• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen

Kotak KOIN NU merupakan kotak infaq milik masyarakat Nahdlatul Ulama. KOIN merupakan gabungan kata dari kotak dan infaq yaitu sistem pengumpulan koin (uang receh) dari rumah-rumah Nahdliyin yang telah diberikan kotak kecil berwarna hijau (simbol NU). Kotak kecil tersebut berukuran 9×9×9 cm2 yang merupakan itba’ pada logo NU yang jumlahnya

ada sembilan merujuk pada wali sembilan (wali songo). Selain itu, angka sembilan merupakan angka tertinggi diantara angka yang lainnya.

Infaq menurut Didin Hafidudin yaitu berasal dari kata anfaqa yang memiliki arti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk keperluan sesuatu. Secara istilah infaq berarti mengeluarkan bagian dari harta pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik berpenghasilan tinggi maupun rendah (Hafidudin, 1998 : 15).

Menurut hukum islam pelaksanaan Infaq dilakukan dengan cara memberikan infaq secara langsung kepada orang menerima infaq, baik secara tersembunyi ataupun rahasia (sirry) maupun secara terang-terangan (alaniy),

asalkan dilakukan dengan cara ikhlas dan terlepas dari sikap ria. Seperti yang telah dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 271 yaitu :

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.

Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam pelaksanaan pengelolaan KOIN NU ini bermula dengan adanya sosialisasi dari pusat MWCNU Gemolong ke Ranting-ranting (desa) dengan adanya kotak infaq tersebut. Kemudian sosialisasi disalurkan ke warga dengan adanya pengajian Muslimin dan Muslimat. Menurut Bapak Ahmad Dalail mengatakan:

Pembagian kotak infaq ini dimulai dengan adanya kotak gratisan dari cabang yang setiap rantingnya mendapatkan 12 buah kotak infaq, kemudian dibagikan untuk pengurus NU kecamatan Gemolong. Dengan adanya sosialisasi akan hikmah berinfaq, masyarakat mulai tertarik memiliki kotak kecil tersebut. Setiap kotak yang dibagikan ke masyarakat satunya seharga Rp. 12.000,00.

Pelaksanaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong disambut baik oleh masyarakat, selain untuk menyadarkan warga akan pentingnya berinfak juga dapat sebagai pendidikan bagi anak-anak tentang indahnya berbagi terhadap sesama.

Pengelolaan dana infaq di awasi oleh LAZISNU Sragen sebagai badan pengawas UPZISNU. Dalam pelaksanaaan pengumpulannya tidak ada unsur paksaan di dalamnya melaikan muwafiq dengan sukarela meminta kotak infaq tersebut, yang kemudian dapat di isi oleh seluruh anggota keluarga.

Pengumpulan koin dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan cara petugas mendatangi rumah-rumah warga yang telah memiliki kotak infaq. Kemudian membuka kotak tersebut dan memasukan uangnya kedalam ember atau plastik tanpa menghitungnya. Cara tersebut dipilih agar tidak ada rasa

pamer atau riya di dalam diri muwafiq yang memberi infaq dengan tujuan agar pemberi infaq tidak merasa malu bagi mereka yang berinfaq kecil. Setelah proses pengumpulan, pengurus ranting dikumpulkan untuk melakukan perhitungan dana yang masuk. Hasil perolehan setiap pengumpulan dilakukan pencatatan per ranting, lalu dari ranting dicatatkan ke MWCNU yang setelah itu dilaporkan ke PCNU. Proses pelaporan dan pencatatan harus bersifat transparan dan terbuka.

Dalam pengelolaan dan pendistribusian KOIN NU di Kabupaten Sragen terdapat beberapa ketentuan diantaranya :

1. PBNU : 2,5% 2. PWNU : 2,5% 3. PCNU : 17,5% 4. MWCNU : 25% 5. LAZISNU : 2,5% 6. Ranting NU : 50%

Pembagian yang dilakukan oleh pengurus KOIN NU di kecamatan Gemolong sudah sesuai dengan peraturan pusat, dengan membagi dana yang terkumpul setiap bulan kemudian disetorkan ke lembaga yang telah ditentukan. Selain pengelolaan dan pendistribusian harus ada pencatatan, pencatatan yang dilakukan oleh UPZISNU kecamatan gemolong sudah sesuai dengan Undang-Undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang

dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri”.

Untuk menjadi pembeda dengan pencatatan pembukuan pengelolaan zakat. B. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten

Sragen Dalam Perspektif Hukum Islam

KOIN NU mulai diperkenalkan di Kecamatan Gemolong mulai dari tahun 2016, tepatnya pada pertengahan tahun yaitu pada bulan Juni. Hal yang mendasar diadakannya praktek pengumpulan koin ini dilandasi dengan melihat kesuksesan KOIN NU ditempat lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti di bab III. Pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di lakukan menjadi beberapa tahap meliputi sosialisasi, pengumpulan dana, pengelolaan dana, pendistribusian, dan pencatatan.

Sosialisasi dilakukan oleh pengurus besar NU dari ranting-ranting desa dengan diadakannya seminar mengenai manfaat dan hikmah berinfaq. Dengan tujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya berinfak atau menyisihkan sebagian harta untuk disedekahkan bagi mereka yang kurang mampu.

Pengumpulan dana KOIN NU dilakukan sebulan sekali sebelum tgl 25 setiap bulannya. Pengumpulan koin dilakukan dengan cara mendatangi rumah-rumah pemilik kotak yang kemudian diambil isinya tanpa dihitung terlebih dahulu dan dimasukan ke dalam ember atau plastik. Pengumpulan infaq yang seperti ini sudah sesuai dengan syariat islam yang memiliki tujuan mengindari pemberi infaq dari sifat riya dalam beramal.

Selain itu, pengumpulan infaq yang dilakukan masyarakat Gemolong tidak terdapat unsur paksaan terhadap warga yang memberikan infaq, melainkan karena antusias warga, banyak dari mereka meminta dengan sukarela untuk kotak infaq tersebut.

Dalam pembagiannya terdapat sekiar 50% yang dimiliki oleh ranting, yang dikembalikan ke desa untuk dibagikan ke masyarakat, dengan pembagian seperti ini, banyak dari pengurus yang kurang setuju dengan pembagian tersebut seperti Pak Sarmin, dan Bu Sumyati selaku bendahara UPZISNU. Selama ini, dana kotak infaq NU yang terkumpul didistribusikan hanya sebatas pembagian yang telah ditetapkan oleh surat keputusan pembagian koin NU Kabupaten Sragen. Dengan pembagian 50% untuk ranting yang belum berjalan dengan baik.

Dalam pelaksanaanya selama tiga tahun Kecamatan Gemolong belum bisa maksimal dalam pendistribusian. Sebagaimana mestinya dana infaq haruslah didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerima seperti di dalam firman Allah yaitu :

َ ك َُٕن ؤْغ ٚ

َ

ا رب ي

َ

َ ٌُٕمِفُُْٚ

َ

َ ٓ

َ

َْمُل

َ

ب ي

َ

َْىُتْم فَْ أ

َ

ٍَِْي

َ

َ شْٛ خ

َ

ٍَِْٚ ذِنا ْٕهِه ف

َ

َ ٍِٛث شْل ْلْا ٔ

َ

ٗ يب ت ْٛنا ٔ

ٰ

َ

ب غ ًْنا ٔ

ٍَِِٛك

َ

ٍَِْثا ٔ

َ

َِمِٛجَّغنا

َ

َ ٓ

َ

ب ي ٔ

َ

إُه عْف ت

َ

ٍَِْي

َ

َ شْٛ خ

َ

ٌََِّئ ف

َ

َ َّاللّ

َ

َِِّث

َ

َ ىِٛه ع

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:

"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka

sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” (Al-Baqarah : 215)

Sebagaimana yang dimaksud dari ayat diatas bahwa pendistribusian dana infaq seharusnya digunakan untuk :

a. Orang tua (walidain), infaq kepada orang tua yaitu berupa nafkah ayah dan ibu yang wajib dipenuhi oleh anak-anaknya.

b. Kerabat, yaitu saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dan bibi. c. Anak yatim, pada dasarnya anak yatim termasuk dalmm kategori fakir

dan miskin dikarenakann keluarga keduanya meninggal, sehingga membutuhkan orang yang menanggung biaya hidup.

d. Orang-orang miskin, orang yang memiliki pekerjaan dan harta kan tetapi belum bisa tercukupi.

e. Ibnu sabil, yaitu seorang musafir muslim yang sedang sangat membutuhkan bekal perjalanannya ia perlu dibantu dari hasil zakat (Ayyub, 2004 :570).

Setelah dilakukan penelitian, dana infaq yang seharusnya di tasharufkan untuk orang-orang tertentu belum berjalan sebagaimana semestinya, banyak dana yang keluar untuk kepentingan badan operasional saja. Jika diteliti dari data yang diberikan oleh pengurus KOIN NU Gemolong pendistribusian infaq selama tiga tahun hanya sebatas santunan yang baru dilaksanakan satu kali selama diadakannya program tersebut. Dikarenakan dana yang ada saat ini masih dipinjam oleh pengurus lain, dan masih dibekukan dalam bentuk tabungan.

Menurut ketentuan dari pusat bahwasanya dana yang terkumpul tidak diperbolehkan untuk dipinjam karena dapat menimbulkan kecemburuan diantara pengurus dan dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem manajemen.

Pengelolaan dan pendistribusian yang seperti ini kurang sesuai dengan syariat islam, seharusnya ada pembagian yang rata antara dana yang disetorkan ke pusat, dana yang akan ditasharufkan dan dana yang disimpan. Jika dilihat dari ekonomi warga sekitar yang memerlukan uluran tangan dari adanya dana infaq. Akan lebih, baik jika dana itu digunakan untuk berbagi dibandingkan harus di setor untuk pusat. Karena salah satu tujuan infaq adalah pemberdayaan umat yaitu membantu masyarakat yang memiliki ekonomi lemah.

Jika ditinjau dari Undang-Undang no 23 tahun 2011, pengelolaan dana infaq ataupun dana keagamaan lainnya, meliputi penerimaan, pengelolaan, maupun pendistribusian harta infaq dilakukan dengan mengikuti penerimaan, pengelolaan, maupun pendistribusian dana zakat (Hastuti, 2016 : 52)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang besumber dari penelitian penulis terhadap pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Pada prakteknya, pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Gemolong di mulai dari penerimaan, pengumpulan, serta pencatatannya, sudah sesuai dengan ketentuan surat keputusan dari pengurus pusat di Sragen. Dapat dilihat dari administrasi yang tertata dengan baik sehingga memudahkan seseorang dalam melihat aktivitas pengelolaan infaq. Selain itu, dana infaq yang terkumpul setiap bulannya berkisar antara Rp. 10.000.000,- merupakan hasil yang cukup besar. Dampat positif diadakannya KOIN NU meliputi menimbulkan rasa semangat berinfaq di dalam masyarakat, menyadarkan masyarakat akan pentingnya berbagi terhadap sesama serta dapat mempererat ukhuwah islamiyah. Dampak negatif terhadap pengelolaan KOIN NU yaitu dengan dana yang saat ini sering dipinjam oleh pengurus dapat menimbulkan kecemburuan antara sesama, baik pengurus ataupun anggota dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem yang dibangun. Selain itu, kurang terbukanya pengurus terhadap pemakaian dana membuat banyak pandangan negatif terhadap pengelolaaan dana infaq.

2. Pelaksanaan KOIN NU di Gemolong pada dasarnya sudah sesuai dengan hukum islam dengan tidak adanya unsur paksaan terhadap pemberi Infaq. Akan tetapi, pada pengelolaan dan pendistribusiannya dirasa kurang sesuai. Dikarenakan dana yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, banyak digunakan untuk pengeluaran oprasional organisasi. Walaupun pada dasarnya KOIN NU ini dibentuk untuk meningkatkan organisasi NU. Perlu adanya peraturan baru, mengingat dana yang masuk merupakan dana dari masyarakat. Jika ditinjau dari hukum islam dirasa kurang sesuai mengingat islam adalah agama Rahmatan lil alamin, yang menganjurkan umatnya untuk saling tolong menolong, dalam kebaikan dan pemerataan kesejahteraan. Dapat dilihat di dalam Al-Qur’an bahwa infaq

bertujuan untuk pemberdayaan umat. B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat di berikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Infaq merupakan dana sosial yang digunakan untuk pemberdayaan umat, jika pengelolaan dilakukan dengan baik. Maka, tidak menutup kemungkinan infaq dapat menjadi jalan untuk pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Diperlukannya aturan baru terkait dengan pembagian hasil dana infaq agar masyarakat kurang mampu dapat merasakan bantuan dari adanya dana tersebut. Karena masyarakat Gemolong

membutuhkan uluran tangan untuk merubah nasib kearah yang lebih baik.

3. Seharusnya dana infaq yang disimpan tidak digunakan untuk pinjaman oleh pengurus, ditakutkan jika masyarakat tahu akan menimbulkan konflik terkait peminjaman dana, dan juga dapat memicu kecemburuan terhadap sesama pengurus

Dokumen terkait