• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI

KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:

Wahyu Wulandari

NIM : 21414069

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI

KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:

Wahyu Wulandari

NIM : 21414069

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

One who wants to wear the crown, bears the ctown ...

Jangan pernah menyesali, pada setiap langkah yang telah kalian perbuat,

Jika gagal (perbaiki)

Jangan mudah putus asa, lalu mundur

Karena setiap orang yang ingin memakai mahkota (sukses), harus melewati rintangan serta cobaan terlebih

dahulu...

Yakin, percaya dan ikhlas

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT Yang telah memberikan nikmat dan karuninya di dunia ini. 2. Kedua orang tuaku Bapak Affandi dan Ibu Siti Muzaroah tercinta, yang

hadir layaknya sosok malaikat dalam hidupku, selalu menyayangiku dan mundukungku dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Adikku Dwi Widiyastuti yang selalu memberikan support. 4. Mas Muhlisin terima kasih atas doa dan semangatnya.

5. Mas Iwan Ulumuddin, Mbak Nihla, Pengurus Koin NU dan seluruh masyarakat Gemolong terima kasih telah membantu perolehan data.

6. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa kepadaku.

7. Rasan-rasan Squad (Pupung, Esha, Erza, Dian, Intan, Vivi, Umah, Wilda) terima kasih kalian adalah teman ceriwisku.

8. Teman-teman HES 2014 terimakasih untuk empat tahun ini, kalian memberikan semangat dan pengalaman yang tidak terlupakan.

(9)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi kita, Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiyah menuju era kemenangan, beserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan Judul ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.

Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi

(10)

4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A, selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan

untuk selalu melakukan yang terbaik.

5. Bapak Drs. Machfud, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 IAIN Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.

Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 01 Oktober 2018

(11)

ABSTRAK

Wahyu Wulandari. 2018. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan. Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Machfud. M.Ag.

Kata Kunci : Pengelolaan, KOIN NU, Hukum Islam

Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Agama menganjurkan kepada setiap umat Islam untuk berinfaq, agar tujuan Islam dalam pemerataan kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dapat terwujud. Untuk mewujudkan tujuan dari berinfaq munculah gerakan kotak 1000 KOIN yang berada di kecamatan Gemolong. Dilihat dari antusias masyarakat dalam berinfaq, dana yang terkumpul sungguh di luar perkiraan pengurus. Hal ini membuat penulis ingin meneliti lebih dalam terkait dengan pelaksanaan pengelolaan KOIN NU. Terkait dengan permasalahan yang timbul tentang pendistribusian atau pentasarufan dana yang tidak direncanakan sejak awal menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga memunculkan banyak prespektif negatif serta keraguan terkait pengelolaan dana infaq yang sudah terkumpul.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sistem pelaksanaan pengelolaan KOIN NU dan Untuk mengetahui secara mendalam mengenai proses pengelolaan KOIN NU apakah sudah sesuai dengan Hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif, Sifat penelitian adalah deskriptif kualitatif.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Penelitian 3. Lembar Konsultasi

4. Daftar Panduan Wawancara 5. Foto Penulis Bersama Informan 6. Daftar Nilai SKK

7. Surat Keputusan Pusat Tentang Pengelolaan KOIN NU

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

(14)

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Metode Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Pengertian Zakat Infak Sedekah... 17

B. Dasar Hukum Penetapan Infak dalam Hukum Islam dan Hukum Positif. ... 25

C. Rukun dan Syarat Infak ... 31

D. Manfaat dan Hikmah Infak ... 33

E. Prosedur Pengelolaan Dana infak...35

BAB III HASIL PENELITIAN ... 41

A. Gambaran Umum Kecamatan Gemolong ... 42

B. Gambaran Umum KOIN NU ... 50

C. Pelaksanaan KOIN NU ... 52

D. Pengelolaan KOIN NU ... 57

BAB IVANALISIS PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ... 61

A. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU ... 61

(15)

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang komprehensif (rahmatan lil’alamin) yang mengatur semua aspek kehidupan manusia yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Salah satu bidang yang diatur adalah masalah aturan atau hukum, baik yang mengatur secara individual maupun sosial, yang lebih tepatnya, Islam mengatur kehidupan bermasyarakat (Ismail, 2012 : 03).

Qardhawi mengemukakan pendapat bahwa diantara karakteristik hukum Islam adalah komprehensif dan realistis (Qardhawi, 2000 : 156-158). Islam sebagai agama komprehensif diartikan sebagai hukum yang ditetapkan untuk individu, keluarga, masyarakat, serta penganut agama ahlul kitab maupun penyembah berhala (Muafiroh, 2010 : 6).

Islam sebagai pedoman hidup setiap manusia mengajarkan berbagai amalan yang memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan manusia. Infaq dan sedekah merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan oleh Islam bagi setiap umatnya, yaitu berupa pemberian sebagian harta yang dimiliki oleh kepentingan sosial. Amalan ini dinilai sebagai salah satu ibadah bagi seseorang karena mengandung nilai kebaikan dan mendatangkan pahala (Khumairoh, 2015 : 1).

(17)

Karena Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia, sekurang-kurangnya, dapat memenuhi kehidupan pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membangun rumah tangga dengan bekal yang cukup.

Kemiskinan merupakan masalah fundamental yang tengah dihadapi oleh seluruh bangsa yang ada di dunia, termasuk Indonesia. Kemiskinan yang melanda umat Islam adalah suatu ironi mengingat agama Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang dengan tegas mengharuskan umatnya untuk mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah (Masdar Dkk, 2004 :125-126).

Dalam Islam, infaq adalah ibadah sunnah. Pengertian infaq itu sendiri adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutupi kebutuhan orang lain, baik berupa makanan, minuman, dan lain sebagainya. Mendermakan atau memberikan sebagian rizki (karunia) menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas karena Allah semata. Firman Allah :

َ ٘

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang

Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”(Qs. Al-Baqarah :267).

(18)

Karena infaq adalah manifestasi dari budi pekerti Islam sebagai ibadah, walaupun sebagai amal suka rela, akan tetapi mempunyai pendorong yang kuat sebagai alat jihad Islam, karena kedudukan infaq dalam Islam adalah

sebagai ta’awun atau gotong royong. Infaq merupakan salah satu solusi

untuk memecahkan problematika kemiskinan dalam masyarakat, mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi antara orang miskin dan kaya, serta dalam rangka pemerataan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kwalitas hidup lainnya (Muafiroh, 2010 : 04).

Infaq adalah ibadah suka rela yang diberikan oleh orang yang memiliki kelebihan dari harta yang dimiliki kepada orang membutuhkan. Karena apa yang dimiliki manusia adalah titipan dari Allah. Agama menganjurkan kepada setiap umat Islam untuk berinfaq, agar tujuan Islam dalam pemerataan kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dapat terwujud, sehingga tidak terjadi penumpukkan harta dalam satu tempat. Anjuran tersebut ditandai dengan ayat-ayat al-Qur’an serta hadis-hadis Nabi yang memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berinfaq.

(19)

Sebagai ormas keagamaan terbesar di Indonesia, sepanjang sejarahnya, NU dalam menangani masalah sosial terhadap umat manusia yakni dengan cara mengoptimalkan peran zakat, infaq, sedekah sebagai jaminan sosial dengan model pemberdayaan ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan. Peran ZIS tersebut sebagai upaya untuk mengatasi persoalan sosial di bidang ekonomi dengan cara mengangkat derajat hidup masyarakat. Maka dari itu, muculah gerakan kotak 1000 KOIN yang berada di kecamtan Gemolong.

Dalam wawancara dengan bapak Arwani, pengurus Ansor, beliau

mengatakan “bahwa KOIN NU ini lahir dikarenakan, organisasi NU

merupakan organisasi yang besar. Akan tetapi, tidak pernah memiliki dana yang cukup. Dahulu pada saat ada kegiatan, para pengurus harus menggalang dana terlebih dahulu agar memiliki modal untuk melaksanakan kegiatan seperti bantuan pembangunan masjid, santunan anak yatim ataupun bantuan-bantuan lainnya”.

(20)

berinfaq serta manfaatnya untuk memberikan solusi bagi nahdliyin dalam berbagai aspek kehidupan dan mewujudkan kemandirian warga NU.

Program gerakan seribu KOIN ini mulai dicanangkan pada bulan

Juni 2016, sebanyak 690 kotak koin NU dibagikan kepada pengurus NU,

Muslimat, Fatayat dan Ansor. Kemudian karena antusias masyarakat

dalam berinfaq, sekarang kotak yang telah disebarkan mencapai hampir

+1800 Kotak KOIN NU.

Dana yang terkumpul dari program KOIN NU ini sungguh di luar perkiraan pengurus NU, karena pada bulan pertama penarikannya kotak koin NU ini, dana yang terkumpul sudah mencapai angka Rp. 8.993.350,00 (sesuai catatan pada buku rekening koin di BMTNU). Dilihat dari banyaknya dana yang masuk setiap bulannya. Membuat penulis ingin meneliti lebih dalam terkait dengan pelaksanaan pengelolaan KOIN NU tersebut.

(21)

memaparkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Dalam Prespektif Hukum Islam”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dalam perspektif hukum Islam?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

2. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pelaksanaan pengelolaan KOIN NU dalam perspektif Hukum Islam di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

Adapun manfaat penelitiaan ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia perekonomian tentang pelaksanaan pengelolaan KOIN NU dalam perspektif Hukum Islam di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

(22)

a. Menambah wawasan penulis mengenai pelaksanaan dan pengelolaan Koin NU dalam perspektif hukum Islam.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan serta pembanding bagi pembaca untuk dijadikan landasan kepada pemikir hukum Islam dalam hal tata cara yang benar dalam mengelola dana infaq.

D. Penegasan istilah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas dan menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang di pakai dalam skripsi ini , maka dibuat penjelasan istilah, yaitu :

1. Pengelolaan menurut kamus besar bahasa Indonesia (online) adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan dalam organisasi.

2. KOIN merupakan gabungan kata dari kotak dan infaq yaitu kotak tempat pengumpulan koin (uang receh) dari rumah-rumah Nahdliyin 3. NU (Nahdlatul Ulama) adalah sebuah organisasi Islam terbesar

anggotanya di Indonesia, yang berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak dibidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi (wikipedia).

(23)

E. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai infak memang bukanlah yang pertama. Akan tetapi sebelum peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul yang hampir sama.

Setelah diteliti dan dipelajari, dari penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sudah dan belum diteliti sehingga tidak terjadi duplikasi. Selain itu, penyusun menemukan beberapa tulisan ilmiah dan skripsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen, yaitu:

1. Dalam skripsi Nani Hamdani Amir, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam universitas

Islam Negeri Alauddin Makasar, dengan judul “Pengelolaan Dana

(24)

menentukan jumlah dana yang akan diberikan oleh orang tua kepada pihak sekolahan. Kemudian pemanfaatannya juga sudah sesuai dengan syariat Islam dengan memberikan kepada orang yang membutuhkan.

2. Skripsi Anisatul Khumairoh, Mahasiswa Program Studi

Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Infaq Panen (Studi di MI Ma’arif Purwodeso Kecamatan Sruweng Kabepaten Kebumen)”, tahun

2015. Dengan rumusan masalah bagaimana pandangan hukum

Islam terhadap praktik penarikan infaq panen di MI Ma’arif di Purwodeso. Di jelaskan bahwa pelaksanaan infaq di Mi Ma’arif

(25)

3. Skripsi Nikmatul Muafiroh, Mahasiswa Program Studi Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum, dengan judul Pengelolaan dan

Pendistribusian Infaq Jum’at Masjid di Pedukuhan Papringan

Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta Dalam Perspektif Hukum Islam Tahun 2007-2008, tahun 2010. Dengan pokok masalah bagaimana pengelolaan dan pendistribusian infaq Jum’at

oleh ta’mir masjid di Padukuhan Papringan Catur Tunggal Depok

Sleman Yogyakarta dan Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pengelolaan dan pendistribusian infaq jum’at oleh ta’mir masjid di Padukuhan Papringan Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta. Isi dari penelitian tersebut bahwa tidak berfungsinya peran infaq sesuai dengan syariat Islam, diharapkan pengelola harus benar-benar memperhatikan kebutuhan juga keadaan masyarakat lingkungan masjid. Karena infaq sesungguhnya memiliki peranan penting dalam pengentasan kemiskinan yang menjadi masalah klasik dalam kehidupan masyarakat.

(26)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap pada hasil penelitian nanti, jenis penelitian yang penyusun lakukan adalah menggunakan penelitian lapangan (field research), yang merupakan penelitian secara rinci pada subjek dan objek penelitian. Ide pentingnya adalah bahwa penelitian ini berangkat dari lapangan untuk mengamati atau mengadakan pengamatan tentang suatu

fenomena dalam suatu keadaan. Adapun penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif, adalah pendekatan yang berdasarkan pada norma dan hukum Islam, artinya mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat (Utsman, 2014 : 2). 2. Sumber Data

Sumber data ialah tempat atau orang dimana data tersebut di peroleh. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ( Azwar, 1998 : 91 ) sebagai berikut :

a. Data primer

(27)

primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber pertama berupa hasil wawancara langsung dengan pengurus KOIN NU dan masyarakat Gemolong.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang menjadi bahan penunjang dan melengkapi dalam suatu analisis, selanjutnya data ini disebut data tidak langsung. Sedangkan data yang termasuk data sekunder pada penelitian ini adalah data yang berasal dari dokumen yang berkenaan dengan pengelolaan dana infaq NU. 3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi ( pengamatan)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian ( Sujarweni. 2014 : 75 ). Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung dengan obyek penelitian yaitu pelaksanaan serta pengelolaan KOIN NU di Gemolong dengan subyek penelitian tentang KOIN NU.

b. Wawancara ( interview )

(28)

yang peneliti lakukan untuk melengkapi pengumpulan data yang diperlukan, selain melakukan observasi langsung peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada pengurus KOIN NU dan Masyarakat, yang dianggap dapat memberikan informasi kepada penulis yang berhubungan dengan penelitian

c. Dokumentasi ( pengumpulan data )

Merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi ( Sujarweni. 2014 : 33 ). Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap data.

4. Analisa Data

Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong proses analisa data dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul ( Moleong, 2005 : 103 )

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini menggunakan metode analisa deskritif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. ( Danim, 2002 : 21 )

(29)

dengan cara menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini, pertama peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai ZIS dan kajian mendalam mengenai infaq, kemudian menghubungkan dengan proses pengelolaan dana KOIN NU dan bagaimana pendistribusiannya. Sebagai langkah penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana pengambilan kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada dalam rumusan masalah didalam latar belakang masalah.

5. Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif, yaitu :

1. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan dan wawancara terhadap pengurus NU mengenai faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan KOIN NU.

(30)

4. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini. Adapun perinciannya sebagai berikut yaitu:

BAB I: Pendahuluan, yang berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian,Tahap Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II: Landasan teori, yang berisi penjelasan terhadap pengertian Zakat, Infaq sedekah (ZIS), Dasar Hukum Penetapan Infaq, Rukun dan Syarat Infaq, Manfaat dan Hikmah Infaq, dan Prosedur Pengelolaan Dana Infaq

BAB III: Paparan Data yang menjelaskan tentang profil Kecamatan Gemolong dan pengelolaan dana KOIN infaq NU.

(31)

pelaksanaan, pengelolaan dan pendistribusian KOIN NU Peduli menurut analisis Hukum Islam.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Zakat, Infak, dan Sedekah 1. Pengertian Zakat

Menurut bahasa (lughat) zakat berarti tumbuh, berkembang, kesuburan atau bertambah. Zakat secara harfiah di dalam kamus Al-Munawir zakat mempunyai makna berkah, bersih, baik, dan meningkat (Munawir, 1997 : 577). Sedangkan secara bahasa

At-Thaharah (kesucian), Al-barakah (keberkahan), An-Nama’

(pertumbuhan/perkembangan). (Soemitra, 2009 : 403).

Sedangkan menurut istilah zakat adalah sebagian harta benda yang wajib diberikan orang-orang tertentu dengan berbagai syarat, kadar harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula ( Latief, 1987 : 13 ). Adapun hal tersebut dijelaskan di dalam surat at-taubah ayat 103 yaitu:

َْزُخ

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs. At -Taubah : 103).

(33)

dalam mencintai harta benda dan zakat dapat mensyucikan orang yang mengeluarkannya serta mendapatkan pahala.

Dalam pengertian istilah syara’, zakat mempunyai banyak

pemahaman diantaranya :

1. Menurut Yusuf al-Qardhawi zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

2. Wahbah Zuhaili dalam bukunya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mendefinisikan dari sudut empat madzab, yaitu :

a. Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak menerimanya (Zuhaili, 2000 : 83).

b. Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta tertentu pulan sebagai hak milik, yang sudah ditentukan

oleh penbuat syari’at semata-mata karena Allah SWT.

c. Madzhab Syafii, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu. d. Madzab Hambali, zakat yaitu penyerahan atau penunaian hak

(34)

ب ًََِّإ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana” (Qs. At-Taubah : 60 )

Dari ayat diatas dijelaskan pendistribusian zakat diberikan kepada orang-orang tertentu yang telah ditentukan oleh Al Qur’an yaitu orang-orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf (orang-orang yang dilunakkan hatinya), budak, orang yang berhutang, fi sabillilah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu sabil.

2. Infaq

Infaq berasal dari kata قافنإ, artinya membelanjakan (Mujieb, 1994 : 121). Arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Selain itu, infaq juga berarti membelanjakan dengan kebaikan (Nasir, 2011 : 403).

(35)

(pelenyapan atau pemunahan), taqlil (pengurangan), idzhab (menyingkirkan), atau ikhraj (pengeluaran) (Hamim, 2016 : 39).

Menurut kamus bahasa Indonesia infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat sedangkan menurut terminologi syariat infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Sedangkan menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan bahwa infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa infaq dapat diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu, yang mencakup harta bendayang dimiliki dan bukan merupakan zakat. Infaq ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat,kafarat,nadzar dan lain-lainnya. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan dan lainnya. Terkait dengan infaq tersebut Rasullulah saw bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada Malaikat yang senantiasa berdoa setiap pagi dan sore :

(36)

Infaq tidak mengenal adanya nishab seperti zakat. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi ataupun rendah, disaat lapang ataupun sempit. Hal tersebut

dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu:

َ ٍِٚزَّنا

amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai

orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Selain itu, infaq juga bisa di tasharrufkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan dan kemaslahatan perorangan ataupun kelompok baik masjid ataupun lembaga seperti pembiayaan administrasi ataupun pemberian bisyarah kepada para pengurusnya, karena dana infaq bukanlah termasuk barang waqaf yang kekal, dan tidak terdapat akad di dalamnya. ( Hamim, 2016 : 43).

3. Sedekah

Kata sedekah berasal dari kata shadaqa atau sidqun yang berarti jujur dan benar (Amir, 2017 : 11). Dari sinilah sedekah diartikan mengeluarkan harta dijalan Allah sebagai bukti kejujuran dan kebenaran iman. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw yaitu

“sedekah itu adalah bukti dari iman. Sedekah dalam konsep islam

(37)

lebih dari itu, sedekah mencakup semua perbuatan kebaikan, baiki bersifat materi maupun non materi.

Sedekah merupakan perilaku ekonomi dalam rangka membantu orang lain. Dengan tujuan mencari pahala Allah swt (Nawawi, 2017 : 259). Sedekah diperbolehkan pada setiap waktu dan disunahkan

berdasarkan Al Qur’an dan sunah, diantaranya :

ٍَْ ي

pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.(Qs. Al Baqarah : 245)

Sedekah bersifat sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarnnya baik mengenai jumlah, waktu, dan kadarnya. Sedekah merupakan pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya (Ruslan, 2014 : 68).

Dengan demikian, setiap orang dapat bersedekah berdasarkan dengan kemampuannya. Setiap kebaikan yang dilakukan seseorang dapat bernilai sedekah pada ketulusan. Inilah nilai sosial yang tinggi

dari sebuah syari’at yang digariskan Allah bagi ummat manusia

(38)

4. Perbedaan Zakat Infak dan Sedekah

Zakat, infak dan sedekah atau yang sering dikenal dengan ZIS merupakan suatu cara menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki tujuan akhir yang sama. Akan tetapi, dalam prakteknya memiliki aturan yang berbeda-beda. Diantara perbedaannya adalah :

Zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan sedekah hukumnya sunnah, zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan sedekah tidak memiliki batas, zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq dan sedekah boleh diberikan kepada siapa saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infaq sunah diantaranya, infaq kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.

Perbedaan infaq dan sedekah adalah infaq merupakan amal yang tidak wajib dapat diberikan kapan saja dan harta yang dikeluarkan untuk kepentingan diri sendiri ataupun keluarganya. Sedangkan sedekah adalah amal yang tidak wajib dapat diberikan kapan saja dan dana yang digunakan untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah.

(39)

Sedang infaq lebih umum, ia dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk perkara yang dibolehkan (tapi tidak mendapat pahala) seperti menafkahi anak istri, memberi mahar, dan lain-lain ataupun perkara yang wajib.

Dari segi bahasa infaq sama dengan zakat dan sedekah yang menujuk kepada pembarian wajib dan sunah. Akan tetapi dari segi istilah, zakat dipakai khusus untuk pemberian yang sifatnya wajib, sedekah dipakai untuk pemberian yang sifatnya sunah, sedangkan infaq dapat menunjuk salah satu ataupun dua-duanya (Arraiyyah, 2007 : 118).

(40)

B. Dasar Hukum Penetapan Infaq dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Adapun dasar hukum penetapan infaq, telah dijelakan secara rinci

di dalam Al Qur’an dan hadis. Berikut ini adalah beberapa dari ayat

Al-quran yang mengatur mengenai infaq:

1. Anjuran untuk berinfaq

Berikut merupakan anjuran dari berinfaq diatur dalam ayat berikut :

a. Dalam Surat al-Baqarah ayat 215

َ ك َُٕن ؤْغ ٚ

nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,

maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”

(41)

b. Dalam Surat Al-Baqarah 245

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan

kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (Qs. Al-Baqarah : 245)

c. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 267

ب ٚ

kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji” (Qs. Al-Baqarah : 267)

d. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 271

ٌَِْإ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah

baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa

(42)

e. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 273

“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui” (Qs. Al-Baqarah : 273). 2. Ancaman bagi orang yang tidak berinfaq

Berikut merupakan ancaman bagi mereka yang tidak berinfaq, diantaranya :

a. Surat At-Taubat ayat 34

ب ٚ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)

(43)

b. Surat Al-Hadiid ayat 10

“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian

hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang

kamu kerjakan” (Qs, Al-Hadid : 10) c. Surat Al-Mujaadilah ayat 13

أ

kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Mujaadilah : 13). 3. Penyebab tidak diterima infaq

ب ي ٔ

“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima

(44)

kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta)

mereka, melainkan dengan rasa enggan” (Qs. At-Taubat : 54). Ada beberapa infaq dalam syariat Islam, baik perorang

janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik” (Qs. Al-Baqarah : 195)

Seperti di jelaskan di ayat di atas terdapat beberapa macam infaq yaitu :

1) Infaq wajib

Infaq wajib berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang wajib seperti :

a) Membayar zakat, Islam menganjurkan kepada mereka yang memiliki harta sudah mencapai jumlah tertentu dan waktu yang sudah ditentukan agar mensucikan diri dengan membayar zakat.

b) Membayar mahar, Islam memberikan petujuk bagi mereka yang akan membayar mahar, agar menjadi sah suatu perjanjian (ikatan).

(45)

mempunyai harta, atau pergi ke penguasa mengadukan kefakiran dan kebutuhanya (Muhammad, 2002 : 54)

d) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya, apabila apabila seseorang dari mereka menceraikan istrinya, hendaklah ia memberinya tempat tinggal di dalam rumah hingga idahnya habis. Dan berikanlah nafkah sesuai dengam kemampuanmu.

2) Infaq sunnah

Infaq sunnah berarti mengeluarkan harta dengan niat sedekah atau dengan kata lain menunjuk pada harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan tetapi tidak sampai wajib seperti : a) Infaq untuk jihad (QS. al Anfal : 60)

b) Infaq kepada yang membutuhkan, misalnya memberi uang kepada fakir miskin atau menolong orang yang terkena musibah dan lain sebagainya.

3) Infaq mubah

Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang mubah seperti berdagang dan bercocok tanam (QS. al Kahfi : 43).

4) Infaq haram

(46)

a) Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam (QS. al Anfal : 36)

b) Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah (QS. an Nisa : 38)

Selain di dalam hukum islam penetapan infaq juga diatur di dalam hukum positif, walaupun pengaturannya tidak dilakukan tersendiri, melaikan masih digabung dengan peraturan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Di dalam Undang-undang pengelolaan zakat No 23 tahun 2011, sebagaimana tertulis dalam Bab 1 pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa infaq merupakan harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum. Sedangkan dalam terminologi syariah, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta untuk sesuatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran islam. Selanjutnya pengelolaan dana infaq juga di jelaskan pada pasal 28 ayat 1 sampai 3 tentang pengelolaan infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya, yaitu :

1. Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.

(47)

3. Pengelolaan infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dengan pembukuan tersendiri.

Dari undang-undang diatas sangatlah jelas, bahwa pada dasarnya semua yang terkait dengan penerimaan, pengelolaan, maupun pendistribusian dana infaq, dilakukan sesuai dengan cara melakukan penerimaan, pengelolaan, dan pendistribusian dana zakat, yang membedakan antara zakat dan dana sosial keagamaan adalah mengenai pencatatan pembukuan yang harus dibedakan dengan pencatatan pengelolaan zakat pada umumnya.

C. Rukun dan Syarat Infaq

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah. Begitu pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infaq dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga. Dalam infaq yaitu memiliki 4 (empat)rukun, (Hamim, 2016 : 47) :

a) Pemberi Infaq (Muwafiq) yaitu orang yang berinfaq , penginfaq tersebut harus memenuhi syarat yaitu memiliki apa yang diinfaqkan dan tidak dibatasi haknya karena suatu alasan.

(48)

c) Barang yang diinfaqkan, maksudnya barang tersebut benar-benar ada, merupakan harta yang bernilai, dan dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang biasanya dimiliki, diterima, dan pemiliknya dapat berpindah tangan. Maka sebagai contoh tidak sah jika seseorang menginfaqkan air di sungai ataupun burung di udara. Selain itu, tidak berhubungan dengan tempat penginfaq seperti menginfaqkan tanaman, pohon tanpa ada tanahnya. Akan tetapi yang diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infaq sehingga menjadi milik baginya.

d) Penyerahan (Ijab Qabul), bahwasanya setiap aktivitas ataupun transaksi yang terjadi harus melalui ijab dan qabul yaitu adanya akad yang jelas agar terjadi keabsahan, saling rela dan ikhlas.

Menurut ulama Hanabilah, infaq memiliki 11 syarat yaitu : 1. Infaq dari harta yang boleh ditasharrufkan

2. Terpilih dan sungguh-sungguh 3. Harta yang diperjualbelikan 4. Tanpa adanya pengganti 5. Orang yang sah memilikinya 6. Sah menerimanya

7. Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu 8. Menyempurnakan pemberian

(49)

10.Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka dan mukallaf)

11.Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan (Ibnu Rusyd : 2007)

D. Manfaat dan Hikmah Infaq

Menurut Ali Hasan dalam bukunya Zakat dan Infak di jelaskan manfaat dan hikmah infak di antaranya :

a. Menyucikan Harta

Bahwa pada dasarnya zakat dan infak tunjuannya untuk membersikan harta dari kemungkinan masuk harta orang lain ke dalam harta yang dimiliki. Tanpa sengaja, barang kali terdapat harta orang lain bercampur dengan harta kita.

b. Menyuciakn jiwa si pemberi zakat dan infaq dari sifat kikir (bakhil)

Selain menyucikan jiwa, zakat dan infaq juga membersihkan jiwa dari kotoran dosa secara umum, terutama kotoran hati dari sifat kikir (bakhil).

(50)

dalam hati, dan kedengkian setiap orang kaya tidak perlu melekat di dalam hati.

d. Membangun masyarakat yang lemah

Dengan adanya zakat, infaq, dan sedekah dapat membantu perekonomian masyarakat yabg kurang mampu, agar setiap umat muslim di dunia ini memiliki kehidupan yang layak (Hasan, 2006 :18-22)

Selain itu, tujuan utama infaq adalah untuk mengangkat kehidupan orang-orang yang fakir untuk hidup yang layak, supaya tidak nampak perbedaan yang terlalu mencolok antara masyarakat kurang mampu dan berkecukupan. Dengan demikian sebaik-baik kaum masyarakat yang baik ialah orang yang banyak manfaatnya (kebaikannya) kepada orang lain. Oleh karena itu, ciri manusia sosial menurut Islam ialah kepentingan pribadinya diletakkan dalam kerangka kesadaran akan kewajibannya sebagai makhluk sosial khususnya makhluk yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Kesetiakawanan dan cinta kasih inilah yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya. Inilah ajaran iman dan amal shalih yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berupa akhlak rabbani dan akhlak insani.

(51)

masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa didalam kepemilikan pribadi itu terdapat tanggung jawab sosial atau dalam kata lain bahwa Islam dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat pribadi dan maslahat sosial.

E. Prosedur Pengelolaan Dana Infaq 1. Prosedur Pengelolaan

Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Muin, 2011: 6).

Prosedur pengelolaan adalah tata cara dalam proses memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian. Pengelolaan atau manajemen dapat berfungsi dengan baik dengan cara mengikuti alur yang ada mulai dari perencanaan, pengoganisasian, pergerakan dan pengawasan, di mana keempat hal ini membentuk suau manajemen (Hamim, 2016 : 21).

2. Pengelolaan Infaq

(52)

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dasar prosedur pengelolaan dana infaq pertama dari Al-Qur’an dan Undang-Undang LAZ.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang pengelolaan dana dan adanya pencatatan pada setiap transaksi yang terjadi dalam bermuamalah yaitu :

ب ٚ

(53)

hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. Al -Baqarah : 282)

Ayat diatas menjelaskan di saat melakukan transaksi muamalah seperti zakat, infak, shodaqah dalam penerimaan, pendistribusian dan penyalurannya, harus dicatat dan dilaporkan kepada lembaga yang sudah ditentukan. Agar tidak timbul kecurigaan masyarakat dalam pengelolaan dana. Ibnu taimiyah berkata “dalam pembagian hendaknya mendahulukan kepentingan yang lebih bermanfaat bagi kaum muslimin. Memberikannya kepada orang-orang yang memberikan manfaat bagi kaum muslimin, seperti para mujtahid. Mereka adalah orang-orang yang berhak menerima harta rampasan itu diperoleh melalui usaha mereka. Termasuk orang-orang yang berhak menerima itu adalah para pejabat. Para hakim, para ulama, pengurus baitul mal, imam masjid, para muazin, dan lainnya”.

Pemaparan infaq juga dijelaskan didalam buku ibnu taimiyah dengan judul As-Siyasah Asy- Syar’iah, Kemudian ibnu taimiyah

menyebutkan pengalokasian yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ra., “

(54)

ujiannya, dan laki-laki dengan kebutuhannya. Umar mengklasifikasikan mereka yang berhak menerima harta infak dalam empat kriteria yaitu :

a. Orang-orang yang kehilangan mata pencaharian yang menjadi tumpuhan hidup mereka.

b. Orang-orang yang bertugas mengayomi kaum muslimin, seperti para pejabat dan ulama, di mana mereka mendatangkan kemaslahatan dunia dan akahirat bagi kaum muslimin.

c. Orang-orang yang sedang menghadapi ujian, baik yang bertugas menjaga kaum muslimin dari segala hal yang membahayakan, seperti para mujtahid baik itu prajurit spionase, penasehat militer, atau yang lain.

d. Orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Infaq memiliki ketentuan yang pasti, harus dilaksanakan jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Syarat- syarat pengelolaan dana infaq tidak jauh sama dengan pengelolaan zakat dan sedekah harus sesuai dengan ketentuan syariah yang harus memiliki syarat-syarat mengelola dana ZIS yaitu :

1) Beragama islam (muslim) 2) Mukallaf

3) Memiliki sifat amanah dan jujur

(55)

5) Mampu melaksanakan tugas

Proses penyaluran dana infaq harus ditujukan bagi kemaslahatan umat manusia dan tetap dalam koridor berjuang dijalan Allah. Sebagaimana yang telah dituturkan, bahwa agar tercapai sirkulasi

kekayaan dan harta, Al Qur’an menekankan penggunaan harta itu untuk

diberikan kepada orang-orang yang miskin dan fakir, dan orang-orang yang tidak beruntung di dalam masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan (Ahmad, 2003 : 69)

Kewajiban itu harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan dan tidak boleh dikurangi. Sebaliknya, lebih baik jika ditambah. Adapun infak yang belum ada ketentuannya secara pasti maka permasalahannya tergantung pada pribadi selama kondisi masyarakat dan kepentingan umum bejalan sebagaimana biasanya. Infak dibidang ini mempunyai batasan minimum yaitu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

syar’i. Adapun batasan maksimum tergantung pada pribadi seorang

(56)

BAB III

GAMBARAN UMUM HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Gemolong 1. Letak Geografis

Kecamatan Gemolong terletak di sebelah barat ibu kota Kabupaten Sragen dengan jarak + 37 Km, dari kota Solo + 20 Km, dengan ketinggian 128 meter dari permukaan air laut. Beriklim tropis dan temperatur sedang. Kecamatan Gemolong terdiri dari 14 Desa/Kelurahan dan 45 lingkungan/Kebayaan, dan terbagi dalam 13 RW dan 278 RT. Luas wilayah kecamatan Gemolong terbagi menjadi: Sawah tadah hujan 2.048 Ha (51%), Perkarangan/bangunan 1.202 Ha (30%), Tegal/kebun 526 Ha (13%), Sawah irigasi setengah teknis 91 Ha (2%), Lainnya 156 Ha (4%). Batas wilayah Kecamatan Gemolong yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sumberlawang b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanon

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kalijambe d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Miri

(57)

Tabel 1.1 Jenis kelamin Jumlah Laki-laki 24.712 jiwa Perempuan 25.667 jiwa

Balita 3.871 jiwa

Jumlah KK 14.524 jiwa Jumlah KK miskin 4.041 jiwa

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian, diantaranya : Tabel 1.2

Pekerjaan Jumlah

Pertanian 8.907 jiwa

Perdagangan 5.907 jiwa Jasa dan sosial 4.205 jiwa Industri pengelolaan 2.805 jiwa Keuangan dan angkutan 1.259 jiwa

B. Gambaran Umum KOIN NU 1. Sejarah KOIN NU

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tanggal 31

Januari 1926 oleh para ulama pengasuh pondok pesantren yang di

dalam komunitas islam mempunyai wawasan, pandangan, sikap dan

(58)

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Kesamaan yang telah membudaya dan

menjadi watak (karakter) itu dilembagakan dalam Nahdlatul Ulama

sebagai wadah perjuangan bersama dan sebagai wadah penjawatan

rasa tanggung jawab yang mendalam atas kelestarian Izul Islam

Muslimin (Ernawati, 2010: 01).

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bagian dari organisasi

perjuangan telah menunjukan partisipasi aktif tidak saja untuk

memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga untuk mempertahankan

pasukan Hizbullah, Sabilillah, serta resolusi jihad yang diinisiasi oleh

KH Hasyim Asy’ari merupakan implementasi dari wawasan

kebangsaan NU dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan

Indonesia (Musa, 2011 : 02).

Sikap kemasyarakan NU merupakan acuan dan kerangka

referensi baik secara organisatoris maupun individu bagi warga NU

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kerangka ini,

warga NU dituntut untuk mengembangkan aspek muamalah dan

pengabdian kemasyarakan dengan tetap memperhatikan nilai, budaya,

dan kekhasan warna keindonesiaan (Musa, 2011 : 46)

Salah satu amanah Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) Jombang

adalah peningkatan bidang ekonomi yang berbasis keummatan. Tentu,

hal ini menjadi sinyal kuat bahwa kepengurusan NU di bawah

kepemimpinan KH Said Aqil Siroj memiliki perhatian yang serius di

(59)

melaksanakan berbagai macam program dan kegiatan seperti

melakukan advokasi, menjalin kerjasama dengan swasta dan

pemerintah, serta membentuk perkumpulan saudagar Nahdliyin untuk

memperkuat dan mewujudkan ummat yang mandiri dalam bidang

ekonomi. Sebagaimana yang kita tahu, kebanyakan warga NU berada

di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Selain itu, saat ini tidak

sedikit warga NU yang hidup di kota yang bergerak di bidang-bidang

jasa dan industri. Mereka juga tidak bisa diremehkan. Namun, jika

dibandingkan dengan yang ada di pedesaan, jumlah mereka tentu

masih kalah jauh. Untuk itu, perlu upaya yang masif dan sistematis

terutama PBNU untuk memberdayakan mayoritas warga NU tersebut

sehingga mereka memiliki ekonomi yang kuat dan mandiri.

Dari situlah muncul gagasan mengumpulkan dana dengan

bersedekah (infaq) melalui KOIN NU atau kotak infaq NU. Gerakan KOIN NU merupakan gerakan nahdliyin untuk mengumpulkan uang receh (koin) dari rumah-rumah nahdliyin dengan memberikan Kotak infaq kecil berukuran 9 x 9 cm2 disetiap rumah warga nahdliyin dengan harapan agar setiap warga mengisi kotak tersebut dengan uang koin (recehan). Melihat bentuk dari kotak yang kecil terdapat filosofi di dalamnya yaitu :

a) Itba’ pada logo NU dengan jumlah bintangnya sembilan

(60)

c) Terinspirasi pada keistimewaan angka tertinggi yaitu sembilan

angka (angka yang apabila dikalikan dengan angka berapapun

kecuali nol, hasil akhirnya terdiri dari angka yang apabila

ditambahkan jumlahnya adalah sembilan.

Dengan adanya KOIN NU ini memberi ajaran kepada

masyarakat luas khususnya NU, menurut pak sujoko beliau

menjelaskan :

“Karena KOIN ini memungkinkan bahwa semikin-miskinnya

seseorang, sepelit-pelitnya orang, dapat berinfaq, dari mulai anak

kecil, bapak-bapak, ibu-ibu dapat berinfaq didalamnya. Tidak harus

memiliki nilai yang besar, seratus rupiahpun dapat di infaqkan”

Selain itu, dengan lemahnya sistem dan manajemen dalam

tubuh NU membuat Kiai Ma’ruf mengeluarkan ide dengan adanya

kotak infaq tersebut. Ketua PCNU Sragen Kiai Ma’ruf Islamuddin

dalam suatu wawancaranya dengan media NU online mengatakan :

“Demi mewujudkan salah satu cita-cita NU yaitu

pemberdayaan masyarakat NU agar memiliki ekonomi yang kuat dan

mandiri, perlu adanya suatu gerakan agar agar dapat mewujudkannya.

Di karenakan, NU merupakan organisasi keagamaan yang besar akan

tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk menjalankan

programnya. Dari situlah muncul gerakan kotak infaq”.

Melihat salah satu tujuan NU adalah memberdayakan

(61)

bagi kelompok warga NU yang membutuhkan bantuan seperti dana

kematian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. KOIN NU sendiri mulai

disosialisasikan di kecamatan Gemolong memasuki pertengahan tahun

2016 dan mulai dibagikan mulai bulan Juli dengan perhitungan dan

penarikan pertama pada bulan Agustus dengan perolehan dana

mencapai Rp. 8.993.350,00 dengan banyak kotak yang dibagikan

kurang lebih 690 kotak infaq.

Berikut merupakan alasan pengurus besar NU Sragen dikutip

dari buku petunjuk KOIN NU memilih KOIN (uang receh)

diantaranya:

1) Jumlah warga NU banyak, namun rata-rata berasal dari

kalangan ekonomi menengah kebawa, sehingga warga yang

miskin sekalipun mampu berinfaq.

2) Memberi kesempatan untuk tetap berinfaq meskipun sedang

dalam kondisi sempit (keuangan)

3) Setiap warga bisa merasa lebih ringan untuk berinfaq

4) Setiap warga akan lebihh sering berinfaq, sehingga setiap kali

berinfaq dapat diniati untuk hajat yang berbeda karena infaq

dapat dijadikan wasilah atau perantara hajad tertentu.

Selain itu, alasan lain dari pengumpulan dari uang receh,

terdapat pula alasan mengapa memilih sistem KOIN (katak infaq),

yaitu:

(62)

2) Dengan menggunakan kotak infaq yang terbuat dari kayu dan

terkunci, siapapun tidak mengetahui jumlah uang di dalamnya,

jadi tidak perlu minder jika jumlahnya sedikit dan tidak akan

takabur

3) Setiap warga menjadi lebih mudah berinfaq karena memiliki

kota infaq tersebut di rumah masing-masing.

4) Memungkinkan warga untuk mewariskan (mewasiatkan)

sistem koin itu kepada keturunannya.

2. Petunjuk Teknis KOIN NU Gemolong

GERAKAN KOIN-NU merupakan gerakan nahdliyin untuk mengumpulkan uang receh (koin) dari rumah-rumah nahdliyin yang manfaatnya untuk memberikan solusi bagi nahdliyin dalam berbagai

aspek kehidupan dan mewujudkan kemandirian jam’iyah.

a. Struktur organisasi KOIN NU Tabel 1.3

Nama Jabatan

Ahmad Dalail, SE Ketua MWC NU Gemolong

Riyanto Ketua UPZ Gemolong

Purwadi, S.Pd Wakil Ketua

Nur Ikhsan Wahyudi Sekretaris

M.. Basyir Bendahara

(63)

b. Mekanisme atau tata cara pelaksanaan program gerakan seribu rupiah KOIN NU sebagai berikut :

Tabel 1.4

No Kegiatan Pelaksana

1. Sosialisasi program koin nu kepada pengurus MWC, muslimat, fatayat,ansor dan seluruh warga NU

Petugas dari PCNU Sragen

2. Menunjuk pengurus Koin NU Pengurus MWC NU 3. Menentukan kode wilayah ranting Pengurus MWC NU 4. Mendata jumlah kotak yang dibutuhkan oleh

tiap-tiap wilayah ranting sesuai dengan kode tertentu yang telah ditetapkan.

Pengurus Koin NU

5. Memesan kotak infaq kepada pondok pesantren walisongo Sragen

Pengurus MWC/Koin NU 6. Membagi kotak infaq kepada warga NU

sesuai dengan identitas yang telah di data.

Pengurus MWC/Koin NU 7. Mengumpulkan dan menghitung infaq

dengan pilihan cara :

a. Untuk tahapan awal menerima kotak infaq yang disetorkan oleh warga dan menghitungnya dalam satu waktu dan tempat yang sama yaitu pengajian selapanan hal ini dimaksudkan untuk syiar dan menyemarakkan program.

b. Untuk tahapan selnjutnya mengundang warga NU (membawa kotak infaq) setiap

(64)

dukuh/ranting pada acara rutinan yang telah disepakati, kemudian membuka dan menghitung bersama-sama. Bagi warga NU yang berhalangan hadir, kotak infaq bisa dititipkan.

Keterangan : perhitungann hasil infaq adalah per-ranting bukan per-kotak. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari rasa minder bagi yang berinfak sedikit dan takabur bagi yang berinfaq banyak.

8. Mengembalikan kotak kepada warga seketika setelah infaq.

Pengurus Koin NU 9. Mengumumkan perolehan infaq :

a. Perolehan hasil infaq harus diumumkan pada saat pengajian selapanan. Hal ini dimaksudkan sebagai wujud transparasi (keterbukaan) perhitungan.

b. Perolehan hasil infaq disebutkan per-ranting. Hal ini dimaksudkan untuk upaya fastabiqul khairat.

c. Dalam mengumumkan perolehan hasil infaq per ranting, dilarang membandingkan nominal tertinggi dan terendah, agar terhindar dari

(65)

ketersinggungan dan saling cemooh antar ranting.

10. Menyerahkan hasil infaq kepada penguruss MWC NU.

Pengurus Koin NU 11. Melaporkan perolehan infaq secara tertulis ke

pengurus LAZISNU dan PCNU

Pengurus MWC NU

c. Tujuan program KOIN NU

a) Sebagai pendidikan sistem dan manajemen di tubuh NU

b) Mendidik loyalitas warga terhadap organisasi dengan memberikan sumbangsih kepada NU

c) Menjalin kebersamaan antar sesama warga NU dan menjalin kominikasi antara anggota dan pengurus NU

d) Memperlancar pelaksanaan program yang terhambat karena faktor pendanaan

e) Mengentaskan kemiskinan, karena :

1) Dengan berinfaq, seseorang akan dilipat gandakan hartanya. 2) Dengan terkumpulnya pendanaan yang cukup, bisa

digunakan untuk membantu warga yang miskin. d. Ketentuan Pelaksanaan Program Gerakan seribu KOIN NU

1) Struktur gerakan seribu KOIN

a) Penanggung jawab : Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sragen

(66)

c) Koordinator : Majelis Wakil Cabang (MWC) NU d) Pelaksana : Pengurus Anak Cabang (PAC) dan

Ranting Muslimat/Fatayat

e) Anggota : Warga NU Kabupaten Sragen

e. Waktu penggalangan dana dalam program gerakan seribu rupiah

koin NU adalah 35 hari, selanjutnya disebut dengan satu putaran.

f. Pengurus KOIN NU diwajibkan memiliki buku besar untuk

pendataan

g. Setiap pengurus KOIN NU dianjurkan untuk menunjuk minimal

satu orang petugas disetiap dukuh/kampung

h. Pengurus KOIN NU memperoleh bisyaroh dengan nomminal yang

ditentukan

i. Tiap satu keluarga mendapatkan minimal 1 kotak infaq

j. Apabila kotak rusak atau hilang, maka warga yang bersangkutan

wajib mengganti senilai harga kotak

k. Pengadaan kotak infaq dilayani satu pinju dengan tujuan :

a) Menciptakan keseragaman

b) Memudahkan sistem koordinasi

c) Bisa meminimalisir konflik

l. Hasil infaq yang sudah terkumpul tidak boleh dipinjam untuk

kepentingan pribadi, karena :

a) Bisa menimbulkan kecemburuan diantara warga NU

(67)

c) Bisa menghilangkan kepercayaan terhadap sistem yang

dibangun, sehingga berdampak trauma terhadap kebijakan

organisasi.

Terkait dengan pembagian hasil perolehan KOIN NU sesuai

dengan surat keputusan nomor : PC.11.17/C/01/II/2017 tentang

pembagian hasil perolehan kotak infaq adalah sebagai berikut :

1. PBNU : 2,5%

2. PWNU : 2,5%

3. PCNU : 17,5%

4. MWCNU : 25%

5. LAZISNU : 2,5%

6. Ranting NU : 50%

C. Pelaksanaan KOIN NU di Gemolong

Pelaksanaan KOIN NU didasarkan dengan adanya keinginan

dari para pengurus NU untuk mewujudkan masyarakat jama’ah dan jami’iyah agar menuju masyarakat yang mandiri. Pelaksanaan KON

NU di Gemolong berawal dengan adanya sosialisasi dari ranting ke ranting tentang adanya KOIN NU serta tujuan diadakannya di kecamatan Gemolong yang kemudian di salurkan kepada masyarakat tentang informasi KOIN NU tersebut.

(68)

memiliki kode-kode tersendiri bermula dari kode A hingga N. Kecamatan Gemolong memiliki 14 ranting diantaranya :

Tabel 1.5

NO Nama Desa Kode Jumlah

Dukuh

Jumlah RT

Jumlah RW

1 Gemolong A 14 43 4

2 Kaloran B 6 24 3

3 Kwangen C 8 20 3

4 Purworejo D 10 14 3

5 Kalangan E 15 13 3

6 Jenalas F 10 17 3

7 Nganti G 4 13 15

8 Paleman H 11 23 4

9 Jatibatur I 16 22 5

10 Ngembatpadas J 8 26 4

11 Brangkal K 9 15 3

12 Kragilan L 10 20 3

13 Genengduwur M 12 11 5

(69)

Kode-kode diatas digunakan untuk pembeda antara desa satu dengan desa lainnya. Menurut ketua tanfidziyah Bapak Ahmad Dalail mengatakan :

Bahwa KOIN ini merupakan gerakan kotak 1000 KOIN, yang sekarang sudah di nasionalkan. Awalnya kotak yang tersebar di Gemolong sebanyak + 690 kotak infaq dengan pemasukan Rp. 8.993.350,00. Ini merupakan hasil yang tidak di duga oleh pengurus gerakan KOIN NU di Gemolong. Kotak yang awalnya di pandang remeh oleh sebagian masyarakat dapat menghasilkan dana yang besar.

Menurut bapak Sujoko :

Mereka yang berinfaq di haruskan memiliki niat tertentu, misalnya supaya selalu diberi kesehatan, supaya lulus ujian, pahala untuk kedua orang tua, keinginan naik haji atau niat baik lainnya. Karena, infaq dengan cara ini tidak harus mengeluarkan banyak uang akan tetapi, sedikit demi sedikit yang kemudian tidak terasa nilainya.

Pemasukan dana infaq ini memang diluar dugaan, melihat antusias masyarakat dalam berinfaq. Dapat dilihat dari perolehan dana yang masuk setiap bulannya, dalam laporan yang bersumber dari LAZISNU diantaranya :

Tabel 1.6

Bulan Dana Masuk Pengeluaran Saldo

Agustus 2016 Rp. 8.993.350 Rp. 9.100.000 Rp. -106.650 September 2016 Rp. 10.070,100 Rp. 7.500.000 Rp. 2.463.450

Oktober 2016 Rp. 12. 471.600 Rp. 5.080.000 Rp. 9.855.050

November 2016 - - -

(70)

Februari 2017 Rp. 10.664.250 Rp. 2.416.000 Rp. 37.087.250 Maret 2017 Rp. 10.975.050 Rp. 2.750.000 Rp. 45.312.300 April 2017 Rp. 8.586.200 Rp. 9.766.200 Rp. 44.132.300 Mei 2017 Rp. 9.531.650 Rp. 400.000 Rp. 53.263.950 Juni 2018 Rp. 8.225.250 Rp. 1.380.000 Rp. 60.109.200 Juli 2017 Rp. 14.535.000 Rp. 10.257.500 Rp. 64.386.700

Agustus 2017 Rp. 14.159.400 Rp. 8.615.600 Rp. 70.210.500 September 2017 Rp.12.319.600 Rp. 8.641.760 Rp. 73.888.340 Oktober 2017 Rp. 12.864.200 Rp. 16.108.520 Rp. 70.644.020 November 2017 Rp. 11.376.600 Rp. 7.335.900 Rp. 74.682.720 Desember 2017 Rp. 11.955.600 Rp. 7.353.300 Rp. 79.285.000 Januari 2018 Rp. 11.180.200 Rp. 24.260.600 Rp. 66.204.600 Februari 2018 Rp. 14.306.200 Rp. 8.713.700 Rp. 71.797.100

Maret 2018 Rp. 11.499.400 Rp. 7.179.640 Rp. 76.116.860 April 2018 Rp. 11.538.000 Rp. 11.538.000 Rp. 76.116.860 Mei 2018 Rp. 12.702.400 Rp. 10.598.400 Rp. 78.220.860 Juni 2018 Rp. 8.262.100 Rp. 8.375.200 Rp. 78.107.760

(71)

Menurut Ibu Marfuah, kami menyambut dengan senang akan hadirnya koin nu ini, selain dapat berinfak setiap hari, tidak diperlukan uang yang banyak untuk bersedekah, bisa dengan cara sedikit-sedikit tanpa ada rasa malu, karena bisa berinfak di rumah sendiri. Lain halnya dengan Bu Dwi yang mengatakan, gerakan KOIN NU ini, dapat menjadi pelajaran bagi anak-anak saya, tentang perlunya berbagi dengan sesama. Dengan adanya kotak tersebut, anak-anak menjadi bersemangat bersedekah, kadang mereka menyisahkan uang jajan untuk dimasukan kedalam kotak.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Pak Slamet, beliau mengatakan bahwa munculnya KOIN NU ini sangat berpengaruh terhadap semangat masyarakat dalam bersedekah, seharusnya terdapat sosialisasi terperinci terhadap penggunaan dana yang terkumpul, sehingga masyarakat dapat lebih bersemangat dalam berinfak. Selain itu, Pak Hadi juga menuturkan, berinfak dengan cara memasukan koin kedalam kotak ini, memang sangat ringan. Koin (recehan) yang biasanya kurang diperhatikan dapat digunakan untuk membantu masyarakat lain. Menurut Bu Nihla akan adanya program KOIN NU:

Gambar

Tabel 1.2
Nama  Tabel 1.3 Jabatan
No Tabel 1.4 Kegiatan
Tabel 1.6

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Nursiwan menjelaskan terkait dengan tanggung jawab pialang asuransi bahwa tanggung jawab pialang asuransi bertindak sebagai wakil dari pihak tertanggung sesuai dengan

Permasalahan dalan penelitian ini yaitu apakah metode pembelajaran discovery dengan menggunakan Papan Tempel Segi Empat lebih efektif daripada metode

Salah satu praktek muamalah yang penulis temukan dalam observasi awal di Nagari Koto Tuo Palangki yaitu masyarakat yang tanahnya mengandung emas berinisiatif untuk melakukan

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, Penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “KAJIAN TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN

dengan ketinggian nasab, dan mereka merasa tidak akan berharga dengan Islam, Adapun diluar bangsa Arab yaitu para bekas budak dan bangsa-bangsa lain, mereka

Melihat hal itu, maka penulis melakukan penelitian dengan tiga fokus pokok pembahasan yaitu: pertama, Bagaimana prosesi perkawinan adat yang dilakukan oleh masyarakat

Fatwa al-ijarah al-maushufah fi al-dzimmah dikeluarkan oleh DSN MUI untuk melandasi KPR inden karena ketentuannya dianggap cocok, diantaranya harus sesuai dengan

Sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak lahir anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan