• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) INDEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) INDEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) INDEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

KHUROTUL AENI ELIYAH

NIM. 21413002

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

(2)
(3)

i

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) INDEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

KHUROTUL AENI ELIYAH

NIM. 21413002

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

(4)
(5)
(6)
(7)

v

MOTTO

“Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk hari ini, dan berharaplah untuk masa depan. Yang paling penting, jangan berhenti bertanya”

(Albert Einstein)

“Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu

berharap.”

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang

tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas

semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Adikku tercinta dan keluarga besar LKSA Aisyiyah Tuntang yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil.

3. Bapak M. Yusuf Khumaini, S.HI.,M.H. selaku Dosen Pembimbing yang

selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat

selesai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

4. Sahabat – sahabat seperjuangan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2013

yang selalu memberikan warna dalam menempuh pemndidikan di IAIN

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat kami selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Kami juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah

diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat menyusun Penulisan Skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepasa Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan

nanti.

Penulisan Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari‟ah,

Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul : “Peran OJK dalam KPRS

Inden Menurut Fatwa DSN-MUI NO:1Ol/DSN-MUIIX/2016 Tentang Akad

Al-Ijarah Al-Ma Ushufah Fi Al-Dzimmah “. Penulis mengakui bahwa dalam

menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang

setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata,

namun perlu kiranya penulis mengucapkan teri kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN

(10)

viii

3. Ibu Evi Ariyani, M. H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah

IAIN Salatiga.

4. Bapak M. Yusuf Khumaini, S.HI.,M.H. Selaku dosen pembimbing yang

selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan

penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan

yang diharapkan.

5. Ibu Nova selaku Narasumber OJK Solo yang telah berkenan memberikan

izin wawancara di OJK Solo serta memberikan informasi berkaitan

penulisan skripsi.

6. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,

sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tanpa halangan apapun.

8. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mendo‟akan dan memberikan

dorongan kasih sayang serta semangat kepada penulis selama ini.

9. Kel. Ibu Endang Wiratni, Kel. Ibu Alimah, Ibu-ibu Pengurus LKSA Panti

Asuhan Putri „Aisyiyah Tuntang dan teman-teman, serta adik-adik

seperjuangan terima kasih atas dukungan, inspirasi dan do‟a untuk penulis

(11)

ix

10.Sahabat-sahabatku mbak yuliana, mbak dini, mbak rukayatun, mbak kanti,

dek janah yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11.Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2013 di

IAIN Salatiga.

12.Serta semua pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan skripsi ini, yang

tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan ini masih jauh dari

sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

Salatiga, 16 November 2017

(12)

x

ABSTRAK

Eliyah, Khurotul Aeni. 2017. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Inden Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam. Sekripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan

Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: M. Yusuf Khumaini, S.HI.,M.H.

Kata Kunci: KPR Inden, Hukum Ekonomi Syari’ah, Fatwa Al Ijrah Al Maushufah Fi Al Dzimmah.

Islam tidak memperbolehkan adanya kemudharatan barang gharar, dalam pelaksanaan pembelian, pemesanan atau dalam bentuk transaksi apapun. Islam menganjurkan adanya kejelasan dalam bertransaksi baik itu pembelian ataupun pemesanan dengan tujuan agar tidak terjadi adanya pihak – pihak yang dirugikan. KPR Inden merupakan bentuk transaksi yang mana objeknya belum jelas, barang dengan pembelian rumah yang cara pemesanan dan pembayarannya dengan cara cicilan. Produk ini merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh Bank – bank di Indonesia untuk membiayai pembelian kredit pemilikan rumah dengan sistim Inden, dengan ketentuan dan spesifikasi yang berlaku.

Fokus penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan KPR Inden dan untuk mengetahui bagaimana KPR Inden dalam perspektif hukum ekonomi islam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research), yang bertujuan untuk menganalisis mengenai KPR Inden dan fatwa DSN MUI dalam Hukum Ekonomi Islam yaitu dengan reduksi data, penyajian data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati yang kemudian dituangkan ke dalam analisis skripsi ini. Metode penelitian ini bersifat penelitian hukum normatif atau penulisan kepustakaan dengan menggunakan pendekatan fatwa dan perundang-undangan, terutama untuk mengkaji peraturan yang berkaitan dengan Kredit Pemilikan Rumah Inden (KPR Inden).

(13)

xi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KPR INDEN A. Pengertian KPR Inden ... 16

B. Jenis – jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Inden ... 19

C. Landasan Hukum KPR Inden... 19

D. Jenis – jenis Pembiayaan KPR Inden ... 20

E. Syarat dan Ketentuannya dalam Melakukan pembayaran KPR Inden ... 22

F. KPR Inden dalam Perspektif Hukum Positif ... 23

(14)

xii

H. Kelemahan KPR Inden ... 25

I. Tahap pengajuan KPR Inden ... 25

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI AKAD AL IJARAH AL MAUSHUFAH FI AL DZIMMAH

A. Pengertian Mengenai akad Al Ijarah Al Maushufah

Fi Al Dzimmah ... 28

1. Pengertian Umum Tentang Al Ijarah ... 28

2. Pengertian Umum Tentang Al Ijarah Al Maushufah

Fi al dzimmah ... 35

B. Pengertian Umum Tentang As Salam ... 41

BAB IV ANALISIS KPR INDEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM

EKONOMI

A. Analisis Kelebihan dan Kekurangan KPR Inden ... 46

B. AnalisisKPR Inden dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam .... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan utama setiap manusia adalah sandang, pangan, papan.

Dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan manusia bisa

mendapatkannya dalam keseharian dari hasil pekerjaannya. Tetapi dalam hal

papan atau kebutuhan rumah, manusia harus berusaha untuk menabung jika

ingin mendapatkannya, tidak serta merta bisa mendapatkan rumah yang

diidamkan. Karena untuk mendapatkan rumah yang diidamkan seseorang

harus rela menyisihkan uang hasil pekerjaanya untuk menabung demi

mendapatkan sebuah rumah.

Dewasa ini rumah adalah kebutuhan pokok yang paling didambakan di

kalangan manusia. Rumah adalah tempat tinggal dimana didalamnya ada

kehidupan dan ada sosialisasi antar penghuninya, yang mampu memberikan

rasa aman dan nyaman ketika tinggal di dalamnya.

Manusia mempunyai kemampuan dan kecukupan yang berbeda dalam

memenuhi kebutuhannya, maka dalam pembelian rumah bermacam-macam

dalam pelaksanaan pembeliannya. Namun, tidak sedikit masyarakat yang

membeli rumah dengan cara cicilan dengan jangka waktu tertentu.

Pembayaran secara cicilan lebih meringankan pembeli dibandingkan dengan

pembayaran tunai. Kebutuhan akan rumah membuat perusahaan perbankan

(16)

2

KPR (Kredit Pemilikan Rumah) muncul karena adanya permintaan

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan rumah secara cicilan. Awalnya

produk ini dikelola oleh bank konvensional, tetapi beberapa masyarakat

menginginkan sebuah produk pembiayaan rumah yang sesuai dengan prinsip

syariah (Jogiyanto, 2005: 61).

Dalam perkembangan dunia perbankan terus mengalami kemajuan

yang sangat signifikan, dan dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia

tahun 1992, berdasarkan UU perbankan no. 7 tahun 1992 dan PP RI no. 72

tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil yang kemudian

dijabarkan dalam Surat edaran BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993

mengenai industi perkembangan perbankan syariah dari aspirasi masyarakat

Indonesia yang mayoritas muslim maka dunia perbankan terus tumbuh dan

berkembang dengan catatan prestasi yang sangat menggembirakan

(Sugiawati, 2009: 45).

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mempunyai kedudukan sangat

penting sebagai lembaga ekonomi Islam berbasis syariah di tengah proses

pembangunan Nasional. Maka hadirlah produk pembiayaan rumah dengan

prinsip syariah, yang dikenal dengan KPRS (Kredit Pemilikan Rumah

Syariah). Dengan berdirinya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan

implementasi dari pemahaman umat muslim di Indonesia terhadap

prinsip-prinsip muamalah dalam prinsip-prinsip hukum ekonomi islam yang selanjutnya

dipresentasikan dalam bentuk perantara ekonomi islam lembaga keuangan

(17)

3

Keuangan Syariah (LKS) tersebut, DSN-MUI mengeluarkan fatwanya yaitu

Al-Ijarah Al-Maushufah Fi Al-Dzimmah. Akad tersebut berasal dari dua unsur

yaitu akad ijarah dan akad salam, akad tersebut melandasi Kredit Pemilikan

Rumah secara Inden (KPR-Inden).

Dewan Syari‟ah Nasional (DSN MUI) menjelaskan bahwa, Al-Ijarah

al-Maushufah fi al-Dzimmah adalah akad sewa-menyewa atas manfaat suatu

barang (manfaat „ain) dan/atau jasa („amal) yang pada saat akad hanya

disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan kualitas). Manfaat

barang dan pekerjaan dalam akad ini, harus diketahui dengan jelas dan terukur

spesifikasinya supaya terhindar dari perselisihan dan sengketa (al-niza‟),

dapat diserahterimakan, baik secara hakiki maupun secara hukum, disepakati

waktu penyerahan dan masa ijarahnya, dan sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam melakukan transaksi al-ijarah al-maushufah fi al-dzimmah yang perlu

diperhatikan terkait ketentuan barang sewa.

(18)

4

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang

kamu kerjakan”.

Menurut AI-Ma'ayiral-Syar'iyyah bahwa, Akad al-Ijarah al-Maushufah

fi al-Dzimmah boleh dilakukan dengan kriteria, barang sewa dapat terukur

meskipun obyek tersebut belum menjadi milik pemberi sewa (pada saat

ijab-qabul dilakukan), waktu penyerahan barang sewa disepakati pada saat akad,

barang sewa tersebut harus diyakini dapat menjadi milik pemberi sewa baik

dengan cara memperolehnya dari pihak lain maupun membuatnya sendiri,

tidak disyaratkan pembayan ujrah didahulukan (dilakukan pada saat akad)

selama ijab-qabul yang dilakukan tidak menggunakan kata salam atau salaf,

apabila barang sewa diterima penyewa tidak sesuai dengan kriteria yang

disepakati, pihak penyewa berhak menolak dan meminta gantinya yang sesuai

dengan kriteria yang disepakati pada saat akad (Fatwa DSN-MUI

(19)

5

Menurut Badr Hasan Qasimi dalam Ijarah Maushufah fi

al-Dzimmah menjelaskan sebagai berikut: Adapun al-Ijarah al-Maushufah fi

al-Dzimmah bersifat ke depan (forward ijarah), boleh dilakukan dengan

syarat kriteria obyeknya dapat digambarkan secara terukur dan diserahkan

pada waktu tertentu sesuai kesepakatan saat akad”. (Fatwa DSN-MUI

NO:1Ol/DSN-MUIIX/2016). Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia,

sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi

sebuah keluarga. Maka tidak heran apabila permintaan masyarakat akan

rumah tiap tahun terus bertambah. Walaupun produk Ijarah Maushufah fi

al-Dhimmah baru saja diaplikasikan dalam produk perbankan Islam. Namun

akad Ijarah al maushufah fi dhimmah sudah mampu melandasi dan digunakan

secara meluas di masyarakat dan sampai saat ini masih digandrungi oleh

masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik

membahas “KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) INDEN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penulisan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

suatu pokok permasalahan yaitu :

1. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan KPR Inden?

(20)

6

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah teruraikan, maka tujuan dari

penulisan ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan KPR Inden.

2. Untuk mengetahui KPR Inden dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam.

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, penelitian ini memiliki manfaat. Manfaat yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan positif

bagi perusahaan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk

menyempurnakan pelayanan yang baik bagi nasabah terutama pada KPR

Inden dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam dalam melandasi KPR

Inden.

2. Bagi peneliti

a. Laporan ini berguna untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Strata 1 (S1) dan untuk memenuhi persyaratan kelulusan di Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

b. Menambah ilmu pengetahuan dan mengetahui selama penelitian

dilaksanakan dan sebagai referensi penelitian berikutnya dalam

melakukan penelitian KPR Inden dalam Perspektif Hukum Ekonomi

(21)

7

3. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi bagi peneliti

lain yang sejenis dimasa mendatang, sehingga dapat memperbaiki

keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulisan skripsi ini, dalam

melakukan penelitian KPR Inden dalam Perspektif Hukum Ekonomi

Islam.

E. Penegasan Istilah

Penulisan bahwa judul skripsi adalah KPR Inden dalam Perspektif

Hukum Ekonomi Islam. Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis

mengemukakan judul skripsi ini sebagai berikurt :

1. KPR Inden

KPR inden adalah transaksi jual beli dengan sewa pesanan, dimana

pihak pembeli memesan suatu barang kepada pihak penjual untuk

dibuatkan rumah baginya, dan bank sebagai penjual menyediakan fasilitas

KPR Inden kepada nasabah atas pengadaan rumah yang dipesan oleh

nasabah dengan cara bank membeli tanah dan rumah dari pengembang

untuk kepentingan atas pesanan nasabah dan selanjutnya bank menjual

rumah pesanan tersebut kepada nasabah sehingga bank mempunyai hak

tagih kepada nasabah, yang akan dibayar oleh nasabah secara angsuran

(22)

8

2. Akad

Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh

syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi, 2006:

47). Sedangkan akad menurut Anwar (2010: 68) yaitu pertemuan ijab dan

qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan

suatu akibat hukum pada objeknya.

Dalam skripsi ini dilakukan karena adanya antara si penyewa dan

yang menyewakan melakukan suatu kesepakatan dalam melakukan akad

Al Ijarah Al Ma Ushufah Fi Al Dzimmah.

3. Fatwa DSN-MUI

Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat aturan yang bersifat tidak

mengikat dan tidak ada paksaan secara hukum bagi sasaran diterbitkannya

fatwa untuk mematuhi ketentuan fatwa tersebut. Namun di sisi lain, fatwa

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengikat,

secara hukum setelah diserap dan ditransformasikan ke dalam

perundang-undangan karena menjadi salah satu aspek hukum dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan. Jadi, secara tidak langsung fatwa Dewan

Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menjadi suatu

aturan yang mengikat dalam operasional lembaga keuangan syariah.

Dalam skripsi ini fatwa DSN-MUI berkaitan erat dengan penelitian,

karena fatwa DSN-MUI adalah landasan dari akad Al Ijarah Al Ma

(23)

9

4. Al ijarah al ma ushufah fi al dzimmah

Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah adalah akad

sewa-menyewa atas manfaat suatu barang ('ain) atau jasa ('amal) yang pada

saat akad hanya disebutkan sifat-sifat, kuantitas dan kualitasnya

(spesifikasi).

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian merupakan mata rantai dari penelitian sebelumnya, karena

penelitian yang penulis teliti ini menganalisis mengenai KPR Inden dalam

Perspektif Hukum Ekonomi Islam”. Beberapa penelitian terdahulu yang

menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini antara lain yaitu :

Skripsi karya Ratnaningrum mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tahun

2009 dengan judul Penerapan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah di

Indonesia. Penelitian ini mengkaji mengenai akad, jangka waktu dan harga

unitnya. Namun penelitian ini berfokus pada pelaksanaan produk Pembiayaan

Pemilikan Rumah (PPR) Syariah.

Buku Rachmat Firdaus dan Maya Ariyati yang berjudul Manajemen

Perkreditan Bank Umum buku ini membahas tentang langkah-langkah kredit

di Bank Umum. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dan pihak lain. Kredit Sindikasi adalah kredit yang

diberikan secara bersama-sama oleh dua bank atau lebih atau perusahaan

(24)

10

kepesertaan. Penjelasan kredit tersebut merupakan arti kredit berdasarkan

pedoman akuntansi perkreditan.

Ratri Widiastuti dalam penelitian skripsi dengan judul Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa Menyewa Kamar Kost Di Kelurahan

Baciro Kota Yogyakarta menyimpulkan bahwa temuan penelitian ini

menunjukan bahwa kesepakatan yang terjadi antara penyewa dan pemilik

kamar sewaan dilakukan secara lisan dan tertulis. Hal ini dilakukan sesuai

dengan hukum Islam dengan memenuhi rukun dan syarat. Untuk penentuan

harga dan jangka waktu sewa telah ditentukan berdasarkan berbagai fasilitas

yang disediakan seperti fasilitas fisik dan non fisiknya. Sedangkan

wanprestasi yang terdapat pada praktek sewa menyewa ini diselesaikan

dengan suatu ganti-rugi yang sebelumnya disepakati oleh kedua belah pihak.

G. Metode Penelitian

Metode memegang peran penting dalam mencapai suatu tujuan,

termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang

dimaksud adalah cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-fakta

atau gejala-gejala secara ilmiah (Kholid Narbukoi, dan Abu Achmadi, 2008:

13). Dalam menyusun skripsi ini, penyusun menggunakan penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

(25)

11

manusia, situasi yang diobservasi dan jenis penelitian yang digunakan

adalah kepustakaan/ library reseach yaitu desain penelitian yang disusun

dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi

ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian. Penelitian yang

berfokus pada penjelasan sistematis dan analisis dari fakta yang diperoleh

saat penelitian dilakukan mengenai kredit pembayaran rumah secara

inden (Sanusi, 2012: 13). Jenis ini dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data seteliti mungkin

tentang objek yang diteliti.

2. Pendekatan penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati yang tidak

dituangkan ke dalam variabel atau hipotesis (Amirudin, 2004: 15).

Penelitian kualitatif karena data-data yang dibutuhkan tidak kuantitatif.

Metode penelitian ini bersifat penelitian hukum normatif atau penulisan

kepustakaan dengan menggunakan pendekatan fatwa dan

perundang-undangan, terutama untuk mengkaji peraturan yang berkaitan dengan

(26)

12

3. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah sumber dari mana data dapat

diperoleh (Meleong, 2000: 114). Adapun sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh suatu

badan dan diterbitkan oleh badan itu pula. Badan lain dapat

memperolehnya bila memerlukannya (Djarwanto, 1993: 9). Dalam

penelitian ini data primer terdiri dari KPR Inden dalam Perspektif

Hukum Ekonomi Islam dan Fatwa DSN MUI No 101 Tahun 2016

tentang Akad Al Ijarah al Maushufah fi al Dzimmah (IMFD).

Ketentuan Fatwa DSN MUI No 101 Tahun 2016 tentang

Akad Al Ijarah al Maushufah fial Dzimmah (IMFD) diatur terkait

ketentuan-ketentuan akad IMFD yaitu bahwa akad Ijarah

al-Maushufah fi al-Dzimmah boleh dilakukan dengan mengikuti

ketentuan dalam fatwa ini. Akad Ijarah Maushufah fi

al-Dzimmah berlaku secara efektif dan menimbulkan akibat hukum,

baik berupa akibat hukum khusus (tujuan akad) maupun akibat

hukum umum, yaitu lahirnya hak dan kewajiban, sejak akad

dilangsungkan.

Dalam hal penulisan skripsi ini data primer didapatkan dan

dianalisa dari fatwa yang telah ditentukan oleh Dewan Syariah

(27)

13

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dilaporkan oleh suatu

badan, sedang badan ini tidak langsung mengumpulkan sendiri

melainkan diperoleh dari pihak lain yang telah mengumpulkan

terlebih dahulu dan menerbitkannya (Djarwanto, 1993: 9).

Dalam hal penulisan skripsi ini data sekunder yang

digunakan berupa dokumen atau literature mengenai gambaran

umum tentang KPR inden dan al ijarah al maushufah fi al dzimmah

dengan informasi yang ada, serta berbagai sumber-sumber

informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

c. Metode Pengumpuan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau Library

Research, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka (Mahmud, 2011: 107).

Penelitian kepustakaan (library reseach) ialah penelitian yang

menggunakan cara untuk mendapatkan data informasi dengan

menempatkan fasilitas yang ada di perpus, seperti buku, jurnal,

artikel, dokumen, catatan sejarah, atau kaitannya dengan hal ini.

Sementara itu, kajian dalam penelitian ini yang dilakukan yaitu

menganalisa tentang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Inden dan

Fatwa DSN-MUI. Dalam hal tersebut dianggap sebagai sumber

data yang akan diolah dan sebagai tujuan penelitian. Penelitian

(28)

14

kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis.

Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat

memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang

diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang akan berkaitan

yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, lembar

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

dan daftar lampiran.

2. Bagian inti terdiri dari :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : Menjelaskan tentang kajian pustaka yang menjelaskan

tentang pengertian, landasan atau dasar yang berkaitan

dengan KPR Inden.

BAB III : Menjelaskan konsep al ijarah, menjelaskan konsep as

salam dan menjelaskan fatwa mengenai al ijarah al

(29)

15

BAB IV : Menjelaskan bagaimana kelebihan dan kekurangan KPR

Inden, menjelaskan bagaimana KPR Inden dalam

perspektif hukum islam.

BAB V : Menjelaskan bagian akhir penulisan yang mencakup

kesimpulan dan saran dari penulis.

3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

(30)

16

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KPR INDEN

A. Pengertian KPR Inden

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai banyak

aktivitas keuangan dimana salah satunya adalah melayani kegiatan kredit

pemilikan rumah (KPR). Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yaitu kredit jangka

panjang yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada debiturnya untuk

mendirikan atau memiliki rumah diatas sebuah lahan dengan jaminan

kepemilikan atas rumah itu sendiri (Siregar, 2017: 10).

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang

diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan

membeli atau memperbaiki rumah. KPR merupakan salah satu alternatif cara

untuk memiliki sebuah hunian rumah dengan cara kredit (Budiman, 2014: 59).

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pengertian kredit menurut

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah :

“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

(31)

17

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah salah satu bentuk kredit consumer yang dikenal pula dengan nama “housing loan” (pinjaman yang diberikan untuk pembelian rumah). Pemberian fasilitas ini ditujukan untuk konsumen yang membutuhkan rumah digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga atau rumah tangga, tetapi tidak ditujukan untuk kepentingan yang bersifat komersial dan tidak memiliki pertambahan nilai barang dan jasa dimasyarakat (Ibrahim, 2004: 70).

Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menurut Bank Indonesia,

“KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah”. Kredit perumahan (KPR) merupakan salah satu jenis dari kredit konsumtif, yaitu fasilitas kredit untuk pembelian/pembangunan/renovasi rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen, dan vila atau untuk pembelian kavling/tanah matang, atau untuk refinancing, dengan jaminan berupa objek yang dibiayai (Budiman, 2014: 69).

Kesimpulan dari pengertian KPR di atas yaitu Kredit Pemilikan

Rumah yang disediakan oleh pihak perbankan kepada para debitur dan

kreditur yang hendak melakukan suatu perikatan kredit jual beli tempat

tinggal dan merupakan salah satu produk dari lembaga perbankan yang

memiliki fasilitas dalam pembelian dan pemilikan rumah dengan pembayaran

secara cicilan atau tunai atas sebuah lahan dengan jaminan kepemilikan atas

rumah dan lahan itu sendiri.

Disebut inden karena barang dengan pembelian rumah yang belum

jadi dengan cara pemesanan dan pembayaran dengan cara cicilan atau bisa

disebut utang. Ini memang menarik dikalangan masyarakat, selain

menguntungkan bagi pihak developer juga menarik bagi para kreditur karena

(32)

18

meski barang itu belum jadi, dan memudahkan para pembeli dalam

pembayarannya.

KPR inden merupakan salah satu produk perbankan atas pembelian rumah yang ready stock atau indent. Rumah yang ready stock adalah rumah yang telah siap dibangun, siap huni dan telah terpasang instansi meteran listrik dan airnya, sedangkan rumah indent adalah rumah yang akan dibangun setelah ada pembelinya yang dikerjakan oleh kontraktor melalui perintah dari pengembang perumahan (selajutnya disebut developer). Rumah yang dapat dibeli atau dibiayai oleh bank secara KPR tidak hanya mencakup rumah tempat tinggal saja tetapi juga bisa berupa rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), apartemen, renovasi (rumah tempat tinggal, ruko, rukan, dan apartemen), dan konstruksi (untuk pembangunan rumah tempat tinggal, ruko,rukan) (Maryanto, 2011: 124).

Barang pada produk KPR inden harus jelas ciri-cirinya dari barang

yang dipesan dan barang tersebut harus dapat diakui sebagai utang karena

pembayaran dilakukan secara cicilan atau setelah serah terima barang. Dalam

pembelian harus menyebutkan spesifikasi barangnya apabila dalam

pembelian terdapat cacat atau kesalahan dalam pemberian barang kepada

nasabah tidak sesuai dengan spesifikasinya, bank dapat memberikan

ketentuan buy buck atau membeli kembali seluruh barang atau bangunan yang

dikerjakan oleh developer, dimana bank akan mengembalikan uang muka

kepada nasabah tapi hanya sebagian kecil saja yang dapat bank kembalikan

(33)

19

B. Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Inden

Menurut Bank Indonesia terdapat 2 (dua) jenis KPR yang dikenal di

Indonesia dintaranya yaitu KPR Subsidi dan KPR non subsidi, yaitu :

a. KPR Subsidi, yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan

perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki.

b. KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh

masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan

besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank

yang bersangkutan

(www.bi.go.id/id/iek/produk-jasa-perbankan/jenis/Document/KPRumah.pdf ).

C. Syarat – syarat Mengajukan Pembelian KPR Inden

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) inden merupakan sebuah program KPR

yang dapat digunakan konsumen untuk membeli rumah yang belum

sepenuhnya selesai. Sebelum mengajukan KPR inden, ada yang harus

perhatikan, yaitu :

1. Pastikan asal-usul pengembang dan contoh proyeknya yang rampung

dibangun. Jangan sampai uang inden yang sudah dibayarkan

menimbulkan kerugian, atau tidak sesuai dengan keinginan atau tidak

selesai sesuai target.

2. Cek kembali dokumen atau surat resmi dari pengembang atau penjual

(34)

20

untuk mengetahui dokumen tersebut asli dan tidak memiliki masalah

hukum.

3. Cari pengembang yang sudah lama menjalin kerja sama dengan pihak

bank. Karena pengembang-pengembang tersebut pasti melalui proses

yang ketat jika ingin bekerja sama dengan bank. Jadi reputasinyapun

akan baik.

D. Sistem Transaksi KPR Inden

1. Dibuat perjanjian pemesanan yang ditandatangani oleh pengembang dan

konsumen setelah konsumen sepakat mengenai tipe, lokasi, harga rumah,

dan cara pembayaran.

2. Dengan ditandatanganinya surat pemesanan, maka dibuat surat

pengikatan jual beli yang ditandatangani oleh pengembang dan

konsumen. Perjanjian pengikatan jual beli dapat dibuat secara akta

Notaris maupun di bawah tangan. Alasan dilakukannya pengikatan jual

beli karena rumah sebagai objek jual beliitur belum dapat diserahkan

oleh pengembang kepada konsumen dan harga pembelian rumah belum

sepenuhnya dibayar oleh konsumen kepada pemegang.

3. Dengan terjadinya pengikatan jual beli antara pengembang dengan

konsumen, maka konsumen diwajibkan untuk:

1. Membayar uang muka kepada pengembang (dalam hal pembelian

KPR inden).

(35)

21

3. Pelunasan harga pembelian (dalam hal pembelian dengan tunai)

(Sjahdeini, 1993: 66).

E. Landasan Hukum KPR Inden

Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015

tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau

Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan

Kendaraan Bermotor Menetapkan bahwa Uang Jaminan yang selanjutnya

disebut Deposit adalah uang yang harus diserahkan oleh nasabah kepada

Bank dalam rangka kepemilikan properti yang dilakukan dengan akad Ijarah

Muntahiya Bittamlik (IMBT).

Kemudian sekarang DSN-MUI mengeluarkan Fatwa baru pada akhir

tahun 2016, DSN-MUI mengeluarkan Fatwanya Nomor

101/DSN-MUI/X/2016 mengenai produk baru yang dapat diterapkan oleh perbankan

syariah yaitu fatwa mengenai akad al-ijarah al-maushufah fi al-dzimmah.

Ditetapkannya fatwa mengenai al-ijarah al-maushufah fi al-dzimmah

membuka peluang bagi perbankan syariah untuk memperluas pasarnya,

karena dalam praktik bisnis banyak kebutuhan transaksi terhadap objek yang

sedang/akan dibangun atau bisa disebut inden.

F. Jenis - jenis pembiayaan KPR Inden

Secara umum pembiayaan yang dapat dibiayai oleh KPR adalah

(36)

22

sedangkan jenisnya tidak hanya rumah tinggal saja, tetapi bisa berupa ruko,

rusun, dan apartemen, baik itu dilakukan secara individu maupun lembaga.

Pembiayaan rumah dengan ready stock adalah pembiayaan rumah siap

pakai atau sudah jadi sedangkan pembelian rumah dengan status inden adalah

pembiayaan rumah dalam bentuk pesanan diatas lahan/kavling yang sudah

dimiliki maupun yang belum dimiliki calon pembeli. Pembiayaan rumah take

over adalah pengambil alihan yang sedang berjalan dari satu pembeli ke

pembeli lainnya (Huzaimah, 2017: 16). Jenis – jenisnya yaitu :

1. Pembelian rumah baru dari (developer atau perorangan).

Pembelian rumah baru dari developer apabila dilihat dari fisik rumah

dapat dibagi menjadi 2 macam:

a. Bangunan rumah sudah jadi (ready stock)

Apabila bangunan sudah jadi, sudah berdiri, jelas bank akan jauh

lebih mudah untuk menilai fisik bangunan dan tidak sulit.

b. Bangunan belum jadi masih berupa tanah (inden)

Apabila bangunan belum jadi, maka developer harus mau menjalin

kerjasama dengan bank terlebih dahulu, mengingat kemungkinan

sertifikat masih bersifat induk. Hal ini sangat beresiko buat bank

maupun penjual rumah (Maryanto, 2011: 24).

2. Pembelian Rumah Bekas (second)

Untuk pembelian rumah bekas umumnya tidak benyak masalah. Hanya

bank akan melihat dan meneliti kelengkapan dokumen dan legalitasnya,

(37)

23

harus sesuai dengan buku tanah yang ada di BPN (Badan Pertanahan

Nasional), dan sesuai peruntukannya dan tanahnya ada akses jalan, tidak

ada rencana-rencana pemerintah yang menyebabkan kerugian.

3. Pembelian Apartemen Baru/Bekas

Untuk pembelian apartemen, sangat berbeda dengan kondisi yang lainnya.

Perbedaan yang sangat menyolok adalah mengenai kepemilikan tanahnya

berupa “strata title”, dimana 1 petak tanah sama dimiliki oleh beberapa

orang (karena bangunan bertingkat-tingkat).

4. Renovasi Rumah/Ruko/Rukan

Untuk penghitungan plafon kredit KPR Konstruksi butuh RAB

(Rancangan Anggaran Biaya) secara detail dan gambaran-gambarannya

dari vendor. Pencairan dananya bisa saja per termin atau sekaligus

tergantung dari situasi, kondisi, kebijakan bank, dan debitur.

5. Konstruksi (Pembangunan Rumah, Ruko, Rukan)

Untuk pengajuan KPR jenis ini, tanah yang dibangun merupakan tanah

yang sudah dimiliki oleh calon debitur. Sistem pencairan dana dilakukan

secara bertahap atau per termin. Termin disesuaikan dengan prestasi

bangunan. Secara sederhana termin bangunan dibagi menjadi 4 termin,

yaitu: Termin I (Fondasi), Termin II (Dinding), Termin III (Atap), dan

(38)

24

G. Syarat dan ketentuannya dalam melakukan pembayaran KPR Inden

Dalam permohonan pengajuan KPR inden tentu tidak serta merta

memberikan kredit pemilikan rumah kepada setiap pemohon. Pihak bank

memiliki penilaian tersendiri terhadap pihak debitur yang dianggap layak

untuk mendapatkan KPR inden. Pihak bank memiliki strategi tersendiri untuk

melakukan pemberian KPR inden yang hampir sama dengan KPR biasa yaitu

dengan menggunakan 5C (Character, Capacity, Capital, dan Condition of

Economy) yang artinya yaitu:

a. Character, bank bertugas untuk menganalisis identitas pemohon yang

mengajukan KPR. Bank melihat data-data yang ada untuk memudahkan

pihak bank dalam melakukan cek validasi identitas pemohon KPR.

b. Capacity, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

mengembalikan pinjaman. Dalam hal ini, bank akan melihat dan

menilai debiturnya dari lampiran slip gaji atau surat keterangan gaji

yang diterima dari pemohon.

c. Capital, yaitu modal usaha dari pemohon yang harus diketahui oleh

pihak tertentu.

d. Collateral, atau yang biasa disebut agunan yaitu jaminan tambahan

yang diserahkan oleh debitur kepada bank dalam rangka pemberian

fasilitas kredit, yakni sebagai antisipasi jika seandainya debiturnya tidak

dapat mengembalikan pinjamannya dalam waktu yang telah disepakati

(39)

25

e. Condition of economy, yaitu bank berhak untuk mengetahui prospek

usaha yang sedang dilakukan oleh calon debitur (Taufik, 2011: 58-61).

H. KPR Inden dalam Perspektif Hukum Positif

KPR inden untuk hak dan kewajiban konsumen, pengembang, serta

pihak bank, yaitu:

a. Konsumen, berkewajiban membayar sesuai syarat dan cara pembayaran

dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Jika terlambat maka

didenda atau ditegur, dan apabila jika tidak bisa membayar maka

perjanjian dibatalkan dan uang yang dibayar dipotong ganti rugi

pengembang.

b. Pengembang (Developer), kewajibannya adalah menyerahkan barang

yang sudah dibayar dan menjamin pembeli dapat memiliki barang

dengan tentram serta bertanggung jawab pada cacat-cacat yang

tersembunyi. Haknya menerima pembayaran dan berhak mengalihkan

perjanjian kepada pihak ketiga (bank) dalam urusan pembayaran.

c. Pihak bank, berkewajiban memberikan kredit sesuai porsi yang

dimohonkan oleh pemohon kredit. Haknya memperoleh informasi yang

jelas dan benar tentang keadaan keuangan dari kosumen. Berhak juga

atas pembayaran angsuran yang ditambah bunga dan denda serta

(40)

26

I. Keunggulan Membeli Rumah Inden

a. Mendapatkan Harga Perdana

Harga perdana biasanya ada pada rumah yang baru launching, dan

pada saat launching rumah juga belum terbangun atau masih inden. Pada

saat waktu tersebut biasanya ada keuntungan jika harga rumah yang

ditawarkan terhitung murah, karena sehari setelah launching harga rumah

tersebut pasti naik.

b. Bisa memperoleh letak atau posisi kavling yang terbaik

Pembeli bisa memilih lokasi rumah sesuai dengan yang diinginkan,

dengan begitu bisa memperoleh letak atau posisi kavling yang terbaik

dari segi harga maupun lokasinya.

c. Mempunyai kemudahan cara atau sistem bayar

Salah satu alasan konsumen memilih rumah inden adalah adanya

kemudahan sistem bayar, kemudahan Dp atau uang muka yang bisa

diangsur oleh pembeli minimal 3 bulan atau lebih, yang terpeting disini

adalah kedua belah pihak baik konsumen atau developer tidak rugi

namun bisa dapat untung.

J. Kelemahan KPR Inden

a. Kemungkinan besar untuk ditipu

Ada beberapa pengembang nakal yang karena produk tersebut tidak

laku, mereka lantas tak jadi membangun dengan tidak mengembalikan

(41)

27

b. Tak mengetahui bentuk

Akibat bangunan yang belum jadi, pembeli hanya menerka-nerka

seperti apa bentuk bangunannya, tidak jarang hasilnya tak sesuai

ekspektasi.

c. Sulit mendapat kredit inden dari bank

Bank tidak serta merta memberikan kredit inden terhadap pemesan,

karena bank harus memastikan terlebih dahulu dari pihak pemesan dan

pengembang untuk mendapat pinjaman atau kredit inden untuk properti

yang belum jadi supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

d. Masih sepi

Dikarenakan membeli disaat bangunan belum jadi, ketika menempati

pun, komunitas di area tersebut masih belum terbentuk dan terkesan sepi.

K. Tahap pengajuan KPR Inden

a. Booking fee

Tahap awal setelah sepakat dengan harga rumah inden adalah bayar

booking fee alias biaya pemesanan. Besarannya bervariasi, sekitar Rp 10

juta. Biaya ini umumnya mengurangi besaran uang muka.

b. Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) diperlukan untuk mengikat

pengembang dan pembeli agar patuh dalam transaksi. Isinya antara lain

detail rumah dan hak-kewajiban masing-masing pihak. Biasanya, PPJB

(42)

28

c. Penyerahan dokumen

Dokumen syarat KPR inden diserahkan ke pihak bank. Setelah itu,

bank melakukan penilaian untuk menentukan diterima atau tidaknya

permohonan KPR inden, antara lain lewat wawancara dengan pemohon.

d. Uang muka

Jika permohonan diterima, bayar uang muka sesuai dengan

ketentuan. Jika harga rumah Rp 500 juta dan DP ditetapkan 15 persen

seperti peraturan dan ketentuan yang berlaku, pembeli harus setor Rp 75

juta. Selain uang muka, biaya pra-kredit yang mesti dibayar adalah

provisi, appraisal, dan asuransi. Asuransi mencakup pertanggungan jiwa

dan kebakaran.

e. Akad kredit

Ketika DP dibayar, harus ada notaris yang menyaksikan. Notaris ini

ditugasi bank, tapi kita bisa juga mengusulkan notaris sendiri. Tugasnya

mengurus segala dokumen KPR inden, seperti perjanjian/akad kredit,

Akta Jual Beli (AJB), biaya balik nama, pajak, cek sertifikat, dan Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT).

f. Bayar cicilan

Seusai akad kredit/ pemesanan selesai, pengembang langsung

membangun rumah sesuai dengan perjanjian. Sementara itu, kita bayar

(43)

29

g. Evaluasi

Inilah yang membedakan antara KPR rumah inden dan sudah jadi.

Dalam perjanjian khusus antara pengembang dan bank, ditentukan

target selesainya rumah. Rumah 1 lantai umumnya dipatok 12 bulan

(44)

30

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI AKAD AL IJARAH AL MAUSHUFAH FI AL DZIMMAH

A. Pengertian Mengenai Akad Al Ijarah Al Maushufah Fi Al Dzimmah

1. Pengertian Akad Al Ijarah

a. Pengertian Akad Al Ijarah

Dalam istilah fiqh, akad secara umum merupakan sesuatu

yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang

muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak, maupun dari dua

pihak seperti jual beli, sewa, wakalah dan gadai (Ascarya, 2008:

35).

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah

adalah ijarah atau sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa,

upah-mengupah dan lain-lain. Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang

berarti Al „Iwadu (ganti) (Sayyid,1987: 7). Ijarah menurut arti

bahasa adalah nama upah (Aliy: 286). Menurut pengertian syara‟

Al ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan

jalan penggantian (Sayyid,1987: 52).

Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000

tentang pembiayaan Ijarah yaitu :

(45)

31

ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.

Terdapat perbedaan pendapat diantara ulama fiqh tentang

pengertian ijarah, perbedaan tersebut diantaranya adalah:

1) Menurut Hanfiyah, ijarah ialah akad untuk memperbolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. 2) Menurut Malikiyah, ijarah adalah nama bagi akad-akad

untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan sebagian yang dapat dipindahkan.

3) Menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah, ijarah adalah akad atas suatu manfaat yang diketahui dan sengaja untuk memberi dan memperbolehkan imbalan diketahui dan sengaja untuk memberi dan memperbolehkan imbalan diketahui ketika itu.

4) Menurut Muhammad Al-Syarbini al-Khitab, ijarah yaitu pemilikan manfaat dengan adanya manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.

5) Menurut Sayid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. 6) Menurut Habi Ah-Shiddiqie bahwa ijarah aalah akad

yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.

7) Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu (Suhendi, 2014: 144-115).

Akad al ijarah al maushuah fi dzimmah adalah akad ijarah

dengan harga (upah) dibayar tunai, sedangkan obyek sewa diserahkan pada waktu yang disepakati. Akad yang terdiri dari

dua akad, yaitu akad ijarah dan akad salam. Kemudian yang

melandasi produk KPR inden yaitu sebuah program KPR yang

(46)

32

sepenuhnya selesai atau masih dalam pemesanan yang disebut

inden.

b. Rukun –rukun dan syarat Al Ijarah

Dalam menjalankan muamalah atau suatu transaksi perlu

diperhatikan di dalamnya bahwa terdapat pula rukun dan syarat

yang harus dipenuhi untuk memenuhi sahnya atau jalannya

bermuamalah.

1) Rukun-rukunnya yaitu :

a) Mu‟jir (Orang/ barang yang disewa) adalah orang yang

memberikan upah dan yang menyewakan atau mu‟jir

adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang

lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

b) Musta‟jir (Orang yang Menyewa) adalah orang yang

menerima upah untuk melakukan sesuatu atau

musta‟jir adalah orang yang menyumbangkan

tenaganya, atau orang yang menjadi tenaga kerja dalam

suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari

pekerjaannya itu.

c) Ma‟qud alaihi (barang yang menjadi Objek) adalah

Sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah,

disyaratkan pada pekerjaan yang dikerjakan dengan

beberapa syarat, adapun salah satu syarat terpenting

(47)

33

adalah jasa yang halal. Dilarang memberikan jasa yang

haram seperti keahlian membuat minuman keras atau

membuat iklan miras dan sebagainya. Asal pekerjaan

yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan akad atau

transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila

pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh orang

non muslim juga tetap tidak diperbolehkan. Jadi

pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja

harus memiliki manfaat yang jelas, seperti mengerjakan

proyek, membajak sawah dan sebagainya.

d) Sighat (ijab dan qabul) merupakan suatu bentuk

persetujuan dari kedua belah pihak untuk melakukan

ijarah. Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama

(mu‟jir) untuk menyewakan barang atau jasa.

Sedangkan Qabul adalah jawaban persetujuan dari

pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang

dipinjamkan oleh mu‟jir.

e) Imbalan atau Upah yaitu sebagaimana terdapat dalam

kamus umum Bahasa Indonesia adalah uang dan

sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau

sebagai tenaga yang sudah dikeluarkan untuk

mengerjakan sesuatu.

(48)

34

f) Manfaat hanafiah, rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab

dan qobul, yakni pernyataan dari orang yang menyewa

dan yang menyewakan (Ahmad, 2010: 320).

2) Syarat sah Al Ijarah

Menurut Sulaiman (1994: 124), syarat-syarat

sewa-menyewa atau ijarah yang diterapkan dalam kredit pemilikan

rumah inden yaitu sebagai berikut:

a) Masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian

sewa menyewa.

b) Harus jelas dan terang mengenai objek yang diperjanjikan.

c) Objek sewa menyewa dapat digunakan sesuai

peruntukannya.

d) Barang yang diperjanjikan dalam sewa menyewa harus

dapat diserahkan sesuai dengan yang diperjanjikan.

e) Kemanfaatan objek yang diperjanjikan adalah yang

dibolehkan oleh agama.

Maksudnya jika di dalam perjanjian sewa menyewa itu

terdapat pemaksaan, maka sewa menyewa itu tidak sah.

Maka kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas dan

dapat dimanfaatkan oleh penyewa sesuai dengan

peruntukannya (kegunaan) barang tersebut, seandainya

(49)

35

diperjanjikan maka perjanjian sewa menyewa dapat

dibatalkan, objek sewa menyewa dapat diserahkan.

c. Landasan Hukum Al Ijarah

1) Landasan Al-Qur‟an

“Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai

kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".

2) Landasan As-Sunah

Diriwayatkan Ahmad, Abu Daud, dan Nasaiy dari Sa‟d

bin Abi Waqas menyebutkan : “Dahulu kami menyewa tanah

dengan jalan membayar dengan hasil tanaman yang tumbuh

di sana. Rasulullah lalu melarang cara yang demikian dan

memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang mas

(50)

36

3) Landasan Ijma‟

Disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, tak

seorang ulama yang membantah kesepakatan ijma‟, sekalipun

ada seseorang diantara mereka yang berpendapat berbeda,

akan tetapi hal tersebut tidak dianggap (Sabiq, 1987: 11).

4) Rasulullah SAW melalui hadistnya juga sudah mengatur

landasan hukum sewa menyewa sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu

Abbas Ra bahwa Nabi Muhammad Saw mengemukakan

berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya

kepada tukang bekam itu. Diriwayat lain disebutkan

sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berbekam kepada

seseorang dan beliau memberi upah tukang bekam itu

(Sulaiman, 1994: 56).

5) Landasan Hukum, Pada konstitusi Negara Indonesia juga

telah diatur mengenai landasan hukum sewa menyewa yang

merupakan kategori jenis hukum perdata. Pada Kitab Undang

Undang Hukum Perdata (KUHP) sewa menyewa dijelaskan

dari pasal 1548 sampai pasal 1600. Sewa menyewa yang

diatur dalam KUHP ini berupa penyewaan rumah dan

penyewaan tanah pada pasal 1550 1580, sewa rumah dan

perabotannya pada Pasal 1581 1587, serta sewa tanah mulai

(51)

37

d. Berakhirnya Akad Al Ijarah

Akad ijarah berakhir karena hal-hal berikut ini:

1) Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad

2) Iqalah, yaitu pembatalan oleh kedua pihak

3) Rusaknya barang yang disewakan

4) Telah selesai masa sewa, kecuali ada uzdur (Muclich, 2010:

338).

2. Pengertian Umum Tentang Al Ijarah Al Maushufah Fi Al Dzimmah

a. Pengertian Akad Al Ijarah Al Maushufah Fi Al Dzimmah

Akad al ijarah al maushufah fi al dzimmah akad yang

terdiri dari dua akad, yaitu akad ijarah dan akad salam

(Sudarsono, 2003: 79). Akad yang melandasi produk KPR inden

yaitu bahwa sebuah program KPR yang dapat dipakai calon

debitur untuk memiliki rumah yang belum sepenuhnya selesai,

akad ijarah sendiri artinya adalah akad pemindahan hak guna

(manfaat) atas suatu barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu

dengan pembayaran sewa (ujrah). Sedangkan akad salam yaitu

pembelian yang berbentuk pesanan, dimana barang belum jadi,

orang yang memesan rumah secara inden belum mengetahui

(52)

38

atau barangnya belum siap pakai bahkan barang yang dipesan

belum ada.

Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah adalah akad

sewa-menyewa atas manfaat suatu barang (manfaat „ain) dan/atau

jasa („amal) yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan

spesifikasinya (kuantitas dan kualitas). Akad al ijarah al

maushuah fi dzimmah adalah akad ijarah dengan harga (upah) dibayar tunai, sedangkan obyek sewa diserahkan pada waktu yang

disepakati.

b. Syarat-syarat dalam melakukan Ijarah Maushufah Fi Dzimmah

menurut Fatwa DSN-MUI No.101 Tahun 2016 tentang Ijarah

Maushufah Fi Dzimmah sebagai berikut :

1) Ketentuan terkait Manfaat Barang (Manfaat 'Ain) yaitu

manfaat harus berupa manfaat yang dapat diketahui

spesifikasinya (ma'lum) supaya terhindar dari perselisihan

dan sengketa (al-niza').

2) Manfaat harus berupa manfaat yang dapat diserah-terimakan

baik secara hakiki maupun secara hukum.

3) Jangka waktu penggunaan manfaat (masa ijarah) harus

disepakati pada saat akad.

4) Manfaat harus berupa manfaat yang boleh berdasarkan

(53)

39

5) Manfaat yang diharapkan adalah manfaat yang dimaksud

dalam akad yang dapat dicapai melalui akad Ijarah

al-Maushufah fi al-Dzimmah.

c. Ketentuan terkait Uang Muka dan Jaminan menurut fatwa

DSN-MUI NO.101 Tahun 2016 tentang Ijarah Maushufah Fi Dzimmah

sebagai berikut :

1) Dalam akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah

dibolehkan adanya uang muka (uang kesungguhan) yang

diserahkan oleh penyewa kepada pihak yang menyewakan.

2) Uang muka dapat dijadikan ganti rugi (al-ta'widh) oleh

pemberi sewa atas biaya-biaya/kerugian yang timbul dari

proses upaya mewujudkan barang sewa apabila penyewa

melakukan pembatalan sewa, dan menjadi pembayaran sewa

(ujrah) apabila akad al-ijarah al-maushufah fi al-dzimmah

dilaksanakan sesuai kesepakatan.

3) Pemberi sewa dapat dikenakan sanksi apabila menyalahi

substansi perjanjian terkait spesifikasi barang sewa dan

jangka waktu.

4) Apabila jumlah uang muka lebih besar dari jumlah kerugian,

uang muka tersebut harus dikembalikan kepada penyewa.

5) Dalam akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah

(54)

40

pemberi sewa baik secara hakiki (qabdh haqiqi) maupun

secara hukum (qabdh hukmi).

d. Ketentuan Hukum Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah

boleh dilakukan dengan mengikuti Ketentuan dalam Fatwa ini,

Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah berlaku secara

efektif dan menimbulkan akibat hukum, baik berupa akibat

hukum khusus (tujuan akad) maupun akibat hukum umum, yaitu

lahirnya hak dan kewajiban, sejak akad dilangsungkan.

Ketentuannya menurut fatwa DSN-MUI NO.101 Tahun 2016

tentang Ijarah Maushufah Fi Dzimmah sebagai berikut :

1) Ketentuan terkait Manfaat Barang (Manfaat 'Ain) dan

Pekerjaan („Amal), Manfaat barang dan pekerjaan dalam akad

ini, harus:

a) Diketahui dengan jelas dan terukur spesifikasinya

(ma'lum mundhabith) supaya terhindar dari perselisihan

dan sengketa (al-niza');

b) Dapat diserahterimakan, baik secara hakiki maupun

secara hukum;

c) Disepakati waktu penyerahan dan masa ijarahnya; dan

(55)

41

e. Ketentuan Terkait Barang Sewa menurut fatwa DSN-MUI

NO.101 Tahun 2016 tentang Ijarah Maushufah Fi Dzimmah

sebagai berikut :

1) Kriteria barang sewa yang dideskripsikan harus jelas dan

terukur spesifikasinya

2) Barang sewa yang dideskripsikan boleh belum menjadi milik

pemberi sewa pada saat akad dilakukan

3) Pemberi sewa harus memiliki kemampuan yang cukup untuk

mewujudkan dan menyerahkan barang sewa

4) Barang sewa diduga kuat dapat diwujudkan dan diserahkan

pada waktu yang disepakati

5) Para pihak harus sepakat terkait waktu serah-terima barang

sewa

6) Apabila barang yang diterima penyewa tidak sesuai dengan

kriteria pada saat akad dilakukan, penyewa berhak

menolaknya dan meminta ganti sesuai kriteria atau spesifikasi

yang disepakati.

f. Ketentuan terkait Ujrah menurut fatwa DSN-MUI NO.101 Tahun

2016 tentang Ijarah Maushufah Fi Dzimmah sebagai berikut :

1) Ujrah boleh dalam bentuk uang dan selain uang

2) Jumlah ujrah dan mekanisme perubahannya harus ditentukan

(56)

42

3) Ujrah boleh dibayar secara tunai, tangguh, atau bertahap

(angsur) sesuai kesepakatan

4) Ujrah yang dibayar oleh penyewa setelah akad, diakui

sebagai milik pemberi sewa.

g. Penyelesaian Perselisihan

Penyelesaian sengketa di antara para pihak dapat

dilakukan melalui musyawarah mufakat. Apabila musyawarah

mufakat tidak tercapai, maka penyelesaian sengketa dilakukan

melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kesimpulan dari syarat dan ketentuan-ketentuan di atas

yaitu dalam melakukan KPR Inden yang berlandaskan akad al

ijarah al maushufah fi al dzimmah, bahwa manfaat barang harus

berupa manfaat yang harus disepakati pada saat akad supaya

dalam pelaksanaannya tidak terdapat kerugian, perselisihan yang

timbul proses pelaksanaan KPR inden dan berjalan sesuai

ketetapan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh syari‟ah

berdasarkan yang sudah dikeluarkan oleh DSN MUI. Maksudnya

jika di dalam perjanjian KPR inden itu terdapat pemaksaan, maka

perjanjiannya tersebut tidak sah, dan kegunaan barang yang

disewakan itu harus jelas dan dapat dimanfaatkan oleh penyewa

(57)

43

seandainya barang tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana

yang diperjanjikan maka perjanjian KPR inden dapat dibatalkan,

dan objek KPR inden dapat diserahkan.

B. Pengertian Umum Tentang As-Salam

1. Pengertian Akad As Salam

Secara bahasa as-salam atau as-salaf berarti pesanan. Secara

terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu

barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang

ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan

barangnya diserahkan kemudian hari”. Salam berasal dari kata salama.

Disebut salam karena pemesanan barang menyerahkan uangnya

ditempat akad. Definisi dari salam sendiri adalah akad pemesanan

barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis itu pemesan

barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang menjadi

tanggungan dari penerima pesanan (Sudarsono, 2003: 48).

Dalam perjanjian As-Salam ini pihak pembeli barang disebut

As-Salam (yang menyerahkan), pihak penjual disebut

Al-Muslamuilaihi (orang yang diserahi), dan barang yang dijadikan objek

disebut Al-Muslam Fiih (barang yang akan diserahkan), serta harga

barang yang diserahkan kepada penjual disebut Ra‟su Maalis Salam

(58)

44

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan dalam keterkaitannya

akad al ijarah al mashufah fi al zimmah. Bahwa didalam akad al

ijarah al maushufah fi al dzimah itu terdapat akad salam, karena akad

akad al ijarah al maushufah fi al dzimah terbentuk dari dua akad yaitu

akad ijarah dan akad salam. Maksudnya dalam melakukan kegiatan

sewa inden itu berbentuk pesanan, dimana barang belum jadi, orang

yang memesan atau menyewa rumah secara inden belum mengetahui

barang tersebut secara utuh, barang masih dalam bentuk olahan atau

barangnya tidak dalam bentuk siap pakai.

2. Rukun –rukun As-Salam

Dalam pemesanan rumah secara inden mengandung unsur akad

as salam yang dialamnya memiliki ketentuan rukun dan syarat yang

harus dipenuhi. Rukun-rukunnya adalah :

a. Mu‟aqidain : Pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilaih)

1) Cakap bertindak hukum ( baligh dan berakal sehat).

2) Muhtar ( tidak dibawah tekanan/paksaan).

b. Obyek transaksi ( muslam fih):

Dinyatakan jelas jenisnya, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya,

jelas batas waktunya, tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.

c. Sighat „ijab dan qabul

d. Alat tukar/harga, Jelas dan terukur, disetujui kedua pihak,

(59)

45

3. Syarat Sahnya Akad Salam adalah :

a. Pihak-pihak yang berakad disyaratkan dewasa, berakal dan baligh.

b. Barang yang dijadikan objek akad disyaratkan jelas, ciri-ciri, dan

ukurannya.

c. Modal atau uang disyaratkan harus jelas dan terukur serta

dibayarkan seluruhnya ketika berlangsungnya akad.

d. Ijab dan qobul harus diungkap degan jelas, pembayaran harga

pada salam boleh dilakukan pada saat akad berlangsung. Karena

sifatnnya adalah mengikat secara asli artinya mengikat semua

pihak sejak awal perjanjian (Sutedi, 2009: 78)..

4. Landasan akad Salam

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

b. Landasan Ijma‟

Mengutip dari perkataan Ibnu Mundzir yang mengatakan

bahwa, semua ahli ilmu (ulama) telah sepakat bahwa jual beli

salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang akan didefinisikan dalam aplikasi ini yaitu bagaimana membuat aplikasi penyisipan dan pengambilan data dari file carier yang digunakan untuk mengamankan

perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan bahwa mempunyai. reaksi pasar

variabel terikat atau bila F tabel < dari F hitung maka semua variabel bebas. secara simultan mempengaruhi

Hasil penelitian Ayem dan Nugroho (2016) yang menguji tentang pengaruh profitabilitas, struktur modal, kebijakan dividen, dan keputusan investasi terhadap nilai

Pada tahap persiapan, praktikan menyiapkan seluruh kebutuhan dan administrasi yang diperlukan untuk mencari tempat PKL. Dimulai dengan pengajuan surat permohonan PKL

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah pokok yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan

Pada penelitian ini telah dilakukan uji coba aplikasi Sistem Pakar untuk mendeteksi Penyakit Kulit Menular kepada 20 orang user , hasil yang diperoleh dari

Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ- organ intraabdomen yang