• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma atau sisa tanaman dari pertanaman sebelumnya, dengan menggunakan cangkul, kemudian tanah tersebut dicangkol atau digemburkan dengan lapisan olah tanah sedalam 20-30 cm.

Setelah diolah, dibuat bedengan atau petak sesuai dengan jumlah perlakuan, dengan ukuran tiap plot 2 x 1,2 m, jarak antara plot dalam satu ulangan 50 cm, dan jarak antara ulangan 70 cm, sehingga luas seluruh lahan 10 x 12 m

Perlakuan seed treatmen dilakukan dengan cara melarutkan fungisida Propamakarb hidroklorida dengan kosentrasi 10 cc/10 liter untuk 10 kg benih, perendaman dilakukan dengan memasukkan benih kedalam larutan fungisida selama 10 menit.

2. Penanaman

Bibit bawang ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm, yaitu jarak dalam baris 20 cm dan jarak antar baris 20 cm dengan jumlah populasi tanaman bawang satu plot 40 tanaman. Benih ditanam dengan menggunakan tugal kecil kemudian benih ditanam 2 perlobang. Dua minggu setelah tanam dilakukan pemilihan tanaman yang sehat dan tinggal hanya satu tanaman/lobang. Penanaman agak sedikit umbi bawangnya tertanam didalam tanah.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiangan, penyiraman, dan penggemburan tanah. Penyiraman mulai dilakukan sejak penanaman setiap hari dilakukan pada pagi atau sore hari, apabila keadaan cuaca panas dan tanah terlalu kering.

Penyiangan dilakukan sedini mungkin karena akar bawang merah yang muda sukar untuk bersaing dengan gulma atau tumbuhan liar. Penyiangan biasanya dilakukan 2 kali, yaitu 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan disekitar tanaman sebaiknya dilakukan dengan mencabut gulma yang ada.

Penggemburan tanah tujuannya adalah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Alat yang digunakan adalah kored, penggemburan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam.

4. Pemupukan

Pupuk dasar yang diberikan terdiri atas pupuk kandang 3,6 kg/ plot diberikan dengan cara disebarkan di atas bedengan 5 hari sebelum tanam, pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk Urea 48 gr/plot yang pertama kali sebanyak 24 gr/plot, pupuk TSP 48 gr/plot, KCL 30 gr/plot diberikan pada saat tanam dan pemberian pupuk Urea kedua kalinya 25 hari setelah tanam sebanyak dosis anjuran 24 gr/plot, cara pemupukan dilakukan dengan ditaburkan pada larikan diantara baris tanaman kira-kira 5 cm, kemudian alur pupuk tersebut ditutup dengan tanah.

5. Panen

Pemanenan dilakukan setelah tanaman tua, dengan kriteria daun menguning dan kering sekitar 70-80% dan umur tanaman 66-70 hari setelah tanam dan pangkal batang mengeras. Sebagian umbi telah tersembul diatas permukaan tanah.

6. Prosedur pembuatan ekstrak daun mimba

Daun nimba diambil dari lapangan dan ditimbang sebanyak 100 gr, 150 gr, 200 gr, 250 gr dan 300 gr sesuai dengan perlakuan kemudian dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air bersih, dimasukkan kedalam belender dengan menggunakan air 40 cc. Hasil ekstrak daun mimba disaring dengan menggunakan corong yang dilapisi dengan kain muslim. Ekstrak yang telah disaring diambil dan tambahkan air sampai ukuran 1 liter/plot.

Aplikasi pertama dilakukan sesuai dengan perlakuan setelah ada serangan 5%. Pengaplikasian dilakuakan sebanyak 8 kali selama penelitian dan diaplikasikan satu kali seminggu pada pagi hari. Apabila pengamatan pendahuluan tidak ada serangan dilakukan inokulasi phatogen.

7. Peubah Amatan 1. Intensitas serangan

Pengamatan terhadap intensitas serangan dilakukan pada saat tanaman ada serangan diamati seminggu sekali dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IS = ∑ NXZ nxv X 100% Keterangan: IS = Intensitas serangan (%)

n = Jumlah rumpun yang memiliki nilai kerusakan (Skor) yang sama

v = Nilai atau skor kerusakan yang ditetapkan berdasarkan luas daun yang terserang yaitu:

0 = Tanaman sehat

1 = Luas kerusakan daun > 0 – 10 % 2 = Luas kerusakan daun > 10 – 20% 3 = Luas kerusakan daun > 20 – 40% 4 = Luas kerusakan daun > 40 – 60% 5 = Luas kerusakan daun > 60 – 100% Z = Nilai kerusakan tertinggi (V = 5) N = Jumlah rumpun yang diamatai

2. Produksi umbi bawang

Produksi dihitung dengan menimbang berat bawang (Kg) yang dipanen dari setiap plot perlakuan, dan dikonservasikan kedalam ton/ha dengan mengggunakan rumus: Y (ton/ha) = L X X Kg m 1000 000 . 10 Keterangan:

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plotm2

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan Alternaria porri EII. Cif.

Hasil pengamatan intensitas serangan Alternaria porri EII. Cif. Pada waktu setiap pengamatan mulai 1-8 minggu setelah aplikasi (MSA) dapat dilihat pada lampiaran 1-8. Dari Analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan nyata dan sagat nyata antar perlakuan untuk mengetahui perlakuan mana yang nyata dan sangat nyata maka dilakukan uju jarak Duncan., hal ini dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Kepekatan Ekstrak daun mimba Terhadap Intensitas Serangan (%) Alternaria porri EII. Cif.

Perlakuan Waktu Pengamatan (MSA)

1MSA 2MSA 3MSA 4MSA 5MSA 6MSA 7MSA 8MSA

P0 6,88a 8,87a 9,59a 10,50a 16,21a 21,15a 23,06a 25,58a P1 2,71b 3,82b 5,83b 6,04b 6,16b 6,05b 6,14b 6,52b P2 3,35b 4,04b 4,13b 4,23b 4,34bc 4,33bc 4,50bc 4,69bc P3 2,52b 3,45b 3,57b 3,57b 3,63c 3,58c 3,61c 3,63c P4 3,12b 3,72b 4,36b 4,63b 4,90bc 4,88bc 5,15bc 5,68bc P5 3,56b 3,87b 4,36b 4,43b 4,46bc 4,76bc 5,36bc 5,74bc

Keterangan: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Duncan (DMRT).

Dari tabel satu diketahui intensitas serangan tertinggi pada perlakuan P0 pada pengamatan 8 MSA yaitu sebesar 25,58% dan terendah pada perlakuan P3 pada 1 MSA sebesar 2,52%.

Dari data diatas didapat bahwa rata-rata intensitas serangan tertinggi didapat pada P0 pada setiap pengamatan dan rata-rata intensitas serangan terendah didapat pada perlakuan P3 yaitu perlakuan 200 gr daun nimba dalam 1 liter air/plot. Hal ini menunjukkan bahwa ektrak daun nimba dengan larutan aguades biasa menghambat pertumbuhan Alternaria porri , Setiawan ( 2003) mengemukakan bahwa hasil penelitian sayuran, lembang Bandung 200 gr daun nimba dalam satu liter air dapat menekan jamur

Alternaria porri EII. Cif pada tanaman sayuran.

Intensitas serangan pada pengamatan 1 MSA berpengaruh nyata terhadap perlakuan P1, P2, P3, P4, P4, P5 dengan pengamatan 2-8 MSA. Pada perlakuan P1 sampai P5 berpengaruh sangat nyata dimana kita dapat melihat pada lampiran daftar sidik ragam mulai dari 2 MSA-8 MSA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan bercak ungu pada tanaman bawang merah terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh hujan yang terus menerus dengan rata-rata pada bulan November (12,06), Desember (7,04) dan Januari (4,08) mm perhari tahun 2007 dan 2008 akan tetapi tidak berpengaruh terhadap perlakuan P1 sampai P5 karena didukung oleh pemberian pupuk yang berimbang sesuai dengan dosis yang diberikan dan pemberian ekstrak daun nimba setiap sekali seminggu.

5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K e pe ka ta n da un Mim ba In te n s it a s   S e ra n g a n P 0 P 1 P 2 P 3 P 4 P 5

Gambar: Histogram Hubungan Kepekatan Ekstrak Daun mimba Terhadap Intensitas Serangan Alternaria porri EII. Cif.

Dari gambar histogram di atas , pengamatan 8 MSA bahwa intensitas serangan penyakit bercak ungu yang tertinggi pada perlakuan P0 (Tanpa perlakuan) yaitu 25,58% sedangkan intensitas penyakit bercak ungu terendah pada perlakuan P3 sebesar 2,52%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan bercak ungu pada tanaman bawang merah berpengaruh terhadap data curah hujan yang mendukung perkembangan phatogen karena kelembaban pada lampiran menunjukkan 82-84,3% kelembaban ini dapat tumbuh berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal.

Daun nimba bisa mengendalikan penyakit Alternaria porri EII. Cif pada tanaman bawang merah dengan menggunakan ekstrak daun nimba yang dicampur dengan aqudes dengan persen hambatan 38, 27%, Sastrodiharjo, (1993) mengemukakan bahwa tanaman nimba disebabkan adanya kandungan senyawa-senyawa bioaktif yang termasuk dalam kelompok limonoid yang diantaranya azadirachtin, salanin, nimbin dan nimbidin

Hasil pengamatan 8 MSA dapat dilihat setiap serangan yang tertinggi pada perlakuan mulai dari P0 (25,58%), P1 (6,52%), P5 (5,74%), P4 (5,68%), P2 (4,69%) P3 (3,63%). Berdasarkan katagori serangan penyakit ini termasuk rendah.

Produksi

Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat bawha perlakuan P1 sampai P5 dengan ekstrak daun nimba yaitu 100 gr daun nimba sampai 300 gr berpengaruh sangat nyata terhadap produksi untuk menentukan perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada lampiran 9.

Tabel 2: Uji Beda Rataan Produksi Tanaman Bawang Merah (Kg / plot). Ulangan Perlakuan I II III IV Total P0 7,50 8,10 4,30 5,60 25,50 P1 11,60 11,30 8,90 10,70 42,50 P2 8,60 9,40 9,30 9,00 36,30 P3 12,70 11,20 12,20 12,20 48,30 P4 8,40 9,60 9,90 10,60 38,50 P5 8,00 10,10 9,40 9,40 36,90 Total 56,80 59,70 54,00 57,50 228,00 Rataan 9,47 9,95 9,00 9,58

Keterangan: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Duncan (DMRT).

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa produksi rataan umbi kering bawang merah tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 12,08 kg/plot, P1 10,63 kg/plot, P4 9,63 kg/plot, P5 9,23 kg/plot, P2 9,08 kg/plot dan yang terendah pada perlakuan P0 yaitu 6,38 kg/Ha. Hal ini menunjukkan produksi tinggi sesuai dengan diskripsi varietas kuning.

Y = 0.4071x + 8.075 r = 0.4022

0,00

5,00

10,00

15,00

0 1 2 3 4 5 6

Kepekatan Daun Nimba

P

roduk

s

i

(k

g)

Gambar 2: Histogram pengaruh pemberian kepekatan ekstrak daun mamba terhadap produksi bawang merah.

Dari tabel 2 dapat kita lihat bahwa produksi tertinggi di dapat pada perlakuan P3 dan produksi terendah pada perlakuan P0. Hal ini terjadi karena intensitas serangan pada P3 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini disebabkan karena meningkatnya daya tahan daun terhadap serangan penyakit bercak daun Alternaria porri

akibat pemberian ekstrak daun mimba.

Dari produksi yang terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung karena keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32% hal ini sesuai dengan data pada lampiran yaitu 25,5-27,20C.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri EII. Cif) pada pengamatan 1 MSA dan berpengaruh sangat nyata pada pengamtan ke-2 sampai 8 MSA.

2. Intensitas serangan Alternaria porri EII. Cif tertinggi pada perlakuan P0 ( 8 MSA) yaitu sebesar 25,58 % dan terendah perlakuan P3 (1 MSA) yaitu

sebesar 2,52 %.

3. Dari hasil penelitian pemberian kepekatan ekstrak daun nimba mengurangi tingkat intensitas serangan Alternaria porri pada pemberian 200 gr daun nimba dalam 1 liter air/plot (P3).

4. Intensitas serangan tertinggi pada setiap pengamatan 8 MSA didapat pada perlakun P0 25,58 %, P1 6,52 %, P5 5,74 %, P4 5,68 %, P2 4,69 % dan terendah didapat pada P3 yaitu 3,63 %.

5. Tingkat produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (12,08 Kg/plot) dan terendah pada perlakuan P0 sebesar 6,38 Kg/plot.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian kepekatan ekstrak daun nimba terhadap perkembangan penyakit Alternaria porri pada bawang merah pada daerah/lokasi yang berbeda pada dataran tinggi dan varietas yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007a. Teknologi budidaya Tanaman Pangan.

htpp//www.iptek.net.id/ind/tekn ologi-pangan/index.php id=244. Diakses 21 Februari 2007.

_____, 2007b. Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (HPT).

htpp://www.iptek.net.id/ind/pd-tanobat/view.php id 240. Diakses tanggal 24 Februari 2007.

Bangun, M.K., 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Hlm 23-24.

Deptan, 2007a. Bercak ungu atau Trotol (Prriole Blotch) Alternaria porri.

HU

http://www.deptan.go.id/ditilen horti/opt/bw.merah/trotol.htmlUH. Diakses tanggal 21 Februai 2007.

______, 2007b. Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa OPT Benih Hortikultura.

HU

http://www.deptan.go.id/ditinhorti/buku/bab-iv-sayu.htmUH. Diakses tanggal 21 Februari 2007.

______, 2007c. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. htpp://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b3 bawang. Diakses tanggal 21 Februari 2007.

______, 2007d. Bawang merah.

http//www warintek progresio.or.id/pertanian/bawang merah.html. Diakses tanggal 21 Februari 2007.

Irwan, 2007. Bawang Merah dan Pestisida.

HU

http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel php article-id=7849811UH. Diakses 21 Februari 2007.

Indrianingsih, 2007. UPT Balai Pengembangan proses Teknologi kimia.

htpp//www.lipi.go.id/www.cgi,publikasi&11546709720061055341. Diakses tanggal 21 Februari 2007.

Moekesan.T.K., Prabaningrum, L., dan Meitha, L.R., 2000. Penerapan PHT. Pada system Tanaman Tumpang gilir. Bawang merah dan cabai.. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Hlm 8-10, 30.

Morales, 2007. Alternaria porri.

HU

http://gis.ucsc.edu/disease/fugal%20pathogens/Alternaria/Alternaria partrait.htmlUH.

Diakses tanggal 21 Februari 2007.

Nasar, 2007. Mimba (Azadirachtan Indica A.juss).

htpp// digilib.si.itb.ac.id/go.php id=jiptumm-gdi-horitage-2002-dianindrat-482 & width=150.

Diakses 24 Februari 2007.

Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca panen. Kanisius, Jakarta, Hlm 18.

Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta, Hlm 4.

Suhardi, 1998. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.

Sastrodiharjo, 1993, Proseding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan pestisida Nabati, badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelelitian Tanaman Rempah dan Obat, Hlm. 230-231.

Semangun, H, 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Hlm. 23-27.

Stress, R.B, 1980. Diagnosis of Plant Disease. The University of Arizona Press. USA, Hlm. 8.

Setiawan, 2003. Pengenalan dan pengendalian Hama-hama Penting pada tanaman cabai merah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung. Hlm 42.

Sudirja, 2007. Bawang Merah.

http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/ Alternaria partrait.html diakses tanggal 21 Februari 2007.

Veloso, 2007. Sekilas Tentang Penyakit Trotol.

HUhttp://petaniUH desa.wordpress.com/2007/02/05/sekilas-tentang-penyakit-trotol. Diakses tanggal 21 Februari 2007.

Wibowo, S, 1994. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm. 179.

Lampiran 1. Bagan Penelitian 12 M IV 70 cm II I III 50cm U 10M Keterangan: Po = Kontrol

P1 = 100 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot P2 = 150 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot P3 = 200 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot P4 = 250 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot P5 = 300 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot Ukuran plot = 2 x 1,2 m Jarak antara petak dalam satu ulangan = 50 cm

P1 P4 P2 P4 P0 P5 P0 P1 P3 P3 P0 P5 P2 P2 P4 P5 P1 P2 P5 P4 P2 P1 P3 P3

Jarak antara plot ulangan = 70 cm Jumlah tanaman setiap plot = 40 tanaman Jarak tanam = 20 x 20 cm Jumlah tanaman seluruhnya = 960 tanaman Jumlah plot seluruhnya = 24 plot Ukuran lahan seluruhnaya = 10 x 12 m

Bagan Pengambilan sampel

2 M 1,2 M Keterangan: X : Tanaman bawang : Tanaman sampel 20 cm X X X X X X X X 20 cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Lampiran 10 :

Diskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Kuning

Asal : Lokal Brebes Umur : Panen 56-66 hari Tinggi tanaman : 35,3 cm (33,7-36,9 cm) Kemampuan berbunga : Susah (alami)

Banyaknya anakan : 7-12

Bentuk daun : Silindris seperti pipa Warna daun : Hijau kekuning-kuningan Banyak daun : 34-47

Bentuk bunga : Seperti payung Banyak buah/tangkai : 70-96 (83) Banyak bunga : 100-142 (121)

Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput Warna biji : Hitam

Bentuk umbi : Bulat ujung meruncing Warna umbi : Merah gelap

Produksi umbi : 14,4 ton /ha

Susut bobot umbi : 21,5-22,0% (basah-kering)

Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap busuk umbi Botritis allii

Kepakaan terhadap penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun

Phytophthora porri

Lampiran 11: Jadwal Penelitian No Kegiatan 0B

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dokumen terkait