

Arsitektur kolonial Belanda adalah karya peninggalan kolonial Belanda di Indonesia yang cukup banyak dan beragam, terutama di wilayah atau kota yang pernah berperan penting bagi Belanda. Dapat berupa rumah tinggal, kantor, bank, gereja, stasiun kereta api dan pabrik.

(55)

2 Pada perkembangannya kini kota-kota besar salah satunya kota Medan semakin semarak dengan kemajuan pembangunannya sehingga banyak bangunan tua yang dihiraukan nilai sejarahnya sehingga telah banyak bangunan yang mengalami perubahan bentuk bangunan baik secara keseluruhan maupun sebagian. Perubahan bangunan disebabkan oleh kebutuhan yang terus berkembang.

Salah satu bangunan kolonial di kota Medan adalah Stasiun Kereta Api Medan. Stasiun Kereta Api Medan telah mengalami perubahan bentuk bangunan sejak dibangun pada masa Kolonial Belanda. Termasuk juga perubahan pada fasade bangunannya. Bentuk desain fasade pada suatu bangunan biasanya akan membentuk citra akan bangunan itu sendiri.

Fasade atau tampak suatu bangunan adalah suatu bagian yang paling enting bagi perancangan suatu bangunan karena fasade merupakan muka bangunan yang akan dilihat pertama kali.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana kondisi bangunan Stasiun Kereta Api Medan Pada Masa Kolonial dan pada saat sekarang

2. Apa sajakah perubahan yang telah terjadi pada bangunan Stasiun Kereta Api Medan

(56)

3 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bangunan Stasiun Kereta Api Medan pada masa kolonial dan pada masa sekarang serta mengetahaui elemen fasade pada bangunan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Bagi ilmu pengetahuan adalah diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang arsitektur kolonial.

• Dapat memberikan pengetahuan tentang elemen fasade bangunan

• Bagi peneliti, memberikan suatu pengalaman belajar dan sebagai

kesempatan dalam menerapkan ilmu yang telah di dapat dari teori-teori serta ilmu-ilmu yang telah dipelajari dan dipahami.

• Bagi peneliti lanjutan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literature

atau studi banding mengenai arsitektur kolonial dan elemen fasade yang dapat digunakan sebagai suatu referensi maupun inspirasi untuk studi kasus yang sejenis.

• Manfaat bagi masyarakat adalah sebagai bahan perbandingan dan

(57)

4 1.5. Kerangka Berfikir

Judul : Kajian Perubahan Elemen Fasade Arsitektur Kolonial (Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)

Latar Belakang : - Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda - Medan memiliki banyak bangunan kolonial

- Stasiun kereta api Medan adalah bangunan kolonial yang banyak mengalami perubahan bentuk dan fasade

Rumusan Masalah :

1.Bagaimana kondisi bangunan Stasiun Kereta Api Medan Pada Masa Kolonial dan Sesudah masa Kolonial serta perubahan bentuk bangunannya.

2.Bagaimana elemen fasade pada bangunan Stasiun Kereta Api Medan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bangunan Stasiun Kereta Api Medan pada masa kolonial dan pada masa sekarang serta mengetahui elemen elemen arsitektur pada fasade bangunan stasiun kereta api Medan

Batasan Penelitian

Lingkup yang dibahas dalam penelitian ini adalah olah desain yang digunakan pada bangunan Stasiun Kereta Api Kota Medan

Pengumpulan data Sekunder Pengumpulan data Primer

Studi Literatur

•Elemen&bentuk fasade bangunan

• Pengamatan

Langsung

Analisis Data dan Pembahasan

(58)

iii

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda sehinggan banyak terpengaruh oleh budaya belanda termasuk gaya arsitekturnya. Banyak kota-kota kolonial tersebar diseluruh Indonesia, termasuk kota Medan. Medan juga memiliki banyak bangunan kolonial karena pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Medan merupakan pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan. Salah satu bangunan kolonial di kota Medan adalah bangunan stasiun kereta api Medan. Stasiun kereta api Medan merupakan salahsatu bangunan yang memiliki peranan penting pada masa kolonial Belanda. Bangunan ini sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk bangunan dan juga perubahan fasade pada bangunan tersebut. Tulisan ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai perubahan bentuk bangunan beserta elemen fasade pada bangunan stasiun kereta api Medan. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif karena menghasilkan data yang menjelaskan secara deskriptif tentang perubahan bentuk bangunan beserta elemen fasade bangunan tersebut.

Kata Kunci : Kolonial, Perubahan bentuk, Fasade

ABSTRACT

Indonesia is a country that colonized by Dutch so it influenced by dutch culture including architecture style. Many colonial cities spread over Indonesia including Medan city. Medan also has so many colonial building when colonization dutch in Indonesia. Medan is also like the activity center of government and trading. One of colonial building in Medan city is railway station building in Medan. This building like one of building which has important role at dutch colonial. This building has renovated so many times, such as change of shape building and also change fasade building. This written is focus at renovation about the shape of building and also the element fasade in railway station buildingin Medan. This research is using qualitative method because it produce the data which explain descriptively about change of building and fasade element of the building.

(59)

Kajian Perubahan Elemen Fasade Arsitektur Kolonial (Studi Kasus : Stasiun

Kereta Api Medan)

SKRIPSI

OLEH

Yurizki Oktabria

110406006

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(60)

KAJIAN PERUBAHAN ELEMEN FASADE ARSITEKTUR KOLONIAL

(Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

YURIZKI OKTABRIA 110406006

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(61)

PERNYATAAN

KAJIAN PERUBAHAN ELEMEN FASADE ARSITEKTUR KOLONIAL (Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2016 Penulis

(62)

Judul Skripsi : KAJIAN PERUBAHAN ELEMEN FASADE ARSITEKTUR KOLONIAL

(Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan) Nama Mahasiswa : Yurizki Oktabria

Nomor Pokok : 110406006 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Ir. Samsul Bahri, M.T. (NIP: 1965 0318 1995011001)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Dr.Wahyu Utami, ST., MT Ir. N. Vinky Rahman, MT (NIP: 197506082000122002) (NIP 196606221997021001)

(63)

Telah diuji pada

Tanggal : 08 Januari 2016

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr.Wahyu Utami, S.T., M.T. Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Samsul Bahri, M.T.

(64)

SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI

Nama : Yurizki Oktabria

NIM : 110406006

Judul Skripsi : Kajian Perubahan Elemen Fasade Arsitektur Kolonial

(Studi Kasus : Stasiun Kereta Api Medan)

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan di nyatakan :

No .

Status Waktu Pengumpulan Laporan

2 Lulus Melengkapi 3 Perbaikan Tanpa

Sidang 4 Perabaikan

Dengan Sidang

5 Tidak Lulus

Medan, Januari 2016

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator Skripsi

(65)

i

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Samsul Bahri, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Wahyu Utami, S.T., M.T. dan Bapak Imam Faisal Pane, S.T., M.T selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran nya dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada security Stasiun Kereta Api Medan yang telah memberikan izin survey dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

(66)

ii

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Kepada Zahra, Iqbal, Teddy, Agung dan Febri yang senantiasa menemani, memberikan motivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa skripsi 2015/2016 Bang Benfri, Yon, Khairunnisa,

Ulik, dan Ronald serta semua teman-teman mahasiswa/i stambuk 2011.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(67)

iii

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda sehinggan banyak terpengaruh oleh budaya belanda termasuk gaya arsitekturnya. Banyak kota-kota kolonial tersebar diseluruh Indonesia, termasuk kota Medan. Medan juga memiliki banyak bangunan kolonial karena pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Medan merupakan pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan. Salah satu bangunan kolonial di kota Medan adalah bangunan stasiun kereta api Medan. Stasiun kereta api Medan merupakan salahsatu bangunan yang memiliki peranan penting pada masa kolonial Belanda. Bangunan ini sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk bangunan dan juga perubahan fasade pada bangunan tersebut. Tulisan ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai perubahan bentuk bangunan beserta elemen fasade pada bangunan stasiun kereta api Medan. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif karena menghasilkan data yang menjelaskan secara deskriptif tentang perubahan bentuk bangunan beserta elemen fasade bangunan tersebut.

Kata Kunci : Kolonial, Perubahan bentuk, Fasade

ABSTRACT

Indonesia is a country that colonized by Dutch so it influenced by dutch culture including architecture style. Many colonial cities spread over Indonesia including Medan city. Medan also has so many colonial building when colonization dutch in Indonesia. Medan is also like the activity center of government and trading. One of colonial building in Medan city is railway station building in Medan. This building like one of building which has important role at dutch colonial. This building has renovated so many times, such as change of shape building and also change fasade building. This written is focus at renovation about the shape of building and also the element fasade in railway station buildingin Medan. This research is using qualitative method because it produce the data which explain descriptively about change of building and fasade element of the building.

(68)

iv

2.1. Arsitektur Kolonial... 5

2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial ... 5

2.1.2. Perkembangan Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia ... 6

2.1.3. Arsitektur Kolonial Belanda di Kota Medan ... 9

2.1.4. Ciri-ciri Bangunan Kolonial Belanda... 11

2.2. Perubahan dan Berkelanjutan (Change and Continuity) ... 14

2.2.1. Pengertian Perubahan dan Berkelanjutan ... 14

2.2.2. Peranan Perubahan dan Berkelanjutan ... 15

(69)

v

2.3.1. Komposisi Fasade ... 17

2.3.2. Elemen Fasade ... 18

2.3.3. Pola Fasade ... 20

2.3.4. Karakteristik Fasade ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1. Jenis Penelitian ... 21

3.2. Variabel penelitian ... 21

3.3. Metode Pengumpulan data ... 22

3.4. Studi Kasus Penelitian... 22

3.5. Tahapan Analisa Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Sejarah Stasiun Kereta Api Medan ... 25

4.2. Deskripsi Umum Bangunan Stasiun Kerata Api Medan... 29

4.3. Perubahan Desain Bangunan ... 31

4.4. Fasade Bangunan Stasiun Kereta Api Medan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(70)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk Gable pada bangunan kolonial... 12

Gambar 2.2. Penggunaan Dormer pada bangunan kolonial ... 12

Gambar 2.3. Bentuk Ornamen atap pada bangunan kolonial ... 13

Gambar 3.1 Peta Indonesia ... 23

Gambar 3.2 Peta Kota Medan ... 23

Gambar 3.3 Peta Lokasi Stasiun Kereta Api Medan... 23

Gambar 4.1. Rel kereta pertama pada stasiun Medan ... 26

Gambar 4.2. Stasiun Medan pada Masa Belanda ... 27

Gambar 4.3. Peta Kawasan sekitar Stasiun Medan pada Masa Belanda ... 27

Gambar 4.4. Peta lokasi Stasiun Kereta Api Medan ... 29

Gambar 4.5. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1886 ... 31

Gambar 4.6. Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1886 ... 31

Gambar 4.7. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1892 ... 32

Gambar 4.8. Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1892 ... 32

Gambar 4.9. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1910 ... 33

Gambar 4.10. Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1910 ... 34

Gambar 4.11. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1939 ... 35

Gambar 4.12. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1995 ... 36

Gambar 4.13. Denah Stasiun Kereta Api Medan Tahun 1995 ... 36

Gambar 4.14. Stasiun Kereta Api Medan Tahun 2013 ... 37

(71)

vii

Gambar 4.16. Selasar pada pintu masuk stasiun Kota Medan ... 40

Gambar 4.17. Menara jam khas kolonial pada stasiun kereta api Medan ... 40

Gambar 4.18. Tiang besar bercirikan arsitektur kolonial ... 41

Gambar 4.19. Jendela lantai satu bangunan stasiun kereta api Medan ... 42

Gambar 4.20. Jendela lantai atas bangunan kereta api Medan ... 42

Gambar 4.21. Unsur transparansi pada fasade stasiun kereta api Medan ... 45

Gambar 4.22. Elemen masif pada fasade Stasiun Kota Medan ... 46

Gambar 4.23. Atap stasiun kereta api Medan ... 47

Gambar 4.24. Elemen Fasade pada stasiun kereta api Medan ... 47

(72)

viii

DAFTAR TABEL

Gambar

Gambar Ulang Skematik Fasade Stasiun Kereta Api Medan
Gambar Ulang Skematik  Denah  Stasiun Kereta Api Medan
Gambar 3.1 Peta Indonesia
Gambar 4.3. Peta Kawasan sekitar Stasiun Medan pada Masa Belanda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian diatas, maka Revitalisasi Stasiun Kereta Api Pematangsiantar adalah pengembangan suatu wadah atau fasilitas yang berupa stasiun untuk mengakomodasi

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API BERDASARKAN STANDAR PELYANAN MINIMAL DI STASIUN ( STUDI KASUS STASIUN PRUJAKAN CIREBON, JAWA BARAT ), Raden Aji Laksono, NPM

disebutkan dalam pasal 35 bahwa stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat.. kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun

Salah satu elemen jendela asli yang dimiliki oleh Stasiun Jember terdapat pada bagian atas dinding gevel fasade depan.. Jendela ini merupakan sebuah bouvenlicht yang

di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan……….141 GAMBAR SIMULASI RANCANGAN 5.37 Tempat makan yang berada di samping bangunan restoran di boulevard kawasan stasiun

Bagaimana pendapat Anda tentang Ketepatan ”Waktu / Jam Tutup” pelayanan pada loket pembayaran tiket di stasiun kereta api

Kata Kunci : Kereta Api, Pemesanan tiket, Rancang bangun sistem pemesanan tiket kereta api berbasis web di stasiun tawang

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API BERDASARKAN STANDAR PELYANAN MINIMAL DI STASIUN ( STUDI KASUS STASIUN PRUJAKAN CIREBON, JAWA BARAT ), Raden Aji Laksono, NPM