• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan Organik

Pupuk organik di BKLE hanya diaplikasikan berupa Tandan Kosong. Lokasi kebun BKLE yang jauh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi Wet Decanter Solid (WDS) maupun Palm Oil Mill Effluent

(POME). Aplikasi Tandan Kosong di kebun BKLE tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah menerapkan sistem satu kemandoran.

Rata-rata 1 ton Tandan Kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, dan 5 kg kieserit. Aplikasi Tandan Kosong dilakukan satu kali per tahun pada area yang sama dengan cara manual yaitu dengan cara diangkut dengan menggunkan dump truck dari PKS setelah mengantar TBS dan diletakan di depan jalur pasar pikul tempat akan diaplikasikannya Tandan Kosong. Secara administratif satu dump truck berisi sekitar 7 ton Tandan Kosong untuk satu jalur pasar pikul yang diaplikasikan sampai pasar tengah, tetapi setelah melakukan wawancara dengan kerani transportasi bahwa bobot Tandan Kosong yang dibawa oleh dump truck maksimal

C

A B

D E

G

F

H I

13 berisi 4.5 ton. Dosis aplikasi yang seharusnya adalah ± 200 kg untuk satu tanaman menjadi ± 120 kg. Alat yang digunakan untuk aplikasi Tandan Kosong yaitu angkong dan gancu. Bobot 1 angkong adalah sekitar 60 kg yang berisi sekitar 20 Tandan Kosong sehingga 1 tanaman diperkirakan membutuhkan 2 angkong. Cara aplikasinya disusun satu lapis pada gawangan mati untuk menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Tenaga kerja yang dibutuhkan setiap harinya berjumlah 6 orang untuk 18 ton Tandan Kosong, sehingga prestasi kerjanya yaitu ± 3000 kg HK-1. Pengaplikasian Tandan Kosong dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pengaplikasian tandan kosong (A. Pengambilan Tandan Kosong ke angkong; B. Pengaplikasian Tandan Kosong di lapangan)

Pemupukan Anorganik

Manajemen pemupukan kelapa sawit harus berjalan baik dan benar dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan agar pemupukan berjalan secara efektif dan efisien.

Perencanaan pemupukan dimulai dari penentuan dosis rekomendasi oleh Departemen Riset, permintaan pupuk oleh Asisten koordinator pupuk, hingga pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan bertujuan agar karyawan dan mandor dapat menjalankan tugas masing-masing dengan benar sehingga pelaksanaan pemupukan di lapangan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan pemupukan juga harus dilaksanakan dimulai dari sebelum pemupukan maupun setelah pemupukan berlangsung.

Penentuan Dosis. Rekomendasi dosis pemupukan di BKLE diberikan oleh Departemen Riset BGA berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, Leaf Sampling Unit (LSU), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan serta hasil percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisa dengan baik agar menjamin produksi TBS maksimum.

LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil satu kali dalam satu tahun untuk menentukan dosis tahun berikutnya. BKLE menerapkan 2 rotasi pemupukan yang dimulai pada bulan Januari untuk rotasi pertama dan bulan Juli untuk rotasi kedua, rekomendasi dosis per tanaman per blok dikeluarkan oleh Departemen Riset pada bulan Oktober. Berdasarkan rekomendasi tersebut Departemen Riset dan Plantation Operation menyiapkan buku program pemupukan untuk didistribusikan kepada Kepala Wilayah pada awal bulan Januari tahun berjalan. LSU atau Kesatuan Contoh Daun (KCD)

14

merupakan kegiatan rutin yang dilakukan satu tahun sekali pada bulan April-Juni untuk penentuan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Alat yang digunakan untuk pengambilan LSU di BKLE adalah dodos, gunting, plastik, kuas, parang, cat, pensil, form LSU dan papan jalan. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang dijadikan sebagai contoh tanaman adalah:

1) Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan tidak terkena penyakit tanaman.

2) Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian hara oleh air hujan sehingga dilakukan pengambilan contoh daun pada keesokan harinya.

3) Tanaman tidak terletak dipinggir jalan, apabila tanaman yang diamati mati atau terserang HPT maka KCD bergeser satu tanaman didepan atau di belakangnya. 4) Jumlah blok yang diamati adalah semua blok TM yang ada.

5) Sample daun yang digunakan untuk LSU adalah daun ke 17 karena penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain.

6) Tanaman yang dipisahkan oleh sungai , KCD bergeser ke baris sebelahnya. Kegiatan LSU diawali dengan simulasi di kebun oleh Asisten riset kepada para pekerja yang akan melakukan sensus LSU. Pengambilan contoh diawali pada baris ketiga dari ujung blok lalu diberi tanda awal masuk (panah ke atas) kemudian dihitung lagi sebagai contoh pertama adalah tanaman ketiga dalam baris lalu di beri nomor pokok LSU (1/3) yang artinya tanaman sensus pertama baris ketiga. Pokok yang kedua berjarak 10 pokok dari KCD pertama dan baris berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus dan diberi tanda (arah panah ke samping) sebagai penanda pindah baris. Pelepah ke 17 yang dipilih didodos dan dicari bagian tengah dari pelepah yang dicirikan dengan adanya pentil (rachis).

Rachis ditemukan kemudian diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil 12 daun, enam helai daun bagian kanan dan kiri lalu digunting.

Daun yang akan dipakai digunting lagi 1 jengkal, jadi daun yang terpakai sekitar 20 cm pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Pengambilan helaian daun bagian tengah karena permukaan helaian daun bagian tengah lebih luas serta penyerapan unsur hara lebih seimbang dibandingkan dengan bagian pangkal dan ujung daun. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal pengambilan daun. Cara pengambilan LSU dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Cara pengambilan LSU (A.Pengambilan pelepah ke 17; B.Pentil yang terletak di tengah pelepah; C.Daun yang dipakai untuk LSU)

Pengorganisasian Pemupukan. Organisasi pemupukan di BKLE yaitu menggunakan sistem BMS dimana pemupukan ditangani oleh satu divisi yaitu

C

15 Divisi II yang mengintegrasikan proses pengadaan pupuk, penguntilan pupuk, pengangkutan, pelangsiran, pengeceran sampai pengaplikasian pupuk di lapangan sehingga pupuk terjamin sampai ke setiap tanaman secara benar dan tepat. KKP (Kelompok Kerja Pemupukan) digunakan untuk mempermudah pengorganisasian pemupukan yang terdiri atas 2 orang penabur dan 1 orang pelangsir, BKLE memiliki 10 KKP. Tim BMS memiliki 3 mandor yaitu koordinator mandor BMS, mandor tabur dan mandor until.

Penguntilan Pupuk. Penguntilan merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berukuran 50 kg atau 25 kg menjadi lebih kecil dengan membagi pupuk menjadi beberapa bagian dari standar atau berat tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per tanaman. Sebagai contoh pupuk urea dengan berat 50 kg untuk setiap until, diuntil menjadi 12 kg untuk 16 tanaman dengan dosis 0.75 kg untuk setisp tanaman. Tenaga kerja penguntil berjumlah dua orang dengan basis 3000 kg untuk setiap pekerja, jika melebihi basis maka setiap penguntil akan mendapatkan premi. Proses penguntilan pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses penguntilan pupuk di gudang (A. Penyimpanan pupuk di gudang; B. Proses penguntilan pupuk)

Pengangkutan. Kegiatan pengangkutan pupuk di gudang dilakukan oleh tenaga bongkar muat yang berjumlah 3-4 orang yang dilakukan pagi hari setelah apel pagi. Pengambilan pupuk dari gudang penyimpanan atas arahan dari koordinator Mandor BMS, pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang telah diuntil.

Pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan menurunkan untilan pupuk yang telah diangkut dari dump truck oleh tenaga bongkar muat dan di letakkan di depan pasar pikul. Pelangsiran pupuk di setiap pasar pikul dilakukan juga oleh tenaga bongkar muat pupuk pelangsiran pupuk diawasi dan diarahkan oleh satu mandor tabur. Norma kerja untuk pelangsir adalah 3 ton HK-1. Jumlah untilan pupuk per pasar pikul untuk pupuk urea berjumlah 2 until untuk dua jalur tanaman sampai pasar tengah. Untilan pupuk yang dilangsir dan simpan di pinggir

Collection Road (CR) diusahakan tidak dibanting sehingga karung untilan tidak rusak, karung untilan tidak jatuh ke parit, ikatan karung untilan tidak lepas, dan karung untilan tidak robek untuk menghindari losses pupuk dari pelangsiran.

Pengeceran. Pengeceran pupuk adalah memindahkan untilan pupuk dari CR kedalam pasar pikul dan disimpan di pokok ke 8 dan di pasar tengah atau tergantung perhitungan kelipatan dosis untilannya. Pengeceran pupuk di lapangan dilakukan oleh tenaga pengecer yang terdapat dalam setiap KKP, tenaga kerja pengecer adalah 1:2 dengan tenaga penabur. Pengeceran yang dilakukan adalah

16

dengan cara dipikul dari pinggir CR kedalam pasar pikul hingga pasar tengah. Norma kerja untuk tenaga pengecer dalah 3.5 ha HK-1.

Penaburan Pupuk. Penaburan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemupukan, keberhasilan kegiatan penaburan tergantung dari keterampilan dan pengalaman para penabur. Takaran pupuk yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis dan dosis yang akan diberikan pada setiap pokok sesuai buku pedoman pemupukan yang telah diberikan. Penaburan pupuk untuk RP, Kieserit, MOP dan Urea di masing- masing blok di mulai dari tanaman pertama hingga pasar tengah dengan cara di tabur merata berbentuk “U shape

dengan jarak 100-150 cm, sedangkan untuk pupuk Borat ditabur merata mengelilingi pokok dengan jarak 50-100 cm dengan cara melingkar. Pupuk Palmo dan Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak 50 cm. Norma kerja untuk penaburan pupuk adalah 3.5 ha HK-1.

Pengawasan Pemupukan. Pengawasan pemupukan dilakukan oleh

Asisten, Mantri Tanaman dan Mandor Pupuk untuk memastikan pemupukan berjalan dengan baik dan pokok telah terpupuk semuanya. Kesalahan-kesalahan yang sebisa mungkin tidak boleh terjadi dalam pemupukan adalah adanya untilan utuh yang tertinggal dalam blok, karung bekas untilan yang tertinggal dalam blok, pokok tidak terpupuk, pupuk tercecer pada pasar pikul, pokok yang tergenang tidak boleh terpupuk, dosis tidak merata, dan pupuk tidak boleh terkena pelepah dan Neprolephis. Pemeriksaan kualitas pemupukan ini bertujuan agar kinerja para karyawan dapat selalu ditingkatkan dan dapat menjadi evaluasi kedepannya jika terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian dengan standar kebun yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Pelaksanaan pemupukan (A.Pelangsiran pupuk; B.Pengeceran pupuk; C.Penaburan pupuk)

Panen

Panen kelapa sawit merupakan kegiatan memotong buah masak, mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dari TPH akan diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam kondisi yang segar dan bersih untuk mencegah meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) sehingga kualitas CPO tetap baik. Panen merupakan kegiatan yang paling penting dalam perkebunan kelapa sawit sehingga pengelolaan panen harus dilakukan dengan baik mulai dari persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan serta kegiatan di PKS.

C

17

Sarana Jalan. Kondisi areal jalan merupakan salah satu faktor untuk memperlancar kegiatan transportasi dari TPH ke PKS sehingga sarana jalan harus mendapat pemeliharaan yang baik agar tidak menghambat saat pengangkutan buah. Sarana jalan di BKLE dibagi menjadi 3 yaitu jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), dan jalan bantu (tertiary road). Jalan utama merupakan jalan penghubung antara collection road dan akses jalan keluar masuk kebun, main road memiliki lebar jalan 12 meter dengan arah utara-selatan.

Collection road adalah jalan untuk mengumpulkan buah yang telah di panen dan memiliki lebar jalan 7 meter dengan arah barat-timur. Jalan bantu yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal sulit untuk membantu pengangkutan buah.

Peralatan Panen. Peralatan kerja panen yang digunakan berbeda menurut tinggi tanaman (umur tanam). Penggolongan alat kerja berdasarkan penggunaanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk membawa buah (brondolan) ke TPH dan alat untuk bongkar muat buah dan brondolan. Berdasarkan pengamatan lapang di BKLE alat-alat yang digunakan saat panen dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya

Alat Fungsi

Dodos Batu asah Sogrok

Memotong pelepah dan TBS umur < 6 tahun Mengasah dodos supaya tajam

Mengorek brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah

Angkong Mengangkut TBS dari piringan ke TPH

Gancu Menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH

Karung Goni Wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas brondolan pada TPH

Tojok Memuat TBS dari TPH ke truk buah dan menyusunnya

Stempel Cap sebagai identitas para pemanen

Pelaksanaan Panen. Pemanen memotong buah dengan mata dodos dan meletakkannya di piringan ke arah pasar tengah, para pemanen memotong rapat

gagang buah atau membentuk huruf “V” supaya kualitas minyak yang terkandung

dalam buah sawit tidak teserap oleh batangnya. Pemanen harus membersihkan atau memotong buah dan bunga jantan yang sudah busuk dan dibuang ke gawangan mati, pemanen juga harus mengorek semua brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pemanen juga menyusun pelepah di tengah gawangan mati dan melintang antara pokok sehingga membentuk huruf “U”, kemudian pemanen maju ke pokok berikutnya hingga selesai memotong 2 baris sampai pasar tengah. Pemanen memasukkan buah dan brondolannya ke dalam angkong untuk dibawa ke TPH, kemudian pemanen menyusun TBS secara teratur di TPH dengan kelipatan 5. Brondolan yang telah dikutip di kumpulkan dengan menggunakan alas karung kemudian diletakkan di samping susunan TBS, selanjutnya pemanen

18

memberikan nomor pada gagang sawit sesuai identitas masing-masing pemanen untuk memudahkan perhitungan buah oleh Kerani Panen.

Organisasi Panen. Sistem organisasi panen yang digunakan di BKLE Divisi II adalah Block Harvesting System (BHS) dengan sistem hanca giring tetap yaitu setiap Mandor Potong Buah memiliki hanca tetap yang ditandai oleh pancang batas mandoran dan tenaga potong buah dalam mandoran tersebut digiring sesuai kebutuhan. BKLE Divisi II memiliki dua kemandoran. Setiap mandor dibantu oleh krani buah yang bertugas untuk menghitung jumlah buah yang dihasilkan oleh para pemanen dan dicatat dalam. Standar kerja pemanen yang ditetapkan untuk kebun BKLE adalah 3-4 ha HK-1 dengan basis 160 janjang. Pelaksanaan panen di BKLE dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pelaksanaan panen (A.Pemotongan buah; B.Penyusunan di TPH; C.Pemberian nomor pemanen)

Kehilangan Hasil. Kehilangan hasil atau Losses fruit disebabkan oleh buah mentah dipanen, buah matang tetapi tidak dipanen, buah matang tinggal, brondolan tidak dikutip, buah matang yang sudah dipanen tetapi tidak dikumpulkan ke TPH, buah di TPH yang tidak diangkut ke PKS. Seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai ke loading ramp PKS yang biasanya jatuh di jalan saat proses pengangkutan. Terdapat 10 lokasi yang perlu diperhatikan di dalam mengurangi losses brondolan tinggal, yaitu: brondolan di ketiak pelepah, brondolan di batang, brondolan di piringan, prondolan di gawangan, prondolan di pasar rintis, brondolan di parit, brondolan di TPH, brondolan di jalan, brondolan di rumah-rumah serta brondolan di bak truk.

Pengawasan. Pengawasan panen dilakukan oleh Asisten, Mandor 1, Mandor Panen, Kerani Buah dan Mandor Transportasi. Tugas pengawasan panen yaitu aktif mengawasi pekerjaan panen sehingga semua buah layak potong harus terpanen, batang terpotong rapat (minimal 3 cm) tanpa terikut bagian tandan yang berisi buah. Semua buah yang sudah dipanen harus diangkut ke TPH, jangan ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis. Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal dalam blok, apalagi diperam. Semua brondolan harus dikumpulkan dan dibawa ke TPH dan semua buah serta brondolan harus terangkut ke PKS.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di BKLE dilakukan di 4 tempat yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH. Gulma dominan yang ada di BKLE yaitu

Imperata cylindrica, Mikania micranta, Ageratum conizoides, Melastoma

C

19

malabathricum, Kentosan (sawit liar), Stenochlaena palustris, Scleria sumatrensis

dan Clidemia hirta. Pengendalian gulma yang dilakukan di BKLE secara manual, kimiawi dan biologi.

Pengendalian Gulma Secara Manual. Kegiatan pengendalian gulma secara manual atau Babat Tanaman Pengganggu (BTP) dilakukan terhadap gulma yang tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Kegiatan BTP dilakukan pada gawangan, piringan dan simpukan dengan alat yang digunakan yaitu parang. Pengendalian gulma secara manual di gawangan merupakan kegiatan menebas gulma khususnya gulma anak kayu seperti Melastoma malabathricum. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang terlalu dekat dan merambat ke pokok dengan ketebalan gulma yang sudah tidak bisa lagi di semprot. Simpukan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat pokok mendapatkan sinar matahari.

Pembabatan dilakukan dengan sistem hanca giring dengan berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum dibabat. Norma kerja untuk BTP adalah 2 HK ha-1 jika ringan, 3 HK ha-1 jika sedang dan 4 HK ha-1 jika berat. Kendala yang sering dihadapi dalam pengendalian gulma secara manual adalah kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk dilalui karena sebagian besar lahan rawa, tergenang air, dan curam sehingga menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target.

Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. Kegiatan Pengendalian gulma secara kimia di BKLE yaitu semprot SPPH (Semprot Piringan, Pasar Pikul, dan TPH) yang dilakukan oleh tim BSS. Tim BSS beranggotakan 28 orang penyemprot dan 1 orang tenaga pengairan. Tim BSS menggunakan satu unit TUS (Transportasi Unit Semprot) yang dilengkapi dengan tangki berkapasitas 3 000 liter air dan tempat duduk untuk para karyawan BSS.

Standar prestasi kerja untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 3.5 ha HK-1. Kendala yang sering dihadapi oleh tim BSS adalah sulit untuk mencapai target ketika menyemprot pada blok yang kerapatan gulmanya tinggi dan tergenang, sehingga penyemprotannya kurang maksimal. Pengendalian gulma secara manual dan kimia di BKLE dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Pengendalian gulma (A.Pengendalian gulma secara manual; B.Pengendalian gulma secara kimia)

Pengendalian Gulma Secara Biologi. Pengendalian gulma secara biologi juga dilakukan di BKLE dengan melakukan penanaman kacangan penutup tanah dan pelestarian beberapa jenis gulma yang bermanfaat (gulma kelas C dan D).

B

A

20

Kacangan penutup tanah yang digunakan adalah jenis Mucuna bracteata (MB), karena jenis LCC ini mampu menekan pertumbuhan gulma secara optimal serta memiliki toleransi tinggi terhadap naungan, lebih mudah tumbuh, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta mempunyai perakaran yang dalam sehingga lebih baik dalam mempertahankan erosi tanah. Jenis kacangan MB setelah beberapa tahun akan tumbuh sangat subur dan akan mengganggu pertumbuhan pokok sawit, sehingga jika kacangan sudah tumbuh besar kacangan tersebut di kendalikan dengan cara manual atau kimia.

Pengendalian Hama

Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) sebagian besar berasal dari penyusunan Tandan Kosong yang tidak tepat (tidak satu lapis) sehingga menyebabkan perkembangan serangan. Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan kearah bawah menuju titik tumbuh, akibatnya dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman dan bisa menyebabkan batang busuk selanjutnya bisa menyebabkan pokok mati. Pengendalian diawali dengan sensus yang dilakukan pada setiap divisi dengan sample pohon secara acak, jika serangan hama diatas 5% baru diadakan pengendalian dengan menggunakan perangkap fetotrap yang menggunakan senyawa feromon yang menyerupai hormon yang dihasilkan kumbang jantan untuk menarik kumbang betina. Tingkat serangan hama kumbang tanduk pada bulan Maret di BKLE sekitar 2-3 % dari contoh pohon yang disensus sehingga belum diadakan pengendalian secara menyeluruh.

Tiratabha mundella. Hama yang menyerang hampir di seluruh divisi di BKLE adalah hama Tiratabha mundella. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotaran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh benang-benang disekitar buah. Pada serangan berat dapat ditemukan buah yang berlubang pada pangkalnya. Tempat yang menjadi pilihan hama ini adalah daerah yang lembab karena disebabkan terlambatnya sanitasi dan kastrasi pokok. Pencegahan dan pengendalian diawali dengan melakukan sensus di TPH pada setiap divisi dengan menghitung peresentase jumlah tandan yang terserang, apabila kurang dari 5% dilakukan tindakan kontrol dan apabila serangan hama lebih dari 5% dilakukan tindakan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif ciperin 50cc untuk setiap kap, selain itu juga dilakukan sanitasi dan kastrasi tanaman yang baik dan berkala. Pada bulan Maret tingkat serangan hama Tirathaba di BKLE mencapai 22-23 % sehingga harus dilakukan penyemprotan.

Hama Tikus. Hama yang menimbulkan kerusakan karena mengerat beberapa bagian tanaman kelapa sawit. Pada TBM, tikus menyerang titik tumbuh dengan gejala serangan berupa bekas gerekan dan lubang-lubang pada pelepah putus. Pada TM, tikus memakan daging buah baik pada tandan muda maupun yang sudah matang. Selain itu juga tikus menyerang bunga betina dan bunga jantan. Seekor tikus dapat mengkonsumsi daging buah sekitar 4 gr setiap harinnya, sehingga kehilangan produksi mencapai 5% dari produksi normal. Langkah awal yang dilakukan untuk mengandalikan hama tikus adalah dengan melakukan sensus di TPH, jika lebih dari 5% maka dilakukan pengendalian dengan menggunakan rodentisida yaitu durat dengan dosis 0.7 kg ha-1 untuk satu

Dokumen terkait