• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KETENTUAN MENGENAI MEDIASI DI PENGADILAN

A. Deskripsi Perkara Perdata Yang Dimediasi

1. Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan Negeri Medan

Jumlah perkara perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Medan sebanyak 563 (lima ratus enam puluh tiga) perkara perdata dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Laporan Perkara Perdata Tahun 2009

Sisa gugatan 2008 265 berkas

Masuk gugatan 2009 563 berkas

Putus gugatan 2009 526 berkas

Sisa gugatan tahun 2009 302 berkas

Sumber: Data Primer dari Laporan Tahunan PN Medan

Sumber: Data Primer dari PN Medan

Dari 563 berkas perkara perdata semuanya diupayakan sebisa mungkin mengikuti prosedur mediasi sesuai dengan ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2008. Perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan damai melalui proses mediasi di Pengadilan Negeri Medan oleh mediator hakim berjumlah 0 atau tidak ada/nihil. Seluruh berkas berlanjut kembali ke proses persidangan berikutnya.

Perkara perdata yang gagal menghasilkan perdamaian melalui mediasi menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 berjumlah 553 berkas. Dengan kata lain hampir semua perkara perdata sepanjang tahun 2009 di Pengadilan Negeri Medan lanjut ke proses sidang karena tidak menemui kesepakatan damai melalui mediasi di pengadilan.

Adapun 10 (sepuluh) berkas perkara perdata dari 563 berkas perkara, menghasilkan perdamaian melalui mediasi di luar pengadilan dengan melibatkan pihak advokat atau kuasa hukum masing-masing sebagai mediator. Atas kesepakatan para pihak dibuatlah kesepakatan perdamaian baru kemudian dimintakan putusan perdamaian kepada Ketua Majelis Hakim berupa Akta van dading/akte perdamaian. Advokat yang menjadi mediator perkara yang bersangkutan tidak/belum memiliki sertifikat sebagaimana ketentuan Pasal 5 ayat (1).

Pada asasnya setiap orang yang menjalankan fungsi mediator wajib memiliki sertifikat mediator. Sertifikat mediator adalah dokumen yang menyatakan bahwa seseorang telah mengikuti pelatihan atau pendidikan mediasi yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakreditasi oleh Mahkamah Agung120 Namun pada pelaksanaannya advokat yang menjalankan fungsi mediator tidak/belum bersertifikat.

Pasal 5 ayat (2) PERMA No. 1 Tahun 2008 berbunyi sebagai berikut: Jika dalam wilayah hukum sebuah Pengadilan tidak ada hakim, advokat, akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat mediator, hakim di lingkungan Pengadilan yang bersangkutan berwenang menjalankan fungsi mediator. Berdasarkan pasal tersebut semestinya yang bertindak selaku mediator dalam sebuah proses mediasi adalah hakim.

Bahkan daftar mediator sebagaimana yang diatur PERMA No. 1 Tahun 2008 tidak ditemui di Pengadilan Negeri Medan.. Di Pengadilan Negeri Medan ruang yang       

120

memadai sedang dalam pembahasan rapat internal ketua, wakil ketua dan para hakim Pengadilan Negeri Medan. Hal ini secara serius dilaksanakan mengingat Pengadilan Negeri Medan adalah sebagai Pengadilan Negeri Niaga/HAM dan PHI Medan, barometer rujukan pengadilan-pengadilan negeri di daerah-daerah di luar kota Medan, dalam lingkungan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara.

Mediasi di dalam Pengadilan Negeri Medan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai prosedur yang ditentukan PERMA No. 1 Tahun 2008. Pelaksanaan mediasi tidak mencapai target. Berdasarkan wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan121, peran hakim yang ditunjuk sebagai mediator hakim sangat penting dalam pelaksanaan mediasi di pengadilan.

Praktiknya, pengaturan waktu untuk melakukan mediasi merupakan salah satu dari sekian faktor yang menghambat keberhasilan mediasi di pengadilan. Meski sangat bergantung kepada kemauan para pihak itu sendiri. Adanya salah satu pihak yang lebih melunak dibandingkan lawannya merupakan penunjang terciptanya perdamaian melalui mediasi di pengadilan.122

Mediasi di Pengadilan Negeri Medan tidak semata-mata formalitas belaka. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan mediator hakim dalam mengupayakan perdamaian kedua belah pihak meski hasil mediasinya terpulang kembali pada para pihak dan kuasa hukumnya. Ada juga mediator hakim yang tidak aktif mengupayakan

       121

Suhartanto, hakim pada Pengadilan Negeri Medan yang ditetapkan sebagai mediator hakim. 122

Wawancara dengan Suhartanto, hakim Pengadilan Negeri Medan yang menjadi mediator hakim pada perkara perdata di Pengadilan Negeri Medan.

tercapainya target mediasi ini.123 Dari segi batas waktu pelaksanaan mediasi memberikan waktu yang lebih lama dibandingkan PERMA terdahulu yaitu 40 (empatpuluh) hari kerja dan bisa diperpanjang sampai dengan 14 (empatbelas) hari kerja. Hal ini memberikan kesempatan bagi hakim maupun para pihak dan kuasa hukumnya untuk mengatur waktu pelaksanaan mediasi.

Beban kerja yang padat di Pengadilan Negeri Medan mau tidak mau berakibat pada dikejar deadline-nya hakim dalam memutuskan perkara. Hal ini berefek pada pelaksanaan mediasi yang “setengah hati” karena sulitnya para pihak mencapai kesepakatan. Sehingga mediasi di pengadilan tidak menemui hasil sebagaimana yang diharapkan.

Perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan damai melalui mediasi di pengadilan tidak dimediasi oleh mediator hakim di dalam pengadilan. Kuasa hukum para pihak dapat menyelenggarakan mediasi namun tempat dan biayanya tergantung kesepakatan para pihak. Mediasi demikian juga termasuk mediasi di dalam pengadilan. Namun yang perlu diperjelas apakah mediasi yang difasilitasi oleh mediator nonhakim tersebut telah memiliki sertifikat sebagaimana yang ditentukan oleh PERMA No. 1 Tahun 2008.

Perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan melalui mediasi di Pengadilan Negeri Medan dengan hakim sebagai mediatornya tidak ditemui. Berikut

       123

ini adalah perkara perdata yang berhasil dimediasi oleh mediator non hakim dan memilih lokasi di luar pengadilan.

Adapun deskripsi perkara perdata yang dimediasi dan berhasil mencapai kesepakatan damai melalui mediasi oleh advokat sebagai kuasa hukum Penggugat di Pengadilan Negeri Medan adalah sebagai berikut: Akta Perdamaian untuk perkara perdata No. 371/Pdt.G/2009/PN.MDN.

Duduk perkaranya adalah bahwa antara Penggugat Ny. Rehmat, bertempat tinggal di Jl. Puri No. 57-E/25-A, Kelurahan Kota Matsum III Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, mengajukan gugatan terhadap Ahli waris Alm. Tambi Ichwan Ahmad dan Almh. Tetmah yaitu, Mahanum Ichwan, Nadjmah Ichwan, Thamrin Ichwan, Nadrah Ichwan, Hafiz Ichwan, Fahmi Ichwan, dan Zubaidah Ichwan, menurut surata gugatan tersebut sebagai Tergugat I, II, III, IV, V, VI, VII.

Posita gugatannya adalah sebagai berikut:

1) Bahwa, Alm suami Penggugat bernama Amri Ichwan telah meninggal dunia, dan semasa hidupnya tingga bersama Penggugat diatas tanah terperkara dengan menyewa dari Alm. H.T. Amiruddin.

2) Bahwa sesudah almarhum suami Penggugat meninggal, setahun kemudian Penggugat membeli sebidang tanah berikut bangunan permanen yang ada diatasnya.

3) Bahwa setelah Penggugat membeli tanah dan bangunan tersebut, tiba-tiba datanglah Para Tergugat ke rumah Penggugat dengan kata-kata kasar yang tidak menyenangkan, supaya Penggugat keluar dari rumah tempat tinggal Penggugat

dengan mengatakan bahwa rumah tersebut adalah pemberian Alm. Tambi IchwanAhmad semasa hidupnya kepada Ahli waris.

4) Bahwa oleh karena Penggugat telah tua dan tidak mau ada permasalahan atas rumah terperkara, maka Penggugat menghimbau Para Tergugat untuk bermusyawarah dengan cara damai, membawa Surat Pemberian tersebut, tetapi tidak digubris Para Tergugat.

5) Bahwa dari uraian-uraian tersebut diatas, jelas Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum

Setelah surat gugatan tersebut masuk ke Pengadilan Negeri Medan dan telah dilakukannya penetapan Ketua Pengadilan Negeri Medan tentang penunjukan Majelis Hakim, Ketua Majelis Hakim menetapkan nama mediator untuk menangani proses mediasi paling lama 40 (empat puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penetapan.

Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan untuk perkara ini tidak mencapai suatu kesepakatan. Untuk itu kuasa hukum menempuh mediasi dengan mengadakannya di luar gedung Pengadilan Negeri Medan yaitu di rumah salah seorang kerabat yang bersikap netral terhadap masalah ini. Mediasi tersebut membawa keberhasilan berupa tercapainya suatu kesepakatan .

Karena telah dicapainya perdamaian antara para pihak maka para pihak datang menghadap ke Pengadilan Negeri Medan untuk dibuatkan Akta Perdamaian. Bahwa mereka bersedia untuk mengakhiri persengketaan antara mereka seperti termuat dalam surat gugatan tersebut, dengan jalan perdamaian melalui mediasi yang diprakarsai oleh advokat sebagai kuasa hukum Penggugat.

Pihak Tergugat dalam hal ini disebut Pihak Kedua melepaskan hak-hak tuntutannya untuk sekarang dan dikemudian hari terhadap Pihak Pertama atas bangunan rumah/tanah tapak berdiri bangunan baik karena perolehan Pihak Kedua ic. Tergugat I karena Hibah maupun dalam kedudukan Pihak Kedua selaku Ahli Waris dari Almarhum Tambi Ichwan Ahmad, dan sebaliknya Pihak Pertama menerima dan saling setuju sehingga tidak ada lagi tuntut menuntut atas bangunan rumah maupun tanah tapak berdirinya bangunan/pekarangannya setempat di Jalan Puri No. 57-E/25-A Kelurahan Kota Matsum III Kecamatan Medan Kota, Kota Medan tersebut.

Bahwa sebagai kompensasi/imbalan atas pelepasan Pihak Kedua untuk menuntut Pihak Pertama memberikan uang sebesar Rp. 450.000.000 (empat ratus lima puluh juta rupiah) kepada Pihak Kedua dan Pihak Kedua menerima dan surat ini juga berlaku sebagai tanda terima kasih yang sah, dan juga memberikan persetujuan kepada Pihak Pertama untuk menjual tanah berikut rumah tersebut

Bahwa perkara perdata yang telah terdaftar di Pengadilan Negeri Medan, Reg. No. 371/Pdt.G/2009/PN MDN, Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat diputus dengan menuangkan perdamaian ini dalam putusan damai/dading.

Seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis tertanggal 29 Oktober 2009 dan dibacakan kepada kedua belah pihak, maka mereka masing-masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut.

Berdasarkan persetujuan diatas maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan mengadili kedua belah pihak yang amar putusannya sebagai berikut:

1) Menghukum kedua belah pihak untuk menaati isi persetujuan yang telah disepakati tersebut diatas

2) Menghukum kedua belah pihak untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 513.000,- (lima ratus tiga belas belas ribu rupiah) masing-masing separuhnya.

Dengan adanya akta perdamaian diatas maka perkara ini sudah selesai dan tidak perlu dilanjutkan ke proses persidangan berikutnya. Dengan kata lain proses mediasi di pengadilan bisa dikatakan berhasil dengan advokat sebagai mediatornya.

Berdasarkan wawancara dengan advokat124 yang menangani perkara diatas, faktor utama yang menyebabkan tercapainya kata sepakat adalah kemauan kedua belah pihak yang masih berkerabat untuk menurunkan egoismenya masing-masing. Pihak Pertama bersedia menerima permintaan dari Pihak Kedua, dan Pihak Pertama merasa sudah tua dan tak ingin ada keributan diantara mereka karena bangunan dan tanah tersebut.125

Mediasi dilaksanakan di luar gedung Pengadilan Negeri Medan yaitu di rumah salah seorang kerabat yang bersifat netral sehingga mediasi berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti. Setelah mediasi tersebut menghasilkan suatu kesepakatan perdamaian, maka kuasa hukum memintakan putusan Akta Perdamaian oleh Ketua Majelis Hakim.126

       124

Syahril, advokat di Medan yang menjadi kuasa hukum Penggugat. 125

Wawancara dengan Syahril selaku kuasa hukum Pihak Penggugat. 126

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa advokat yang berhasil memediasi kedua belah pihak belum memiliki sertifikat mediator. Mediator pada perkara ini dikategorikan ke dalam tipe mediator mandiri yaitu dipilih karena profesinya sebagai advokat, tidak mempunyai hubungan dengan para pihak kecuali hubungan kuasa hukum dan pemberi kuasa, serta tidak mempunyai wewenang untuk memutus sebagaimana mediator hakim.

Dokumen terkait