MEDAN CYCLING ARENA
( HIGH TECH )
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008 / 2009
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
TAUFIK AKBAR SIREGAR
040406025
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN CYCLING ARENA
( HIGH TECH )
Oleh :
TAUFIK AKBAR SIREGAR
04 0406 025
Medan, 15 Juni 2009
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 132 206 820
Devin Defriza, ST. MT.
Pembimbing I
Firman Eddy, ST. MT.
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)
Nama : Taufik Akbar Siregar
NIM : 04 0406 025
Judul Proyek Tugas Akhir : Medan Cycling Arena
Tema : High Tech
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA-490
1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa Sidang
4. Perbaikan Dengan Sidang 5. Tidak Lulus
Medan, !5 Juni 2009
A
B+
B
C+
C
D
E
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
Koordinator TGA-490,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas
Sumatera Utara.
Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat,
dan perhatian tiada henti dari Ibu, Ayah, Bang Febli, Putra, Roby, Dedi, dan Syafi’i serta Keluarga
saya.
Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :
Bapak Devin Defriza,ST, MT.sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Bapak Firman Eddy,ST, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.
BapakProf. Dr. Ir. M. Nawawy Loebis, Mphil. Phd. dan Ibu Hilma Tamiami, ST. MT, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.
Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2008/2009.
Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.
Teman-teman angkatan 2004; Fadil, Iir, Cory, Samuel, Nanda, Azrul, Rangga, Richi, Syafri, Sukur, Nisa, Eva, Syafiz, Riza, Wan, Mili, Maya, Wiwiek, Octania, Naomi, Lidya,
Julia, Osto, Echo, Roby, Aulia, Dini, Karin, Melinda, Dira, Rivanty, Ina, DLL.
Genk Leboy ; Dedi Jakkirik, Jose Jagurduk, Ibrahim Keledai. Coordinate; Ula Tea, Deva, Ismat, Friska, Joy, Hanno. Genk Underground; Opunk, Timbo, Ochak. Terima kasih genk. Teman-teman satu kelompok sidang, teman-teman tugas akhir angkatan XXVII, senior
2001, 2002, 2003; Erik, Yuyun, Max, Husna, Josep, Opung. Adik-adik 2005, 2006; Ian,
2007; Guntur, Uncup, Tri, Rikom, Grady, Bembenk, Fauzi, Faisal, Imam , DLL dan 2008. Teman-teman seperjuangan anak kos 08; Joker, Ijonk, Alfi, Jalich.
Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di
lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 15 Juni 2009
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR DIAGRAM ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Tujuan Dan Sasaran Perancangan ... 4
I.3. Perumusan Masalah ... 4
I.4. Lingkup / Batasan ... 4
I.5. Pendekatan ... 5
I.6. Kerangka Berpikir ... 6
I.7. Sistematika Laporan ... 7
BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 8
II.1. Teknologi Judul ... 8
II.2. Lokasi ... 8
II.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 9
II.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi ... 10
II.2.2.a. Alternatif Lokasi ... 10
II.2.2.b. Penilaian Alternatif Lokasi ... 11
II.2.2.c. Analisis dan Penetapan Lokasi ... 12
II.2.3. Deskripsi Kondisi Eksisting ... 12
II.3. Tinjauan Fungsi ... 13
II.3.1. Deskripsi Pengguna Dan Kegiatan ... 13
II.3.1.a. Pengguna ... 13
II.3.1.b. Kegiatan ………... 14
II.3.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 14
II.3.3. Persyaratan Teknis Bangunan Olahraga... 17
II.3.3.a. Kriteria Tribun Penonton... 17
II.3.3.b Persyaratan Teknis Trek Balap Speda... 19
II.3.4. Studi Banding Arsitektur Yang Memiliki Fungsi Sejenis ... 21
BAB III ELABORASI TEMA ... 25
III.1. Tema... 25
III.1.1. Pengertian Tema... 25
III.1.2. Sejarah Dan Representasi... 26
III.1.3. Arsitektur High Tech Dan Kota... 31
III.1.4. Kesimpulan... 32
III.2. Keterkaitan Tema Terhadap Judul ... 32
III.3. Penerapan Tema Terhadap Bangunan... 33
III.3.1. Penerapan Penggunaan Kaca... 33
III.3.2. Pengaruh Penggunaan Kaca Pada Bangunan... 34
III.3.3. Penerapan Penggunaan Baja Pada Bangunan... 35
III.3.4. Kesimpulan... 36
BAB IV ANALISA ... 44
IV.1. Analisa Tapak ... 44
IV.1.1. Analisa Lokasi ... 44
IV.1.2. Ukuran Dan Peraturan ... 46
IV.1.3. Analisa Pencapaian ... 47
IV.1.4. Analisa Bangunan Sekitar ... 48
IV.1.5. Analisa Tata Guna Lahan ... 49
IV.1.6. Analisa Sirkulasi ... 51
IV.1.7. Analisa View ... 54
IV.1.8. Analisa Iklim ... 57
IV.1.9. Analisa Kebisingan dan polusi ... 58
IV.1.10. Analisa utilitas ... 60
IV.1.11. Analisa Drainase ... 60
IV.1.12. Analisa Vegetasi ... 61
IV.2. Analisa Kegiatan ... 62
IV.3. Analisa Fungsional ... 63
IV.3.1. Program Ruang ... 63
IV.3.2. Analisa Pola Massa Bangunan ... 65
IV.3.3. Analisa Bentuk ... 66
BAB V KONSEP ... 67
V.1. Konsep Ruang Luar ... 67
V.1.1. Konsep Entrance ... 68
V.1.2. Konsep Sirkulasi Ruang Luar... 69
V.2. Konsep Gubahan Massa... 70
BAB VI HASIL PERANCANGAN... 74
VI.1. Gambar Perancangan... 74
VI.1.1. Site Plan... 74
VI.1.2. Ground Plan... 75
VI.1.3. Denah Lantai II... 76
VI.1.4. Denah Lantai III... 77
VI.1.5. Denah Lantai IV. ... 78
VI.1.6. Denah Basement... 79
VI.1.7. Tampak... 80
VI.1.8. Potongan... 81
VI.1.9. Rencana Pondasi dan Pembalokan……… 82
VI.1.10. Rencana Atap... 85
VI.1.11. Rencana Sanitasi... 85
VI.1.12. Rencana Elektrikal... 86
VI.1.13. Rencana Penanggulangan Kebakaran... 86
VI.1.14. Rencana Pengkondisian Udara... 87
VI.1.15. Detail... 87
VI.1.16. Perspektif... 88
VI.2. Foto Maket Studi... 89
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. Alternatif Lokasi 1 ... 10
GAMBAR 2.2. Alternatif Lokasi 2 ... 11
GAMBAR 2.3. Tribun Penonton... 18
GAMBAR 2.4. Tempat Duduk Wartawan... 18
GAMBAR 2.5 Tempat Duduk Penonton... 18
GAMBAR 2.6. Potongan Sudut Kemiringan Trek... 20
GAMBAR 2.7. Trek Balap Sepeda... 20
GAMBAR 2.8. Interior World Cycling Center... 21
GAMBAR 2.9. Arena Balap Sepeda ... 21
GAMBAR 2.10. World Cycling Center... 21
GAMBAR 2.11. Kontruksi Bangunan Velodrome... 22
GAMBAR 2.12. Gwangmyeong Velodrome... 22
GAMBAR 2.13. Eksterior Laoshan Velodrome... 23
GAMBAR 2.14. Potongan Laoshan Velodrome... 23
GAMBAR 2.15. Arena Balap Speda Laoshan... 23
GAMBAR 2.16. X-treme Sport Center... 24
GAMBAR 2.17. Guangzhou Velodrome... 24
GAMBAR 3.1. Stadion Allianz Arena... 36
GAMBAR 3.2. Potongan Pada Stadion Allianz Arena... 37
GAMBAR 3.3. Warna Pada Stadion Allianz Arena... 38
GAMBAR 3.4. Bird’s Nest National Stadium... 39
GAMBAR 3.5. Struktur Baja... 40
GAMBAR 3.6. Veltins Arena Stadium... 41
GAMBAR 3.7. Lapangan Berada Diluar... 42
GAMBAR 3.8. Kondisi Bagian Dalam... 42
GAMBAR 3.9. Posisi Tribun Bagian Selatan... 43
GAMBAR 4.1 Lokasi Site ... 44
GAMBAR 4.2. Batas Site ... 45
GAMBAR 4.3. Ukuran Site ... 46
GAMBAR 4.4. Pencapaian Site ... 47
GAMBAR 4.5. Bangunan Sekitar Site ... 48
GAMBAR 4.6. Tata Guna Lahan ... 49
GAMBAR 4.7. Sirkulasi Sekitar Site ... 51
GAMBAR 4.8. Potongan Jalan ... 52
GAMBAR 4.9. Sirkulasi Pejalan kaki ... 53
GAMBAR 4.10. View ke dalam ... 54
GAMBAR 4.11. View ke luar ... 56
GAMBAR 4.12. Iklim ... 57
GAMBAR 4.13. Sumber polusi dan kebisingan pada site ... 58
GAMBAR 4.14. Utilitas pada site ... 60
GAMBAR 4.15. Drainase pada site ... 60
GAMBAR 4.16. Vegetasi pada site ... 61
GAMBAR 5.1. Zoning Ruang Luar... 67
GAMBAR 5.2. Konsep Entrance... 68
GAMBAR 5.3. Main Entrance... 68
GAMBAR 5.4. Sirkulasi Ruang Luar... 69
GAMBAR 5.6. Pedestrian... ... 69
GAMBAR 5.7. Konsep Gubahan Massa Alternatif 1... 70
GAMBAR 5.8. Pengaruh Bentuk Bangunan Terhadap Site dan Massa Sekitar... 71
GAMBAR 5.9. Konsep Gubahan Massa Alternatif 2... 72
GAMBAR 5.10. Perspektif Gubahan Massa... 73
GAMBAR 6.1. Site Plan... 74
GAMBAR 6.2. Ground Plan... 75
GAMBAR 6.3. Denah Lantai II... 76
GAMBAR 6.4. Denah Lantai III... 77
GAMBAR 6.5. Denah Lantai IV... 78
GAMBAR 6.6. Denah Basement... 79
GAMBAR 6.7. Tampak... 80
GAMBAR 6.8. Potongan... 81
GAMBAR 6.9. Rencana Pondasi dan Pembalokan... 82
GAMBAR 6.10. Rencana Atap... 85
GAMBAR 6.11. Sanitasi... 85
GAMBAR 6.12. Elektrikal... 86
GAMBAR 6.13. Rencana Penanggulangan Kebakaran... 86
GAMBAR 6.14. Rencana Pengkondisisian udara... 87
GAMBAR 6.15. Detail... 87
GAMBAR 6.16. Perspektif... 88
GAMBAR 6.17. Foto Maket Studi... 89
DAFTAR TABEL TABEL 2.1. Potensi Pengembangan Kota Medan ... 8
TABEL 2.2. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 9
TABEL 2.3. Penilaian Alternatif Lokasi ... 11
TABEL 2.4. Kebutuhan Ruang ... 14
TABEL 2.5. Lebar Minimum Pintu Keluar ... 19
TABEL 4.1. Program Ruang... 63
TABEL 4.2. Pola Massa Bangunan... 65
TABEL 4.3. Bentuk Dasar Bangunan... 66
TABEL 5.1. Penetapan Bentuk Dasar Massa... 73
DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM 1.1. Kerangka Berpikir ... 6
DIAGRAM 4.1. Aktivitas Atlet Dan Official... 62
DIAGRAM 4.2. Aktivitas Wasit... 62
DIAGRAM 4.3. Aktivitas Pengelola... 62
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai moral dan estetika.
Olahraga terbagi atas1
- Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
:
- Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.
- Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
- Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.
- Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.
- Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseoarang
1
Pada masa sekarang ini olahraga juga memberikan pengaruh bagi citra suatu bangsa dan negara. Negara yang memiliki prestasi di banyak bidang olahraga akan menaikkan citra negara tersebut.
Balap Sepeda adalah cabang olahraga yang banyak sekali penggemarnya di dunia, bahkan sama populernya dengan sepakbola di Eropa. Tour de France merupakan acara tetap Balap Sepeda di Eropa, yang selalu menjadi dambaan bagi para pembalap sepeda, dan juga merupakan tontonan yang meriah bagi penggemar dan masyarakat yang dilaluinya.
Olahraga Balap Sepeda dikenal memiliki banyak variasi, tidak seperti Sepakbola umpamanya, yang dipertandingkan antara dua kesebelasan di lapangan rumput dengan ukuran standar dan tiang gawang di setiap ujungnya.
Balap Sepeda lain lagi, perlombaan Balap Sepeda dapat diadakan di tempat tertutup (velodrome) atau di alam terbuka, di jalan raya, sampai ke desa-desa, ngarai, hutan dan pegunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 2000 meter dari permukaan laut. Mungkin hanya satu pembalap yang berlomba dengan waktu guna memecahkan salah satu
jenis perlombaan yang diikuti oleh beberapa pembalap sepeda. Balap Sepeda sebetulnya sudah cukup lama dikenal di Indonesia, bahkan jauh sebelum Perang Dunia II
sudah ada beberapa pembalap sepeda yang dibiayai oleh kaum pengusaha : seperti perusahaan Tropical, Triumph, Hima, Mansonia dan lain-lain. Mereka dapat dikategorikan sebagai pembalap sepeda profesional. Padahal waktu itu masih jaman penjajahan Belanda. Memang perkembangan olahraga Balap Sepeda cukup menguntungkan. waktu itu, khususnya kota Semarang menjadi pusat kegiatan Balap Sepeda. Oleh arsitek Ooiman dan Van Leuwen didirikanlah sebuah velodrome (Arena Balap Sepeda). Velodrome dalam bahasa Belanda disebut Wielerband, atau “Pias” dalam bahasa Indonesia2
2
http//www.wikipedia.org/wiki/velodrome
. PON II/1951 berlangsung di Jakarta, Balap Sepeda termasuk cabang olahraga yang diperlombakan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.03 pasal 67 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan prasarana olahraga. Namun, Kota Medan tidak memiliki tempat pelatihan dan pembinaan atlet serta tempat pertandingan balap sepeda yang khusus. Berdasarkan survey yang dilakukan kebanyakan para atlet sepeda tersebut berlatih di lapangan – lapangan terbuka yang sangat tidak efektif pengunaannya karena sangat bergantung pada cuaca bahkan sebagian dari komunitas-komunitas pecinta balap sepeda menggunakan sarana-sarana lain seperti area entrance makam pahlawan, pendopo usu, area taman Ahmad Yani dan area parkir bangunan-bangunan di Kota Medan yang memungkinkan mereka untuk balap sepeda dengan tidak adanya pelatihan khusus dan tingkat kecendrungan kecelakaan sangat besar..
Oleh karena itu kota Medan sudah seharusnya memiliki fasilitas olahraga seperti velodrome khususnya Indoor velodrome. Memang di kota Medan sudah memiliki velodrome yang terletak di Universitas Negeri Medan. Velodrome yang ada itu merupakan velodrome outdoor dan diperuntukkan untuk jurusan keolahragaan. Hanya saja velodrome yang ada tersebut belum memadai untuk pelaksanaan even-even olahraga nasional. Selain itu lokasi yang tidak strategis membuat para pecinta atau atlet balap sepeda Medan enggan menggunakan fasilitas tersebut dan lebih mamilih untuk latihan disekitar lapangan Merdeka karena berada di pusat kota.
Sehingga dengan adanya Medan Cycling Arena ini merupakan salah satu nilai tambah yang dimiliki apabila kota Medan ditunjuk sebagai penyelenggara event-event balap sepeda baik event nasional maupun internasional dan dapat menghimpun para atlet balap sepeda untuk mendapatkan pelatihan ataupun pengalaman di arena yang secara internasional sudah memadai sehingga dapat meningkatkan prestasi pada level nasional maupun internasional.
I.2 TUJUAN DAN SASARAN PERANCANGAN
Menciptakan wadah yang dapat menampung berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam perlombaan balap sepeda baik event nasional seperti PON, PORDASU maupun event internasional seperti SEA GAMES, ASIAN GAMES, dll.
Dengan adanya velodrome ini akan membuat atlit-atlit daerah Sumatera utara dapat berkembang khususnya atlit balap sepeda dan Sumatera Utara siap dengan event-event olahraga yang lain.
Hal ini tentu berbanding lurus dengan penigkatan prestasi para atlit balap sepeda Indonesia umumya, Sumatera Utara khususnya.
I.3. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan timbul yang berkaitan dengan kasus proyek ini adalah:
- Bagaimana menciptakan suatu sarana olahraga khususnya sarana sirkuit balap sepeda yang nyaman dan dengan standar internasional.
- Menentukan kebutuhan ruang dan besarannya yang dapat menampung semua aktivitas yang ada sesuai dengan fungsinya
- Bagaimana mewadahi beberapa kegitan pendukung lain yang memungkinkan untuk dilakukan di satu velodrome (Arena Balap Sepeda).
- Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk atlit maupun para penonton.
- Merancang suatu bangunan dengan menggunakan konsep struktur dan konsep utilitas yang sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungan fisik yang ada.
I.4. LINGKUP / BATASAN
Batasan proyek ini adalah pembahasan yang berkaitan dengan desain dan perancangan sebuah tempat yang dapat memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan balap sepeda serta kegiatan lain yang memungkinkan menggunakan arena ini.
Penyelesaian permasalahan dibatasi pada :
• Perancangan yang dilakukan adalah Arena Balap Sepeda Indoor yang dapat menampung 3000 penonton dan fasilitas pendukung yang lainnya.
• Perancangan struktur bentang lebar dilakukan pada prinsip struktur yang dianggap layak konstruksi.
• Perancangan sirkulasi luar dan dalam bangunan menjadi salah satu prioritas. • Perancangan bangunan sesuai standar internasional.
1.5. PENDEKATAN
Hal-hal yang ditempuh dalam proses menuju desain akhir Proyek ini adalah:
• Pengumpulan data-data literatur untuk mendukung proses pembuatan program perancangan berupa data fisik dan data non-fisik. Data fisik berupa data-data jumlah calon pemakai bangunan, material dan struktur yang mempunyai potensi untuk dipakai, dan sebagainya. Data non-fisik berupa standar bangunan, peraturan dari pemerintah, data-data yang berkaitan dengan tema yang dipakai, dsb. • Studi banding terhadap fungsi dan tema sejenis yang mendukung proses
perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari buku, internet maupun survey lapangan
• Melakukan survey untuk mengetahui kondisi site/ eksisting (pencapaian, vegetasi eksisting, kontur, saluran pembuangan limbah, dsb), bangunan sekitar dalam radius tertentu yang mendukung fungsi yang akan dibangun, dsb.
MAKSUD DAN TUJUAN 1.6. KERANGKA BERPIKIR
LATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI MASALAH
RUMUSAN MASALAH
STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA
ANALISA
MASALAH POTENSI PROSPEK
KONSEP
PRA-RANCANGAN
DESAIN AKHIR
1.7. SISTEMATIKA LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian latar belakang, manfaat dan tujuan, masalah perancangan, metodologi, kerangka berpikir dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang tinjauan umum proyek, teminologi judul proyek, lokasi proyek, analisa pemilihan lokasi proyek, tinjauan fungsi proyek, serta studi banding arsitektur yang mempunyai fungsi sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi kajian tentang pengertian tema, interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisi analisa kondisi lingkungan, analisa tata bangunan dan analisa fungsional (pemakai, program kegiatan dan kebutuhan ruang).
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema lingkungan kajian digunakan dalam perancangan proyek tugas akhir ini.
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi gambar-gambar site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana – rencana, detail, perspektif dan foto maket hasil perancangan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. TERMINOLOGI JUDUL
Medan : Ibukota provinsi Sumatera Utara, tempat perancangan fasilitas ini. Cycling : Berasal dari kata Cycle dalam bahasa Inggris yang berarti sepeda.
Cycling disini berarti ”bersepeda”3
Arena : Tempat diadakannya suatu pertunjukan/pertandingan yang mampu menampung orang dalam jumlah yang cukup banyak
. 4 W P P .
Medan Cycling Arena adalah fasilitas yang menjadi tempat kegiatan pertandingan balap
sepeda indoor di Kota Medan, baik untuk event nasional maupun internasional yang didalamnya tersedia wadah pusat pelatihan balap sepeda.
II.2. LOKASI
Lokasi proyek disesuaikan dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK (Rencana umum tata ruang kota), wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ditetapkan menjadi 5 wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :
TABEL 2.1. POTENSI PENGEMBANGAN KOTA MEDAN
KECAMATAN PUSAT
PENGEMBANGAN PERUNTUKAN WILAYAH PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN A Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Belawan Pelabuhan Industri Permukiman Rekreasi Maritim
Jalan, baru, jaringan air
minum, septic tank,
saran pendidikan dan
permukiman.
B Medan Deli Tanjung Mulia Perkantoran
Perdagangan
Jalan, baru, jaringan air
minum, pembuangan
3
http//id.wikipedia.org/dictionary/wiki
Rekreasi Indoor Permukiman sampah, sarana pendidikan. C Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Area Medan Denai Medan Amplas Aksara Permukiman Perdagangan Rekreasi
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen,
sarana pendidikan dan
kesehatan. D Medan Johor Medan Baru Medan Kota Medan Maimoon Medan Polonia Pusat Kota CBD Pusat Pemerintahan Hutan Kota Pusat Pendidikan Perkantoran Rekreasi Indoor Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan. E Medan Barat Medan Helvetia Medan Petisah Medan Sunggal Medan Selayang Medan Tuntungan Sei Sikambing Permukiman Perkantoran Perdagangan Konservasi Rekreasi Lapangan Golf Hutan Kota
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen,
sarana pendidikan dan
kesehatan.
II.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
TABEL 2.2. KRITERIA PEMILIHAN LOKASI
No K Kriteria Lokasi
2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum maupun pribadi Oleh karena itu bangunan diusahakan masih dapat terlihat dari bagian jalan tertentu 3. Area pelayanan Berdasarkan RUTRK tentang Konsep Pola
Hierarki Fasilitas Pelayanan Kota adalah antara 2-3 km. Adapun kriteria untuk area pelayanannya yaitu merupakan lingkungan permukiman dan pendidikan
4. Persyaratan lain Tanah milik pemerintah atau pribadi. Tersedia jaringan utilitas
Ukuran lahan yang mencukupi baik untuk bangunan dan parkir.
II.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi
II.2.2.a Alternatif lokasi
Alternatif lokasi 1
Lokasi : Persimpangan jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan Sutomo Ujung (depan Universitas HKBP Nomensen), kecamatan Medan Timur.
Luas : ± 3.15 Ha
GAMBAR 2.1. alternatif lokasi 1 Sumber : peta medan Jl. Perintis
Kemerdekaan
Alternatif lokasi 2
Lokasi : Persimpangan jalan Pangkalan Masyhur dan jalan Karya Budi, kecamatan Medan Johor.
Luas : ± 3 Ha
GAMBAR 2.2 alternatif lokasi 2 Sumber : peta medan
II.2.2.b. Penilaian alternatif lokasi
TABEL 2. 3. PENILAIAN ALTERNATIF LOKASI
kriteria
lokasi
alternatif 1 alternatif 2
RUTRK Sesuai (WPP C)
(3)
Sesuai (WPP D) (3)
Jangkauan terhadap struktur kota
Dekat pusat kota, kepadatan penduduk tinggi
(3)
Dekat pusat kota, kepadatan penduduk sedang
(3)
Pencapaian ke lokasi mudah (3)
mudah (3)
Tingkatan jalan Jalan Arteri Primer (3)
Jalan Arteri Primer, sering terjadi kemacetan.
(1)
Entrance Mudah, persimpangan jalan (3)
Mudah, persimpangan jalan (2)
Luas lahan 3,15 ha
(3)
3,00 ha (3)
Fungsi pendukung sekitar lokasi
Hotel, komersil, pendidikan, pemikiman penduduk
(3)
Perumahan, perkantoran, asrama (2)
Kontur relatif datar
(3)
relatif datar (3) Kebutuhan
Institusional/ ISSI mudah, strategis, pusat kota (3) tidak strategis (1)
Total 27 22
Keterangan : (1) : kurang (2) : cukup (3) : baik
II.2.2.c. Analisis dan penetapan lokasi
Dari hasil penilaian terhadap alternatif lokasi diperoleh lokasi 1 yaitu persimpangan jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan Sutomo Ujung, kecamatan Medan Timur memenuhi persyaratan yang baik sebagai lokasi proyek ini.
II.2.3. Deskripsi Kondisi Eksisting
- Judul Proyek : Medan Cycling Arena - Status Proyek : Fiktif
- Pemilik Proyek : KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)
- Lokasi Lahan : Jl. Perintis Kemerdekaan, Kec. Medan Timur, Kodya Medan.
- Batas Utara : Jl. Mahoni dan Sekolah Budi Murni
- Batas Selatan : Jl. Perintis Kemerdekaan dan Universitas Nomensen - Batas Timur : Jl. Sutomo Ujung dan SMK 11
- Batas Barat : Jl. Timor dan perkantoran. - Luas Lahan : ± 3.15 Ha (± 3000 m2) - Kontur : Relatif datar
- KDB : 60 %
- Lebar Jalan :
- Jl. Perintis Kemerdekaan : 13 m - Jl. Mahoni : 4 m - Jl. Sutomo Ujung : 10 m - Jl. Timor : 8 m - GSB (1/2 n + 1) :
- Jl. Perintis Kemerdekaan : 7,5 m - Jl. Mahoni : 3 m - Jl. Sutomo Ujung : 6 m - Jl. Timor : 5 m - Bangunan Eksisting : ruko
- Potensi Lahan :
- Berada pada kawasan pendidikan dan pemukiman - Terletak dekat dengan pusat kota, dalam radius 1 Km. - Transportasi lancar dan baik
- Memiliki jalur utilitas yang baik - Aksesibilitas yang baik
II.3. TINJAUAN FUNGSI
II.3.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
II.3.1.a. Pengguna
Pengguna arena balap sepeda ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu : atlet dan pelatih, pengurus ikatan olahraga balap sepeda, pengunjung, pengelola, dan servis.
Pengunjung secara umum dapat dibedakan menjadi : - Pengunjung yang menonton pertandingan - Pengunjung yang menonton latihan
Dari segi kuantitas, pengunjung dapat dibedakan menjadi:
- Pengunjung yang datang secara individu (biasanya menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi)
II.3.1.b. Kegiatan
1. Kegiatan utama
a. Olahraga , meliput i : - Pelatihan Balap Sepeda - Pertandingan
Pertandingan dilakukan secara berkala, sesuai federasi olahraga yang menaungi, maupun KONI.
b. Rekreatif
Menonton pertandingan dan latihan. 2. Kegiatan pendukung
Kegiatan pendukung pada fasilitas ini berupa : - Toko Olahraga
Menjual barang-barang olahraga khususnya perlengkapan bersepeda, seperti pakaian balap sepeda, sepeda, dan lain sebagainya
- Restaurant
Tempat yang menyediakan makanan dan minuman. - Ruang pertemuan
Tempat diadakan pertemuan antar pejabat di bidang olahraga, undangan dan wartawan.
II.3.2. Deskripsi Kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang dalam
TABEL 2.4. KEBUTUHAN RUANG
- Ruang Pemanasan
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 atlet pemanasan ruang pemanasan
2 atlet berganti pakaian, mandi, ruang ganti atlet
5 atlet menyimpan barang ruang locker
- Ruang Pertandingan
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 atlet, manajer, wasit bertanding Arena balap sepeda
2 atlet mengganti pakaian ruang ganti
3 atlet istirahat ruang istirahat
4 atlet menyimpan barang ruang locker
5 atlet pemanasan ruang pemanasan
6 wartawan meliput pertandingan ruang pers dan media
7 wasit istirahat, berdiskusi ruang wasit
8 wasit berganti pakaian, mandi, ruang ganti wasit
9 atlet, pegawai memeriksa kesehatan atlet ruang pemeriksaan kesehatan
10 atlet, pelatih, pegawai
memberi pertolongan
pertama kepada atlet ruang P3K
11 pegawai menyimpan peralatan gudang
12 pegawai menyimpan peralatan janitor room
13 pengunjung menonton pertandingan /
latihan tribun
14 pengunjung membersihkan diri toilet pengunjung
- Hall
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 pengunjung, atlet, pelatih,
pegawai menunggu lobby
2 pengunjung, pegawai menjual / membeli tiket ticket box
3 pegawai menjaga keamanan ruang security
4 pengunjung, pegawai menanyakan /
memberikan informasi information desk
- Ruang Pengelola
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
2 ass manager mengurus administrasi ruang ass manager
3 pegawai mengurus administrasi ruang kerja
4 pegawai rapat ruang rapat
5 pegawai, pengunjung menunggu ruang tunggu
6 pegawai istirahat ruang pegawai
7 pegawai berganti pakaian ruang ganti pegawai
8 pegawai membersihkan diri KM / toilet
9 pegawai menyiapkan
makanan/minuman dapur
Ruang Kegiatan Pendukung 1. ruang pertemuan serbaguna
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 pegawai, wartawan,
pelatih, atlet rapat ruang press confrens
2 pegawai, wartawan,
pelatih, atlet menunggu ruang tunggu
3 pegawai, wartawan,
pelatih, atlet rapat ruang rapat
4 pegawai, wartawan,
pelatih, atlet membersihkan diri KM / toilet
5 pegawai menyimpan peralatan ruang peralatan
2. toko olahraga
1 pegawai, pengunjung memilih barang yang
akan dibeli display
2 pegawai, pengunjung membayar kasir
3 pegawai menyimpn peralatan gudang
Ruang Utilitas
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 pegawai mengoperasikan genset ruang mesin
air
3 pegawai membuang/mengangkut
sampah ruang sampah
4 pegawai mengawasi elekrikal
bangunan ruang panel
5 pegawai mengawasi melalui
CCTV ruang cctv
6 pegawai mengoperasikan sound
system & PABX ruang pabx & sound system
7 pegawai pusat kontrol utilitas
bangunan ruang kontrol
8 pegawai menyimpan peralatan gudang
9 pegawai mengawasi persediaan
air water reservoir
Kebutuhan Ruang Luar
NO PENGGUNA JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
1 pengunjung memarkirkan kendaraan parkir pengunjung 2 pegawai memarkirkan kendaraan parkir pegawai 3 pengelola memarkirkan kendaraan parkir pengelola
4 atlet, pelatih latihan area latihan outdoor
5 pegawai menjaga keamanan pos jaga
II.3.3. Persyaratan Teknis Bangunan Olahraga
II.3.3.a. Kriteria Tribun Penonton
Timmy setiawan, seminar ilmiah Pekan Olahraga Nasional XII, mengatakan bahwa kompartemensi tribun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :
• Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen yang masing-masing menampung penonton 3000 orang atau maksimal 3000 orang.
• Antar dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan dengan pagar permanen transparan minimal setinggi 1,2 m atau maksimal 2,0 m.
• Jarak dua gang maksimum 48 tempat duduk.
• Antara gang dengan gang utama maksimum 72 tempat duduk. • Tribun orang cacat harus dibedakan.
• Jarak pemisah antar kompartemen harus : - Searah dengan deretan kursi, minimal 1,2 m.
- Disamping atau tegak lurus deretan tempat duduk minimal 1,2 m dan maksimal 1,8 m.
- Tidak boleh mempunyai bagian-bagian yang tajam.
Ketinggian tempat duduk yang ideal dengan titik pandang penonton dapat dihitung dengan :
R
D
T
D
C
R
N
=
(
+
)
x
(
+
)
−
Keterangan :
N = ketinggian tempat duduk
R = ketinggian antara mata dan titik fokus C = standard penglihatan ( 90 mm -150 mm ) D = jarak antara mata dan titik fokus T = kedalaman tempat duduk
Pada Tribun penonton juga disediakan tempat duduk untuk wartawan. Bila diperlukan juga dapat dibuat ruangan tersendiri yang dilengkapi dengan komputer, kamera, telepon, dan sebagainya.
Semua penonton harus bisa meninggalkan arena dalam waktu 8 menit. Aliran menuju jalur keluar berkisar 40 orang per menit per unit dengan lebar 550 mm. Jika ada penyempitan
GAMBAR 2.3. tribun penonton
Sumber : metric book
GAMBAR 2.10. tempat duduk wartawan
Sumber : metric book
pada jalur keluar maka harus dibuat sebuah area reservoir yang dapat menampung orang yang menunggu untuk lewat. Jalur keluar berukuran minimum 1,1 m, ukuran minimum kepala ruangan 2,4 m. Anak tangga memiliki ketinggian 280 mm (ideal 350 mm). Ramp tidak boleh lebih curam dari 10 % ( 1:10 ).
Tabel 2.13. lebar minimum pintu keluar
Untuk pertolongan pertama pada penonton diperlukan ruang penanganan dan istirahat 15 m2, gudang 2 m2, dan 2 toilet (Data Arsitek).
II.3.3.b. Persyaratan Teknis Trek Balap Sepeda
Trek balap sepeda yang berada didalam sebuah stadion disebut Velodrome. Velodrome pada saat ini adalah trek yang berbentuk oval dengan sudut kemiringan tertentu yang memfasilitasi kecepatan yang tinggi ketika bersepeda/balap sepeda. Velodrome bisa saja tidak tertutup dan trek nya terbuat dari kayu, beton atau aspal. Dalam situasi tertutup beton atau aspal selalu dikesampingkan karena faktor biaya dan trek akan kehilangan fleksibilitas kegunaan dalam ruangan.
Pagar pembatas yang mengelilingi trek adalah alat pengaman yang utama dan harus didisain menyatu dengan trek, meskipun keberuntungan, kecelakaan diluar trek tidak begitu sering terjadi. Pengaman harus dapat menahan kekuatan tubrukan mungkin kira-kira beratnya sama dengan sebuah sepeda motor saat melaju.
Pada tepi dalam trek terdiri dari dua buah tikungan yang tersambung dengan garis lurus secara paralel.
Panjang trek balap sepeda sesuai standart olimpiade adalah minimal 250 m (keliling). Ukuran lapangan trek sepeda balap biasanya mempunyai panjang 133m – 500 m, walaupun 250 m adalah yang paling sering digunakan pada event olahraga internasional. Ukuran dari
jumlah ( orang) total lebar minimum pintu keluar (m)
> 200 2,2
201 - 300 2,4
301 - 400 2,8
401 - 500 3,2
501 - 750 4,8
751 - 1000 6,4
1001 - 2000 14,4
keliling sebuah trek menentukan jumlah putaran pada balap sepeda dengan jarak mencapai satu kilometer. Contoh :
• 250m trek = 4 putaran = 1 km • 333.333m trek = 3 putaran = 1 km • 500m trek = 2 putaran = 1 km
Lebar dari trek balap sepeda adalah antara 5m – 10m, tergantung dari jenis balapan.
GAMBAR 2.3. Potongan sudut kemiringan trek
Sumber : Internet
GAMBAR 2.4. Trek balap sepeda
II.3.4. Studi Banding Arsitektur Yang Memiliki Fungsi Sejenis
1. THE WORLD CYCLING CENTRE (CMC)
Merupakan salah satu velodrome yang terletak di kota kecil Aigle, Switzerland. Velodrome ini di rancang oleh seorang arsitek Switzerland yang bernama Schurmann.
Velodrome ini mempunyai panjang trek yaitu 200m yang terbuat dari lintasan kayu. Dengan struktur bangunan bentang lebar yang terbuat dari truss frame.
Velodrome ini memiliki berbagai macam fungsi yaitu senam artistic, aktrobatik, bola volley dan juga bola basket.
GAMBAR 2.5. InteriorvWorld Cycling Center
Sumber : Internet
GAMBAR 2.6. Arena Balap Sepeda Sumber : Internet
GAMBAR 2.7. World Cycling Center
2. GWANGMYEONG VELODROME
Merupakan salah satu velodrome yang terbesar di asia. Terletak di seoul , Korea Selatan. Panjang arena dirancang 179 m dengan lebar arena 133m dengan kapasitas 30.000 orang. Struktur atap yang dipakai yaitu space truss dengan pemasangan di tanah dan kemudian diangkat ke atas.
[image:30.595.91.522.167.490.2]Dengan berat 2200 ton, atap bangunan ini terlihat seperti kubah . Secara arsitektural, bentuk bangunan ini menyimbolkan bentuk helm untuk pembalap sepeda.
GAMBAR 2.8. Kontruksi Bangunan Velodrome
Sumber : Internet
GAMBAR 2.9 Gwangmyeong Velodrome
3. LAOSHAN VELODRROME
Rancangan bangunan velodrome ini melihat kepada olahraga itu sendiri sebagai inspirasi. Laoshan velodrome memiliki total area konstruksi mencapai 33.000 m² dengan kapasitas 6000 penonton termasuk didalamnya tempat duduk sementara.sejalan dengan upaya pemerintah untuk membatasi pengeluaran dalam pembangunan fasilitas olimpiade, hasil rancangan bangunan ini merupakan hasil dari pengecilan dana konstruksi.
Setelah olimpiade selesai bangunan ini digunakan sebagai fasilitas latihan untuk tim balap sepeda China.
Velodrome ini dibangun sebagai bangunan servis dan menunjukkan struktur yang simple. Bangunan ini memiliki trek balap sepeda dengan panjang 250 m dan di arsiteki Germany’s Schuermann yang berbahan kayu untuk perlombaan balap sepeda yang optimal.
GAMBAR 2.10. Eksterior Laoshan Velodrome
Sumber : Internet
GAMBAR 2.11. Potonganr Laoshan Velodrome
Sumber : Internet
GAMBAR 2.12. Arena Balap Sepeda Laoshan
3. X-TREME SPORT CENTER – CHINA
Dengan luas area 120.000 m² termasuk didalamnya, Velodrome, Game- Management center, Extreme Sport Center dan Sport Park for Asian Games with Rollerskating rink, BMX track, Mountain biking, Rock climbing dan volunteer center. Total luas lantai yang terbangun adalah 33.000 m². Bangunan ini direncanakan oleh Guangzhou Key Public Projects Construction Administration Office and Guangzhou Sports Bureau.
Terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang dalam undangan kompetisi internasional untuk Guangzhou Cycling, Roller Skating dan Extreme Sport Center.
Komplek ini terdiri dari sebuah Velodrome dan Rollerskating arena dengan luas 15.200 m² yang dipersiapkan untuk Asian Games.
GAMBAR 2.13. X-treme Sport Center
[image:32.595.90.522.116.327.2]Sumber : Internet
GAMBAR 2.14. Guangzhou Velodrome
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1. TEMA
III.1.1. Pengertian Tema
Tema yang akan diterapkan pada Medan Cycling Arena ini adalah Arsitektur High – Tech.
Pengertian Arsitektur
Arsitektur berasal dari bahasa Latin ’Architecture’ dan bahasa Yunani yaitu ’arkhi’ yang berarti ketua dan ’tekton’ yang berarti pembangun, tukang kayu, orang yang memimpin pembangunan.
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Arsitektur : seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb ; metode dan gaya rancangan suatu bangunan.
- Menurut James C. Snyder, Anthony J. Catanesse, dalam buku Pengantar Arsitektur, bahwa:
Arsitektur : lingkungan buatan yang mempunyai bermacam – macam kegunaan melindungi manusia dan kegiatan – kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh, dan dari kekuatan – kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial dan menonjolkan status.
Pengertian Arsitektur High – Tech
High tech berasal dari bahasa Inggris, high berarti tinggi, tech merupakan singkatan dari kata technology yang berarti teknologi5
High Tech dalam arsitektur mempunyai arti yang berbeda dengan High Tech dalam industri, High Tech dalam industri berarti elektronik, komputer, chip silicon, robot, dan sebagainya
. Jadi secara harfiah arsitektur high tech adalah gaya rancangan suatu bangunan yang berteknologi tinggi.
6
5Hariyono, Rudi. dan Idel Antoni. 2005. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia) 6
Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “teknologi alternative”. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek-arsitek High Tech sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah “teknologi tepat guna”, sebuah istilah yang ambisius.
Dalam arsitektur, High Tech berarti suatu style bangunan tertentu. Arsitek yang mempelopori style ini adalah Richard Rogers, Norman Foster, Nicholas Grimshaw dan Michael Hopkins.
Dalam arsitektur, rancangan High Tech meliputi penggunaan material yang berhubungan dengan industri High Tech tahun 1980-an dan 1990-an, seperti space frame, metal cladding serta material dari bahan komposit. Bangunan High Tech umumnya memiliki pelapis yang tipis dan lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunannya secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis lurus7
High tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High Tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul “High Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa high tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gudang dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend pararel
.
Di Amerika Serikat istilah High Tech memang menunjuk kepada pengertian langgam, sedangkan di Inggris maknanya lebih dalam, dimana High Tech tidak ada hubungannya dengan High Teknologi, sebagaimana Gotic tidak ada hubungannya dengan Goths ( salah satu suku bangsa Jerman yang mempunyai wilayah terbentang dari Batic sampai ke Laut Hitam dan abab ke 3 Masehi menyerang kekaisaran Romawi )
III.1.2. Sejarah dan Representasi
7
dalam design interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian high-tech.
Akan tetapi, jauh sebelum tahun 1970, high-tech sudah ada dan diterapakan dengan dibangunnya jembatan di river severn di Coalbrookdale pada tahun 17798. Jembatan ini merupakan jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House yaitu sebuah struktur bentang lebar dari besi,baja, dan beratap kaca9. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih10
Kemudian pada tahun 1920an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur high-tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckminster Fuller membangun Dymaxion House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal. Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini menunjukkan ciri dari arsitektur high-tech secara keseluruhannya. Karena bangunan rancangannya ini, Colin Davies mengatakan jika ada orang yang pantas disebut sebagai ‘bapak high-tech” maka Buckminster Fuller lah yang pantas
. Struktur bangunan-bangunan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur high-tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut merepresentasikan bentuk alternatif bangunan yang berdasar pada teknologi industri.
11
Walaupun high-tech telah ada sebelum tahun 1970an, Istilah High-tech mulai terkenal sejak tahun 1970an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat maju pada jaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh
.
Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram (Peter Cook, Warren Chalk, David Greene, Denis Crompton, Ron Herron dan Mike Webb) mulai menmpublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur high-tech pada tahun 1970an dan 1980an.
8
Thames and Hudson, HIGH TECH ARCHITECTURE COLIN DAVIES,Verlag Gerd Hatje,Stuttgart,1991.
Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi.
Dalam arsitektur, design High Tech meliputi penggunaan material yang berhubungan dengan industri High Tech tahun 1980-an dan 1990-an, seperti space frame, metal cladding serta material dan bahan komposit bangunan High Tech umumnya memiliki pelapis yang tipis yang lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunannya secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis lurus.
Karakteristik material yang biasa digunakan adalah metal atau logam dan kaca. Biasanya High Tech menunjukan ide-ide produksi industri, High Tech menggunakan industri selain industri
bangunan sebagai sumber teknologi dan High Tech juga memberi perhatian yang besar pada fleksibilitas penggunaan.
Karakter dari style high – tech secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut : - terbuka
- struktur yang trasparan dan maju.
- menggunakan material dan teknik yang terbaru - penggunaan warna, penting pada bangunan - terdiri dari lapisan yang banyak dan superimpose
- pengeksposan rangka yang menunjukkan artikulasi dari tiap lantai dan dinding. - Pengeksposan elemen mekanikal elektrikal serta sambungan-sambungan struktur.
Struktur yang diekpose dan zona servis yang di ekspose adalah dua penampakan yang membanggakan dari arsitektur High Tech mengekspose struktur dan servis bangunan. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan gaya dua arsitek Hi-Tech Inggris yang terkenal, yaitu Norman Foster dan Richard Rogers.
elemen-elemen, namun memudahkan pemeliharaan. Di samping itu Rogers juga mengambil permainan cahaya dan bayangan.
Foster sebaliknya, hampir tidak pernah mengekspose saluran-saluran pelayanan tepatnya diluar bangunan. Ia lebih memilih untuk menempatkan langit-langit gantung atau lantai yang ditinggikan.
Karya keduanya ditandai dengan penggunaan struktur yang kuat dan ekspresif, khususnya struktur baja. Memberikan arsitektur High Tech kesempatan untuk mendramatisasi fungsi teknologi dari elemen bangunan.
Menurut Charles Jenks, ada 6 karakteristik Arsitektur High Tech12 1. Inside out
:
Bagian Interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya tertutup/ ditutupi ditonjolkan keluar, seperti fungsi servis dan utilitas.
2. Celebration of process
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang ilmuwan. Sebagai cacatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang terkesan dapat mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek manapun dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya yang mengembangkansuatu rancangan sesuai dengan jamannya sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme yang sempurna. 3. Transparansi, pergerakan dan pelapisan.
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan tanpa terkecuali. Kegunaan yang lebih luas dari kaca yang transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran, tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator lift sebagai suatu unsur yang bergerak merupakan arateristik dari bangunan high tech.
4. Pewarnaan yang cerah
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai jenis struktur dan utilitas, sehingga memahami penggunaannya secara efektif. Pada karya Richard Rogers
12
yaitu bangunan Pampidou Center dan Inmos Factory menggunakan warna-warna yang cerah pula.
5. A light weight filigree of tensile members
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High Tech building. Sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya pada struktur.
6. Optimistic confidence in a scientific cultural
Bangunan yang dapat mewakili kebudayaan/peradaban masa depan yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakai/tidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warna-warna dan pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.
Pada prakteknya High-Tech dikatakan sebagai bagian dari modernisme dan post modernisme. High-Tech dimasukkan dalam modernisme karena ciri-ciri dari high-tech merupakan pengembangan dari ciri arsitektur modernisme yang menggunakan teknologi dan bahan prefabrikasi sehingga high-tech disebut juga dengan ‘late modernism’ atau modernisme akhir.
Salah satu pertimbangan High-Tech dimasukkan ke dalam post modernisme adalah karena pada prakteknya sekarang ini, High-Tech bukan hanya merujuk pada fungsi (yang merupakan ciri khas dari modernisme) sebagai rujukannya melainkan juga pada nilai estetis dari teknologi yang diterapkan pada bangunan misalnya bangunan-bangunan hi-rise sekarang ini menggunakan material baja dan kaca, bukan beton yang lebih murah dan praktis dalam fungsi dan penggunaannya. Dalam bukunya The Languange of Post-Modrenisme Architecture, Jenck mengistilahkan Post Modren sebagai dual-coding, yaitu makna ganda atau makna dua arah.Yang diaterjemahkan bahwa bentuk desain tidak seharusnya dipahami oleh si perancang saja tetapi juga harus dipahami oleh masyarakat umum sebagai pemakai atau pengamat. Arsitektur Post Modren merupakan kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang lain (biasanya bangunan tradisional) agar arsitektur dapat berkomunikasi dengan masyarakat pemakai agar asitektur dapat berkomunikasi dengan masyarakat pemakai, dengan prinsipnya:
Adapun kronologis dari konsep style High - Tech diurutkan mulai dari the Modern Movement selama tahun 1920-an :
- 1920-an, para arsitek modern telah menggunakan glass and steel dalam rancangan mereka,
- 1930-an, The Museum of Modern Art in New York telah memamerkan kepada publik keindahan dari produk-produk industri seperti “laboratory glass”.
- 1970-an Pompidou Centre di Paris (oleh Renzo Piano and Richard Rogers), yang memperlihatkan “heating ducts and utility conducts” sebagai elemen decorative untuk bagian luar bangunan.
- 1980-an, High Tech menjadi bagian dari “language of postmodernist design”.
III.1.3. Arsitektur High Tech dan Kota
Tiga bangunan High Tech yang terpenting, yaitu : Center Pampidou, Llyod’s Building, dan Hongkong Bank adalah bangunan tengah kota dan arsiteknya telah menyatakan bahwa
konteks perkotaan telah memberikan efek yang besar pada desain mereka. Meskipun demikian adalah benar untuk mengatakan bahwa kepedulian kota, seperti manipulasi ruang, tidak merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech.
Ada alasan mengapa arsitektur kota bukan merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech; dan ada alasan lain mengapa perkotaan bukan elemen utama filosofi High Tech dan itu berhubungan erat dengan masa, yaitu :
• High Tech melihat ke depan • Arsitektur yang optimistik
• Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan lingkungan
• High Tech anti urban style tidak seperti kota yang berhubungan erat dengan tradisi kesinambungan dan sejarah
• Bangunan High Tech biasanya memperlihatkan kota secara revolusioner bukan tradisional.
III.1.4. Kesimpulan
Berdasarkan sejumlah penjabaran diatas dapat di tarik sejumlah kesimpulan, sebagai berikut :
• Bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme
• Konsep Arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel yang diekspose ditunjukkan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibilitas maksimal. • Arsitektur High Tech meletakkan performance yang proporsional antara aspek
arsitektur, struktur, dan mekanikal.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian arsitektur High Tech adalah: 1.Arsitektur yang mempunyai karakteristik material kaca dan baja.
2.Pada pokoknya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu keagungan yang ditampilkan melalui kejelasan material yang digunakan, maupun material yang digunakan diproduksi secara massal.
3.Biasanya membubuhkan ide-ide tentang produk industri.
4.Digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan namun juga sebagai sumber imajinasi.
Konsep arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel, zona service dan utilitas yang diekspose ditujukan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibelitas yang maksimal.
III.2. KETERKAITAN TEMA TERHADAP JUDUL
kesemuanya berkembang sejalan dan teknologi. Sehingga pada saat sekarang ini sulit untuk melepaskan olahraga dengan aplikasi teknologi.
Medan Cycling Arena merupakan sebuah bangunan bentang lebar sebagai tempat
diadakannya pertandingan balap sepeda serta kegiatan olahraga sepeda indoor ataupun kegiatan lain yang dapat dilaksanakan di bangunan ini yang membutuhkan tribun atau tempat untuk menyaksikan kegiatan didalamnya sehingga penggunaan struktur bentang lebar dalam sistem struktur adalah sesuai dengan fungsi untu melingkupi penonton tanpa ada kolom yang membatasai pandangan ke arena.
Sistem dalam bangunan menggunakan teknologi tinggi. Dalam hal ini adalah teknologi material yang kuat, ringan dan gampang dibuat. Teknologi lain yang diadopsi termasuk sistem pengamanan bangunan, perawatan, sistem pembelian tiket, sistem pencahayaan dalam ruangan, tata suara dan mekanikal-elektrikal lainnya.
III.3. PENERAPAN TEMA TERHADAP BANGUNAN
Tema arsitektur hightech yang mengusung penggunaan material kaca dan baja ternyata memberikan dampak tertentu pada lingkungan maupun bangunan itu sendiri. Namun sebagai bangunan yang menerapkan arsitektur hightech, terdapat sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan sehingga bangunan dapat memberikan suasana terbaik.
III.3.1. Penerapan Penggunaan Kaca 1.
Penggunaan kaca pada bangunan perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, diantaranya adalah faktor radiasi matahari. Ada sejumlah jenis kaca yang memberikan pengaruh panas yang berbeda-beda pada bangunan. Dapat dijelaskan sebagai berikut adalah :
• Pemakaian kaca transparan tanpa pelindung.
Kaca jenis ini meneruskan kalor radiasi ke dalam bangunan sebesar 76-78 % dari energi panas yang diterima permukaan kaca. Dengan penggunaan kaca jenis ini namun digandakan penyerapan kalor radiasi bisa berkurang sebesar 20% disbanding dengan penggunaan kaca polos tanpa pelindung tunggal.
• Pemakaian kaca penghisap panas.
Penggunaan kaca jenis ini dapat mengurangi energi kalor sebesar 40-47%. • Penggunaan kaca pemantul panas
Penggunaan sunscreen pada kaca dapat mengurangi penyerapan kalor hingga 42%.
• Alat peneduh.
Penggunaan alat peneduh pada bagian luar bangunan terbukti paling efektif. Peneduh ini dapat mengurangi panas yang diserap hingga 80%.
III.3.2. Pengaruh Penggunaan Kaca Pada Bangunan
Penggunaan kaca pada bangunan memberikan sejumlah efek pada lingkungan. Salah satunya adalah efek silau dari pantulan cahaya matahari. Dampak ini dapat dikurangi dengan menerapkan sejumlah upaya. Diantaranya adalah :
• Sejumlah penelitian tentang pengurangan dampak penggunaan kaca menyebutkan sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efeknya pada lingkungan, diantaranya dengan penempatan dinding kaca pada orientasi yang dinding, yaitu dengan mengurangi penggunaan kaca pada arah datang sinar matahari dan tidak menggunakan kaca refleksi, namun menggunakan kaca penyerap panas dipadukan dengan penggunaan kaca double. Langkah lain adalah dengan membangun penghalang. Contohnya adalah dengan memaksimalkan vegetasi pada arah datang sinar matahari.
• Penambahan vegetasi pada area kenaikan panas yaitu pada jarak 7m dari bangunan kaca. Namun demikian tingkat kenaikan panas sebesar ini hanya terjadi pada ketinggian 1,5 m sehingga penambahan vegetasi dengan ketinggian 1,5 m dapat mengurangi tingkat kenaikan panas ini.
• Vegetasi juga dapat mengurangi efek pantulan bunyi. Tingkat pantulan bunyi pada kasus ini terhitung cukup kecil.
Sejumlah masalah dialami saat menggunakan material kaca. Untuk mengurangi dampak yang dihasilkan maka dapat dilakukan sejumlah tindakan, yaitu :
• Manggunakan kaca double.
• Penggunaan kaca double yang berjenis kaca penghisap panas. • Penggunaan alat peneduh dalam dapat berupa tirai.
• Penggunaan alat peneduh luar berupa sun shading yang mampu menghalangi radiasi namun tidak menimbulkan dampak rumah kaca.
• Mamadukan semua jenis upaya mengurangi penerusan kalor ke dalam bangunan. • Penggunaan kaca berwarna dapat mengurangi efek silau. Mengurangi efek silau
juga dapat dilakukan dengan sun shading. Selain berfungsi sebagai elemen fungsional, sun shading juga dapat berfungsi sebagai elemen arsitektural.
• Efek bising pada dasarnya tidak begitu besar berpengaruh. Penempatan bangunan yang menajuhi posisi jalan (sumber bunyi) sebenarnya telah mengurangi efek bising. Namun penggunaan kaca kedap atau double selain berfungsi mengurangi efek panas juga dapat mengurangi bising.
• Penggunaan kaca khusus tahan api dan dapat dibuka pada bagian tertentu dapat mengurangi bahaya kebakaran. Kaca ini terdiri dari sejumlah jenis, diantaranya adalah kaca wireglass, laminated glass.
• Penggunaan kaca dengan ketebalan yang tepat merupakan salah satu solusi untuk mengurangi dampak buruk dari air dan udara (kelembaban).
III.3.3. Penerapan Penggunaan Baja Pada Bangunan
Penggunaan baja pada bangunan high-tech sebagai elemen struktur yang mendukung seluruh beban bangunan termasuk pada struktur atap merupakan salah satu representasi tema pada bangunan. Menampilkan elemen struktural baja secara jujur.
Pada kasus ini baja yang diusulkan untuk diterapkan pada bangunan adalah jenis baja Stainless. Jenis baja ini merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr.
Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida (Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat
mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Penambahan unsur-unsur tertentu kedalam baja stainless dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keriteria baja yang diinginkan.
Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia dan presentasi baja stainless dibagi menjadi lima katagori[4].Empat diantaranya :
• Baja stainless dupleks
• Baja stainless pengerasan endapan
III.3.4. Kesimpulan
Dengan penjelasan-penjelasan tersebut diatas, Medan Cycling Arena yang menerapkan tema High Tech akan menyesuaikan fungsi bangunan yang bentang lebar dengan menerapkan penggunaan struktur baja yang memiliki ketahanan terhadap nilai tegangan tarik yang paling tinggi, yaitu jenis baja Stainless Dupleks. Selain itu, baja jenis ini juga memiliki nilai leleh yang lebih tahan. Ketahanan korosi juga melebihi jenis baja lainnya.
III.4. STUDI BANDING YANG MEMPUNYAI TEMA SEJENIS
1. ALIANZ ARENA STADIUM
- Dibangun : 2002 - Selesai : 2005
[image:44.595.110.502.401.662.2]- Pemilik : FC Bayern Munich dan TSV 1860 Munich GAMBAR 3.1.Stadion Allianz Arena
- Kapasitas : 66.000 kursi
- Arsitek : Herzog / de Meuron - Luas Site : 171.000 m²
Deskripsi bangunan
Stadion Allianz Arena pertama kali dibuka pada tahun 2005 dan menjadi rumah bagi dua klub sepakbola di kota Munich yaitu FC Bayern Munich dan TSV 1860 Munich. Bangunan ini merupakan stadion sepakbola. Pembangunan stadion ini membutuhkan kurang dari 3 tahun.
Bangunan ini menggunakan beton dan baja sebagai struktur utama stadion. Beton yang digunakan pada bangunan ini mencapai 120.000 m³ dan baja yang digunakan mencapai 22.000 ton.
Proses pembangunan stadion serta penggunaan struktur dan material pada bangunan ini menjadikan Allianz Arena merupakan stadion yang paling modern di Eropa.
Yang paling menarik dari stadion ini adalah penggunanaan membran ETFE (Ethylene Tetrafluoro-ethylene) pada dinding serta atap dari tribun yang tembus pandang. Pada
[image:45.595.110.500.492.726.2]eksterior bangunan ini menggunakan 2.874 foil ETFE yang melapisi seluas 38.000 m² pada atap serta 26.000 m² dinding stadion. Total membrane ETFE ini melapisi 64.000 m² pada area terluar stadion. Ini menjadikannya sebagai membran terbesar di dunia.
Pencahayaan pada lapisan membran stadion ini juga membutuhkan 1.056 dari 2.760 illuminated panels dalam warna biru,merah dan putih yang mana setiap panel memiliki 4 jenis lampu yang identik.
Dengan sistem pencahayaan seperti ini membuat stadion ini memiliki kemampuan untuk berubah warna sesuai tim yang bertanding di stadion tersebut. Merah berarti yang bertanding adalah FC Bayern Munich, biru berarti TSV 1860 Munich serta apabila berwarna putih berarti sedang tidak dipakai atau Tim Nasional Jerman yang sedang bertanding.
. GAMBAR 3.3.Warna pada Stadion Allianz Arena
2.BIRD’s NEST NATIONAL STADIUM – BEIJING
- Dibangun : 2003 - Selesai : 2008
- Pemilik : Pemerintah RRC - Kapasitas : 91.000 kursi
- Arsitek : Herzog / de Meuron - Luas Area : 258.000 m²
Deskripsi bangunan
Bird’s Nest Stadium atau yang lebih dikenal dengan nama Beijing National Stadium adalah sebuah stadion sepakbola di Beijing, China yang didesain sebagai tempat pembukaan serta penutupan kegiatan olahraga internasional, Olimpiade. Bangunan seharaga US $ 500 juta ini adalah bangunan berstruktur baja terbesar di dunia13
13
.
[image:47.595.121.507.133.381.2]
the Beijing 2008 Olympic Games).
Beijing National Stadium di desain oleh beberapa arsitek seperti Jacques Herzog dan Pierre de Meuron ( Herzog / de Meuron ), Stefan Marbach, arsitek asal China Ai
Weiwei serta China Architecture Design and Research Group ( CADG ) yang dipimpin
oleh kepala arsitek, Li Xinggang\.
Mereka memutuskan untuk merancang bangunan dengan konsep berlubang-lubang dan menjadi bangunan yang kolektif sebagai bangunan publik. Pemikiran ini mengarahkan mereka kepada skema sarang burung.
Stadion ini terdiri dari dua buah struktur yang berdiri sendiri setinggi 50 kaki yaitu sebuah beton merah padat yang membentuk wadah (dinding) dan struktur baja yang mengelilinginya. Dalam usaha untuk mengaburkan fungsi baja yang menjadi struktur penahan/penarik atap, mereka merancang perletakan baja tersebut secara acak. Sebanyak 24 kolom menutupi dinding stadion.
Bangunan ini juga bersifat ekologis dengan adanya sistem penampungan air hujan, atap yang transculent sehingga dapat menyerap cahaya matahari untuk pencahayaan alami serta untuk rumput yang ada didalamnya dan sistem ventilasi pasif yang alami.
Material struktur yang paling manarik adalah penggunaan sistem membran yang menutupi lubang antara susunan struktur baja yang acak untuk mengatur angin, temperatur dan sinar matahari. Membran tersebut terbuat dari ETFE ( Ethylene Tetrafluor-ethylene ), bahan yang sama yang juga digunakan pada Allianz Arena.
3.VELTINS ARENA
- Dibangun : 1998 - Selesai : 2001
- Pemilik : FC Schalke 04 ( Klub Sepakbola Liga Jerman ) - Kapasitas : 62.000 ( 45.000 duduk, 17.000 berdiri )
- Arsitek : Hentrich, Petschnigg and Partner - Luas Stadion : 40.816 m²
Deskripsi Bangunan
Veltins Arena adalah stadion sepakbola di kota Gelsenkirchen, Jerman. Mulanya bernama Arena AufSchalke, yang dibuka pada tahun 2001 sebagai stadion milik tim peserta Bundesliga, FC Schalke 04. Hak nama dijual pada tanggal 1 juli 2005 kepada perusahaan bir, Veltins.
Stadion Veltins Arena didisain sebagai sebuah bangunan yang multi-fungsi dengan dua tingkat tribun yang mengelilingi lapangan.
[image:49.595.144.485.109.333.2]Pondasi stadion ini terbuat dari beton dan 600.000 m³ ampas, sisa hasil dari tambang batu bara lokal. Bahan sisa ini disusun menjadi gundukan-gundukan yang mendukung empat struktur utama bangunan yang merupakan beton bertulang. Dengan adanya terowongan/korridor berukuran 4.50 m x 4.50 m pada empat sudut stadion, yang
menjadikan akaes untuk kontruksi bangunan dan sebagai ventilasi untuk bagian dalam bangunan.
Atap bangunan didukung oleh sebuah truss dengan sistem gantung yang berada di atas lapangan, yang kembali terhubung dengan bangunan utama melalui 24 menara baja. Atap stadion dapat dibuka dan memisah pada tengahnya kearah yang berlawanan, sehingga bengunan dapat terbuka dan tertutup tergantung cuaca dan kegiatan yang menggunakan stadion ini.
Seperti Sapporo Dome di Jepang dan Stadion Sepakbola Universitas Phoenix di USA serta Gelredome di Belanda, Veltins Arena memiliki keistimewaan dengan sistem geser pada lapangannya. Dengan 11.400 ton struktur pendukung, lapangan sepakbola dapat digeser/dipindahkan kedalam dan keluar dari stadion dengan waktu 4 jam. Teknologi seperti ini memiliki keuntungan :
• Rumput pada lapangan dapat tumbuh pada kondisi normal diluar stadion tanpa mengganggu sistem sirkulasi dan pencahayaan seperti pada arena yang lain.
• Rumput lapangan tidak rusak ketika stadion dipakai untuk kegiatan seperti konser, dll.
• Lantai pada hall multi-fungsi dapat dirubah dengan waktu yang relatif singkat.
[image:50.595.347.545.530.677.2]• Pada saat lapangan berada didalam stadion area luar dapat dugunakan sebagai tempat parkir untuk bus selama pertandingan sepakbola berlangsung.
GAMBAR 3.7.Lapangan berada diluar Sumber : Internet
Teknologi lain pada Veltins Arena yaitu, pada tribun bagian selatan yang ketika sedang ada pertandingan sepakbola dipakai oleh penonton dapat di lipat ke belakang ketika konser untuk tempat stage/panggung. Seperti pada gambar.
4. KESIMPULAN
Tabel 3.1. Kesimplan Studi Banding Tema Sejenis
Allianz Arena Bird’s Nest National
Stadium
Veltins Arena
Struktur utama bangunan menggunankan beton dan baja. Pemakaian material ETFE sebagai lapisan dinding terluar bangunan tang tembus pandang. Sistem pencahayaan bangunan sebagai ekspresi dari teknologi.
Penggunaan beton merah padat sebagai dinding dan kelilingi oleh baja yang berfungsi sebagai pengikat dan kolom struktur pada bangunan. Konsep lubang-lubang yang dapat mengatur sirkulasi udara dan suhu dalam stadion. Konsep ekologis, seperti pmanfaatan air hujan. Atap transculent untuk penyerapan cahaya alami
Bangunan multi-fungsi dengan struktur utama beton
bertulang. Atap buka-tutup. Konsep lapangan yang dapat digeser.
Menunjukan karakter High Tech.
BAB IV
ANALISA
IV. 1. ANALISA TAPAK
IV. 1. 1. Analisa lokasi
Site terdapat pada persimpangan jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan Sutomo Ujung , kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
SITE
Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Sutomo Ujung
Batas Site
SITE Barat Laut : persimpangan jl
Mahoni dan jl. Timor serta rumah penduduk
Utara : jl Mahoni dan Sekolah Budi Murni
Timur Laut : jl Sutomo Ujungi dan IAIN.
Barat : jl Timor dan rumah penduduk serta perkantoran
Timur : jl Sutomo Ujung dan SMK 11
Barat Daya : jl Perintis Kemerdekaan, perumahan dan lahan kosong
Tenggara : jl Perintis Kemerdekaan dan Hotel Grand Angkasa Selatan : jl Perintis
Kemerdekaan dan Universitas Nomensen
IV.1.2 Ukuran Dan Peraturan
Site berukuran ± 3, 1 ha, dengan ukuran sisi – sisinya sebagai berikut.
213
215 12
2
116
Jl. Perintis Kemerde
kaan
Jl. Mahon
i
J l. S
u tom o U jun g
Jl. T im
o r
SITE
- KDB = 60 %
Luas lahan yang boleh dibangun = 60 % x 3,1.ha
= 1,86 ha
- Ketinggian maksimum bangunan = 11 lantai ( mengacu pada ketinggian Hotel Grand Angkasa)
- GSB (1/2 n + 1) :
- Jl. Perintis Kemerdekaan : 7,5 m
- Jl. Mahoni : 3 m
- Jl. Sutomo Ujung : 6 m - Jl. Timor : 5 m
- Tidak ada restriksi khusus pada pengembangan daerah sekitar. GAMBAR 4.3. ukuran site