• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

B. Pengelolaan Pembiayaan Pondok Pesantren Sidogiri

2. Pelaksanaan Pembiayaan Pondok Pesantren Sidogiri

Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di pesantren Sidogiri mengikuti prinsip akuntabel, efektif dan efisien dengan disertai semangat ikhlas, jujur dan amanah dalam menjalankan seluruh kegiatan pesantren. Untuk menjalankan seluruh kegiatan, maka dana yang ditetapkan dan disetujui akan mendapatkan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui.

Yang pokok dalam setiap kegiatan pesantren adalah program harus terlaksana dan tidak boleh terhambat karena dana, oleh karena itulah jika terdapat kekurangan dana sementara anggaran berlebih, maka bendahara akan mencari sumber dana dengan cara memaksimalkan atau merencanakan kembali perekonomian dengan lebih pesat120.

“Dalam struktur pondok pesantren ada bendahara umum yang secara khusus ditugasi mengelola keuangan pondok pesantren dan juga sebagai pengambil kebijakan dalam kegiatan ekonomi dan investasi pondok pesantren. Disini ada dua hal yaitu kalau yang investasi sudah jelas ada modal investasi, yang ke dua untuk operasional pondok pesantren itu pengelolaan keuangannya ada di bendahara pondok tapi dalam bentuk cash money, jadi anggaran yang ini harus dipersiapkan untuk operasional pondok pesantren dan tidak boleh dibuat investasi karena investasi itu jangka panjang, sedangkan kebutuhan operasional ini jangka pendek (tahun ini) jadi bentuknya adalah cash money sehingga cara kita membagi uang itu adalah yang bagian operasional ya bentuknya cash yang investasi beda”.121

120

Sumber: Wawancara dengan Bendahara Umum Ustadz Kholil Rohman Abd Alim pada tanggal 15 April 2014

121

112

Bendahara Umum bertugas untuk mengelola keuangan pondok pesantren dan mengambil kebijakan khususnya kegiatan ekonomi dan investasi. Dari sini tampak bahwa semua urusan terkait dengan pendapatan dan alur distribusi keuangan diserahkan kepada Bendahara Umum. Dalam suatu program harus diperhatikan apakah kegiatan itu harus dibedakan antara kegiatan investasi dan operasional. Ketika operasional belum begitu dibutuhkan, maka pada saat itu bendahara dapat menginvestasikan dana yang dimiliki untuk keperluan pondok pesantren ke depannya. Sedangkan jika dana itu sangat dibutuhkan saat itu untuk operasional, maka sementara investasi ditunda sampai waktu yang tepat.

Kebutuhan dana operasional pondok pesantren Sidogiri sangat besar, karena program-program besar selalu dilakukan. Pengelolaan pesantren yang dilakukan secara profesional dengan tenaga yang ahli di bidangnya membutuhkan dana yang besar pula. Seperti halnya dalam pembuatan soal ujian, maka pembuat soal bukanlah guru yang mengajar, melainkan pihak lain yaitu tenaga ahli yang sengaja ditempatkan di Labsoma yang bertugas membuat, menganalisis dan mendistribusikan soal. Demikian juga bidang-bidang lain yang tentunya tenaga yang dimiliki juga banyak. Untuk menunjang pelaksanaannya, maka dibutuhkan juga fasilitas penunjang yang memadai, usaha ini selalu dilakukan pesantren dengan mengerahkan dana yang dimiliki.

Pondok Pesantren Sidogiri ingin memberikan pelayanan terbaik bagi santri-santrinya, sehingga fasilitas juga dimaksimalkan untuk kenyamanan belajar. Namun sebagaimana tertera dalam perencanaan pengelolaan pembiayaan, bahwa operasional kegiatan pesantren tidak sepenuhnya diambil

113

dari I’anah, tetapi juga usaha mandiri. Demikian disampaikan oleh Sekretaris Umum sebagai berikut:

Kita ingin memberikan fasilitas atau pelayanan yang baik untuk santri, kira-kira slogannya adalah fasilitas bintang lima harga kaki lima. Ini adalah tantangan dari pengurus. Anggota punya komitmen sebagai bagian dari pengabdian 5% karena kami punya motto khidmatun lil ma’had (dalam setiap SHU disisihkan 5% untuk pondok pesantren, kalo SHU naik maka yang diberikan juga naik. Alumni juga punya andil untuk mengembangkan pesantren (BMT Maslahah berkisar 600 juta, BMT UGT berkisar 3.8 M)”.122

Pondok Pesantren Sidogiri terus berusaha memberikan pelayanan yang maksimal dengan memberikan dan melengkapi sarana dan prasarana memadai. Sebagaimana peneliti temukan bahwa ruang kelas dilengkapi dengan LCD, laboratorium komputer yang komplit dan dilengkapi wifi pada setiap sisi pesantren dan juga akses informasi antara santri dan pesantren mudah dilakukan123. Pemenuhan fasilitas ini adalah agar santri nyaman dan tidak gagap teknologi yang sedang berjalan. Namun yang perlu diperhatikan bahwa pesantren tidak mau memberikan tarif yang mahal yang tentunya akan membebani santri.

Niat pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri adalah untuk melakukan pengabdian untuk pesantren, sehingga guru yang mengajar berniat mengabdi pada pesantren dengan gaji yang sederhana, demikian juga santri dianggap mengabdi untuk menuntut ilmu agama yang tentunya tidak boleh terhalang sebab biaya mahal. Oleh karena itu, santri hanya dikenakan uang pangkal pada awal masuk dan I’anah yang dibayarkan setiap tahun sekali. Dengan demikian wajar kiranya jika dibilang fasilitas bintang lima dengan harga kaki lima. Inilah kiranya yang menjadi semangat membangun di kalangan

122

Sumber: Wawancara dengan Sekretaris Umum Ustadz Saifullah Naji pada tanggal 20 April 2014

123

114

pesantren juga semangat untuk mengabdi kepada pesantren yang kuat baik pada saat menjadi santri maupun ketika sudah menjadi alumni.

Pada masalah pembiayaan, Pondok Pesantren Sidogiri tidak perlu merisaukan keberlanjutan program yang dibuat. Melalui usaha Kopontren dengan berbagai bisnisnya dan kekuatan dana dari Hibah BMT Maslahah dan UGT serta Dana Investasi Maslahah, maka operasional pesantren akan dapat ditanggung. Pesantren berusaha tetap mandiri walaupun tidak bergantung dengan pihak lain, seperti yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PPS:

“Pengurus menginginkan alumni juga mandiri yang tujuannya adalah pemberdayaan. Memberdayakan alumni agar berdaya di masyarakat (taklim, dakwah). Pondok mandiri dengan atau tanpa bantuan pemerintah, melalui kopontren-kopontren yang ada, yang kita inginkan hanya biaya untuk santri terjangkau”.124

Pengurus berusaha mandiri dalam mengelola keuangan pesantren. Untuk memberdayakan santri dalam kegiatan ekonomi khususnya bagi yang kurang mampu, demikian juga membekali para santri dengan kegiatan taklim dan dakwah agar siap terjun di masyarakat serta memberdayakan mereka secara mandiri dengan usaha yang telah didirikan oleh pesantren. Oleh karena itu, maka pesantren secara umum tidak menghendaki bantuan dari pihak lainnya yang dikhawatirkan akan mengganggu kebarokahan. Pada dasarnya walaupun dana besar namun biaya santri bisa dijangkau oleh semua kalangan yang hendak menuntut ilmu di pesantren. oleh karena itu, pelaksanaan pembiayaan pesantren Sidogiri adalah sebagai berikut:

124

Sumber: Wawancara dengan Wakil Ketua Umum Ustadz D. Nawawy Sadoellah pada tanggal 15 April 2014

115

Gambar 4.2. Pelaksanaan Pembiayaan Pesantren Sidogiri

Keuangan Pondok Pesantren Sidogiri pada dasarnya relatif telah tercukupi dengan berbagai usaha-usaha yang dimiliki. Disamping sumber dana sebagaimana disebutkan sebelumnya, juga terdapat dana hibah yang diperoleh dari Dana Investasi Maslahah sebagaimana dikemukakan oleh Bendahara Umum:

“Ada kegiatan atau program-program yang menunjang pondok pesantren adalah DIM (dana investasi maslahah, yaitu dana hibah yang perlakuannya seperti waqof berasal dari simpatisan, alumni dan uang tersebut dikelola di bidang bisnis dan tidak boleh rugi, hasilnya nanti 75% untuk pondok dan 25% kembali ke DIM lagi untuk diolah kembali. Dengan begitu ada dua sisi yang menguatkan biaya pondok yaitu dari bisnis kuat dan sosial juga kuat, imi yang akan menjadikan pesantren mandiri (kemandirian pesantren). 5% dari BMT bisa naik, jadi tergantung nominal SHU, kalau labanya naik bisa naik menyesuaikan pendapatan”.125

125

Sumber: Wawancara dengan Bendahara Umum Ustadz HM. Kholil Rohman Abd Alim pada tanggal 15 April 2014

116

Salah satu penunjang keuangan pesantren adalah Hibah dari DIM (Dana Investasi Maslahah) yang awalnya dikelola oleh pesantren untuk waqaf tunai (yang tidak mengharapkan uang kembali) atau pemberian infaq untuk kemaslahatan. Dana ini tidak akan dipakai untuk operasional apapun, namun dana yang telah terkumpul dikelola dengan baik seperti jumlah dana yang ada, namun tidak disalurkan untuk kegiatan pesantren. setiap tahun akan dihitung ulang, antara modal akhir dengan SHU dipisahkan, kemudian modal akhir dikembalikan untuk modal tahun berikutnya sementara SHU yang 75 % dihibahkan kepada Pesantren sedangkan 25 % ditambahkan dengan modal akhir untuk tahun berikutnya. Sehingga jumlah keuangan DIM akan selalu bertambah dan tidak berkurang, apalagi jika bertambah dana modal dari simpatisan. Dana DIM yang telah diberikan oleh simpatisan akan dirupakan Infaq atau Waqaf yang dihitung dengan pahala yang selalu akan mendapat barokah dan do’a dari seluruh santri.