• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Setiap orang yang berada dalam lembaga pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan institusi tersebut. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya, tiga pusat pendidikan secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga penanggung jawab pendidikan ini dituntut melakukan kerja sama di antara mereka baik secara langsung, dengan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan mendidik yang

48

dilakukan oleh orang tua terhadap anak juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya serta dikontrol oleh masyarakat sebagai sosial lingkungan anak.49

a. Pendidikan Informal (Informal Education)

Lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama, mengandung arti bahwa anak pertama kali mengenal dan menerima pendidikan dari keluarga, yaitu orang tua mereka dan seluruh personal yang ada dikeluarga tersebut. Sedangkan yang utama adalah anak didik berada di keluarga yang paling lama waktunya dibandingkan pada lembaga pendidikan yang lain. Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang Paling dasar. Oleh karena itulah, lembaga pendidikan keluarga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang paling pertama dan utama.

Pengaruh dan fungsi pendidikan pada keluarga sangat penting, yaitu mengawali pembentukan kepribadian yang kuat, membentuk keyakinan agama, moral dan nilai budaya yang berlaku pada keluarga dan warga masyarakat. Pada gilirannya, nilai-nilai yang tertanam pada keluarga itulah yang akan membentuk nilai-nilai masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun manusia indonesia yang utuh, yaitu manusia insal kamil.50

Rasulullah Saw, memberikan sebuah konsep perubahan perilaku yang sangat bergantung pada perkembangan yang terjadi dilingkungan anak, terutama orangtua yang memiliki peran besar dalam perubahan perilaku tersebut. Dengan kata lain, baik dan buruknya anak sangat bergantung pada perilaku orangtuanya. Tepat tidaknya pola pendidikan yang diterapkan oleh orangtua sangat menentukan perkembangan anak. Karena itu, sebagai orangtua perlu belajar dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Orangtua tidak bisa hanya mengandalkan logika terbatas yang kita miliki, tetapi harus berpegang pada Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran yang hakiki.51

49

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 37-38.

50

Mohammad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan

Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 40.

51

Najib Sulhan , Anakku Penyejuk Jiwaku Pola Pengasuhan Islami Untuk Membangun Karakter Positif Anak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), h. 21.

Dalam lingkungan keluarga, orangtua menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Ajaran Islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara keluarganya dari bahaya siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta agar tidak menjadi fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya. Pendidikan anak mutlak dilakukan oleh orangtuanya untuk menciptakan keseluruhan pribadi anak yang maksimal. Anak harus mengetahui yang jenis-jenis kebajikan dan keburukan, dapat memilih dan memilahnya sekaligus mengamalkannya.

Lingkungan keluarga diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada anak- anaknya karena anak adalah titipan Allah sebagai amanah yang wajib dijaga perkembangannya.52

Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengintimidasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya.53

Sesungguhnya anak sebagai kertas putih yang siap ditulis dengan warna, gambar, dan coretan apapun. Diantara orang yang berpengaruh memberi warna pada kertas putih tersebut adalah orang tuanya, gurunya atau orangtua asuh bagi anak yatim. Orang tua mempunyai peranan sebagai teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.54

Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolah maupun dalam masyarakat.

52

Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 113-114.

53

Hasbullah, op. Cit., h. 115.

54

Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For

Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat.55

Lingkungan keluarga menjadi tolak ukur keberhasilan anak dalam pendidikan. Oleh karena itu, terutama orangtua yang memikul tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anak, sepatutnya mengembangkan potensi dirinya melalui keikutsertaannya dalam acara-acara yang bermanfaat, misalnya pengajian, berorganisasi, dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu pengetahuannya semakin berkembang dan memberi manfaat untuk pengembangan pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga.56

b. Pendidikan Formal (Formal Education)

Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah terdiri dari pendidik dan anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru dengan murid-muridnya maupun antara murid dengan murid.57

Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan intelektual dan psikologi anak didik, karena di sekolah tempat berkumpulnya anak dari berbagai keluarga dan berasal dari masyarakat yang berbeda pula. Sekolah juga mempunyai peran membentuk kepribadian anak didik, sekolah akan menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat anak didik sehingga menjadi seorang ahli yang berguna untuk dirinya dan untuk bangsanya.58

Adapun pendidik atau guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak di sekolah, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik agar

55

M. Ngalim Purwanto Mp, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 79

56

Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit.h. 115.

57

Hasbullah, op. Cit., h. 116.

58

menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang.

Adapun sebagai pendidik guru mempunyai peranan sebagai berikut:

1. Korektor bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak didik memiliki kemampuan memilih yang terbaik bagi kehidupannya.

2. Inspirator, yaitu yang memberikan ide-ide positif bagi pengembangan kreativitas anak didiknya.

3. Informator yang memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar ilmu pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam.

4. Organisator yang memiliki kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik dan benar.

5. Motivator yang mendorong anak didiknya semakin aktif dan kreatif dalam belajar.

6. Inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan.

7. Fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagi kegiatan belajar anak didiknya.

8. Pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak didiknya ke arah kehidupan yang bermoral, rasional, dan berkepribadian luhur sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan semua norma yang berlaku di masyarakat.

9. Demonstrator, yaitu memberikan contoh dan mempraktikan berbagai alat pembelajaran agar anak didik cepat memahami bahan ajar yang disampaikan. 10. Pengelola kelas yang memanfaat kelas agar dijadikan tempat pembelajaran

yang efektif, efisien, dan menggairahkan anak didik.

11. Mediator, yaitu sebagai alat ukur bagi anak didik dalam menilai hasil pembelajaran anak didik, atau perantara antara ilmu pengetahuan dan anak didiknya.

12. Moderator dalam berbagai kegiatan anak didik, misalnya dalam diskusi dan sejenisnya.

13. Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Guru berperan sebagai pengawas dan pengendali serta pembina proses pembelajaran dan administrasinya.

14. Evaluator, yaitu menilai semua aktivitas pembelajaran anak didik, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar anak didik, sehingga akan dapat memperbaharui dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Peranan guru dalam lingkungan sekolah merupakan aset utama bagi pengembangan pendidikan Islam.59

Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).60

c. Pendidikan non formal (Non-Formal Education)

Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di lingkungan inilah, ilmu pengetahuannya diamalkan. Jika anak didik mampu mengamalkan ilmu pengetahuan Islam dengan baik dan benar dalam pergaulannya di lingkungan sekolah, hal itu merupakan indikator keberhasilan pendidikan Islam di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.61

Dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan anak.62

59

Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 118-120.

60

Hasbullah, op. Cit., h. 46.

61

Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122.

62

Dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwa yang baru, asing, yang baik dan yang buruk, yang patut ditiru atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan yang tercela. Jelasnya, banyak peristiwa dan karakter kehidupan manusia yang memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kehidupan anak didik ketika berada di lingkungan masyarakat.63 Lingkungan memiliki dampak besar terhadap perkembangan. Orang tua tidak dapat melepaskan anak begitu saja kepada lingkungan sesuka dia. Pola hidup, budaya, perilaku, serta kondisi sosial anak kita pertaruhkan disini. Oleh sebab itu arahkanlah anak kepada lingkungan yang kondusif terhadap misi pembinaan kita. Perhatikanlah lingkungan anak bermain, lingkungan sekolahnya, dan lingkungan pergaulannya. Bila orang tua ingin pembinaan tetap pada harapannya, maka sebaiknya:

1. Kalau ingin anaknya shaleh, pergaulkan anak kita harus dengan orang yang berakhlak baik.

2. Kalau ingin anaknya pandai, lingkungan pergaulannya harus bersama- sama orang yang padai.

3. Kalau ingin anaknya kaya, ia juga harus memiliki lingkungan orang kaya. Di samping tentunya juga berinteraksi dengan lingkungan yang kurang mampu tempat membaktikan karunia yang dilebihkan Allah padanya. 4. Kalau ingin anaknya sehat, perhatikan kesehatan diri, tempat tinggal dan

juga lingkungannya.

Salah satu faktor penyebab lingkungan sangat menentukan masa depan anak karena lingkungan adalah gambaran sehari-hari yang terlihat dan tempat berinteraksi. Gambaran itulah yang akan masuk ke alam bawah sadar anak. Hingga bila interaksi tersebut berproses terus menerus, gelombangnya akan menguat dan memacu keinginan serta tekad seseorang untuk mengintimidasi mereka yang sering bersamanya.64

63

Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122-123.

64

Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For

Dokumen terkait