• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta mengikuti kurikulum yang ada, kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 28 ini adalah kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder di SMAN 28, kemudian menyesuaikan dengan kurikulum dari negara-negara lain diantaranya Cambridge dan Canada. Dari hasil rapat kerja (RAKER), tersusunlah KTSP SMA Negeri 28 Jakarta.11

Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi sesuai kebutuhan, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari Cambridge dan Canada.

Dalam pembelajarannya, pendidikan agama Islam mendapat alokasi 2 jam pelajaran dalam satu minggu, metode yang digunakan bervariatif yaitu

11

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

ceramah, diskusi,12 pemberian tugas,13 praktek, sosio drama. Dalam penyampaian materi kepada siswa menggunakan metode yang berbeda antara satu kelas dengan kelas yang lainnya, karena kemampuan tiap anak dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda.14

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta adalah:

a. kurang lancarnya siswa di dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an. Hal ini terbukti ketika diskusi dalam mengungkapkan dalil, mereka hanya mengungkapkan terjemahnya saja.15

b. Latar belakang pendidikan siswanya sebelum masuk sekolah ini bukan dari madrasah, tetapi dari sekolah Negeri bahkan ada juga dari yayasan-yayasan tertentu.

c. Orang tua yang berbeda agama.16

d. Pemahaman siswa dalam menangkap materi yang diajarkan guru berbeda-beda, ada yang cerdas dan ada yang kurang.17

e. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan anak. Sedangkan waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga dari pada di sekolah.18

12

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

13

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

14Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 15

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

16

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

17Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 18

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

Pendidikan agama Islam di sekolah mendapat alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu, dan ini merupakan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tetapi guru agama dituntut untuk bisa menyikapi hal tersebut dengan berbagai cara.

Kendala atau penghambat tersebut di atasi dengan diadakannya tadarus setiap pagi sebelum memulai pelajaran, yang dibantu oleh siswa yang telah dipilih untuk memandu jalannya tadarus. Tadarus ini wajib diikuti oleh seluruh stakeholder sekolah, termasuk pegawai.19 Kemudian diadakan kegiatan-kegiatan keislaman di luar kelas atau sekolah seperti pesantren kilat, shalat berjamaah, siswa dianjurkan membaca buku-buku tentang materi yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Dan anak-anak rohis yang sudah lancar membaca ayat Alqur’an mengajarkan pada teman-temannya yang belum lancar.20 Kemudian menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan senang terhadap pelajaran PAI, sehingga siswa dapat mengamalkan pelajaran PAI di dalam kehidupannya.

3. Pelaksanaan PTK Pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PAI di kelas X-7 SMA Negeri 28 Jakarta adalah pada materi pengamalan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ayat Alquran, maka penulis meneliti pelaksanaan penelitian tindakan kelas itu hanya pada materi pengamalan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuannya masing-masing, termasuk juga penelitian tindakan kelas ini. Untuk memberikan manfaat, hasil penelitian tindakan kelas ini tentu saja harus diimplementasikan. Mari kita lihat runutan kejadian dalam penyusunan dan pengimplementasian dari PTK ini.

Secara garis besar pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta meliputi 8 langkah, yaitu: 1) Adanya ide awal 2) Prasurvey, 3) Diagnosis, 4) Perencanaan, 5)

19Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 20

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, dan 8) Penyusunan laporan.

a. Ide awal yang ditemukan guru PAI di SMAN 28 Jakarta

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh guru yang melaksanakan PTK, langkah pertama yaitu adanya ide awal. Ide awal yang dimaksud disini adalah ketika seorang guru menemukan masalah yang terjadi di kelasnya, dia berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut agar kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta ini, ibu Siti. Menurut beliau ada masalah dengan siswa saat mengajarkan mata pelajaran Alquran. Menurut beliau, para siswa cenderung bosan dengan cara penyampaian pembelajaran Alquran yang biasanya disampaikan dengan ceramah.21

Berangkat dari masalah itulah, guru SMAN 28 Jakarta menemukan ide awal PTK yang akan dilakukannya, yaitu mengajarkan pembelajaran Alquran ini dengan metode active learning.

b. Prasurvey

Setelah ditemukannya ide awal maka dilakukan prasurvey. prasurvey yang dimaksud adalah penelitian awal mengenai keadaan kelas yang akan dilakukannya penelitian. Prasurvey ini hanya sebagai penelitian lebih lanjut dan lebih khusus dari seorang guru, karena pada kenyataannya guru kelaslah yang melakukan PTK dan hanya dilakukan di kelasnya. Jadi pada dasarnya guru sudah mengetahui keadaan kelasnya.

Menurut ibu Siti, guru yang melakukan PTK di SMAN 28 Jakarta ini, prasurvey yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan hasil dari PTK ini. Seperti di kelas manakah harusnya beliau melakukan PTK, karena

21Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

hasilnya akan lebih optimal apabila dilakukan di kelas yang memiliki kriteria murid tertentu. Adapun kriteria kelas yang dipilih oleh guru di SMAN 28 Jakarta agar hasil PTK-nya menjadi optimal adalah:

1) Siswanya tidak begitu pandai, dilihat dari rata-rata nilai kelasnya. 2) Sebagian besar siswanya tidak bisa menangkap pengajaran yang

disebutkan dalam penemuan masalah awal.

3) Kebanyakan siswanya tidak memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung.22

c. Diagnosis

Diagnosis yaitu dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di suatu kelas, diagnosis dilakukan oleh peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah untuk menentukan strategi pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada tahap ini ibu Siti sudah melakukannya jauh sebelum penelitian tindakan kelas ini dimulai. Karena beliau merupakan guru kelas yang beliau jadikan tempat penelitian tindakan kelas maka beliau telah mengetahui kondisi dan kemampuan siswa di kelas tempat dilakukannya penelitian tindakan kelas.

d. Perencanaan

Perencanaan tentu saja menjadi hal yang penting dalam melakukan sesuatu. Karena perencanaan artinya menyusun apa-apa saja yang akan dilakukan dan tujuannya. Tanpa perencanaan, sesuatu tidak akan mencapai hasil yang optimal. Dalam PTK juga dibutuhkan perencanaan. Perencanaan yang diperlukan dalam PTK ini adalah:

1) Merencanakan setting penelitian dan latar belakang subjek penelitian.

Adapun perencanaan setting penelitian yang dilakukan ibu Siti, guru yang dimaksud penulis diawal adalah di SMAN 28 Jakarta,

22Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

penelitiannya dilakukan di kelas X-7 yang menurut gurunya memenuhi kriteria yang telah dijabarkan di atas.

2) Rencana tindakan yang akan dilakukan.

Adapun rencana yang akan dilakukan oleh guru seperti tercermin dalam prosedur penelitian yang datanya penulis peroleh dari laporan hasil PTK guru tersebut adalah:23

Tabel 5 Rencana Pelaksanaan PTK Siklus ke Kegiatan 1 A. Pertemuan Pertama 1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

c. Menerapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan active learning (pembelajaran aktif) e. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang

dibutuhkan.

f. Menyusun lembar observasi. 2. Tindakan Kelas

a. Siswa melakukan tadarus ±15 menit sebelum pelajaran dimulai.

b. Siswa sudah menyiapkan laptop dan LCD sebagai sarana untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan materi yang diberikan yaitu praktek sholat.

23

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

c. Tanya jawab tentang materi yang sedang dipelajari.

d. Guru menambah penjelasan. Membuat kesimpulan.

3. Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data.

b. Mencatat dalam jurnal harian 4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. c. Evalusi tindakan I.

(hasil pertemuan pertama cakupan materi selesai 40%) B. Pertemuan Kedua

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2. Melakukan tadarus 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

3. Setiap siswa menyiapkan alat shalat.

4. Setiap siswa mempraktekkan gerakan dan bacaan. 5. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

6. Guru memberikan penilaian kepada setiap siswa. 7. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

8. Membahas hasil evaluasi.

2

A.Pertemuan pertama

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum. 3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa. 5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

6. Membuat hasil evaluasi

(Hasil pertemuan pertama pada siklus 2 cakupan materi selesai 90%)

3

A. Pertemuan Pertama

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum. 3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa. 5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

6. Membahas hasil evaluasi.

(Hasil pertemuan Pertama pada pertemuan ini 100%)

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan meneliti laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka penulis bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa perencanaan yang dibuat untuk penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan tersusun dengan rapi dan sesuai dengan kaidah perencanaan. Sesuai yang diungkapkan oleh Rustam dan Mundilarto yang dikutip oleh Trianto bahwa tahap

perencanaan PTK terdiri atas langkah-langkah, antara lain: mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merencanakan perbaikan.24

d. Implementasi tindakan

Implementasi tindakan adalah realisasi dari tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Materi yang diajarkan, dan lainnya seperti yang penulis telah bahas di point sebelumnya. Berikut adalah deskripsi dari implementasi tindakan sebagaimana penulis peroleh melalui hasil studi dokumentasi dan wawancara.

1) Penelitian siklus pertama

Pengamatan pada siklus pertama, pelaku PTK mengamati bagaimana siswa dalam melakukan diskusi sesuai dengan standar kompetensi yakni manusia sebagai khilafah dan ikhlas dalam beribadah yang terdiri dari beberapa langkah.25

a) Penelitian hari pertama

Sebelum dimulainya pelajaran, semua siswa muslim melakukan tadarus bersama yang dipandu secara sentral dari ruang humas sekolah. Pemandunya adalah siswa yang terpilih dari kelas satu, dua, dan tiga secara berurutan yang memenuhi kriteria fasih dan lancar selama 15 menit dan kemudian ditutup dengan do’a. Setelah mengamati kesungguhan siswa tersebut, maka peneliti melanjutkan pengamatan pada persiapan dan pelaksanaan diskusi sesuai materi yang dipelajari. Sebelumnya guru sudah membagi 8 kelompok dalam satu kelas. Setelah guru memberikan pengarahan, maka siswa maju kedepan untuk mempresentasikan topik manusia sebagai khalifah dengan menggunakan laptop dan LCD. Setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditambah dengan penjelasan

24

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68.

25

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

oleh guru. Kemudian kelompok berikutnya mendiskusikan topik “ikhlas dalam beribadah” dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan bila siswa tidak atau belum tepat dalam memberikan jawaban, maka guru membantu memberi jawaban. Hasilnya siswa yang aktif mengikuti diskusi tergolong tanggungjawabnya tinggi sebanyak 67% dan yang kurang aktif 33%. Guru bersama siswa membuat kesimpulan bahwa.

1)) Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tugas untuk memakmurkan bumi dan melestarikannya. Hal itu bisa kita amati dari rasa tanggungjawab di kelas, peduli terhadap teman dan guru, kerjasama, etika ketika bertanya dan disiplin.

2)) Ikhlas dalam beribadah adalah perilaku yang harus ditanamakan kepada siswa. Hal ini untuk melihat kejujuran siswa.26

Setelah itu guru bersama siswa bersama-sama melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi guna pertemuan berikutnya. Dan memberi informasi terhadap hal-hal yang harus dibawa untuk pertemuan berikutnya. Yang laki-laki membawa kopiah atau peci, dan yang perempuan membawa peralatan sholat (mukenah) untuk praktek shalat.

b) Penelitian hari kedua

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan doa.

Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek sholat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Tanggung jawab bisa dilihat pada aplikasi siswa melakukan shalat 5 waktu sehari semalam. Dan di sekolah bisa diamati oleh guru ketika shalat dhuhur di masjid SMAN 28 Jakarta. Hakikat siswa melaksanakan

26

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

shalat adalah sebagai rasa tanggung jawab seorang hamba terhadap Allah SWT.

Jujur bisa dilihat ketika siswa melakukan gerakan dan bacaan shalat serta jumlah rakaat shalat. Hal inipun sebenarnya mengajarkan kepada siswa bahwa makna bacaan shalat dan gerakannya adalah perilaku jujur dan tidak boleh ditambah ataupun dikurangi apalagi dirubah.

Peduli tehadap sesama bisa dilihat pada gerakan shalat ketika salam. Dimana ketika salam kita menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal itu menandakan bahwa kita diajarkan mendoakan teman yang ada di sebelah kanan dan kiri kita, karena makna salam yang dibaca saat itu adalah doa.27

Disiplin bisa dilihat pada waktu pelaksanaan shalat. Di dalam ajaran agama Islam, sangat dianjurkan shalat di awal waktu. Hal ini mengajarkan pada siswa untuk disiplin dalam menggunakan waktu dan memanfaatkan waktu.

Sopan santun bisa dilihat pada etika shalat, mulai dari cara berpakaian yakni bagi laki-laki berpakaian sopan dan bagi wanita berpakaian menutup aurat. Dan sangat dianjurkan menggunakan warna putih, karena warna tersebut adalah sunah Rasul; artinya Rasulullah SAW dalam keseharian terlebih ketika shalat lebih senang menggunakan warna putih. Putih melambangkan kesucian dan kebersihan.

Ikhlas bisa dilihat pada keseriusan siswa mengikuti praktek shalat dan kekhusyukan ketika praktek sholat, sehingga minimalnya secara kasat mata bisa dilihat bahwa tidak ada siswa yang jumlah rakaatnya kurang ataupun salah. Dan yang lebih penting adalah aplikasi siswa setelah praktek shalat yaitu bisa mengaplikasikan bacaan dan gerakan shalat dalam praktek

27

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

kehidupan nyata baik ketika di sekolah bergaul dengan teman, guru ataupun dengan satpam sekolah dan yang lainnya maupun di lingkungan rumah atau keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan hadist Rasullullah SAW yang artinya: “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Hal tersebut tebukti bahwa siswa SMAN 28 tidak pernah terlibat tawuran maupun perilaku negatif lainnya termasuk kelas X-7.

Setelah guru memberikan penjelasan, barulah guru melakukan observasi dan memberikan penilaian persiswa ketika praktek shalat. Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin, dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 1 ini berjumlah 40%, nilai baik 44%, dan nilai cukup 16%.28

2) Penelitian siklus kedua

Penelitian siklus kedua, pelaku PTK mengamati 6 nilai kemanusiaan, yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum dalam praktek shalat.

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.

Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.

Peneliti memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang hasil praktek shalat dan setelah itu praktek shalat dimulai.

28

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 2 ini berjumlah 56%, nilai baik 44% dan nilai cukup 0%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik antara siklus 1 dan siklus 2.29

3) Penelitian siklus ketiga

Penelitian pada siklus ketiga, pelaku PTK mengamati 6 nilai kemanusiaan yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum dalam praktek shalat.

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.

Setelah itu guru (pelaku PTK) memberikan penjelasan tentang praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.

Pelaku PTK memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, tentang hasil praktek shalat dan setelah itu praktek shalat dimulai.

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 3 ini berjumlah 68%, nilai baik 32% dan nilai cukup 0%.

Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik antara siklus 2 dan siklus 3.

Dari deskripsi panjang mengenai implementasi tindakan yang dilakukan guru PAI (pelaku PTK), dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa implementasi tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah

29

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

dibahas sebelumnya. Menurut pengamat penulis implementasi dari perencanaan tersebut telah berjalan dengan baik dan tanpa halangan yang berarti, masalah yang ditemui adalah terbatasnya waktu. Tapi menurut pelaku PTK bisa diatasi dengan meminjam jam mengajar dari guru mata pelajaran lain yang berada setelah mata pelajaran PAI.

e. Observasi

Pada tahap observasi ini, dilakukan oleh peneliti sendiri atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu. Dan yang menjadi observer ibu Siti, guru PAI di SMAN 28 Jakarta ini. Ketika mengimplementasikan tindakan yaitu rekan bidang studi yang sama, pak Suhartoyo. Dan hasil dari penelitian ini diseminarkan di UNJ. Hasil dari

observasi siklus pertama adalah:

1) Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan 2) Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan

3) Siswa kurang terampil dalam menggunakan alat peraga ketika diskusi 4) Pemahaman siswa tentang materi Alqur’an masih kurang

5) Guru diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang dikerjakan beserta hasilnya

6) Sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar.

7) Pergunakan waktu dengan efisien dan efektif.30

Observasi siklus kedua:

1) Siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan

2) Siswa kurang berani dan kesulitan dalam mengajukan pertanyaan 3) Sebagian kelompok masih mengalami kesulitan dalam menggunakan

alat percobaan atau peraga

4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil kegiatan agar dapat berjalan lancar,

30

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

5) Guru tetap memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar.

6) Dalam pelaksanaan praktek shalat sebaiknya dibagi kelompok dengan cara shalat jamaah.

Observasi siklus ketiga:

1) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan harus lebih ditingkatkan lagi

2) Siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan 3) Guru menilai ketika praktek shalat.31

f. Refleksi

Tahapan refleksi/evaluasi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi.

Refleksi siklus pertama:

1) Untuk meningkatkan siswa menjawab pertanyaan, maka guru memberi pertanyaan dari bentuk pertanyaan yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa

2) Untuk meningkatkan keberanian siswa mengajukan pertanyaan, guru perlu memberi layanan pada siswa dengan cara membimbing

Dokumen terkait