• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Indikator pencapaian kompetensi adalah : (a) perilaku yang dapat diukur dan/ atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan (KI)-4; dan (b) perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yan kedua- duanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menjabarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran memiliki persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP dan Silabus sebelum dilakukannya pelaksanaan pembelajaran. Yaitu diantaranya:

a. SD/MI : 35 menit b. SMP/MTs : 40 menit c. SMA/MA : 45 menit d. SMK/MAK : 45 menit 2) Buku Teks Pelajaran

Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

3) Pengelolaan Kelas

a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.

b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.

e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan

mengemukakan pendapat.

i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran; dan

j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;

2) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajar dan dikembangkan sebelumnya berkaitan berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;

3) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari;

4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan

5) Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerjasama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

Sedangakan proses pembelajaran pada kegiatan inti dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menjabarkan bahwa kegiatan ini menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan atau tematik terpadu dan atau saintifik dan atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

1) Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.

2) Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteristik aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerangkan belajar berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning.

3) Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukian proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning) dan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas :

1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu : (a) membuat rangkuman/ simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan

2) Kegiatan guru yaitu : (a) melakukan penilaian; (b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

b. Karakteristik Pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Tabel 2.1

Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

- Mencipta

(Permendikub No. 65 Tahun 2013)

Karakteristik proses pembelajaran di SMA/ MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.

Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing- masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.

Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Perencanaan Pembelajaran

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menjabarkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1) Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus paling sedikit memuat: (1) identitas mata pelajaran (khusus SMP/ MTs/ SMPLB /Paket B dan SMA/ MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan), (2) identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas, (3) kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran, (4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau

mata pelajaran, (5) tema (khusus SD/ MI/ SDLB/ Paket A), (6) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi, (7) pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, (8) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, (9) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan (10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran. Peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas: (1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, (2) identitas mata pelajaran atau tema/ subtema, (3) kelas/ semester, (4) materi pokok, (5) lokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai, (6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, (9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai, (10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran, (11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan, (12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup, dan (13) penilaian hasil pembelajaran.

d. Model Pembelajaran

Hosnan (2014:193-309) menjelaskan mengenai berbagai model pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Model-model pembelajaran yang dimaksud ialah: (a) student centered learning, (b) active learning, (c) cooperative learning, (d) contextual teaching and learning, (e)

discovery learning, (f) problem-based learning, (g) collaborative learning. Perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perunahan- perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Pendidilan yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau, tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Student centered learning ( pembelajaran berpusat pada siswa ) yang menekankan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Student centered learning (SCL) adalah proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

Active Learning adalah proses kegiatan mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Salah satu cara agar peserta didik aktif adalah dengan membuat kelompok, dengan begitu peserta didik akan terpancing untuk turut serta dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Active Learning mengharuskan peserta didik berpartisipasi

dalam proses pembelajaran dengan melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan di mana secara fisik mereka merupakan bagian dari pembelajaran tersebut. Active Learning mendasarkan pada proses bukan pada hasil.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok memounyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah) dan memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengeteahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Sehingga CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar mengajar di sekolah. CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi:2005). Penemuan (discovey) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini

menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengertian discovery learning menurut Joreme Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir krisis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarhkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat berpikir

yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Collaborative Learning atau pembelajaran kolaboratif menurut Smmith & MacGregor (1992) adalah satu istilah untuk suatu jenis pendekatan pendidikan yang meliputi penggabungan karya/ usaha intelektual siswa, atau siswa bersama dengan guru. Biasanya, siswa bekerja dalam 2 atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian atau arti, atau membentuk suatu produk/ hasil. Collaborative learning menggambarkan suatu perubahan yang signifikan dari pembelajarn yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam collaborative learning, penekanannya adalah pada diskusi siswa dan keaktifan dalam bekerja dengan materi yang telah disediakan. Belajar kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana pra siswa dengan variasi yang bertingkat bekerja sama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini, para siswa saling membantu antara satu sama lain. Jadi, situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan.

Dokumen terkait