• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Patroli Perairan Di Wilayah Perbatasan 174

MODUL 5 PATROLI

5. Pelaksanaan Patroli Perairan Di Wilayah Perbatasan 174

Kapal Patroli Polri adalah Kapal Pemerintah yang mempunyai identitas yang jelas (Nomor Lambung, Nama Kapal, Cat Kapal, Bendera Kapal dan seterusnya) dan mempunyai kewenangan untuk menegakkan hukum diwilayah perairan Indonesia (Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan dan Laut Teritorial).

b. Pengawasan Sasaran 1) Informasi dan Laporan

a) Informasi Intelijen dari komando atas, Komando samping atau Instansi lain.

b) Laporan dari masyarakat Nelayan / Pantai c) Informasi / laporan dari kapal niaga

d) Informasi / laporan dari pesawat udara pengintai / Patroli Udara.

2) Deteksi

a) R a d a r

b) Pengawas Visual

c. Pengenalan dan Penilaian Sasaran 1) Sarana yang digunakan berupa :

a) Radio Komunikasi, Isyarat b) T e r o p o n g

c) R a d a r

d) Peralatan navigasi lain

e) Data intelijen yang sudah disiapkan di kapal khususnya menyangkut target, daerah dimana sasaran terdeteksi.

2) Pengenalan

a) Pengenalan awal untuk memperkirakan apakah sasaran, kapal niaga, kapal ikan dan kapal lain dengan cara menganalisa sasaran.

b) Pengenalan dengan radar untuk menentukan gerakan sasaran.

c) Pengenala Visual untuk menentukan (1) Nama kapal

(2) Bendera kapal (3) Jenis kapal

(4) Tanda – tanda pengenal lainnya.

d) Pengenalan dengan komunikasi radio atau isyarat untuk menentukan :

(1) Nama Kapal (2) Jenis Kapal

(3) Agen Perusahaan (4) Negara / Bendera

(5) Pelabuhan singgah terakhir / tujuan (6) Muatan kapal

(7) Jumlah ABK

3) Penilaian sasaran dilaksanakan dengan mengkoreksi data yang didapat dari hasil pengenalan sasaran dengan data / informasi intelijen yang ada untuk mendapatkan konfirmasi dan selanjutnya menentukan keputusan tindakan yang akan diambil, berupa :

a) Diadakan penindakan pengejaran, penghentian dan pemeriksaan.

b) Sasaran diabaikan / ditinggalkan apabila tidak ada kecurigaan.

Meneruskan hasil penilaian ke Komando atas apabila hasil penilaian meragukan karena data Intelijen yang ada dikapal tidak cukup untuk menentukan tindakan terhadap sasaran.

d. Prosedur Pemeriksaan Kapal Penghentian Kapal

1) Dasar Hukum yang digunakan.

a) Pasal 27 ayat (2) Jo 110 UU No. 17 Tahun 1985 tentang ratifikasi UNCLOS.

b) Pasal 7 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981. c) Pasal 31 UU No. 9 Tahun 1985.

2) Syarat – syarat penghentian kapal.

a) Penghentian kapal – kapal asing di Perairan Indonesia dapat dilakukan apabila terdapat bukti atau petunjuk kuat bahwa :

(1) Melakukan suatu Tindak Pidana yang diatur dalam Perundang – undangan Indonesia. (2) Melakukan salah satu kegiatan pelanggaran

yang diatur dalam Pasal 19 ayat (2) UU No. 17 Tahun 1985.

(3) Terjadi suatu peristiwa diatas kapal sebagaimana diatur dalam pasal 27 UU No. 17 tahun 1985.

(4) Kapal dagang yang mengangkut senjata / amunisi selama dalam lintas pelayaran telah menimbulkan ancaman terhadap keamanan integritas wilayah dan kedaulatan indonesia, pada waktu berlabuh harus melaporkan jumlah dan jenisnya serta harus dalam keadaan tersimpan diatas kapal.

b) Kapal – kapal asing di ZEEI dapat dilaksanakan penghentian dan pemeriksaan kapal apabila terdapat bukti atau petunjuk yang kuat bahwa : (1) Melakukan penelitian kelautan tanpa

persetujuan pemerintah Indonesia.

(2) Melakukan Eksplorasi / Eksploitasi sumber daya di ZEEI / Landas Kontinen tanpa izin Pemerintah RI.

(3) Meletakkan / membongkar kabel dasar laut / pipa saluran tanpa persetujuan pemerintah RI.

(4) Melakukan kegiatan kegiatan yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan laut. (5) Melakukan kejahatan Internasional.

c) Kapal – kapal asing dilaut lepas dapat dilakukan penghentian dan pemeriksaan apabila ada alasan yang cukup untuk menduga (dilaksanakan hanya oleh kapal perang), bahwa :

(1) Kapal tersebut terlibat perompakan (Piracy). (2) Kapal tersebut terlibat dalam perdagangan

budak.

(3) Kapal tersebut terlibat dalam penyiaran gelap dan bendera kapal perang tersebut mempunyai yurisdiksi berdasarkan pasal 109 UU No. 17 tahun 1985.

(4) Kapal tersebut tanpa kebangsaan.

(5) Walaupun mengibarkan suatu Bendera asing atau menolak untuk memperlihatkan bendera nya, kapal tersebut dalam kenyataannya memiliki kebangsaan yang sama dengan kapal perang tersebut.

d) Prosedur penghentian. Prosedur Penghentian kapal untuk keperluan pemeriksaan dilaut diawali dengan menyebutkan identitas kapal sendiri dengan menggunakan tanda / isyarat :

(1) Dimulai dengan memberikan perintah berhenti dengan tanda yang dapat didengar atau dapat dilihat meliputi :

(a) Bendera K (b) isyarat Lampu (c) Semaphore (d) Megaphone

(e) Dengan tembakkan

(2) Jika perintah berhenti menurut cara cara diatas tidak diindahkan oleh kapal tersangka, maka kapal tersebut diberikan peringatan dengan tembakkan meriam peluru hampa / praktis Reduce Charge.

(3) Jika peringatan ini tidak juga diindahkan supaya dilepaskan tembakan meriam dengan peluru tajam dengan sasaran tembakan air laut dihaluan dan air laut dibelakang buritan yang splasnya dapat dilihat dengan jelas dari kapal yang dicurigai.

(4) Hal – hal Khusus :

(a) Jika keadaan mendesak supaya jangan ragu ragu untk mengambil tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan itu harus seimbang dengan keadaan yang sesungguhnya, macam kapal dan kepentingan yang harus dilindungi. Pada umumnya dalam menjalankan tindakan kekerasan dimulai dengan senjata yang paling ringan (senapan dan senapan mesin).

(b) Pada waktu menembak dengan peluru tajam, tembakan harus diarahkan sedemikian rupa supaya sedapat mungkin tidak menimbulkan korban jiwa, jadi permulaan melalui / melewati, kemudian ke badan kapal dibagian yang tidak memuat penumpang dan diusahakan sedapat mungkin jangan membahayakan keadaan kapal / perahu yang akan diperiksa.

(c) Jika kapal yang dicurigai itu masih juga berkeras kepala supaya digunakan senjata yang lebih berat (Meriam). Sebaiknya tidak menggunakan peluru tajam perang (Full Charge) melainkan peluru tajam latihan ( Practice Reduce Charge ).

(d) Bagaimanapun juga supaya diusahakan menolong orang – orang yang tenggelam.

(e) Jika diantara penumpang ada yang melakukan perlawanan bersenjata supaya tanpa ragu – ragu lagi diambil tindakan dengan menggunakan senjata api terhadap mereka. Macam senjata api yang dipergunakan tergantung pada keadaan. Hal demikian dapat terjadi pada saat sekoci akan mendarat dikapal yang dicurigai untuk melakukan pemeriksa an dimana penumpang penumpanya memberikan perlawanan terhadap kedatangan Perwira / Petugas Pemeriksa.

(f) Untuk mencegah orang-orang dari kapal yang dicurigai masuk kedalam sekoci / kapal pemeriksa, sekoci / kapal pemeriksa dihadapkan lurus pada lambung kapal yang dicurigai.

(g) Anggota regu pemeriksa yang datang diatas kapal kapal yang diperiksa harus jelas identitasnya sebagai anggota Polisi. Dengan lain perkataan mereka harus seragam dinas.

(h) Komandan / Ketua Regu Pemeriksa harus senantiasa menjaga pelaksanaan tuga pemeriksaan agar berjalan dengan lancar dan tertib.

Pengejaran kapal

1) Dasar Pasal 111 UU No. 17 Tahun 1985, Pengejaran dilaksanakan bila kapal yang dicurigai mengabaikan perintah berhenti dengan tanda yang dapat didengar atau dapat dilihat yang diberikan kapal Patroli.

2) Hak pengejaran seketika adalah Hak Mengejar dan Menahan Kapal Asing sampai dilaut lepas karena dicurigai melakukan pelanggaran hukum / Tindak Pidana di Perairan Pedalaman, Perairan Nusantara, Laut Teritorial, Zona Tambahan, ZEEI atau Landas Kontinen Indonesia, pengejaran itu harus dilakukan mulai dari tempat kejadian samapi dengan laut lepas secara terus menerus tanpa putus. Pengejaran harus dihentikan apabila kapal asing itu telah memasuki laut Teritorial Negara Pihak Ketiga.

3) Hak Pengejaran Seketika dapat dilakukan oleh : a) Kapal Perang / Pesawat Udara Militer.

b) Kapal atau Pesawat Udara lainnya yang diberi tanda yang jelas dan dapat dikenal sebagai kapal atau Pesawat Udara dalam dinas pemerintah dan berwenang melakukan tugas itu.

c) Pengejaran dengan pesawat udara militer disesuaikan dengan kebutuhan dan hasiulnya dikoordinasikan dengan unsur Kamla.

4) Pengejaran Lintas Perbatasan Perairan antar Kedua Negara Tetangga diatur sesuai dengan Perjanjian Bilateral yang berlaku.

Pemeriksaan Kapal

1) Dasar dasar Hukum :

a) Pasal 7 UU No. 8 Tahun 1981

b) Pasal 27 ayat (2) Jo 110 UU No. 17 Tahun 1985 2) Pemeriksaan Kapal

a) Harus Etis b) Berbaju Dinas

c) Tahu tugas / wewenang / apa yang tidak akan diperiksa

d) Perhatikan keselamatan

e) Tahu barang – barang berbahaya f) Tidak menyalahgunakan wewenang g) Tugas periksa adalah mewakili negara h) Tahu aturan aturan hukumannya i) Gunakan Ceklist

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa kapal :

Dalam hal melakukan tindakan kekerasan yang harus dilakukan yaitu harus seimbang dengan keadaan sesungguhnya, macam kapal, kepentingan yang harus dilindungi.

a) Keadaan Mendesak / Necessary

Suatu keadaan yang dapat membahayakan kapal petugas dan ABK, perlu diadakan / dilakukan tindakan pembelaan diri. Misal :

Kapal diminta berhenti, tapi malah kapal tersebut dengan sengaja menambrakkan kapalnya kekapal petugas. Ini dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilancarkan berupa suatu ancaman / perlawanan yang membahayakan, sehingga harus dihadapi dengan tindakan kekerasan sebagai tindakan bela diri.

b) Tindakan Kekerasan harus dilakukan secara berimbang (Proporsionality) yaitu tindakan beladiri harus sesuai dengan ancaman / bahaya yang dihadapi, Misalnya :

Untuk menghadapi ancaman tubrukan yang sengaja dilancarkan terhadap kapal petugas, maka tindakan beladiri yang dianggap seimbang adalah menembak kapal penabrak dihaluan dengan tujuan membocorkan kapal tersebut, sehingga

tindakan / niat penabrak dapat digagalkan. Dan untuk mencegah kapal petugas jangan ditabrak, maka kapal petugas harus diarahkan pada lambung kapal yang diperiksa.

c) Jika diantara penumpang ada yang melakukan perlawanan bersenjata supaya tanpa ragu – ragu lagi diambil tindakan yang menggunakan senpi terhadap mereka. Macam senpi yang dipergunakan tergantung pada keadaan.

d) Anggota regu pemeriksaan yang datang diatas kapal yang diperiksa harus jelas identitasnya sebagai anggota Polri, dengan perkataan lain mereka harus berseragam.

e) Komandan/Ketua Regu Pemeriksaan harus senantiasa menjaga pelaksanaan tugas pemeriksaan berjalan yang lancar dan tertib.

3) Tindakan Pemeriksaan

a) Pemeriksaan dilaksanakan setelah kapal berhasil dihentikan, pemeriksaan diawali dengan peran pemeriksaan dengan tujuan untuk mencari bukti yang cukup bahwa yang diperiksa melakukan Tindak Pidana di laut. Tindakan yang dilaksanakan selama mengadakan pemeriksaan :

(1) Komandan / Nakhoda Kapal

(a) Melengkapi team pemeriksa dengan Surat Pemeriksaan.

(b) Selalu memperhatikan keamanan personel dan material.

(2) Tim Pemeriksa

(a) Mengumpulkan ABK kapal yang diperiksa pada suatu tempat.

(b) Ketua team pemeriksa menunjukkan Surat Pemeriksaan.

(c) Memeriksa kelengkapan dokumen kapal.

(d) Mengecek atau memeriksa secara fisik tentang muatan, crew, penumpang dan lain – lain yang dianggap mencurigai. (e) Selalu berkomunikasi dengan

b) Macam bentuk formulir pemeriksaan dokumen kapal (Lihat Lampiran)

4) Pedoman tentang Pelaksanaan Pemeriksaan di Laut adalah sebagai berikut :

a) Catat Posisi, tanggal dan waktu pemeriksaan dilakukan.

b) Sebelum pemeriksaan dilakukan, Nakhoda kapal yang diperiksa dimuka Perwira Pemeriksa diyakinkan bahwa keadaan muatan sesuai / tidak sesuai dengan daftar muatan. Hal ini dilakukan secra tertulis.

c) Pemeriksaan harus disaksikan oleh Nakhoda atau ABK Kapal yang diperiksa.

d) Semua Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti dan tidak memakan waktu lama serta tidak terjadi kehilangan, kerusakan dan tidak menyalahi prosedur pemeriksaan.

e) Setelah selesai pemeriksaan, hal – hal yang harus dilakukan adalah :

(1) Minta Surat Pernyataan tertulis dari Nakhoda Kapal yang diperiksa yang menerangkan bahwa pemeriksaan berjalan dengan tertib, tidak terjadi kerusakan atau kehilangan. (2) Minta Surat Pernyataan tertulis dari Nakhoda

Kapal yang diperiksa yang menerangkan hasil pemeriksaan Surat – surat.

(3) Mencatat dalam buku journal kapal yang diperiksa atau memberikan surat yang meliputi:

(a) Bilamana dan dimana kapal diperiksa. (b) Pendapat tentang hasil pemeriksaan

secara garis besar. (c) Perintah yang diberikan

(4) Ijin yang diberikan dengan tanggal dan jam berangkat, Pelabuhan / tempat yang dituju, route yang ditempuh.

(5) Tanda tangan Perwira Pemeriksa dengan menyebutkan nama terang dan selanjutnya menyebutkan nama kapal dan membubuhkan cap kapal.

5) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Kapal.

a) Apabila tidak terdapat bukti atau petunjuk yang kuat adanya Tindak Pidana.

(1) Kapal segera dibebaskan

(2) Dalam Buku Journal Pelayaran Kapal dicatatkan tentang telah diadakan pemeriksaan dengan menyebutkan posisi dan waktu di lakukan pemeriksaan.

(3) Minta Surat pernyataan tertulis dari Nakhoda tentang keadaan muatan dan hasil pemeriksaan bahwa tidak terjadi kerusakan atau kehilangan saat pemeriksaan.

b) Apabila dari hasil pemeriksaan diatas kapal terdapat bukti atau petunjuk yng kuat telah terjadi suatu Tindak Pidana sesuai ketentuan Hukum yang berlaku, maka :

(1) Tim Pemeriksa menyatakan kepada Nakhoda Kapal yang di periksa bahwa Nakhoda, ABK bersama kapalnya tidak diijinkan untuk melanjutkan pelayaran dan selanjutnya akan dibawa kepelabuhan mana (dijelaskan namanya) serta diuraikan secar singkat tentang jenis pelanggaran Hukum yang dilakukannya.

(2) Meminta pengesahan kepada Nakhoda pada gambar Ploting Posisi atau Gambar Situasi Pengejaran yang telah ditanda tangani oleh Nakhoda.

(3) meminta kepada nakoda Kapal yang diperiksa untuk membawa kapal dan orang kepelabuhan RI yang ditentukan.

(4) Dasar Penangkapan : (a) Pasal 16 yo 17 KUHAP

(b) Pasal 27 (2) yo Pasal 105 UU No. 17 Tahun 1985

c) Membawa kapal tangkapan kepelabuhan terdekat atau yang ditentukan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut dapat ditempuh beberapa alternative sebagai berikut :

(1) Di Ad Hock

(a) tim Pemeriksa menerbitkan Surat Ad

Hock kepada Nakhoda/tersangka supaya membawa kapalnya sendiri kepelabuhan sesuai yang diperintahkan.

(b) Alat bukti surat / dokumen dan benda benda yang mudah dipindahkan telah diamankan oleh kapal pemeriksa.

(c) Dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas.

(d) Cara membawa kapal tangkapan dengan meng Ad Hock hanya terhadap kapal berbendera Indonesia.

(e) Surat Ad Hock dibuat rangkap 3 (tiga), 1 (satu) untuk tersangka, 1 (satu) untuk instansi yang dituju, 1 (satu) untuk arsip dikapal.

(2) Pengawalan

(a) Kapal tangkapan beserta tersangka / Nakhoda dan ABKnya dibawa kepelabuhan yang ditentukan.

(b) Kapal Petugas / Pengawal mengawal dari samping pada jarak aman.

(c) Dapat ditempatkan Perwira dan Pasukan pengawal diatas kapal tangkapan.

(d) Barang bukti dalam kapal harus berada dalam pengawasan petugas.

(e) Sebagian ABK kapal tangkapan dapat dipindahkan.

(3) Digandeng/Diseret/Ditunda

(a) Kapal tangkapan yang tidak bisa jalan sendiri dibawa oleh kapal petugas dengan cara digandeng/diseret/ ditunda. (b) Sebagian ABK kapal tangkapan dapat

dipindahkan ke kapal petugas dan mendapatkan pengawal diatas kapal tangkapan.

(4) Pemindahan sebagian atau seluruhnya tersangka dari kapal tangkapan.

(a) Kapal dibawa oleh petugas ke Pelabuhan yang dituju.

(b) Para tersangka / sebagian tersangka ditempatkan diatas kapal petugas.

(5) Hal – hal Khusus

(a) Dalam hal kapal tangkapan rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya bagi

memungkinkan untuk diseret, maka dapat ditenggelamkan.

(b) Tindakan membawa kapal / Ad Hock. Dokumen yang harus dibuat :

 Surat Perintah dan Berita Acara tentang tindakan membawa kapal atau Ad Hock kepelabuhan terdekat.

 Berita Acara Serah Terima dengan pangkalan untuk diteruskan kepada Penyidik yang berwenang. 6. Contoh Pelayanan Prima pada Tugas Patroli

a. Pada saat petugas melaksanakan patroli, petugas patroli melihat ada masyarakat yang mengalami kesulitan menyeberang jalan, maka sebagai anggota patroli yang sedang melaksanakan tugas dan melihat ada masyarakat yang kesulitan menyeberang jalan, maka sebagai anggota patroli wajib membantu menyeberangkan jalan masyarakat tersebut.

b. Pada saat petugas melaksanakan patroli, petugas patroli melihat ada sesorang yang dikeroyok massa karena melakukan tindak kejahatan, sebagai petugas patroli harus mengamankan agar tidak terjadi amuk massa dan petugas tersebut menenangkan masyarakat agar tidak terjadi main hakim sendiri.

7. Contoh diskresi pada tugas patroli

Diskresi dilakukan oleh anggota Patroli adalah suatu wewenang untuk mengambil keputusan pada situasi tertentu atas dasar pertimbangan dan keyakinan pribadi. Hal ini bisa dilakukan dalam tugas – tugas dilapangan yaitu pada tugas Patroli

Berikut contoh-contoh kegitan diskresi yang dilaksanakan oleh anggota Kepolisian pada fungsi Sabhara khususnya pada tugas patroli sebagai berikut :

a. Diskresi dalam melaksanakan patroli

Pada saat melaksanakan Patroli, kita menemukan kecelakaan lalu lintas agar tidak menimbulkan kemacetan maka bisa mengalihkan arus lalu lintas ataupun menutup jalan untuk sementara waktu.

b. Pada saat melaksanakan patroli, ada tanah longsor (bencana alam) kita memaksa warga yang ada disekitar

tanah longsor agar mengungsi maupun mimindahkan masyarakat yang masih selamat ketempat yang aman dan tidak terjadi longsong susulan.

Rangkuman

1. Patroli adalah salah satu kegiatan Kepolisian yang dilakukan oleh anggota Polri, sebagai usaha mencegah terjadinya gangguan kamtibnas, yang di sebabkan oleh adanya potensi gannguan, ambang gangguan, dan gangguan nyata dengan cara mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi, memperhatikan situasi, dan atau kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan gangguan nyata yang memerlukan kehadiran Polri untuk melakukan tindakan tindakan KepolisianTujuan Patroli.

2. Patroli bertujuan untuk:

a. Meniadakan bertemunya niat dan kesempatan dalam rangka mencegah timbulnya gangguan Kamtibmas.

b. Menghadirkan polisi di tengah tengah masyarakat.

c. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam mengantisipasi gangguan kamtibmas serta keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalulintas (KAMSELTIBCAR LANTAS), serta memberikan kemudahan akses pelaporan masyarakat.

3. Prinsip patroli meliputi: a. Legilitas.

b. Profesional. c. Akuntabilitas. d. Terpadu. e. Dialog.

f. Fleksibel dan adaptif. g. Proaktif.

h. Humanis.

i. Efektif dan efesien. 4. Strategi patroli meliputi:

a. dialogis dengan masyarakat.

b. Kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat.

c. Keterpaduan dengan satuan fungsi Kepolisian lainnya, potensi masyarakat, atau instansi terkait lainnya.

d. Pemecahan masalah.

e. Pendekatan perlindungan, pengayoman, pelayanan kepada masyarakat.

5. Sasaran patroli meliputi:

a. Orang, baik perseorangan atau kelompok. b. Benda, termasuk hewan.

c. Tempat, yaitu semua tempat atau lokasi yang rawan gangguan kamtibmas dan.

d. Kegiatan, yaitu semua kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah baik lokal, nasional, regional maupun internasional.

6. Motede patroli meliputi: a. Berjalan/bergerak. b. Berhenti. c. Berdialog. d. Observasi. e. Penilaian. f. Pencarian. 7. Jenis Patroli, meliputi:

a. Jalan kaki. b. Sepatu roda. c. Segway.

d. Sepeda.

e. Kendaraan bermotor. 8. Sifat Patroli, meliputi :

a. Rutin. b. Khusus. c. Insidentil.

9. Bentuk patroli meliputi. a. Berputar (Circular). b. Berbalik (Dauble Back). c. Acak (Random).

d. Bersinggungan (Jog). e. Terarah.

10. Patroli rutin dengan pola waktu: a. Empat banding sepuluh. b. Lima banding.

11. Quick Respont merupakan kecepatan petugas patroli dalam menindak lanjuti laporan atau pengaduan dari masyarakat.

12. Peralatan Patroli yang di gunakan ketika perorangan maupun kelompok, meliputi: a. Perorangan: 1) Tongkat Polri. 2) Borgol. 3) Senjata api. 4) Pluit. 5) Senter. b. Kesatuan: 1) Administrasi patroli. 2) Kendaraan.

3) Tas kit Sabhara. 4) Kotak P3K .

Latihan

1. Jelaskan hakikat patroli ! 2. Jelaskan administrasi patroli ! 3. Jelaskan strategi dan teknik patroli ! 4. Jelaskan pelaksanaan patroli !

SEKTOR KOTA JANANURAGA Jl. Bhayangkara No. 2 Semarang Telp. 024- 8411680

JADWAL DAN MUTASI PENJAGAAN

ROMBONGAN : REGU/ PLOEG : ...

DINAS : ... HARI : ... TGL : ... JAM :...S/D ...

NO NAMA PANGKAT / NRP JABATAN JAM PENJAGAAN KETERANGAN 08.00 10.00 10.00 12.00 12.00 14.00 14.00 16.00 16.00 18.00 18.00 20.00 1. KA JAGA JP : JAGA POS JT : JAGA TAHANAN P : PATROLI I : ISTIRAHAT 2. WAKA JAGA 3. ANGGOTA 4. ANGGOTA 5. ANGGOTA 6. ANGGOTA 7. ANGGOTA 8 ANGGOTA 9. ANGGOTA 10 ANGGOTA 11. ANGGOTA 12. ANGGOTA 13 ANGGOTA 14 ANGGOTA

I. Barang buku / titipan /temuan sebagaimana tercamtum dalam BUKU BARANG BUKTI / TITIPAN / TEMUAN, serta jumlah tahanan sebanyak ...orang terdiri dari :

a. ... Laki – laki b. ... Perempuan c. ... Anak laki – laki d. ... Anak perempuan e.

II. Kejadian:

Selama penugasan dinas lama telah terdapat : 1. Kejahatan :... Kasus 2. Pelanggaran :... Kasus 3. Lain – lain :... Kasus

III. Daftar inventaris ruang jaga dan buku – buku register penjagaan (lihat buku serah terima inventaris jaga )

NO JAM URAIAN KEGIATAN KETERANGAN 1.

08.00 Menerima tugas dan tanggung jawab penjagaan dari petugas jaga lama dalam keadaan aman dan tertib beseeta bararang inventaris sebagai berikut ;

a. ... b. ... dst

2. 08. 00 Dua orang petugas jaga an. ... dan ...melaksanakan jaga tahanan , situasi aman dan tertib.

3 dst

--- ---

--- 17.30 Tiga anggota jaga menurunkan bendera Merah Putih di Mako Polres ... situasi aman dan tertib

--- --- ---

--- 20.00 Dengan ini menyerahkan tugas dan tanggung jawab penjagaan Polsek ... kepada petugas jaga baru dalam keadaan aman dan tertib beserta barang inventaris lengkap . Semarang, ... 2017 KA JAGA LAMA NAMA PANGKAT NRP KA JAGA BARU NAMA PANGKAT NRP MENGETAHUI : KA SPKT NAMA PANGKAT NRP

a. Format administrasi patroli 1. RENCANA KEGIATAN NO HARI/

TGL/JAM

BEAT SASARAN PERSONEL RAN

PATROLI KET 1 2 3 4 5 6 7 1. Hari,tgl,jam pelaksanaan patroli Wilayah patroli yang menjadi tanggung jawabnya Bentuk gangguan kamtibmas yangmenjadi sasaran Patrol Nama personel patroli yang ditugaskan Kendaraan/ sarana patroli yang digunakan

Hal lain yang perlu ditambah kan 2. 3. 4. Dst. 2. Jadwal Patroli

a. Pola 4/10 (Petugas Patroli Dibagi Kedalam 2 Regu, Masing Masing Regu Melaksanakan 10 Jam Patroli Setiap Hari Dan 4 Hari Dalam Seminggu, Sehingga Terpenuhi Waktu Dinas 40 Jam Dalam Seminggu)

KEPOLISIAN DAERAH... RESOR...

SEKTOR...

CONTOH JADWAL PATROLI POLA 4/10

MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU

Shift 1 07.00-17.00 WIB

1A-2 1A-2 1A-2 1A-2

1B-2 1B-2 1B-2 1B-2

Shift 2 16.00-02.00 WIB

2A-2 2A-2 2A-2 2A-2

2B - 2 2B – 2 2B - 2 2B-2

Shift 3

22.00-08.00 WIB

3A-2 3A-2 3A-2 3A-2

1. TIAP REGU (A DAN B) TERDIRI DARI 3 SHIFT (1A, 2A DAN 3A, 1B, 2B, DAN 3B) DAN MASING-MASING SHIFT TERDIRI DARI 2 PERSONEL;

2. SETIAP REGU MELAKSANAKAN PATROLI SELAMA 10 JAM PERSHIFT, DAN 4 HARI DALAM SEMINGGU;

3. PADA PERGANTIAN SHIFT 1 KE SHIFT 2 TERJADI PENEBALAN PETUGAS SELAMA 1 JAM (16.00 S.D. 17.00);

4. PADA PERGANTIAN SHIFT 2 KE SHIFT 4 TERJADI PENEBALAN PETUGAS SELAMA 4 JAM (22.00 S.D. 02.00);

5. PADA PERGANTIAN SHIFT 3 KE SHIFT 1 TERJADI PENEBALAN PETUGAS SELAMA 1 JAM (07.00 S.D. 08.00);

6. JAM DINAS PADA MASING-MASING SHIFT DAPAT DIATUR SESUAI KEBUTUHAN DAN SITUASI SERTA KONDISI KEAMANAN DAN GANGGUAN KAMTIBMAS;

7. AKAN TERJADI PENEBALAN 1 HARI DINAS PATROLI SETIAP MINGGUNYA SECARA BERSAMAAN BERDASARKAN SHIFT-NYA DAN HARI PENEBALAN TERSEBUT DAPAT DISESUAIKAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN SITUASI SERTA KONDISI KEAMANAN DAN GANGGUAN KAMTIBMAS;

8. DALAM SITUASI KONTINJENSI, PETUGAS PATROLI AKAN DIBAGI MENJADI 2 REGU DAN AKAN BERTUGAS SELAMA 12 JAM DALAM 2 SHIFT, DENGAN JUMLAH PERSONEL/UNIT YANG DITUGASKAN DISESUAIKAN DENGAN SITUASI YANG DIHADAPI;

b. Pola 5/8 (Petugas Patroli Dibagi Kedalam 2 Regu, Masing Masing Regu Melaksanakan 8 Jam Patroli Setiap Hari Dan 5 Hari Dalam Seminggu, Sehingga Terpenuhi Waktu Dinas 40 Jam Dalam Seminggu)

KEPOLISIAN DAERAH... RESOR... SEKTOR...

CONTOH JADWAL PATROLI POLA 5/8

MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU

Shift 1 07.00-15.00 WIB

1A-2 1A-2 1A-2 1A-2 1A-2

1B-2 1B-2 1B-2 1B-2 1B-2

Shift 2 15.00-23.00 WIB

2A-2 2A-2 2A-2 2A-2 2A-2

2B-2 2B - 2 2B-2 2B - 2 2B-2

Shift 3

23.00-07.00

3A-2 3A-2 3A-2 3A-2 3A-2

1. TIAP REGU (A DAN B) TERDIRI DARI 3 SHIFT (1A, 2A DAN 3A, 1B, 2B, DAN 3B) DAN MASING-MASING SHIFT TERDIRI DARI 2 PERSONEL;

2. SETIAP REGU MELAKSANAKAN PATROLI SELAMA 8 JAM SETIAP HARINYA DAN 5 HARI DALAM SEMINGGU;

3. JAM DINAS PADA MASING-MASING SHIFT DAPAT DIATUR SESUAI KEBUTUHAN DAN SITUASI SERTA KONDISI KEAMANAN DAN GANGGUAN KAMTIBMAS;

4. AKAN TERJADI PENEBALAN 3 HARI DINAS PATROLI SETIAP MINGGUNYA DIMANA KETIGA REGU PATROLI AKAN MELAKSANAKAN TUGAS SECARA BERSAMAAN BERDASARKAN SHIFT-NYA DAN HARI PENEBALAN TERSEBUT DAPAT DISESUAIKAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN SITUASI SERTA KONDISI KEAMANAN DAN GANGGUAN KAMTIBMAS;

5. DALAM SITUASI KONTINJENSI, MAKA PETUGAS PATROLI AKAN DIBENTUK MENJADI 2 REGU DALAM 2 SHIFT PENUGASAN DENGAN JUMLAH PERSONEL/UNIT YANG DITUGASKAN

Dokumen terkait