• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi

Dari data yang telah peneliti deskipsikan diatas, diketahui bahwa metode yang biasa digunakan selama pelaksanaan pembelajaran sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro adalah metode pembelajaran ceramah, demonstrasi, tanya jawab, pemberian tugas, diskusi, discovery, dan berbasis masalah (problem solving). Dalam pembelajaran sekolah inklusi, implementasi metode pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

120

metode pembelajaran yang digunakan hendaknya bervariasi (Depdiknas. 2009: 21-25).

Guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran memerlukan metode agar pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Apabila metode tidak diterapkan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Dwi Siswoyo (2007: 133) mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar- mengajar agar berjalan dengan baik. Sedangkan Roestiyah (2001: 1) menyatakan bahwa metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dalam pembelajaran, guru hendaknya pandai menggunakan atau memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa.

Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro adalah metode pembelajaran ceramah, demonstrasi, tanya jawab, presentasi, pemberian tugas, diskusi, dan berbasis masalah (problem solving). Berikut penjelasan menurut Sagala (Rumiyati, 2008: 60) metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

121 1) Metode ceramah

Metode ceramah dipersepsikan peserta didik dapat memahami gambaran dari proses pembelajaran. Artinya metode yang digunakan untuk menjelaskan materi secara verbal.

2) Pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, yang biasanya lebih banyak dikerjakan di rumah atau di luar sekolah karena penyelesaiannya memerlukan waktu yang lebih panjang. Metode ini biasa dilakukan guru apabila pembelajaran telah selesai, supaya apa yang telah dijelaskan guru dalam pembelajaran semakin diresapi siswa. Selanjutnya, tugas laporan ditanggapi bersama supaya dicapai hasil yang lebih baik.

3) Tanya jawab

Metode tanya jawab dipersepsikan diharapkan peserta didik dapat memberanikan melakukan pertanyaan pada hal-hal yang kurang dipahami. Metode tanya jawab merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar lebih terpusat kepada proses pembelajaran. Dengan adanya metode ini, pemahaman siswa menjadi lebih mendalam. Apabila siswa kurang konsentrasi, guru dapat melontarkan pertanyaan sebagai salah satu upaya membangkitkan konsentrasi siswa. Jadi dengan adanya tanya jawab merangsang siswa untuk aktif, baik dalam

122

hal menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapat. Dengan pembelajaran seperti ini, akan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4) Diskusi

Metode diskusi dipersepsikan proses pembelajaran yang diharapkan adanya kerjasama sehingga dapat memunculkan ide- ide dari siswa. Sagala (Rumiyati, 2008: 59) berpendapat metode diskusi lebih tepat digunakan untuk mempelajari ketrampilan yang kompleks, berpikir kritis, dan untuk memecahkan kasus sehingga dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide-ide.

5) Berbasis masalah (problem solving)

Metode berbasis masalah atau problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya.

Cara guru kelas dalam memilih metode pembelajaran tersebut yaitu dengan melihat materi pelajaran terlebih dahulu. Tidak hanya melihat materi, sejalan dengan pendapat Slameto (2003: 98) bahwa kriteria pemilihan metode pembelajaran adalah:

1) Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar.

123

2) Materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran yang berupa fakta yang memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur, atau kaidah.

3) Besar kelas (jumlah kelas), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan.

4) Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada tingkat kematangan siswa baik mental, fisik, maupun intelektualnya.

5) Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran yang optimal.

6) Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.

7) Waktu yang tersedia, jumlah waktu yang direncanakan atau dilokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak akan disajikan dalam waktu singkat memerukan metode yang berbeda dengan penyajian yang relative sedikit tetapi waktu penyajian yang relative cukup banyak.

Menurut guru, terdapat kelebihan dan kekurangan disetiap metode pembelajaran. Metode diskusi, kelebihannya siswa lebih

124

dapat saling berinteraksi dan menyampaikan pendapatnya ke teman yang lain satu kelompok, kelemahannya siswa slow learner dan siswa yang pasif tidak dianggap dalam kelompoknya. Metode tanya jawab, kelebihannya semua siswa lebih memperhatikan guru, dan kelemahannya hanya siswa-siswa pandai saja yang aktif, siswa slow learner cenderung pasif. Metode ceramah kelemahannya siswa menjadi bosan, mengantuk, dan tidak fokus ke pelajaran, namun dapat selesai menjelaskan dengan waktu yang singkat. Menurut Nana Sudjana (1989: 78), terdapat bermacam-macam metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi, dan eksperimen, metode sosiodrama (role-playing), metode problem solving, metode sistem regu (team teaching), metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode survey masyarakat, dan metode simulasi. Berikut penjelasannya:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah penturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul dipersiapkan dengan baik., didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Menurut Ibrahim (2003: 106) metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang

125

suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak., namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan, dan lain-lain. Guru harus benar- benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan gurunya. a) Kelebihan metode ceramah

(1) Guru lebih menguasai kelas.

(2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. (3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. (4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. (5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. b) Kelemahan metode ceramah

(1) Mudah menjadi verbalisme.

(2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif lebih biasa menerima.

(3) Membosankan bila selalu digunakan dan terlalu lama. (4) Sukar menyimpulkan siswa mengerti dan tertarik pada

126 2) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung yang bersifat dua arah, sebab saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab dan siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

a) Kelebihan metode tanya jawab

(1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

(2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.

(3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

b) Kelemahan metode tanya jawab

(1) Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.

(2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa.

127

(4) Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.

3) Metode diskusi

Metode diskusi adalah bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.

a) Kelebihan metode diskusi

(1) Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.

(2) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

(3) Memperluas wawasan.

(4) Membina untuk terbiasa musyawarah dalam mememcahkan suatu masalah.

b) Kelemahan metode diskusi

(1) Membutuhkan waktu yang panjang.

(2) Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar. (3) Peserta mendapatkan informasi yang terbatas.

(4) Dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara dan ingin menonjolkan diri.

128

Metode pembelajaran yang disukai siswa menurut guru adalah diskusi. Di kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan di SD Negeri Jolosutro, metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu diskusi dan tanya jawab. Metode pembelajaran yang digunakan guru pendamping khusus saat mendampingi siswa dikelas adalah metode pembelajaran diskusi. Guru pendamping khusus melakukan pendampingan secara langsung dengan melibatkan siswa slow learner untuk berdiskusi dengan teman reguler yang lainnya. Pendampingan dilakukan tetap di dalam kelas, siswa tidak dibawa keluar karena takut di cap dan membuat siswa slow learner tidak percaya diri. Dalam mendampingi siswa slow learner, guru pendamping khusus terlebih dahulu bertanya kepada guru kelas, mana sajakah siswa yang memerlukan pendampingan, kemudian guru pendamping khusus melakukan pendampingan dikelas dengan tidak membedakan antara mana siswa yang reguler dengan berkebutuhan khusus. Yang memimpin pembelajaran tetap guru kelas, guru pendamping khusus saat guru menjelaskan pelajaran hanya mendampingi siswa di dalam kelas. Saat pendampingan guru pendamping khusus memberikan stimulan dan motivasi kepada siswa berkebutuhan khusus, dan dituntun belajar pelan-pelan hingga paham. Selama sebulan peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri Jolsoutro, guru pendamping khusus tidak terlihat mendampingi siswa berkebutuhan khusus di kelas IV, karena guru

129

pendamping khusus tersebut lebih memprioritaskan pendampingan di kelas V dan VI yang akan menghadapi ujian. Tanpa adanya pendampingan di kelas oleh guru pendamping khusus, guru kelas selalu mendampingi siswa slow learner selama pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Siswa kelas IV SD Negeri Jolosutro sebagian besar lebih bersemangat mencari temannya untuk membentuk kelompok dan bekerja sama untuk berdiskusi. Siswa slow learner lebih senang dengan metode pembelajaran diskusi, terlihat perbedaan saat ceramah siswa slow learner kurang terlihat bersemangat. Saat berdiskusi, siswa slow learner dapat bertanya dengan temannya yang reguler jika tidak paham materi. Siswa yang pandai lebih senang guru kelas menggunakan metode pembelajaran tanya jawab karena menurutnya ia dapat langsung bertanya kepada guru saat tidak paham atau saat kurang jelas. Selain itu, siswa reguler berkatogori pandai ini senang apabila ia rajin bertanya, ia akan mendapatkan nilai tambahan dari guru. Siswa reguler yang termasuk memiliki kemampuan sedang diantara temannya yang lain lebih menyukai metode pembelajaran diskusi karena saat tidak paham ia dapat bertanya dengan temannya, ia merasa takut jika bertanya ke guru. Sedangkan siswa reguler yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata dari teman reguler yang lain lebih senang saat guru menyampaikan materi dengan ceramah meskipun ia ramai sendiri di

130

kelas dan menjadi tidak fokus pada pelajaran. Sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri Jolosutro cenderung merasa kurang senang dengan metode pembelajaran ceramah dan lebih cocok dengan metode pembelajaran diskusi.

Dalam pembelajaran kooperatif di sekolah inklusi, siswa slow learner dapat menggunakan banyak metode pembelajaran, dua diantaranya adalah tutor sebaya dan kelompok (Steven R. Shaw dalam Malik, Rehman, dan Hanif, 2012: 141). Steven R. Shaw (2010: 14) menjelaskan bahwa salah satu strategi untuk mendukung siswa slow learner adalah memasangkan siswa dengan teman sekelas yang dapat menjadi mentor (peer mentor). Guru pada pelaksanaan pembelajaran sekolah inklusi SD Negeri Jolosutro memang telah menggunakan metode diskusi didalam kelompok- kelompok, namun pembagian kelompok guru tidak selalu menggabungkan siswa slow learner dengan siswa reguler yang memiliki kemampuan belajar lebih atau diatas teman-teman yang lain. Guru lebih sering membebaskan siswa dalam memilih teman kelompoknya. Padahal seharusnya siswa slow learner dengan siswa yang mempunyai kemampuan belajar lebih di kelas berada dalam satu kelompok. Hal ini bertentangan dengan pendapat Nani Triani dan Amir (2013: 24) bahwa siswa slow learner disarankan untuk sekelompok dengan teman sekelas yang mempunyai kemampuan belajar lebih dengan pendampingan guru agar siswa slow learner

131

tidak menjadi kelompok minoritas di kelompoknya. Selain itu, pada kegiatan kerja kelompok siswa slow learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret dan mudah sedangkan siswa reguler lainnya dapat ditugaskan pada bagian yang lebih abstrak dan sulit.

Guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, dalam menggunakan metode ceramah di kelas IV yang di dalamnya terdapat siswa reguler dan slow learner, sebaiknya guru menggunakan bahasa yang sederhana dan sebisa mungkin dapat dipahami oleh siswa slow learner. Guru dengan ceramah menjelaskan kosa kata baru atau sukar dengan kata-kata yang lebih sederhana dan sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa yang sederhana ini sejalan dengan pendapat Nani Triani dan Amir (2013: 28-29) yang menjelaskan bahwa salah satu strategi pengajaran untuk membantu siswa siswa slow learner adalah guru menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan perlahan.

Selanjutnya, guru menggunakan metode pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa reguler dan siswa slow learner sama. Padahal sesuai dengan pendapat Nani Triani dan Amir (2013: 28-29) menyampaikan bahwa siswa slow learner memerlukan beberapa modifikasi seperti pemberian tugas yang lebih sederhana dan lebih sedikit dari teman-teman sekelasnya. Sejalan dengan

132

pendapat tersebut, Sri Anitah W., dkk. (2009: 4.18) juga mengemukakan bahwa latihan dan tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa akan membebani siswa dan menyebabkan frustasi sehingga tujuan pemberian latihan atau tugas tidak tercapai.

Dengan demikian banyak bervariatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran disekolah inklusi. Guru dalam memilih metode sebaiknya yang sesuai dengan karakteristik siswa. Pemilihan metode yang tepat akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang maksimal. Selain itu guru juga harus dapat mengkondisikan siswa pada proses pembelajaran yang lebih terarah dan bermakna.

b. Penggunaan media pembelajaran

Guru menggunakan media pembelajaran sebagai sarana dalam menyampaikan materi. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Nana Sudjana (2005: 7) bahwa, kedudukan media pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan interaksi guru dan siswa, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Untuk itu untuk dapat memilih media pembelajaran yang baik, guru harus benar-benar memahami karakteristik dari kesulitan siswa, sehingga perlu tindakan asesmen yang tepat (Azwandi. 2007: 228).

Media dipersepsikan sebagai alat bantu kemudahan pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu,

133

media merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran agar peserta didik terangsang dan menumbuhkan minat dalam belajar. Menurut Oemar Hamalik (2005: 77), media pembelajaran adalah perangkat lunak (software) atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, proses pembelajaran maupun hasilnya menjadi lebih berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Penggunaan media pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi kelas IV SD Negeri Jolosutro menyesuaikan dengan materi pelajaran. Menurut guru, cara pemilihan media pembelajaran sesuai dengan ketertarikan siswa. Selain hal tersebut, cara pemilihan media menurut Nana Sudjana (1991: 4) yakni dengan melihat ketepatan media dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi bahan pelajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir anak.

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran adalah media yang konkret dan mudah dipahami antara lain papan tulis, powerpoint, LCD, laptop, BSE,

134

dan alat peraga. Guru tidak menggunakan buku paket selama pembelajaran, karena buku paket belum tersedia dan semua siswa kelas IV belum mendapatkan. Oleh karena itu disetiap pembelajaran di kurikulum 2013 ini guru selalu menggunakan BSE (Buku Sekolah Elektronik). Guru membagi kertas yang berisi bacaan-bacaan di dalam BSE untuk memudahkan siswa memahami materi dari BSE tersebut.

Siswa slow learner mempunyai kelemahan dalam berpikir abstrak. Sebaiknya, guru selalu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa slow learner dapat dibawa ke lingkungan nyata, baik lingkungan fisik, sosial, maupun alam. Guru juga dapat memberikan media atau alat peraga untuk membantu memahami konsep abstrak (Lah Kekeh Marthan Marentek, dkk 2007: 182). Pada dasarnya, semua alat bantu pendidikan yang dipakai siswa pada umumnya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk siswa slow learner (Nani Triani dan Amir, 2013: 32). Media pembelajaran yang digunakan oleh guru pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi kelas seharusnya adalah media yang konkret dan mudah dipahami agar siswa slow learner di kelas IV dapat dengan mudah memahami materi pelajaran.

Guru menggunakan media BSE melalui laptop yang ditampilkan dalam LCD selama pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan komputer

135

ataupun laptop ini dapat membantu siswa slow learner dalam memahami materi sehingga cocok digunakan dalam kelas inklusi. Media pembelajaran berbasis computer dapat membantu peserta didik slow learner agar belajar efektif. Hal ini sejalan dengan Steven R. Shaw (2010: 14) yang mengemukakan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh guru dalam penguatan pembelajaran adalah pengajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction). Guru dapat menyediakan alat bantu untuk siswa slow learner berupa program belajar melalui komputer atau multimedia lainnya agar siswa slow learner dapat belajar tanpa tekanan dan tergambarkan dengan jelas (Nani Triani dan Amir, 2013: 32).

Siswa SD Negeri Jolosutro lebih senang menggunakan media berbasis computer. Dalam beberapa penelitian, computer merupakan media yang cocok digunakan untuk meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan motivasi belajar, dan membuat pengalaman belajar lebih menyenangkan. Dengan adanya rasa senang pada diri siswa pada media pembelajaran yang digunakan akan dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan terhadap materi yang diajarkan sehingga dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi pada diri siswa. Penggunaan computer ternyata lebih memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga hal tersebut kemudian berdampak positif terhadap daya serap tersebut maka

136

siswa lebih siap dalam menghadapi ulangan maupun ujian sehingga prestasi belajarnya juga meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan berbasis komputer merupakan media pembelajaran yang tepat untuk mendukung peningkatan semangat maupun prestasi belajar siswa termasuk untuk siswa kelas IV SD Negeri Jolosutro baik yang reguler maupun yang slow learner. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah B Uno (2007: 45) mengatakan bahwa jika sumber pelajaran termasuk media gambar dan rekaman video dipilih dengan hati-hati dan dipadukan secara bersistem untuk menunjang berbagai program pembelajaran, akan terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa.

Dokumen terkait