• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembukaan lahan pertama kali dimulai tanggal 24 Mei 2014 dengan kegiatan membersihkan gulma lunak maupun berkayu pada lahan penelitian.

11 sehingga terdapat sembilan kombinasi perlakuan yang diberikan pada petakan rumput dengan tiga blok. Perlakuan tersebut dirinci sebagai berikut:

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

dengan dosis Phospor (P2O5) dan Kalium (K2O) mengikuti dosis Nitrogen (N).

Petak yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m. Jarak antar petak dalam satu ulangan adalah 0.5 m dan jarak antar ulangan adalah 0.5 m. Dengan demikian penelitian ini memiliki jumlah 27 jumlah unit dan satuan percobaan dalam bentuk petakan rumput di lapangan (Lampiran 1 dan 2). Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk i = perlakuan 1,2,3,4,5,6

j = blok 1,2,3 Keterangan :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam blok ke- j µ = nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)

αi = pengaruh dari faktor A (dosis pupuk)

βj = pengaruh dari faktor B (campuran media tanam) (αβ)ij = komponen interaksi faktor A dan faktor B

ρk = pengaruh aditif dari tiga kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan

εijk = pengaruh galat / error.

Pengolahan data menggunakan IBM SPSS 20 dan dilakukan analisis sidik ragam serta pengujian lanjut dengan Duncan Multiple Range Test taraf alpha (α)

5%. Analisis sidik ragam digunakan untuk menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan dosis pupuk dan campuran media tanam terhadap hasil yang diamati. Apabila dari hasil analisis ini diketahui ada perlakuan yang memberikan pengaruh yang nyata, uji lanjut DMRT dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing taraf perlakuan tersebut terhadap hasil.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan dan Bahan

Pembukaan lahan pertama kali dimulai tanggal 24 Mei 2014 dengan kegiatan membersihkan gulma lunak maupun berkayu pada lahan penelitian.

12

Persiapan lahan dilanjutkan kembali tanggal 16 Juni 2014 dengan kegiatan membuat petak tanam.

Bahan yang perlu dipersiapkan secara khusus adalah bentonit. Bentonit didapatkan dari produsen bentonit alam di wilayah Kebon Panas, Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Ukuran awal bentonit masih sebesar batu pada umumnya, yaitu 15 cm - 20 cm. Bentonit dipecah manual menggunakan martil hingga berukuran 2 mm atau seukuran sama dengan pasir. Bentonit kemudian diayak dengan kawat berukuran 5 mm untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Bentonit yang tidak lolos ayakan dikecilkan kembali sampai didapat ukuran yang sesuai. Kondisi fisik bentonit sebelum dan sesudah dipecahkan dapat dilihat pada Gambar 4.

Bahan lain yang perlu dipersiapkan adalah pasir dan rumput bermuda (Cynodon dactylon L). Pasir hitam didapatkan dari Ciomas dan volume yang dibutuhkan disesuaikan dengan kedalaman lubang tanam serta perbandingan campurannya dengan bentonit. Rumput bermuda didapatkan dari Sawangan Depok dengan jenis varietasnya adalah Tifway. Kebutuhan rumput juga disesuaikan dengan jumlah lempengan rumput yang ditanam tiap petak percobaan.

Pembuatan Petak

Petak percobaan diatur berdasarkan rancangan acak kelompok dua faktor, yaitu faktor pemupukan NPK dan faktor campuran media tanam. Setiap faktor terdiri dari tiga taraf dan diulang sebanyak tiga kali dalam bentuk blok sehingga ada 9 kombinasi perlakuan dan memerlukan petak sebanyak 27 petak.

Langkah pertama adalah pematokan lahan berukuran 13 meter x 4 meter. Selanjutnya pemasangan ajir untuk pembuatan masing-masing lajur blok. Setiap blok diukur 1 m x 1 m sebanyak sembilan kali untuk membuat sembilan petak, dengan memperhitungkan juga jarak antar petak yaitu 50 cm. Berikutnya petak diberi pembatas tali dan diulang untuk membuat blok kedua dan blok ketiga. Jarak antar blok sama dengan jarak antar petak, yaitu 50 cm.

a b

Gambar 4 Kondisi fisik bentonit (a) ukuran bentonit awal dan (b) yang sudah dipecahkan

13

Petak berukuran 1 m x 1 m digali sedalam 15 cm kemudian diisi dengan media tanam (Gambar 5). Ketebalan media setiap petak adalah 15 cm dan diisi oleh campuran pasir dan bentonit dengan perbandingan volume yang sudah ditentukan menggunakan hitungan ember. Terakhir sebelum media ditanami rumput, permukaan media tanam diratakan agar tidak terjadi penggenangan air bila hujan datang atau saat penyiraman.

Penanaman

Sebelum memulai penanaman, masing-masing petak yang sudah diisi oleh media tanam diberi tanda persegi berukuran 60 cm x 60 cm yang dipenuhi dengan lempengan rumput sehingga penutupan rumput di awal penanaman adalah 36 persen. Hal ini bertujuan menyeragamkan jumlah rumput yang akan ditanam sehingga error saat pengamatan variabel kepadatan pucuk nantinya dapat dihindari. Lempengan rumput bermuda yang sudah dikumpulkan pada persegi 60 cm x 60 cm kemudian dipotong hingga berukuran 5 cm x 5 cm. Rumput yang sudah dipotong lalu ditanam dengan susunan berseling pada petak tanam yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Pembuatan petak (a) penggalian petak (b) pengisian petak dengan media tanam

a b

Gambar 6 Penanaman rumput (a) sebelum top dressing dan (b) keadaan rumput setelah top dressing

14

Perlakuan dosis pupuk diberikan sebelum rumput ditanam dalam bentuk NPK pada awal penelitian (0 HST). Setelah pupuk diberikan dan diaduk bersama media tanam, rumput ditanam berselang seling kemudian diratakan. Hal ini agar permukaan rumput sama rata dengan media tanam. Rumput juga ditutupi pasir (top dressing) supaya mengurangi penguapan. Terakhir adalah rumput disiram hingga basah merata menggunakan gembor.

NPK Phonska perbandingan (15:15:15) digunakan untuk perlakuan pupuk pada awal penanaman rumput (0 HST). Pupuk NPK diberikan dalam bentuk butiran sebanyak 16.7 gram untuk dosis taraf 2.5 gram unsur N /m2/aplikasi, sebanyak 33.3 gram untuk dosis taraf 5 gram unsur N /m2/aplikasi dan sebanyak 66.7 gram untuk dosis taraf 10 gram unsur N /m2/aplikasi.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian gulma yang seluruhnya dilakukan secara manual. Penyiraman intensif dilakukan di awal penanaman selama 7 hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang optimum bagi rumput. Penyiraman dilakukan dengan selang di tiap petak setiap hari pada pagi, sore dan tiap rumput terlihat sedikit mengering. Rumput disiram dua kali sehari sejak 2 MST hingga 4 MST. Selanjutnya rumput disiram tiap hari satu kali bila tidak hujan hingga penelitian berakhir.

Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah pemupukan. Pemupukan diberikan dalam bentuk pupuk NPK butiran dengan cara disebar, tiap satu minggu dimulai pada 0 HST serta dilanjutkan pada 1 MST hingga 8 MST. Pupuk yang digunakan pada 0 HST adalah pupuk NPK Phonska (15-15-15) dengan tiga taraf dosis. Pemberian pupuk pada 1 hingga 8 MST menggunakan pupuk NPK Mutiara (16- 16-16) dengan jumlah pemberian sebagai berikut:

M1 = 2.5 gram N/m2/aplikasi setara dengan 15.63 gram NPK (16:16:16) M2 = 5 gram N/m2/aplikasi setara dengan 31.25 gram NPK (16:16:16) M3 = 10 gram N/m2/aplikasi setara dengan 62.50 gram NPK (16:16:16) Pemangkasan dilakukan tiap minggu setelah 3 MST dengan tinggi pangkasan 10 mm menggunakan gunting pangkas. Kegiatan pemangkasan dilakukan sebelum pemupukan berlangsung. Setelah pemangkasan dan pemupukan, rumput disiram merata hingga pupuk terlarut dan tidak menempel di daun rumput. Butiran pupuk yang masih menempel pada daun rumput, dapat menyebabkan daun rumput mati terbakar.

Pengendalian hama yang berada di dalam petak pengamatan dibersihkan secara manual menggunakan sabit. Gulma yang sering ditemukan di lapangan percobaan adalah rumput teki, rumput paetan, gulma berdaun lebar, serta lumut yang terbawa dari tempat pembelian sejak awal yang akhirnya berkembang. Serangga yang sering ditemui di dalam petak adalah ulat tentara, semut, cacing tanah, dan belalang. Hama tidak diberikan pengendalian apapun karena keberadaannya tidak mengganggu pertumbuhan rumput dan rumput tidak menunjukkan gejala serangan.

15 Pengamatan dan Pengambilan Data

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tiga peubah sifat fisik media tanam dan sembilan peubah kualitas rumput dengan rincian sebagai berikut: Analisis Sifat Fisik Media Tanam

Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi, permeabilitas dan porositas. Pengujian sifat fisik media tanam dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB.

Tahapan kerja dalam pengambilan sampel tanah untuk ketiga variabel adalah sebagai berikut:

a) tabung ringsample diletakkan tegak pada petakan rumput;

b) tabung ditekan sampai hampir seluruhnya (3/4 bagian) masuk ke dalam media tanam;

c) ringsample kedua diletakkan dan ditekan di atas ringsample pertama hingga seluruh tabung ringsample pertama terbenam di media tanam;

d) petakan sekitar tabung ring sample diiris menggunakan pisau besar hingga sedalam dan sampai mendekati tabung;

e) tabung diangkat dan lapisan atas (rumput) diiris kembali menggunakan pisau hingga yang didapat dalam tabung adalah murni media tanam; dan

f) ring sample ditutup kembali (Gambar 7) dan dibungkus dengan plastik bening.

1. Bobot Isi (Bulkdensity)

Bobot isi ditetapkan dengan metode sebagai berikut :

a) sampel media tiap perlakuan dengan menggunakan tabung ring sample;

b) contoh tanah ditimbang bersama dengan tabungnya (X g); c) tabung kosong ditimbang terpisah (Y g);

d) kadar air tanah ditetapkan (Z %); e) bobot isi dihitung dengan rumus :

b a

16

o o i i ( Y) ( + ) ol m m i

2. Permeabilitas

Permeabilitas ditetapkan dengan cara kerja sebagai berikut :

a) Sampel media tiap perlakuan dengan menggunakan ringsample.

b) Sampel media dan ring sample direndam di dalam air pada bak perendaman hingga setinggi 3 cm dari dasar bak selama 24 jam agar media dalam keadaan jenuh.

c) Sampel dan tabungnya dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas, kemudian air dari kran dialirkan ke alat tersebut.

d) Banyaknya volume air yang keluar dihitung setelah melalui massa media selama satu jam. Pengukuran volume air dilakukan lima kali selama empat hari.

Hari ke-1 : pengukuran I, yaitu 6-7 jam setelah peletakkan sampel media. Pengukuran II dilakukan satu jam kemudian setelah pengukuran I.

Hari ke-2 : penukuran III dilakukan pada jam yang sama pada saat peletakkan sampel hari pertama.

Hari ke-3 : pengkuran IV (24 jam setelah pengukuran III). Hari ke-4 : pengukuran V (24 jam setelah pengukuran IV).

e) Rata-rata jumlah volume air dihitung dari lima pengukuran tersebut. Nilai permeabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Hukum D’ rcy :

= Keterangan :

K : Permeabilitas (cm/jam)

Q : Banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml) T : Waktu pengukuran (jam)

h : Water head, yaitu tinggi permukaan air dari permukaan sampel tanah (cm)

L : Ketebalan sampel media contoh tanah (cm) A : Luas permukaan contoh tanah (cm2)

3. Porositas

Porositas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

oro i = o o j ni p r ik l( o o i i)

Kualitas Visual

1. Persentase penutupan tajuk dihitung tiap pekan selama rumput belum menutup secara merata yaitu dari 1 MST hingga 3 MST. Pengamatan menggunakan foto dari kamera digital dari tiap petak. Dihitung dengan rumus persentase penutupan tajuk (Tinche 2006 dengan penyesuaian).

17

r n p n p n j k = ri p n p n j k ri l p k

2. Tingkat kehijauan warna rumput menggunakan Munsell Colour Chart for Plant yang dapat dilihat dalam Tabel 3. Data diambil setiap pekan sejak 2 MST hingga 9 MST.

3. Tinggi rata-rata rumput untuk mengukur kecepatan tumbuh vertikal rumput, diambil dari tiga titik dan diambil rata-ratnya. Tinggi diukur setiap pekan mulai 4 MST hingga 9 MST, dari pangkal batang terbawah sampai ujung daun tertinggi pucuk pada kondisi rumput yang stabil.

4. Kepadatan pucuk untuk mengukur kerapatan pucuk dalam persegi empat berukuran 10 cm x 10 cm (Gambar 8). Sampel diambil dari rata-rata tiga titik acak dalam satu petak dan dihitung pucuk yang minimal memiliki tiga daun. Tabel 3 Skor warna rumput berdasarkan Munsell ColourChartforPlant

Skor Tingkatan Warna Notasi Munsell

1 Kuning muda (2.5 GY P 9/6)

2 Kuning (2.5 GY B.1 8/9)

3 Hijau kekuningan (2.5 GY L.3 7.5/6)

4 Hijau (2.5 GY L.4 6/6.5)

5 Hijau tua (2.5 GY DI.3 5/6.5)

6 Hijau sangat tua (2.5 GY DI.4 4/6)

Kualitas Fungsional

1. Gelindingan bola (ball roll) rumput diukur dengan meluncurkankan bola golf dari ketinggian 1 meter dengan sudut 30° dengan papan berukuran 1 m (stimpmeter). Selisih jarak titik jatuh awal ke titik akhir menggelinding diukur dengan mistar. Pengukuran diulang tiga kali tiap petak dan dihitung rata-ratanya. Semakin besar jarak bola menggelinding maka kualitas rumput semakin baik. Gelindingan bola diukur setiap pekan setelah rumput menutup secara merata hingga 9 MST.

2. Bobot kering pangkasan (yield) diambil dari bobot rata-rata dua sampel tiap petak menggunakan kuadran 10 cm x 10 cm (Gambar 8). Rumput diambil menggunakan gunting sebelum tindakan pemangkasan saat pemeliharaan.

Pangkasan khusus dipotong sepanjang 10 mm, kemudian dikeringkan dalam

oven dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang menggunakan neraca digital. Pengamatan dilakukan setiap pekan setelah rumput menutup sempurna sejak 4 MST hingga 9 MST.

3. Pada akhir penelitian diukur bobot kering akar. Bobot kering diambil dari sampel menggunakan plug cutter kemudian dipisahkan dari bagian rumput yang di atas tanah menggunakan gunting. Akar kemudian dicuci dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang.

18

4. Verdure dihitung dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yang diambil bersamaan dengan bobot kering akar. Setelah dipisahkan dari akar, verdure diperlakukan sama dengan bobot kering akar yaitu dicuci dan dikeringkan dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang bobotnya.

5. Panjang akar diambil dari dua sampel acak tiap petak menggunakan plug cutter bersamaan dengan pengamatan bobot kering akar. Panjang akar diukur dari pangkal akar teratas sampai akar terbawah pada pekan terakhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung selama bulan Juni hingga September 2014. Secara umum keadaan lapang dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu pemupukan dan campuran media tanam serta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing faktor terdiri dari tiga perlakuan sehingga terdapat 27 jumlah petak percobaan.

Di awal masa penanaman, rumput selalu dijaga dalam keadaan cukup air sehingga tidak mengalami kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tindakan ini dinilai cukup efektif karena rumput dapat menutup secara merata dalam 4 MST. Pengambilan data peubah kualitas visual dan fungsional dimulai saat rumput berumur 4 MST. Peubah penutupan tajuk tanaman dan warna daun dimulai sejak 1 dan 2 MST. Pada minggu terakhir pengamatan, diambil pula data peubah panjang dan berat kering akar serta sampel tanah untuk diuji sifat fisiknya. Kemunculan hama dan gulma tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hama yang sering muncul adalah belalang (Valanga nigricornis

Gambar 8 Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan

18

4. Verdure dihitung dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yang diambil bersamaan dengan bobot kering akar. Setelah dipisahkan dari akar, verdure diperlakukan sama dengan bobot kering akar yaitu dicuci dan dikeringkan dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang bobotnya.

5. Panjang akar diambil dari dua sampel acak tiap petak menggunakan plug cutter bersamaan dengan pengamatan bobot kering akar. Panjang akar diukur dari pangkal akar teratas sampai akar terbawah pada pekan terakhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung selama bulan Juni hingga September 2014. Secara umum keadaan lapang dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu pemupukan dan campuran media tanam serta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing faktor terdiri dari tiga perlakuan sehingga terdapat 27 jumlah petak percobaan.

Di awal masa penanaman, rumput selalu dijaga dalam keadaan cukup air sehingga tidak mengalami kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tindakan ini dinilai cukup efektif karena rumput dapat menutup secara merata dalam 4 MST. Pengambilan data peubah kualitas visual dan fungsional dimulai saat rumput berumur 4 MST. Peubah penutupan tajuk tanaman dan warna daun dimulai sejak 1 dan 2 MST. Pada minggu terakhir pengamatan, diambil pula data peubah panjang dan berat kering akar serta sampel tanah untuk diuji sifat fisiknya. Kemunculan hama dan gulma tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hama yang sering muncul adalah belalang (Valanga nigricornis

Gambar 8 Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan

19 Burmeister.), semut (Dolichoderus thoracicus Smith) dan ulat tentara (Pseudelatia unipuncta Haworth). Gulma yang sering tumbuh di lapangan adalah rumput teki (Cyperus rotundus Linn), rumput paetan (Axonopuscompressus (Sw.). P. Beauv), rumput bahia (Paspalumnotatum Flugge), gulma berdaun lebar, lumut yang terbawa dari tempat pembelian rumput, serta tumbuhnya biji pohon petai cina di petak percobaan. Namun, kemunculan hama dan gulma masih dapat ditangani secara manual sehingga tidak menggunakan herbisida atau insektisida.

Gambar 9 Hama dan gulma yang ada pada petak pengamatan (a) ulat tentara (Pseudelatiaunipuncta Haworth) dan (b) gulma berdaun lebar

Sifat Fisik Media Tanam

Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi, permeabilitas dan porositas. Hasil pengujian ketiga sifat fisik media tanam pada penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 10 Sifat fisik tiap perlakuan media tanam

20

Keterangan :

m0 : media 100% pasir

m1 : media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media campuran 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Sifat-sifat fisik tanah secara keseluruhan ditentukan oleh: ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah; jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini; keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilangannya; serta intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung (Hanafiah 2005).

Bobot Isi

Bobot isi atau bulk density (BD) merupakan bobot per satuan volume tanah yang dikeringkan dengan oven yang dinyatakan dalam g/cm3 (Foth 1988). Menurut Turgeon (2005) bobot isi berarti volume bobot kering tanah yang utuh atau tidak terganggu. Bobot isi pada media tanam yang digunakan di penelitian ini memiliki nilai antara 1.02 g/cm3 hingga 1.11 g/cm3.

Perlakuan m2 yaitu faktor perlakuan campuran media pasir 75% + bentonit 25% ukuran 25 mesh memberikan hasil bobot isi terbesar pada penelitian ini. Bobot isi terendah dimiliki oleh perlakuan media tanam 100% pasir (m0) sehingga secara umum penggunaan bentonit sebagai campuran media tanam bersama pasir cenderung memperbesar bobot isi.

Hal yang sama terjadi pula dengan penelitian Martana (2002). Penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013) juga menghasilkan bobot isi lebih tinggi dibanding media tanam pasir 100% saat menggunakan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25%. Tanah pasir yang diberi campuran bentonit yang sudah dimodifikasi keadaan kationnya (cation bentonite benefication) pada penelitian Croker et al (2004) cenderung memiliki bobot isi yang lebih tinggi dibanding media 100% tanah pasir (sandysoil).

Bobot isi yang baik menurut Beard (1982) berdasarkan standar United States Golf Association (USGA) untuk zona akar adalah 1.4 g/cm3 dengan nilai bobot isi terendah yang masih diterima adalah 1.2 g/cm3 dan tertinggi 1.6 g/cm3. Penelitian ini menghasilkan bobot isi yang belum sesuai dengan standar USGA karena rentang nilai yang masih dibawah 1.2 g/cm3.

Porositas

Porositas atau ruang pori total adalah persentase volume ruang pori total dari tanah yang ditempati oleh udara dan air (Foth 1988). Hanafiah (2005) menjelaskan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara sehingga dapat sebagai indikator kondisi aerasi dan drainase tanah. Persentase ruang pori menurut Turgeon (2005) hanya menunjukkan jumlah porositas total dan tidak dapat menunjukkan secara langsung distribusi pori yang berbeda ukuran (makropori, mesopori, dan mikropori).

Porositas tertinggi dimiliki oleh perlakuan m0, yaitu sebesar 61.81% sedangkan porositas terendah didapatkan perlakuan m2 yaitu sebesar 58.22%. Hal

21 ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara porositas dan bobot isi. Semakin besar ruang pori total maka bobot isi media tanam akan semakin ringan karena media tanam dominan terisi oleh udara dan air.

Nilai porositas lebih tinggi saat menggunakan media pasir 100% (m0) dan pasir 87.5% + bentonit 12.5% (m1). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penambahan bentonit dapat mengurangi porositas media tanam tetapi tidak sampai mengganggu pertumbuhan akar. Padahal menurut Foth (1988), tanah dengan permukaan berpasir memiliki porositas yang lebih kecil dibanding tanah dengan permukaan liat. Komposisi 75% pasir + 25% bentonit (ukuran 25 mesh dan 100 mesh) juga memberikan porositas lebih rendah dibandingkan pasir 100% pada penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013). Namun, pemberian 25% sekam padi pada 50% pasir + 25% bentonit memberikan porositas tertinggi.

Penelitian ini menghasilkan porositas dengan rentang 58.22% sampai 61.81% yang melebihi nilai ideal standar dari USGA. Zona akar yang baik harus memiliki porositas (gabungan mikropori dan makropori) antara 40 sampai 55 persen. Distribusi ideal dari komposisi tersebut hedaknya terdiri dari 25% pori kapiler dan 25% ruang pori nonkapiler. Hal ini agar zona akar selalu bisa dilewati air yang perkolasi setiap saat (Beard 1982).

Permeabilitas

Permeabilitas adalah tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air. Permeabilitas ini sangat berkaitan dengan porositas dan kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah atau perkolasi (Hanafiah 2005).

Hasil yang ditampilkan pada Gambar 10 menunjukkan nilai permeabilitas tercepat dimiliki oleh media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) yakni sebesar 83.22 cm/jam. Selanjutnya permeabilitas yang lebih lambat dimiliki oleh perlakuan m2 (77.85 cm/jam), dan yang permeabilitas yang paling lambat adalah perlakuan media pasir 100% (m0) dengan nilai 73.91 cm/jam.

Berdasarkan kriteria kelas laju permeabilitas mengacu pada United States Soil Conservation Service (USSCS), rentang permeabilitas yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong kelas cepat yang sangat cepat (Tabel 4). Permeabilitas yang sangat cepat ini menunjukkan bahwa media tanam sulit menahan air, sehingga air melalu dengan cepat. Hanafiah (2005) menambahkan bahwa dengan permeabilitas yang cepat, harus diperhatikan pula suplai pupuk dan bahan amelioran karena akan sering tercuci bersama aliran massa air.

Penelitian Croker et al (2004) menunjukkan bahwa pencampuran tanah pasir dengan bentonit yang sudah digunakan untuk meng-klarifikasi minyak kelapa (soil + palm oil bentonite) sebanyak 5-10 ton/ha masih dapat meneruskan air dengan baik. Namun, bila semakin tinggi taraf bentonit yang digunakan, yaitu 20-40 ton/ha media tanam tersebut permeabilitasnya sangat rendah sehingga sudah tidak dapat lagi meneruskan air atau sangat menahan air (extremely water repellent).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bila sama-sama dibandingkan dengan media yang dicampur bentonit, penambahan bentonit yang lebih banyak

Dokumen terkait