• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan:

P = persentase

F = jumlah siswa (frekuensi) N = jumlah seluruh siswa

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian tindak kelas adalah sebagai berikut:

Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, mutu dan persembahan, kata pengantar, abstraksi, daftar isi dan daftar lampiran.

Bab I berisi pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, strategi penelitian, dan sistematika penulisan.

BabII berisi kajian pustaka yang mencakup prestasi belajar, strategi pembelajaran, strategi index card match, karakteristik pembelajaran PAI.

Bab III pelaksanaan penelitian, mencakup deskripsi lokasi, gambaran umum sekolah, dan deskripsi pelaksanaan siklus I dan siklus II dan seterusnya.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, mencakup deskripsi tiap siklus dan pembahasan tiap siklus yaitu siklus I, II, dan III.

Bab V Penutup, mencakup kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktik bidang yang diteliti.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar

. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Definisi prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) (Depdiknas, : ). Sedangkan belajar berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdiknas, : ). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, : ). Lebih lanjut menurut Abdillah dalam Kompri ( : ) menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru

. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja (Slameto, : ), yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

) Faktor Jasmani

Di antara faktor jasmani yaitu, faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

b) Faktor Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyababkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan atau mengurangi pengaruhnya kecacatannya itu.

) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang termasuk yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, : ).

a) Inteligensi

Intelegensi atau kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ terpenting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali organ yang lain,karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dan hampir seluruh aktivitas manusia (Jamaludin, dkk. : ).

Jadi peran kecerdasan sebagai faktor belajar sangat berpengaruh. Karena otak sendiri berfungsi sebagai perespon rangsang. Dengan ketidak sempurnaan otak dalam merespon, maka faktor-faktor lainpun menjadi tidak berpengaruh terhadap proses belajar.

b) Perhatian

Menurut Gazali dalam Slameto ( : ) perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan obyek.Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,jika

bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Jika perhatian siswa hilang selama proses belajar mengajar, maka apa yang disampaikan guru tidak akan mengena pada diri siswa. Sehingga untuk mencapai tujuanpun akan mengalami kesulitan.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik darinya (Slameto : ).

Siswa yang belajar sesuai dengan minatnya, akan mengikuti pelajaran dengan senang hati dan besar potensinya untuk lebih mengembangkan apa yang telah menjadi minatnya.

d) Bakat

Menurut Syah dalam Jamaludin, dkk ( : ) bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Jadi adanya bakat dalam diri siswa dapat memberi pengaruh yang besar dalam belajarnya. Terlebih adanya tindak

lanjut dengan belajar yang lebih baik, maka hasil belajarnya pun akan lebih baik pula.

Dari penjelasan diatas, bakat adalah potensi yang ada dalam diri siswa yang dimana jika bakat tersebut dikembangkan akan menjadi bekal kesuksesan siswa tersebut. Dari sinilah peran guru dibutuhkan untuk melihat bakat anak didiknya satu persatu dan kemudian diarahkan untuk mengembangkannya.

e) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar (Jamaludin, dkk. : ). Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedang yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong (Slameto, : ).

Jadi motivasi adalah pendorong siswa dalam melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan. Karena tanpa adanya sesuatu yang mendorong, siswa dalam belajar akan tidak bersemangat sehingga timbul fikiran untuk apa belajar tersebut.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar (Slameto, : ).

Dari uraian di atas, dapat diketahui pengaruhnya sebuah kematangan dalam proses belajar mengajar. Kematangan merupakan awal dari kesiapan siswa untuk memulai belajar. Semisal siswa sudah mampu untuk berbicara, namun untuk belajar membaca belum mampu, maka perlu adanya latihan belajar membaca.

g) Kesiapan

Kesiapan disini maksudnya, kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik (Slameto, : ).

kesiapan di sisni adalah keadaan siswa yang siap untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Di mana siswa mampu merespon dan bereaksi dengan apa yang disampaikan guru. Sehingga apa yang disampaikan guru mampu mengena siswa. ) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis)(Slameto, : ).

a) Kelemahan jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

b) kelelahan rohani

kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani biasa terjadi dengan terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi,

dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang memengaruhi belajar di luar diri siswa. Di antaranya faktor eksternal tersebut adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Slameto, : ).

) Faktor Keluarga

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Drs. Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto ( : ) dengan pernyataan yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak. Karena pada usia awal di mana anak mulai belajar berbicara, mendengar dan merespon keadaan sekitar berada di lingkup keluarga. Sehingga apa yang diajarkan keluarganya akan membentuk karakter anak tersebut.

b) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya

atau denggan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap acuh tak acuh dan sebagainya (Slameto, : ).

Relasi antara anggota keluarga ini tergantung bagaimana cara orang tua mendidik anak-anaknya. Karena kembali lagi bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak. c) Suasana Rumah Tangga

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar (Slameto, : ).

Suasana rumah yang tenang dan damai akan memberi pengaruh yang baik dalam belajar anak. Dalam keluarga yang tidak harmonis, di mana selalu terjadi perang mulut akan membawa dampak buruk pada belajar anak. Begitu juga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak, rumah akan menjadi ramai dan berisik.

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya, misal makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, meja kursi, penerangan, dan alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang (Slameto, : ).

Keadaan ekonomi keluarga memiliki pengaruh juga terhadap belajar anak. Keluarga yang serba kecukupan mampu memberi fasilitas yang mendukung belajar anak. Semisal memberikan les privat untuk menumbuh kembangkan bakat minat anak dalam suatu bidang tertentu.

e) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya (Slameto, : ).

Pengertian orang tua besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua dengan memberikan perhatiannya sama halnya memberikan dukungan terhadap anak untuk selalu semangat dalam belajar.

f) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlunya ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak, agar mendorong semangat anak untuk belajar (Slameto, : ).

Anak lebih mudah belajar dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan orang tua kepadanya. Karena itulah pentingnya sebuaqh keluarga memiliki latar belakang budaya yang baik.

) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup strategi mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, strategi belajar, dan tugas rumah (Slameto, : ). a) Strategi Mengajar

Strategi mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Menurut Ulih dalam Slameto ( : ) strategi mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh guru kepada siswa agar siswa itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.

Jadi strategi mengajarsangat berpengaruh dalam siswa menerima apa yang disampaikan oleh guru. Karena strategi sendiri adalah suatu jalan dalam proses guru menstranfer ilmu kepada siswa.

Semakin strategi atau jalan yang dilalui baik, maka semakin baik pula siswa menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.

b) Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkannya bahan pelajaran itu (Slameto, : ).

Kurikulum agar dapat mudah diterima siswa harus sesuai dengan jenjang pendidikannya. Jika jenjang pendidikan SMP namun sudah diberi kurikulum tingkat SMA maka proses belajarpun akan tidak sampai pada siswa.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya (Slameto, : ).

Relasi guru dengan siswa yang baik akan berpengaruh terhadap semangat siswa dalam belajar. Karena dengan hubungan yang baik itu siswa tidak hanya menyukai gurunya saja, melainkan juga menyukai pelajaran yang diajarkan.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada kelompok yang bersaing secara tidak sehat, sehingga kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya masalah semakin bertambah dan akan menganggu belajarnya (Slameto, : ).

Sehingga relasi guru dengan siswa sangat perlu adanya untuk menciptakan hubungan yang saling terbuka. Dengan adanya keterbukaan tersebut siswa tidak akan sungkan untuk berbagi apa yang dirasakan.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa di dalam sekolah dan juga dalam belajar. kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melaksanakan tata tertib (Slameto, : ). Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh positif terhadap belajarnya. f) Alat Pembelajaran

Alat belajar erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pembelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar

dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang akan diajarkan itu. Alat pembelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa (Slameto, : ).

Alat-alat pembelajaran yang dimaksud di sini seperti buku-buku perpustakaa, laboratorium, atau media-media pembelajaran lainnya.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang hari, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa (Slameto, : ). Tidak akan efektif jika siswa sekolah di jam siang hari, karena siang hari adalah waktu yang tepat untuk istirahat siswa.

h) Standar Pelajaran Diatas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran diatas ukuran standar. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai (Slameto, : ).

Guru yang memaksakan penguasaan materi harus melihat kemampuan siswa-siswanya, karena setia siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

i) Keadaan Gedung

Jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, dengan keadaan gedung yang kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan nyaman, kalau kelas itu terpaksa berisi orang siswa (Slameto, : ).

Satu kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan berpengaruh buruk terhadap proses belajar mengajar. Keadaan kelas tidak akan kondusif dan ramai dengan siswa yang saling mengobrol satu sama lain.

j) Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini butuh pembinaan dari guru. Karena dengan cara belajar yang tepat maka hasil belajar yang diperoleh juga baik. Terkadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih waktu yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar (Slameto, : ). Metode belajar yang baik yaitu belajar dengan memperhatikan pembagian waktu, antar waktu untuk belajar, istirahat dan bermain.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, sedangkan waktu di rumah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu memberi banyak tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain (Slameto, : ).

Tugas rumah yang diberikan guru untuk dikerjakan siswa di rumah sebaiknya hanya untuk mengulang pelajaran atau mempelajari materi yang akan dipelajari esok hari.

) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Diantaranya:

a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, terlebih lagi jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya (Slameto, : ).

Kegiatan siswa dalam masyarakat tentunya tidak jauh dari pantauan orang tua. Sehingga orang tua mampu membatasi kegiatan apa saja yang diikuti anaknya, agar tidak mengganggu belajarnya.

Terlebih orang tua dapat mengarahkan anaknya untuk ikut kegiatan yang mendukung belajarnya.

b) Mass Media

Mass media dapat berupa bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa (Slameto, : ). Mass media merupakan media massa yang berisi informasi dan hiburan. Sehingga jika tidak mampu selektif memilih akan mengganggu belajarnya.

c) Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga (Slameto, : ).

Pergaulan anak muda dewasa ini sungguh cepat berkembangnya, yang disertai majunya teknologi. Sehingga pergaulan anakpun perlu adanya pengawasan. Karena pengaruh yang ditimbulkan oleh teman yang buruk juga akan mempengaruhi belajar siswa.

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.

Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang dilingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada dilingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi (Slameto, : ).

Bentuk kehidupan masyarakat juga sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa. Siswa yang tinggal di tempat yang memiliki budaya baik, maka akan baik. Begitu pula sebaliknya.

. Prinsip-prinsip Belajar

Seorang guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.Berikut prinsip-prinsip belajar yang harus disusun oleh seorang guru agar dapat diterapkan terhadap setiap siswa (Slameto, : ):

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan ikut berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional

Dokumen terkait