• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak a Sanksi selama masa pemeliharaan.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI RENCANA KE (Halaman 30-32)

SYARAT-SYARAT ADMINISTRAS

Pasal 23 Lingkup Pekerjaan

2. Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak a Sanksi selama masa pemeliharaan.

Jangka waktu masa pemeliharaan selama 1 (satu) tahun sejak penyerahan pertama. Selama masa pemeliharaan Pemborong wajib merawat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang timbul selama masa pemeliharaan.

b. Denda :

1) Jika dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dilampaui dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh Pemberi Tugas, maka Pemborong dikenakan denda sebesar 1‰ (satu permil) dari harga borongan per hari kelambatan.

2) Apabila Pemborong belum dapat menyerahkan Pekerjaan tersebut dalam waktu 15 (lima belas) hari kelambatan maka Pemberi Tugas berhak membatalkan perjanjian pekerjaan (Kontrak). Perhitungan dan pembayaran nilai hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan didasarkan atas hasil penilaian tim khusus yang diangkat oleh Pemberi Tugas.

3) Segala cacat yang tersembunyi baik secara hukum dan secara fisik menjadi tanggung jawab Pemborong.

3. Klaim.

Klaim kenaikan harga upah dan atau bahan tidak diperkenankan, kecuali ada peraturan pemerintah di bidang moneter yang mendukung.

Pasal 29

Penyerahan Pekerjaan

1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan seluruhnya oleh Pemborong selambat- lambatnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, Pemborong diwajibkan menyerahkan hasil pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan I (Pertama) dan menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% dari nilai kontrak.

2. Setelah jangka waktu masa pemeliharaan selama 1 (satu) tahun, Pemborong diwajibkan menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan II (Kedua) berupa pemeliharaan pekerjaan.

Pasal 30

Uraian/Penjelasan Umum tentang Tata Tertib Pelaksanaan

1. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan setiap ada perbedaan ukuran untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Pemborong memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian Pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.

2. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan RKS beserta lampirannya di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan.

3. Atas perintah Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan, kepada Pemborong dapat dimintakan atau membuat penjelasan dan perincian bagian-bagian khusus, semuanya atas beban Pemborong. Penjelasan tersebut setelah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan secara tertulis akhirnya menjadi pelengkap dari pelaksanaan pekerjaan.

4. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan, Pemborong diwajibkan berhubungan dengan Pengawas Pekerjaan, untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ada ketentuan lain, guna mendapatkan pengesahan/ persetujuannya.

5. Setiap usul perubahan dari Pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari Pengawas Pekerjaan dan Pemberi Tugas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.

Pasal 31

Pengawasan dan Pemeriksaan Pelaksanaan Pekerjaan

1. Pemborong harus menyerahkan Rencana Kerja yang terperinci antara lain berisi : a. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan masing-masing

pekerjaan.

b. Tanggal yang diusulkan untuk rnemperoleh bahan/peralatan. c. Jam kerja yang diusulkan untuk bekerja.

d. Dan lain-lain yang harus diperinci.

2. Pemberi Tugas berhak melakukan pengawasan/tegoran terhadap pelaksanaan pekerjaan.

3. Penilaian atas barang-barang yang dipesan/dikirim akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja.

4. Pemborong diwajibkan terlebih dahulu mangajukan pemberitahuan kepada Kepala Satuan Kerja mengenai barang yang akan dikirim untuk diperiksa terlebih dahulu. 5. Bagian-bagian Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi tidak cocok dengan contoh

yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Konsultan Pengawas, barang tersebut akan ditolak dan segala kerugian menjadi tanggungjawab Pemborong.

6. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.

7. Direksi Lapangan berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu tanpa memberi tahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada Kontraktor atau Sub-Kontraktor :

a. Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan di dalam atau diluar site. b. Terhadap gudang penyimpanan bahan-bahan.

c. Terhadap pengolahan material maupun sumber-sumbernya.

8. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tapi luput dari pengawasan Direksi Lapangan adalah menjadi tanggung jawab Pemborong, pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan.

9. Jika diperlukan pengawasan oleh Direksi/Direksi Lapangan di luar jam-jam kerja, maka segala biaya untuk itu menjadi beban Pemborong. Permintaan Pemborong tersebut harus dengan surat disampaikan kepada Direksi Lapangan. Dan Direksi Lapangan di dalam jawabannya akan memberitahukan besarnya biaya, setelah ada persetujuan Direksi/Direksi Lapangan.

10. Ditempat pekerjaan, Direksi/Direksi Lapangan menempatkan petugas-petugas bagian pengawasan dengan jam kerja sesuai dengan aturan Depnaker.

11. Apabila Pemborong akan bekerja lembur dimana item pekerjaan tersebut diperlukan Konsultan Pengawas, maka Pemborong harus memberitahukan satu hari sebelumnya dan biaya tersebut termasuk biaya lembur Direksi Lapangan menjadi tanggung jawab Pemborong. Atas dasar perhitungan untuk seorang Project Engineer dan 2 orang Inspektur, biaya lembur Direksi Lapangan sesuai dengan Billing Rate yang berlaku. Untuk kerja lembur pada malam hari dan pada hari-hari libur, Pemborong dikenakan tambahan 100%.

Pasal 32

Pemeriksaan dan Penyediaan Bahan dan Barang 1. Ketentuan Umum :

a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan standard minimal mutu/kualitas bahan dan barang yang digunakan.

b. Setiap barang dan bahan yang akan digunakan harus disampaikan/ditunjukkan kepada Pengawas Pekerjaan oleh Pemborong untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas. Waktu penyampaiannya dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai.

c. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus mendapat rekomendasi dari Pemberi Tugas serta berdasarkan petunjuk dalam RKS dan risalah penjelasan.

d. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan, maka bahan dan barang tersebut seperti di atas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

e. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

f. Dalam pengajuan harga penawaran, Pemborong harus sudah memasukkan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemberi Tugas/ Pengawas Pekerjaan.

Dalam dokumen LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI RENCANA KE (Halaman 30-32)

Dokumen terkait