• Tidak ada hasil yang ditemukan

Areal pertanaman terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan dilakukan pembajakan dengan menggunakan traktor. Kemudian dilakukan pembuatan plot sebanyak 16 plot dengan ukuran 10x10m dan jarak antar plot 1,5 m kemudian plot diberi border keliling dengan jarak antar plot dengan border 2 m. Lahan dipagar keliling. Pagar keliling terbuat dari bambu dengan ketinggian pagar 250cm dari permukaan tanah. Di bagian dalam pagar dilapisi dengan paranet 75% setinggi 190 cm dengan tujuan mencegah perpindahan material trial.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum penanaman yang bertujuan untuk menaikkan pH tanah dengan dosis 3 ton/ha. Pengapuran dilakukan menaburi dolomit di atas plot- plot percobaan lalu dicampur merata dengan tanah. Penyiapan benih

Penyiapan benih diawali dengan pemberian fungisida dimetomorf dengan dosis 10 g / kg benih. Dimetomorf dicampur dengan benih jagung lalu diaduk merata. Tujuannya untuk menghindari serangan jamur. Dalam 1 plot/petakan terdapat 13 baris tanaman, per barisnya terdapat 50 lubang tanam dan benih yang dimasukkan per lubang tanam 2 biji.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman dibuat lubang tanam dengan jarak tanam adalah 75 cm x 20 cm dengan cara ditugal. Kemudian dimasukkan benih sebanyak 2 biji per lubang tanam kemudian ditutup lubang tanam menggunakan kompos. Dosis kompos yang digunakan 5 ton/ha.

Pemeliharaan tanaman Penjarangan

Penjarangan dilakukan 17 hari setelah tanam. Tanaman dijarangkan menjadi satu tanaman per lubang tanam.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 tahap. Pemupukan pertama dilakukan menggunakan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha, pupuk SP-36 dengan dosis 100 kg/ha, dan pupuk KCl dengan dosis 80 kg/ha pada interval 7-10 HST, pemupukan kedua dilakukan menggunakan pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha pada interval 20-22 HST, dan pemupukan ketiga dilakukan menggunakan pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha pada 40 HST.

Penyiangan secara manual

Penyiangan secara manual dilakukan dengan cara mencabut gulma keseluruhan pada areal plot perlakuan masing-masing dengan menggunakan koret. Penyiangan dilakukan pada 15 HST dan 44 HST.

Aplikasi herbisida glifosat

Herbisida yang diaplikasikan adalah glifosat dengan menggunakan knapsack sprayer. Penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali. Pada penyemprotan pertama, diberikan dengan dosis 1, 08 kg ae (acid equivalent) per hektar ( setara 3 L Roundup 486 SL dilarutkan dalam 500 L air untuk luasan areal 1 ha) pada 15- 20 HST dan penyemprotan kedua dilakukan pada 40- 50 HST dengan dosis 0, 81 kg ae (acid equivalent) per hektar (setara 2,25 L Roundup 486 SL dilarutkan dalam 500 L air untuk luasan lahan 1 ha). Pada plot yang

disemprot dibuat pembatas plastik (penyekat fisik) untuk menghindari uap (drift) glifosat terhadap plot lain.

Panen

Panen dilakukan ketika tongkol jagung sudah matang. Ciri-ciri tongkol matang adalah daun sudah mulai menguning, kelobot berwarna kekuningan, dan rambut tongkol berwarna coklat. Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan tangkai tongkol jagung.

Pengamatan parameter Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal batang hingga ujung daun paling tinggi dengan cara menguncupkan daun bagian atas, pengukuran dilakukan dengan meteran. Pengamatan dilakukan pada umur 30 HST dan 60 HST.

Jumlah daun

Pengamatan jumlah helai daun dilakukan dengan menghitung total jumlah daun setiap sampel tanaman yang telah ditentukan. Daun yang dihitung adalah daun sudah terbuka penuh. Pengamatan dilakukan pada umur 30 HST dan 60 HST.

Panjang daun

Pengamatan panjang daun dilakukan dengan mengukur panjang daun mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. Bagian daun yang diambil adalah daun yang sudah terbuka sempurna yaitu pada daun ketiga dari atas. Pengamatan ini dilakukan pada umur 30 HST dan 60 HST.

Bagian daun yang diambil adalah daun yang sudah terbuka sempurna yaitu pada daun ketiga dari atas, lebar daun diukur pada bagian tengah tepi daun. Pengamatan ini dilakukan pada umur 30 HST dan 60 HST.

Diameter batang

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengambilan diameter batang dilakukan pada bagian pangkal batang pada 2 sisi/arah. Diameter batang dihitung pada 30 HST dan 60 HST.

Tinggi tongkol produktif

Tinggi tongkol produktif dihitung pada semua tanaman sampel dengan cara menghitung tinggi tongkol yang dari pangkal batang hingga tepat keluarnya tongkol buah menggunakan meteran. Tinggi tongkol produktif dihitung pada 90 HST.

Jumlah tongkol produktif

Pengamatan jumlah tongkol produktif dilakukan setelah panen dengan menghitung berapa jumlah tongkol per tanaman sampel. Hal ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan kualitas tongkol pada setiap plot karena jumlah tongkol produktif per tanaman sampel tidak sama.

Panjang tongkol berklobot

Panjang tongkol berklobot dihitung dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol menggunakan meteran. Pengukuran panjang tongkol tanpa melepas klobotnya. Panjang tongkol berklobot dihitung setelah panen.

Bobot tongkol berklobot ditimbang menggunakan timbangan analitik. Tongkol jagung yang masih berklobot ditimbang bobotnya. Bobot tongkol berklobot dihitung setelah panen.

Bobot tongkol tanpa klobot

Bobot tongkol tanpa klobot ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan melepaskan klobot pada tongkol jagung. Bobot tongkol berklobot dihitung setelah panen. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan bobot klobot jagung dari setiap perlakuan.

Panjang tongkol

Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah tanaman dipanen. Biji jagung yang telah dipipil diukur panjang tongkolnya dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol menggunakan meteran.

Diameter tongkol

Diameter tongkol dapat diukur dengan menggunakan jangka sorong, diameter tongkol diukur pada bagian tengah tongkol setelah biji jagung dipipil. Diameter tongkol dihitung setelah panen.

Jumlah biji pipilan per tongkol

Biji jagung yang menempel pada tongkol dipipil kemudian bijinya dihitung jumlahnya per tongkol pada semua tanaman sampel. Jumlah biji pipilan per tongkol dihitung setelah panen.

Bobot biji pipilan per tongkol

Biji jagung yang menempel pada tongkol dipipil kemudian dihitung bobot biji pipilan. Bobot biji pipilan per tongkol dihitung setelah panen.

Bobot kering 100 biji diambil dari setiap sampel. Penghitungan bobot kering 100 biji dengan cara bobot biji pipilan per tongkol dibagi dengan jumlah biji pipilan per tongkol. Bobot kering 100 biji dihitung setelah panen.

Persentase kadar air

Biji yang belum dikeringkan atau biji yang baru dipanen, diambil masing-masing sesuai dengan perlakuan kemudian digiling hingga berbentuk tepung, dimasukkan di dalam cawan lalu ditimbang bobot basahnya sebanyak 5 gram. Kemudian benih diovenkan dengan menggunakan suhu 1000C selama 24 jam sampai konstan, lalu ditimbang bobotnya sebagai bobot kering, dihitung dengan rumus :

% Kadar Air =Bobot basah−Bobot kering

Bobot basah x 100%

PENDAHULUAN

Dokumen terkait