PENGARUH KEPEKATAN EKSTRAK DAUN NIMBA TERHADAP
PENEKANAN SERANGAN Alternaria porri (EII.CIF) PADA
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
SKRIPSI
OLEH:
ENNI SAHRANI NST 030302014
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : PENGARUH KEPEKATAN EKTRAK DAUN NIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN Alternaria porri (EII.Cif.) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
Nama : Enni Sahrani Nst
Nim 030302014
2B
Depertemen : Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Jurusan : Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh; Komisi Pembimbing
(UIr. Lahmuddin Lubis, MPU) (UIr. ZulnayatiU) Ketua Anggota
Megetahui;
(UIr. Marheni, MPU)
Ketua Deperteman/ Program Studi
4B
ABSTRACT
Enni Sahrani Nasution “The Effect of Nimba Extract concentration to derease of Alternaria porri (EII. Cif) on Red Onion (Allium ascalonicum L). With the conseling Mr. Lahmuddin Lubis, MP, as leader. Mrs. Ir. Zulnayati, as co-author.
The objective of this reseach is to know the intencity effect of Nimba Extrack Concentration for decreasing of Alternaria porri (EII. Cif). Affect On Red Onion.
This research was conducted at BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, with the height approximately 25 metres the surface of sea. This research was started from November 2007 to January 2008.
This metodologi of this research using Non factorial Randomized completely Block Desingn consist of (P0 (Control/no treat ment), P1 (100 gr of Mimba leaf on 1 liter water/plot), P2 (150 gram of mimba on 1 liter water/plot), P3 (200 gram mimba on 1 liter/plot), P4 (250 gram mimba on 1 liter/plot), P5 (300 gram of mimba on 1 liter water/plot). The observation parameters were attact intencity (%) and Production of Red Onion (ton/ha).
The result of this reseach showed that the Nimba leaf extract. Concentration was significantly different to the affect intensity of Alternaria porri EII. Cif, at (2-8) MSA (weeks after application).
ABSTRAK
Enni Sahrani Nst “
PENGARUH KEPEKATAN EKSTRAK
DAUN NIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN
Alternaria porri
(EII. Cif.) PADA TANAMAN BAWANG MERAH
(
Allium acsalonicum
L)”
Dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin lubis, MP. Selaku ketua dan Ibu Ir. Zulnayati selaku anggota.Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepekatan ekstrak daun mimba terhadap penekanan Alternaria porri (EII. Cif.) pada tanaman bawang merah.
Penelitian ini dilaksanakan di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, pada ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl. Penelitian dimulai bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Non factorial yang terdiri dari P0 (Kontrol tanpa perlakuan), P1 (100 gr daun mimba dalam 1 liter air/plot), P2 (150 gr daun mimba dalam 1 liter air/plot), P3 (200 gr daun mimba dalam 1 liter air/plot), P4 (250 gr daun mimba dalam 1 liter air/plot), P5 (300 gr daun mimba dalam 1 liter air/plot). Parameter yang diamati adalah Intensitas serangan (%) dan Produksi bawang merah (ton/ha).
RIWAYAT HIDUP
” Enni Sahrani Nasution” lahir di Padang sidimpuan 1 September 1984 dari
pasangan Ayah anda Anar Hud Nasution dan Ibunda Nur Lela Lubis. Penulis merupakan
putri ke-7 dari delapan bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari SD Inpres Desa
Salambue tahun 1997, tahun 2000 lulus dari sekolah menengah pertama Negeri 5 di
Padang Sidimpuan, tahun 2003 lulus dari sekolah menegah umum Negeri 3 Padang
Sidimpuan dan tahun 2003 diterima sebagai Mahasiswa di Deperteman Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuahn Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur
PMDK.
Kegiatan Akademis yang pernah diikuti penulis selama perkuliahan adalah
Kegiatan Pengajian KOMUS HPT , Anggota IMAPTAN FP USU, Mengikuti ceramah
Ilmiah Pengendalian Hayati sebagai komponen PHT di Fakultas Pertanian USU pada
tanggal 10 Februari 2006. Menjadi Asisten di Laboratorium Nematologi pada Tahun
2006.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Sungei
Putih pada bulan juni-juli 2007 dan melaksanakan prektek skripsi di Balai Pengkajian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyusun skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Kepekatan Ekstrak Daun Nimba Terhadap Penekanan Serangan Alternaria porri (EII. Cif.) Pada Tanaman Bawang Merah (Alium ascalonicum L.).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir.Lahmuddin Lubis,MP, sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir.Zulnayati sebagai
anggota komisi pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan penulis
dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik demi kesempurnaan proposal ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2008
DAFTAR ISI
ABSTRACT... i
ABSTARK ... ii
RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... x
PENDAHULUAN
3. Klasifikasi Penyakit Bercak Ungu (Alternaria porri Ell.Cif).... 7
7. Peubah Amatan ... 16
1. Intensitas Serangan ... 16
2. Produksi Umbi Bawang ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10
KESIMPULAN DAN SARAN ... 23
Kesimpulan ... 23
Saran ... 23
3B
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Beda Uji Rataan Intensitas Serangan Bercak Ungu (Alternaria porri EII. Cif) (%) Untuk setiap waktu
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Konidia Dari Alternaria porri EII. Cif.... 8 2. Gejala Serangan Alternaria porri EII. CIF. ... 9
3. Gambar Histogram rataan intensitas
Alternaria porri EII. Cif terhadap bawang merah ... 19
4. Gambar Histogram kepekatan ekstrak daun mimba
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Bangan Penelitian ... 27
2. Bagan Tanaman Sampel. ... 28
3. Data Intensitas Serangan Penyakit Alternaria porri (%) 1 MSA... 29
12.Data Diskripsi Varietas Kuning ... 34
13.Jadwal Penelitian ... 35
14. Foto Produksi Bawang Merah ... 36
15. Foto Bawang Merah setiap Plot... 37
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tenggara yaitu di daerah
sekitar India, Pakistan, sampai Palestina. Negara-negara di Eropa Barat, Eropa Timur,
dan Spanyol, mengenal bawang merah sekitar abad kedelapan. Dari sini bawang merah
menyebar hingga kedaratan Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Penyebaran ini
tampaknya berhubungan dengan pemburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa
kewilayah Timur jauh yang kemudian berlanjut dengan pendudukan Kolonial di wilayah
Indonesia ( Rahayu dan Berlian, 1999).
Bawang merah sebagai salah satu tanaman komoditas unggulan di beberapa
daerah di Indonesia, bawang merah yang kerap digunakan sebagai bumbu masakan dan
memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya
sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotic, penurunan tekanan darah, kolestrol serta
penurunan kadar gula darah, menurut penelitian bawang merah mengandung kalsium,
fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C ( Irwan, 2007).
Penyakit bercak ungu (Alternaria porri ) tersebar luas di daerah pertanaman
bawang merah di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian jaya ( Veloso, 2007).
Bercak ungu yang di sebabkan oleh Alternaria porri merupakan salah satu
penyakit penting pada bawang merah. Penyakit tersebut dapat menimbulkan kahilangan
Keadaan cuaca yang lembab, mendung, hujan rintik-rintik dapat mendorong
perkembangan penyakit bercak ungu. Pemupukan dengan dosis N yang tinggi atau tidak
berimbang keadaan drainase tanah yang tidak baik, dan suhu antara 30-320C merupakan
kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan pathogen (Veloso, 2007).
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah
sebesar 3,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (3,5%) ternyata lebih
banyak memberikan kontiribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah
dibandingkan dengan komponen produktipitas (0,4%). Bawang merah dihasilkan di 24
dari propinsi di Indonesia. Propinsi penghasil utama (luas areal panen > 1000 hektar
pertahun) bawang merah diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Barat, Jawa Tengah, di Yogya, jawa timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan. Kesembilan
propinsi ini menyumbang 95,8% (Jawa memberikan kontribusi 75%) dari produksi total
bawang merah di Indonesia pada tahun 2003 (Deptan, 2007c).
Infeksi umbi biasanya terjadi pada saat atau setelah panen. Umbi tampak
membusuk berwarna kuning atau merah kecoklatan, serangan lanjut menyebabkan
jaringan umbi yang terserang mengering, berwarna gelap dan bertekstur seperti kertas
(Deptan, 2007b).
Pengendalian penyakit bercak ungu dapat menggunakan pestisida hayati yang
akrap dengan lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini mudah terurai,
dapat dibuat olah petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga
pembuatan terjangkau (BPPT, 2007b).
Tanaman nimba (Azedirachta indica) telah lama dikenal dan mulai banyak
digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida.
Senyawa aktif yang di kandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin,
meliantriol, salannin, dan nimbin (BPPT, 2007b).
2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kepekatan ekstrak daun nimba terhadap penekanan
serangan Alternaria porri (EII.Cif.) pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum
L.).
3. Hipotesa Penelitian
Pemberian kepekatan ekstrak daun nimba bisa menekan serangan Alternaria
porri (EII.Cif.) pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).
4. Kegunaan Penelitian
• Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tanaman
Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus :Alium
Spesises : Alium ascalonicum L.
Akar
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm.
Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).
Batang
Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis
dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus
terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang
Daun
Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian
ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai
yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2007).
Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara
30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar
(bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga
yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan
bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2007).
Buah dan Biji
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3
butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah
tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan
perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).
2. Syarat Tumbuh Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi
terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara
antara 25-32o C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%, karena
angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan
pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007a).
Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka
angin kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan
kerusakan tanaman. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara
300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007d).
Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta
hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban udara nisbi antara
80-90 persen. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu
tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan, 2007d).
Tanah
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi,
yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah
0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah
yang bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari
minimum 70%. (BPPT, 2007a).
Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung
bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu,
drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air
(darainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan
3. Klasifikasi Penyakit Bercak ungu (Alternaria porri EII.Cif ).
Menurut Deptan (2007a) penyakit bercak ungu (Alternaria porri Ell Cif.) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Eumycota
SubDivisio : Eumycotina
Kelas : Hyphomycetes
Ordo : Hypales
Family : Dematiaceae
Genus : Alternaria
Spesies : Alternaria porri EII Cif.
Gejala Serangan
Gejala pertama adalah terjadinya bercak kecil, melekuk, berwarna putih sampai
kelabu. Jika membesar, bercak tampak bercincin-cincin, dan warnanya agak keunguan.
Tepinya agak kemerahan atau keunguan dan dikeliingi oleh zona yang berwarna kuning,
yang dapat meluas agak jauh di atas atau di bawah bercak, pada cuaca lembab permukaan
bercak tertutup oleh konidiofor dan konidium jamur yang berwarna coklat sampai hitam.
Ujungnya daun yang sakit mengering. Bercak lebih banyak terdapat pada daun tua
(Semangun, 2000).
Gejala Serangan
Gambar 1.Gejala serangan Alternaria porri (EII Cif). Sumber Morales (2007) dan foto langsung
Daur Hidup
Konidium dan konidiofor berwarna hitam atau coklat. Konidium berbentuk gada
yang bersekat-sekat, pada salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya
menyempit dan agak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi
tanaman melalui stomata atau luka-luka yang terjadi pada tanaman. Pathogen dapat
bertahan dan musim-kemusim pada sisa-sisa tanaman (Veloso, 2007).
Di lapangan jamur membentuk konidium pada malam hari. Konidium disebarkan
oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut dan melalui luka-luka (Semangun, 2000).
Alternaria porri membentuk spora kira-kira empat hari setelah gejala-gejala
serangan terlihat. Badan buah yang mengandung spora mudah terlapas karena angin,
serangga, manusia dan penyebarannya cukup jauh apabila angin dan cuaca mendukung
Konidiofor berwarna gelap, sederhana, biasanya pendek dengan konidia
sederhana atau cabang-cabang dengan rangkaian-rangkaian konidia, bersekat silang
(Stress, 1980).
Gambar 2.Jamur Alternaria porri (EII Cif) Deptan (2007a).
Faktor yang mempengaruhi
Tanaman yang baik pertumbuhannya kerena dipupuk secara seimbang dan
mendapat penyiraman yang cukup kurang mendapat gangguan penyakit. Demikian juga
tanaman bawang musim kemarau. Menurut Suhardi (1988) terdapat tanda-tanda bahwa
pemupukan dengan urea pada musim hujan akan meningkatkan serangan Alternaria
porri (Semangun, 2000).
Hujan dan kelembaban yang tinggi dan cuaca mendung sangat membantu
pertumbuhan dan perkembangan cendawan, kalau terjadi hujan terus-menerus dan ada
juga factor pengaruh panas dan kekeringan. Spora ini dapat tumbuh sebagai saprofit
dalam tanah pada sisa-sisa tanaman atau pupuk kandang dan kompos, spora dapat
Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara menanam bawang dilahan yang
mempunyai darainase baik dan dengan mengadakan pergiliran tanaman (rotasi), dengan
penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb, dan nabam yang ditambah sulfat seng.
Fungisida perlu ditambahkan perata agar dapat membasahi daun bawang yang berlilin,
dan pemakaian Antarcol 70 WP (propineb) dan Dithane M-45 (mankozeb) (Semangun,
2000).
4. Insektisida nabati
Tanaman nimba asalnya tidak jelas dan dapat tumbuh di daerah tropis pada
dataran rendah. Di Indonesia tanaman ini tumbuh di daerah Jawa Barat, Jawa Timur,
Madura dan Sumatera dan pada ketinggian sampai dengan 300 m dpl. Tanaman ini
mempunyai batang dengan tinggi 8-15 m, bunga banci, batang simpodial, kulit batang
menggandung gum, pahit. Daun menyirip gasal berpasangan. Anak daun dengan helaian
berbentuk memanjang lanset bengkok, panjang 3-10 cm, lebar 0,5-3,5 cm, pangkal
runcing tidak simetri, remasan berasa pahit, warna hijau muda (Nasar, 2007).
Aktifitas biologi dari tanaman nimba disebabkan oleh adanya kandungan
senyawa-senyawa bioaktif yang termasuk dalam kelompok limonoid (triterpenid).
Setidaknya terdapat sembilan senyawa limonoid yang telah berhasil diidentifikasi
diantaranya adalah azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin dan nimbidin
(Sastrodiharjo, 1993).
Menurut hasil penelitian, Balai Penelitian Sayuran, Lembang Bandung 200 gr
daun nimba dalam satu liter air dapat menekan jamur Alternaria porri pada tanaman
Menurut penelitian (Indrianingsih, 2007) menyatakan efektivitas ekstrak daun
mimba terhadap jamur Alternaria porri dengan membandingkan dua ekstraksi. Jamur
A.porri adalah jamur penyebab penyakit bercak ungu pada tanaman bawang. Metode
ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi secara meserasi dan refluks. Serbuk kering
daun nimba diekstrak menggunakan pelarut-pelarut organik yang sama pada
masing-masing metode. Pelarut-pelarut organic yang digunkan adalah kloroform, etanol dan air
hasil ekstraksi diaplikasikan pada jamur Alternaria porri secara in vitro. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun nimba dengan larutan aquades metode
ekstraksi maserasi merupakan metode yang paling efektif untuk menghambat
pertumbuhan Alternaria porri dibandingkan dua metode lainnya, dengan persen
hambatan 38,27% (Indrianingsih, 2007).
Kelemahan pestisida nabati adalah daya tahan yang singkat atau sangat mudah
berubah oleh karena itu volume aplikasi harus direncanakan dengan cermat agar efisien
dan konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak konsisten karena sangat tergantung
pada tingkat kesegaran bahan baku, juga diperluhkan standar pengolahan untuk tiap
BAHAN DAN METODE
1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) di Johor,
Medan pada ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Oktober 2007 sampai Januari 2008.
2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas
kuning khusus untuk varietas dataran rendah, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL,
fungisida sistemik (Propamakarb hidroklorida) pupuk kandang dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkol, timbangan, gembor,
tugal, handsprayar, meteran, alat tulis, buku, kalkulator, blender, saringan, kain kasa,
jerigen, pisau
3. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang
terdiri dari 6 perlakuan.
Perlakuan yang digunakan yaitu:
1. Po = Kontrol
2. P1 = 100 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot
3. P2 = 150 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot
4. P3 = 200 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot
5. P4 = 250 gr daun nimba dalam 1 liter air / plot
Banyaknya ulangan dilakukan sebanyak 4 ulangan untuk setiap perlakuan.
Banyaknya ulangan diperoleh dari rumus:
(t-l) (r-l) ≥ 15
(6-l) (r-l) ≥ 15
5r-5 ≥ 15
5r ≥ 20
r ≥ 4
Model linier rancangan yang digunakan adalah:
Yij
= +i
+j
+ij
Dimana:
Yij =
Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulanagan ke-j= Nilai tengah umum
i =
Pengaruh perlakuan ke-ij =
Pengaruh Ulangan ke-jij =
Pengaruh galat percobaan dari setiap satuan percobaan padaulangan yang ke-j dan perlakuan yang ke-i
(Bangun, 1990).
4. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma atau
sisa tanaman dari pertanaman sebelumnya, dengan menggunakan cangkul, kemudian
Setelah diolah, dibuat bedengan atau petak sesuai dengan jumlah perlakuan, dengan
ukuran tiap plot 2 x 1,2 m, jarak antara plot dalam satu ulangan 50 cm, dan jarak antara
ulangan 70 cm, sehingga luas seluruh lahan 10 x 12 m
Perlakuan seed treatmen dilakukan dengan cara melarutkan fungisida
Propamakarb hidroklorida dengan kosentrasi 10 cc/10 liter untuk 10 kg benih,
perendaman dilakukan dengan memasukkan benih kedalam larutan fungisida selama 10
menit.
2. Penanaman
Bibit bawang ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm, yaitu jarak dalam baris 20
cm dan jarak antar baris 20 cm dengan jumlah populasi tanaman bawang satu plot 40
tanaman. Benih ditanam dengan menggunakan tugal kecil kemudian benih ditanam 2
perlobang. Dua minggu setelah tanam dilakukan pemilihan tanaman yang sehat dan
tinggal hanya satu tanaman/lobang. Penanaman agak sedikit umbi bawangnya tertanam
didalam tanah.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiangan, penyiraman, dan penggemburan
tanah. Penyiraman mulai dilakukan sejak penanaman setiap hari dilakukan pada pagi
atau sore hari, apabila keadaan cuaca panas dan tanah terlalu kering.
Penyiangan dilakukan sedini mungkin karena akar bawang merah yang muda
sukar untuk bersaing dengan gulma atau tumbuhan liar. Penyiangan biasanya dilakukan 2
kali, yaitu 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan disekitar tanaman sebaiknya
Penggemburan tanah tujuannya adalah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam
tanah. Alat yang digunakan adalah kored, penggemburan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam.
4. Pemupukan
Pupuk dasar yang diberikan terdiri atas pupuk kandang 3,6 kg/ plot diberikan
dengan cara disebarkan di atas bedengan 5 hari sebelum tanam, pupuk anorganik yang
diberikan yaitu pupuk Urea 48 gr/plot yang pertama kali sebanyak 24 gr/plot, pupuk TSP
48 gr/plot, KCL 30 gr/plot diberikan pada saat tanam dan pemberian pupuk Urea kedua
kalinya 25 hari setelah tanam sebanyak dosis anjuran 24 gr/plot, cara pemupukan
dilakukan dengan ditaburkan pada larikan diantara baris tanaman kira-kira 5 cm,
kemudian alur pupuk tersebut ditutup dengan tanah.
5. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman tua, dengan kriteria daun menguning dan
kering sekitar 70-80% dan umur tanaman 66-70 hari setelah tanam dan pangkal batang
mengeras. Sebagian umbi telah tersembul diatas permukaan tanah.
6. Prosedur pembuatan ekstrak daun mimba
Daun nimba diambil dari lapangan dan ditimbang sebanyak 100 gr, 150
gr, 200 gr, 250 gr dan 300 gr sesuai dengan perlakuan kemudian dibersihkan dari kotoran
dengan menggunakan air bersih, dimasukkan kedalam belender dengan menggunakan air
40 cc. Hasil ekstrak daun mimba disaring dengan menggunakan corong yang dilapisi
dengan kain muslim. Ekstrak yang telah disaring diambil dan tambahkan air sampai
Aplikasi pertama dilakukan sesuai dengan perlakuan setelah ada serangan 5%.
Pengaplikasian dilakuakan sebanyak 8 kali selama penelitian dan diaplikasikan satu kali
seminggu pada pagi hari. Apabila pengamatan pendahuluan tidak ada serangan dilakukan
inokulasi phatogen.
7. Peubah Amatan 1. Intensitas serangan
Pengamatan terhadap intensitas serangan dilakukan pada saat tanaman ada
serangan diamati seminggu sekali dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
IS = ∑
NXZ nxv
X 100%
Keterangan:
IS = Intensitas serangan (%)
n = Jumlah rumpun yang memiliki nilai kerusakan (Skor) yang sama
v = Nilai atau skor kerusakan yang ditetapkan berdasarkan luas daun yang
terserang yaitu:
0 = Tanaman sehat
1 = Luas kerusakan daun > 0 – 10 %
2 = Luas kerusakan daun > 10 – 20%
3 = Luas kerusakan daun > 20 – 40%
4 = Luas kerusakan daun > 40 – 60%
5 = Luas kerusakan daun > 60 – 100%
Z = Nilai kerusakan tertinggi (V = 5)
2. Produksi umbi bawang
Produksi dihitung dengan menimbang berat bawang (Kg) yang dipanen dari setiap
plot perlakuan, dan dikonservasikan kedalam ton/ha dengan mengggunakan
rumus:
Y (ton/ha) =
L X
X
Kg m
1000 000 . 10
Keterangan:
Y = Produksi dalam ton/ha
X = Produksi dalam kg/plot
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Intensitas Serangan Alternaria porri EII. Cif.
Hasil pengamatan intensitas serangan Alternaria porri EII. Cif. Pada waktu setiap
pengamatan mulai 1-8 minggu setelah aplikasi (MSA) dapat dilihat pada lampiaran 1-8.
Dari Analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan nyata dan sagat nyata antar
perlakuan untuk mengetahui perlakuan mana yang nyata dan sangat nyata maka
dilakukan uju jarak Duncan., hal ini dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Kepekatan Ekstrak daun mimba Terhadap Intensitas Serangan (%) Alternaria porri EII. Cif.
Perlakuan Waktu Pengamatan (MSA)
1MSA 2MSA 3MSA 4MSA 5MSA 6MSA 7MSA 8MSA
P0 6,88a 8,87a 9,59a 10,50a 16,21a 21,15a 23,06a 25,58a
P1 2,71b 3,82b 5,83b 6,04b 6,16b 6,05b 6,14b 6,52b
P2 3,35b 4,04b 4,13b 4,23b 4,34bc 4,33bc 4,50bc 4,69bc
P3 2,52b 3,45b 3,57b 3,57b 3,63c 3,58c 3,61c 3,63c
P4 3,12b 3,72b 4,36b 4,63b 4,90bc 4,88bc 5,15bc 5,68bc
P5 3,56b 3,87b 4,36b 4,43b 4,46bc 4,76bc 5,36bc 5,74bc
Dari tabel satu diketahui intensitas serangan tertinggi pada perlakuan P0 pada
pengamatan 8 MSA yaitu sebesar 25,58% dan terendah pada perlakuan P3 pada 1 MSA
sebesar 2,52%.
Dari data diatas didapat bahwa rata-rata intensitas serangan tertinggi didapat
pada P0 pada setiap pengamatan dan rata-rata intensitas serangan terendah didapat pada
perlakuan P3 yaitu perlakuan 200 gr daun nimba dalam 1 liter air/plot. Hal ini
menunjukkan bahwa ektrak daun nimba dengan larutan aguades biasa menghambat
pertumbuhan Alternaria porri , Setiawan ( 2003) mengemukakan bahwa hasil penelitian
sayuran, lembang Bandung 200 gr daun nimba dalam satu liter air dapat menekan jamur
Alternaria porri EII. Cif pada tanaman sayuran.
Intensitas serangan pada pengamatan 1 MSA berpengaruh nyata terhadap
perlakuan P1, P2, P3, P4, P4, P5 dengan pengamatan 2-8 MSA. Pada perlakuan P1
sampai P5 berpengaruh sangat nyata dimana kita dapat melihat pada lampiran daftar sidik
ragam mulai dari 2 MSA-8 MSA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan bercak ungu pada tanaman
bawang merah terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh hujan yang terus
menerus dengan rata-rata pada bulan November (12,06), Desember (7,04) dan Januari
(4,08) mm perhari tahun 2007 dan 2008 akan tetapi tidak berpengaruh terhadap perlakuan
P1 sampai P5 karena didukung oleh pemberian pupuk yang berimbang sesuai dengan
5.00
Gambar: Histogram Hubungan Kepekatan Ekstrak Daun mimba Terhadap Intensitas Serangan Alternaria porri EII. Cif.
Dari gambar histogram di atas , pengamatan 8 MSA bahwa intensitas serangan
penyakit bercak ungu yang tertinggi pada perlakuan P0 (Tanpa perlakuan) yaitu 25,58%
sedangkan intensitas penyakit bercak ungu terendah pada perlakuan P3 sebesar 2,52%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan bercak ungu pada tanaman bawang
merah berpengaruh terhadap data curah hujan yang mendukung perkembangan phatogen
karena kelembaban pada lampiran menunjukkan 82-84,3% kelembaban ini dapat tumbuh
berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal.
Daun nimba bisa mengendalikan penyakit Alternaria porri EII. Cif pada tanaman
bawang merah dengan menggunakan ekstrak daun nimba yang dicampur dengan aqudes
dengan persen hambatan 38, 27%, Sastrodiharjo, (1993) mengemukakan bahwa tanaman
nimba disebabkan adanya kandungan senyawa-senyawa bioaktif yang termasuk dalam
Hasil pengamatan 8 MSA dapat dilihat setiap serangan yang tertinggi pada
perlakuan mulai dari P0 (25,58%), P1 (6,52%), P5 (5,74%), P4 (5,68%), P2 (4,69%) P3
(3,63%). Berdasarkan katagori serangan penyakit ini termasuk rendah.
Produksi
Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat bawha
perlakuan P1 sampai P5 dengan ekstrak daun nimba yaitu 100 gr daun nimba sampai 300
gr berpengaruh sangat nyata terhadap produksi untuk menentukan perbedaan antara
perlakuan dapat dilihat pada lampiran 9.
Tabel 2: Uji Beda Rataan Produksi Tanaman Bawang Merah (Kg / plot).
Ulangan
Total 56,80 59,70 54,00 57,50 228,00
Rataan 9,47 9,95 9,00 9,58
Keterangan: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Jarak Duncan (DMRT).
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa produksi rataan umbi kering bawang
merah tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 12,08 kg/plot, P1 10,63
kg/plot, P4 9,63 kg/plot, P5 9,23 kg/plot, P2 9,08 kg/plot dan yang terendah pada
perlakuan P0 yaitu 6,38 kg/Ha. Hal ini menunjukkan produksi tinggi sesuai dengan
Y = 0.4071x + 8.075 r = 0.4022
0,00
5,00
10,00
15,00
0
1
2
3
4
5
6
Kepekatan Daun Nimba
P
roduk
s
i
(k
g)
Gambar 2: Histogram pengaruh pemberian kepekatan ekstrak daun mamba terhadap produksi bawang merah.
Dari tabel 2 dapat kita lihat bahwa produksi tertinggi di dapat pada perlakuan P3
dan produksi terendah pada perlakuan P0. Hal ini terjadi karena intensitas serangan pada
P3 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini disebabkan karena
meningkatnya daya tahan daun terhadap serangan penyakit bercak daun Alternaria porri
akibat pemberian ekstrak daun mimba.
Dari produksi yang terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung karena
keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32% hal ini sesuai dengan data pada
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria
porri EII. Cif) pada pengamatan 1 MSA dan berpengaruh sangat nyata pada
pengamtan ke-2 sampai 8 MSA.
2. Intensitas serangan Alternaria porri EII. Cif tertinggi pada perlakuan
P0 ( 8 MSA) yaitu sebesar 25,58 % dan terendah perlakuan P3 (1 MSA) yaitu
sebesar 2,52 %.
3. Dari hasil penelitian pemberian kepekatan ekstrak daun nimba mengurangi
tingkat intensitas serangan Alternaria porri pada pemberian 200 gr daun nimba
dalam 1 liter air/plot (P3).
4. Intensitas serangan tertinggi pada setiap pengamatan 8 MSA didapat pada
perlakun P0 25,58 %, P1 6,52 %, P5 5,74 %, P4 5,68 %, P2 4,69 % dan terendah
didapat pada P3 yaitu 3,63 %.
5. Tingkat produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (12,08 Kg/plot) dan
terendah pada perlakuan P0 sebesar 6,38 Kg/plot.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian kepekatan ekstrak daun
nimba terhadap perkembangan penyakit Alternaria porri pada bawang merah pada
DAFTAR PUSTAKA
AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18.
BPPT, 2007a. Teknologi budidaya Tanaman Pangan.
htpp//www.iptek.net.id/ind/tekn ologi-pangan/index.php id=244. Diakses 21 Februari 2007.
_____, 2007b. Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (HPT).
htpp://www.iptek.net.id/ind/pd-tanobat/view.php id 240. Diakses tanggal 24 Februari 2007.
Bangun, M.K., 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Hlm 23-24.
Deptan, 2007a. Bercak ungu atau Trotol (Prriole Blotch) Alternaria porri.
HU
http://www.deptan.go.id/ditilen horti/opt/bw.merah/trotol.htmlUH. Diakses tanggal 21 Februai 2007.
______, 2007b. Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa OPT Benih Hortikultura.
HU
http://www.deptan.go.id/ditinhorti/buku/bab-iv-sayu.htmUH. Diakses tanggal 21 Februari 2007.
______, 2007c. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. htpp://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b3 bawang. Diakses tanggal 21 Februari 2007.
______, 2007d. Bawang merah.
http//www warintek progresio.or.id/pertanian/bawang merah.html. Diakses tanggal 21 Februari 2007.
Irwan, 2007. Bawang Merah dan Pestisida.
HU
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel php article-id=7849811UH. Diakses 21 Februari 2007.
Indrianingsih, 2007. UPT Balai Pengembangan proses Teknologi kimia.
htpp//www.lipi.go.id/www.cgi,publikasi&11546709720061055341. Diakses tanggal 21 Februari 2007.
Morales, 2007. Alternaria porri.
HU
http://gis.ucsc.edu/disease/fugal%20pathogens/Alternaria/Alternaria partrait.htmlUH.
Diakses tanggal 21 Februari 2007.
Nasar, 2007. Mimba (Azadirachtan Indica A.juss).
htpp// digilib.si.itb.ac.id/go.php id=jiptumm-gdi-horitage-2002-dianindrat-482 & width=150.
Diakses 24 Februari 2007.
Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca panen. Kanisius, Jakarta, Hlm 18.
Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta, Hlm 4.
Suhardi, 1998. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.
Sastrodiharjo, 1993, Proseding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan pestisida Nabati, badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelelitian Tanaman Rempah dan Obat, Hlm. 230-231.
Semangun, H, 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Hlm. 23-27.
Stress, R.B, 1980. Diagnosis of Plant Disease. The University of Arizona Press. USA, Hlm. 8.
Setiawan, 2003. Pengenalan dan pengendalian Hama-hama Penting pada tanaman cabai merah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung. Hlm 42.
Sudirja, 2007. Bawang Merah.
http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/ Alternaria partrait.html diakses tanggal 21 Februari 2007.
Veloso, 2007. Sekilas Tentang Penyakit Trotol.
HUhttp://petaniUH desa.wordpress.com/2007/02/05/sekilas-tentang-penyakit-trotol. Diakses tanggal 21 Februari 2007.
Lampiran 1. Bagan Penelitian
Jarak antara plot ulangan = 70 cm
Jumlah tanaman setiap plot = 40 tanaman
Jarak tanam = 20 x 20 cm
Jumlah tanaman seluruhnya = 960 tanaman
Jumlah plot seluruhnya = 24 plot
Ukuran lahan seluruhnaya = 10 x 12 m
Bagan Pengambilan sampel
2 M
1,2 M
Keterangan:
X : Tanaman bawang
: Tanaman sampel 20 cm
X X X X X X X X 20 cm
X X X X X
X X X X X
X X X X X X
Lampiran 10 :
Diskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas KuningAsal : Lokal Brebes
Umur : Panen 56-66 hari
Tinggi tanaman : 35,3 cm (33,7-36,9 cm)
Kemampuan berbunga : Susah (alami)
Banyaknya anakan : 7-12
Bentuk daun : Silindris seperti pipa
Warna daun : Hijau kekuning-kuningan
Banyak daun : 34-47
Bentuk bunga : Seperti payung
Banyak buah/tangkai : 70-96 (83)
Banyak bunga : 100-142 (121)
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Bulat ujung meruncing
Warna umbi : Merah gelap
Produksi umbi : 14,4 ton /ha
Susut bobot umbi : 21,5-22,0% (basah-kering)
Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap busuk umbi Botritis allii
Kepakaan terhadap penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun
Phytophthora porri
Lampiran 11: Jadwal Penelitian
Peyiangan = umur tanaman 2 dan 4 minggu setelah tanam
Penggemburan = umur tanaman 2 dan 4 minggu setelah tanam
Pemupukan = Pada saat tanam dan umur 10 dan 25 hari setelah tanam
Pengamatana = Pengamatan pendahuluan sebelum aplikasi
≥ 5 % dilakukan aplikasi
Lampiarn 12. Gambar : Tanaman Sehat, Serangan Alternaria porri EII. Cif
Gambar: Serangan penyakit Alternaria porri EII. Cif pada Bawang merah
Gamabar: Tanaman yang sehat
Lampiran 13: Gambar Tanaman Bawang Merah pada setiap plot
Lampiran 14. Gamabar Produksi umbi kering Bawang Merah
PELAYANAN JASA INFORMASI METERIOLOGI CURAH HUJAN, SUHU UDARA DAN KELEMBABAN UDARA
DAERAH MEDAN SEKITARNYA TAHUN 2007-2008
Tanggal Curah hujan Curah hujan Curah hujan
2007 2007 2008
November Desember Januri
PELAYANAN JASA INFORMASI METERIOLOGI CURAH HUJAN, SUHU UDARA DAN KELEMBABAN UDARA
DAERAH MEDAN SEKITARNYA TAHUN 2007-2008
Tanggal Suhu Udara Suhu Udara Suhu Udara
2007 2007 2008
November Desember Januri
PELAYANAN JASA INFORMASI METERIOLOGI CURAH HUJAN, SUHU UDARA DAN KELEMBABAN UDARA
DAERAH MEDAN SEKITARNYA
November Desember Januri
Lampiran 9. Rataan Produksi Tanaman Bawang
Total 56,80 59,70 54,00 57,50 228,00
Rataan 9,47 9,95 9,00 9,58 9,50 Total 107,01 110,16 103,72 107,53 428,42
UJD.05
SY 0,478911
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 1,442 1,513 1,556 1,585 1,609
UJD.05
SY 0,731344
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,201 2,311 2,377 2,421 2,457
2,52 2,71 3,12 3,35 3,56 6,88
a
b
UJD.05
SY 0,635191
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 1,912 2,007 2,064 2,102 2,134
3,45 3,720 3,82 3,87 4,040 8,87
a
b
UJD.05
SY 0,806648
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,428 2,549 2,622 2,670 2,710
3,57 4,13 4,36 4,36 5,83 9,59
a
b
UJD.05
SY 0,824642
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,482 2,606 2,680 2,730 2,771
3,57 4,23 4,43 4,63 6,04 10,50
a
b
UJD.05
SY 0,705437
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,123 2,229 2,293 2,335 2,370
3,63 4,34 4,46 4,90 6,16 16,21
a
b
c
Lampiran 6. Rataan Intensitas Serangan 6 MSA
Total 22,89 14,05 16,42 14,14 67,50
UJD.05
SY 0,739658
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,226 2,337 2,404 2,448 2,485
3,58 4,33 4,76 4,88 6,05 21,15
a
b
c
UJD.05
SY 0,704984
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 2,122 2,228 2,291 2,333 2,369
3,61 4,50 5,15 5,36 6,14 23,06
a
b
c
Lampiran 8. Rataan Intensitas Serangan 8 MSA
UJD.05
SY 0,65784
P 2 3 4 5 6
SSR.05 3,01 3,16 3,25 3,31 3,36 LSR.05 1,980 2,079 2,138 2,177 2,210
3,63 4,69 5,68 5,74 6,52 25,58
a
b
c