• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Isolasi Tanah Kandang Ayam

Isolasi tanah dari kandang ayam dilakukan untuk mendapatkan jamur yang dapat mendegradasi keratin pada tepung bulu ayam. Isolasi tanah dilakukan sebanyak dua kali. Jamur yang digunakan dalam fermentasi diperoleh dari isolasi tanah berasal dari kandang ayam. Isolasi dilakukan dengan mencampur tanah sebanyak 20 gram dalam air suling 200 ml, kemudian digoncang dengan shaker lebih kurang 10 menit. Suspensi partikel tanah sebanyak 1 ml tersebut dilarutkan dalam 9 ml air suling yang sudah steril, kemudian digoncang sampai homogen sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Selanjutnya dibuat pengenceran 10-2 dengan cara mengambil 1 ml suspensi partikel tanah pada pangenceran 10-1 dilarutkan pada 9 ml air suling yang sudah steril sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Pada pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7, masing - masing diambil sebanyak 0,1 ml disebarkan dengan hockey stick pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan komposisi 39 gram PDA (Potato Dextrose Agar) (Oxoid) dalam 1 liter air suling kemudian diinkubasi lebih kurang 1 minggu pada suhu 270C (suhu ruang) untuk pertumbuhan jamur (Cappuccino and Sherman, 1996). Pemurnian jamur dilakukan dengan mengambil 1 choock borrer biakan jamur kemudian diinokulasi pada media PDA, diinkubasi kembali pada suhu ruang (270C). Pada pemurnian pertama diperoleh isolat jamur seperti gambar (Lampiran 2),

pemurnian isolat jamur dilakukan sebanyak tiga sampai empat kali. Setelah diperoleh jamur yang murni baru dilakukan pembiakan jamur dengan pemindahan jamur pada media PDA (Potato Dextrose Agar) (Lay, 1994). Pada isolasi pertama (I) dari hasil identifikasi dengan pengamatan mikroskop perbesaran 400x diperoleh isolat jamur

Helicomyces sp.

3.4.2 Pembiakan Jamur Pada Media Cair (Potato Dextrose Broth)

Kentang sebanyak 250 gram yang sudah bersih dan dipotong-potong kemudian direbus selama 20 menit kemudian disaring sampai dihasilkan filtrat sebanyak 1 liter dengan penambahan air suling (air aquadest) yang steril. Larutan filtrat ditambahkan dengan 20 gram dextrose, kemudian larutan filtrat tersebut dituang ke 5 erlenmeyer dengan masing-masing erlenmeyer berisi 200 ml air filtrat

dextrose, setelah itu diautoklaf pada suhu 1210C tekanan 15 psi (pounds per square inch) selama 15 menit. Kemudian dimasukkan pada erlenmeyer, jamur sebanyak 5

chooch borrer atau menurut Lay, (1994) sebanyak 106 spora/ml, kemudian digoncang pada shaker dengan kecepatan 60 rpm (rotation pert minute) selama 2 minggu (Atlas, 1997). Pengguncangan bertujuan untuk menciptakan oksigen sehingga memancing spora dari jamur tersebut keluar. Pengguncangan dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari air filtrat dextrose menjadi lebih keruh dari sebelum pengguncangan (Lay, 1994).

3.4.3 Pelaksanaan Fermentasi

a. Penghitungan Jumlah Total Mikroba

Jumlah total mikroba (jamur) sebagai inokulum fermentasi dihitung dengan alat Hemositometer. Dari pengenceran inokulum jamur 10-1 kemudian diteteskan sebanyak satu tetes inokulum jamur, setelah slide penutup ditutupkan. Individu sel dalam suatu kelompok sel dihitung. Sel spora jamur yang dihitung yaitu pada sel yang terletak di atas dan kiri menyentuh garis tengah pada tepi bujur sangkar.

Penghitungan jumlah mikroba (jamur) berdasarkan rumus: Jumlah sel per ml sampel = N x 5 x 10 x 1.000

Dimana, N = Jumlah spora jamur dalam kotak besar 5 = Jumlah kotak besar

10 = Faktor perkalian

1.000 = Faktor pengali dalam satuan mililiter (Raul and Jaime, 1986).

b. Fermentasi

Tepung bulu ayam sebagai medium fermentasi harus mengandung kadar air minimal 30% untuk memudahkan pertumbuhan jamur. Tepung bulu ayam dalam kondisi kering tetap mengandung air sebanyak 10%, jadi dilakukan penambahan air sebanyak minimal 20% dari berat kering tepung bulu ayam dicampur dengan inokulum jamur 1% (v/w), 2% (v/w), dan 3% (v/w) dari berat kering bahan. Inokulum jamur yang sudah ditambah air ini, kemudian disiramkan secara merata

pada tepung bulu ayam sebanyak 20 gram yang sudah ditempatkan pada wadah plastik yang kedap udara sehingga terjadi proses fermentasi.

c. Analisis Kandungan Protein Tepung Bulu Ayam Setelah Fermentasi

Analisis protein dilakukan dengan Metode Kjeldahl, dengan melakukan proses destruksi yaitu Tepung Bulu ayam ditimbang sebanyak 0,1 gram ditambah selenium sebanyak 0,1 gram sebagai katalis ditambah dengan asam sulfat, kemudian dibakar sampai putih diruang asam. Proses destilasi dengan menampung hasil destilasi pada labu kjeldahl lalu ditambah aquadest 100 ml ditambah NaOH 35% lebih kurang 5 ml kemudian ditampung pada erlenmeyer yang berisi asam borat (H3BO3 3%) sebanyak 5 ml kemudian ditambah aquadest 30 ml. Hasil destilasi ditampung kira- kira sampai 150 ml kemudian dititrasi dengan HCl.

Rumus perhitungan kadar protein yang diperoleh : % N = N. HCl X 14 X 100

Berat Sampel X 1000

% Protein = % N X 6,25 (Konversi dari kadar air) Dimana, N = Kadar Nitrogen

14 = Ketetapan (Suhardi et al ., 1984).

d. Analisis Kehilangan Berat Kering Tepung Bulu Ayam Fermentasi

Cawan porselin dioven pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Cawan dikeluarkan dari desikator, kemudian

ditimbang dan dicatat berat cawan kosong. Sampel ditimbang sebanyak 2,001g dengan 2 kali ulangan, kemudian timbang cawan tambah sampel dan dioven kembali pada suhu 1050C selama 8 jam. Kemudian sampel tersebut dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 1 jam, setelah itu ditimbang dan dicatat beratnya. Penimbangan dilakukan setiap 1 jam sekali dan dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil penimbangan dijumlahkan kemudian dibagi tiga, hasil yang diperoleh merupakan berat cawan tambah sampel oven. Dari perhitungan ini diperoleh kadar air yang hilang dari sampel dengan rumus:

BC – BC + S. Oven x 100 S

Dimana: BC = Berat Cawan S = Sampel Berat kering = 100 – kadar air

Kehilangan persentase berat kering tepung bulu ayam =

Berat kering sebelum fermentasi – Berat kering setelah fermentasi x 100% Berat kering sebelum fermentasi

Sumber: Abdul dan Ibrahim, (1993).

3.4.4 Pengujian Isolat Jamur

Isolat jamur yang diperoleh dari hasil isolasi digunakan sebagai inokulum fermentasi. Tepung bulu ayam yang difermentasi dengan berbagai isolat jamur tersebut digunakan sebagai sumber protein bagi ayam pedaging. Pengujian ini

dilakukan selama satu minggu untuk menentukan jenis isolat jamur terbaik yang menunjukkan pertambahan berat badan tertinggi, digunakan sebagai isolat jamur pada pengujian tahap kedua (II) atau uji biologis.

3.4.5 Penggunaan Tepung Bulu Ayam Sebagai Ransum Ayam Pedaging a. Persiapan Kandang

Kandang disterilisasi dengan formalin, dimana penggunaan formalin sebanyak 1 liter dicampur dengan 5 liter air kemudian kandang diisolasikan selama tiga hari. Tempat pakan dan tempat minum disterilisasi dengan rodalon supaya bebas dari bibit penyakit.

b. Persiapan Anak Ayam Pedaging (DOC) Strain CP 707 Sebanyak 100 Ekor

Anak ayam umur satu hari (DOC) strain 707 sebanyak 100 ekor diproduksi oleh PT. Charoen Phakphan Indonesia. Sebelum dimsukkan ke kandang perlakuan, anak ayam ditimbang. Berat anak ayam pada setiap plot dihomogenkan atau disamakan agar kondisi setiap plot sama.

c. Persiapan Ransum Sesuai Perlakuan

Tepung bulu ayam pedaging yang memiliki kandungan protein terbaik melalui analisis protein dengan metode kjeldahl setelah fermentasi, kemudian dicampur dengan bahan ransum yang lain yaitu jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung

ikan dan top mix. Tepung bulu ayam yang digunakan dalam ransum berasal dari limbah bulu ayam pedaging yang telah melalui proses pengolahan (Lampiran 1).

d. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan seminggu sekali sesuai parameter yang diteliti yaitu konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang diberikan selama satu minggu, dikurangi dengan sisa ransum. Pertambahan berat badan yaitu berat badan pada akhir minggu dikurangi dengan berat badan pada awal minggu. Konversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi dalam waktu satu minggu dibagi pertambahan berat badan pada minggu tersebut.

3.4.6 Koefisien Daya Cerna Ransum

Koefisien daya cerna ransum dilakukan untuk mengetahui berapa besar persentase kandungan zat makanan dalam ransum yang dapat diserap oleh tubuh. Koefisien daya cerna merupakan selisih antara kandungan zat makanan dalam ransum yang dimakan ternak dengan kandungan zat makanan yang masih terdapat dalam feses. Penghitungan koefisien daya cerna ransum yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Koefisien Cerna = N ransum - N feses x 100% N ransum

Keterangan:

N ransum = Kandungan zat gizi ransum

N feses = Kandungan zat gizi yang tersisa dalam feses (Tillman et al., 1991).

3.4.7 Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost dilakukan untuk mengetahui berapa besar pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ransum tersebut. Income Over Feed Cost merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh dari berat badan akhir ternak dikali harga jual dalam satu kilogram dengan biaya ransum. Secara jelas rumus

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah sebagai berikut:

Income Over Feed Cost (IOFC) = (berat badan akhir x harga satu kg berat badan ayam) – (total konsumsi x harga ransum)

Dokumen terkait