• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELAKSANAAN PERDAGANGAN EFEK TANPA

C. Pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat dalam

Perdagangan efek tanpa warkat mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

1. Adanya suatu lembaga sebagai pemberi jasa depository central.

2. Adanya proses deposit dan konversi dari sertifikat efek menjadi data elektronik.

3. Sertifikat efek tidak lagi diperdagangkan di bursa efek.

4. Kliring dan penyelesaian transaksi efek secara elektronik tanpa sertifikat efek. 5. Peralihan dan registrasi hak atas efek dilakukan dengan sistem

pemindahbukuan secara elektronik.

6. Adanya keterlibatan emiten, biro administrasi efek, kustodian, dan investor dalam sistem ini.

Dalam sistem ini bank kustodian dapat berfungsi sebagai :

a) Depository Agent (DA) atau wakil nasabah di Jakarta Depository System

(JDS).

b) Settlement Agent atau wakil nasabah atau investor untuk membuka rekening efek di KSEI.

c) Tempat penitipan sertifikat efek dan harta lainnya milik investor.

d) Mewakili kepentingan pemegang efek yang menjadi nasabahnya untuk mengurus hak-hak nasabah berkaitan dengan Corporate Action yag dikeluarkan oleh emiten.

Karakteristik dari perdagangan efek tanpa warkat (scriptless trading)

dibandingkan dengan perdagangan efek dengan warkat (scriptful trading) adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada fisik efek.

Warkat efek yang diperdagangkan sudah dimasukkan dalam penitipan kolektif pada kustodian sentral (Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian) dan sertifikat efek dikonversikan menjadi data elektronik sehingga tidak ada lagi bentuk fisik efek dalam kegiatan transaksi.

2. Kepemilikan efek dinyatakan dengan posisi pada rekening efek.

Tidak adanya perpindahan warkat efek secara fisik mengharuskan para pihak yang melakukan transaksi bursa membuka rekening terlebih dahulu pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). Mengingat kepemilikan dinyatakan dalam posisi rekening efek, pihak investor yang berupa perusahaan asuransi, reksa dana, bank atau lembaga keuangan lainnya dapat membuka rekening efek pada LPP, juga diharuskan untuk membuka rekening efek pada perusahaan efek.

3. Pemindahbukuan secara elektronik.

Perpindahan kepemilikan efek dilakukan dengan pemindahbukuan efek di antara rekening efek.

Pihak-pihak yang terkait untuk menunjang pelaksanaan sistem perdagangan efek tanpa warkat dalam pasar modal yaitu antara lain :

1. Kustodian29

Adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek serta jasa lain termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. 2. Lembaga kliring dan penjaminan30

Lembaga Kliring dan Penjaminan merupakan salah satu lembaga pendukung terselenggaranya kegiatan sistem pasar modal secara lengkap, selain lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Lembaga ini yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.31 3. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)32

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian merupakan lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral (tempat penyimpanan terpusat) bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain. 4. Perusahaan efek33

Berdasarkan Pasal 1 Angka 21 UU PM yang dimaksud perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan manager investasi. Hal tersebut berarti sebuah perusahaan efek dapat menjalankan salah satu, dua atau ketiga kegiatan usaha tersebut, akan tetapi perusahaan efek dapat menjalankan usaha setelah

29

Tjiptono Darmadji, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 24.

30

M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Prenada, 2006), hlm.148.

31

Tjiptono Darmadji, Op Cit. hlm.17.

32

M. Irsan Nasrudin, Op Cit. Hlm.150.

33

mendapatkan ijin dari OJK terlebih dahulu. Perusahaan efek sering disebut juga sebagai perusahaan sekuritas (securities company).

5. Bursa efek34

Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 UU PM, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran beli dan jual efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Perdagangan efek yang sah menurut undang-undang adalah di bursa efek. Penyelenggara bursa efek haruslah perseroan yang telah memperoleh ijin usaha dari OJK (sebagaimana diatur pada Pasal 6 Ayat 1 UU PM).

Ada 2 (dua) prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan sistem perdagangan efek tanpa warkat, yaitu:

1. Imobilisasi

Prinsip ini merupakan suatu metode yang menghilangkan pergerakan atau perpindahan saham secara fisik dalam proses pengalihan suatu saham. Deposit kolektif dan penyimpanan sertifikat saham pada dasarnya secara fisik dapat dipertukarkan kemudian dialihkan dalam suatu catatan-catatan elektronik (fungiable).

2. Dematerialisasi

Prinsip ini dikenal juga dengan sistem tidak bersertifikat. Dalam prinsip ini telah terjadi penghapusan fisik sertifikat atau akta atau dokumen yang mewakili hak-hak atas saham-saham atau obligasi-obligasi. Akibatnya efek

34

merupakan catatan dalam suatu register pemindahbukuan pada penerbit (issuer) atau dalam pusat depositori efek.

Dengan adanya perdagangan efek tanpa warkat diharapkan akan tercipta pasar modal yang efisien, proses penyelesaian yang lebih cepat, penyebaran informasi lebih merata, sehingga dengan demikian kualitas iklim investasi akan lebih kondusif karena keuntungan. Sebagai bukti bagi kepemilikan efek maka diberikan dalam bentuk konfirmasi tertulis. Begitu pula apabila terjadi transaksi, setiap transaksi yang telah dilaksanakan terhadap investor akan diberikan konfirmasi tertulis. Setiap penyelesaian transaksi dilakukan dengan debet ataupun kredit efek maupun uang dari rekening nasabah. Persoalan timbul apabila ternyata apa yang tertulis dalam konfirmasi tidak sesuai dengan catatan di kustodian sebagai penyimpan efek.

Data-data yang disimpan dalam rekening elektronik merupakan alat bukti yang sah apabila terjadi suatu default yang terjadi dengan atau tanpa kesengajaan. Hal ini diatur dalam Pasal 15 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan yang menyatakan bahwa dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam mikfrofilm atau media lain dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah.

Terdapat beberapa sistem pendukung perdagangan di Bursa Efek Indonesia sejak diberlakukan sistem perdagangan efek tanpa warkat, yaitu antara lain:

1. Central Depository and Book Entry Settlement (C-BEST)

Merupakan milik PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang bertujuan sebagai sarana penitipan kolektif tertinggi di Bursa Efek Indonesia yang anggotanya adalah Bank Kustodian, perusahaan Efek. Selain itu, C-BEST juga bertujuan sebagai scriptless settlement. C-BEST adalah suatu sistem komputerisasi yang dirancang untuk menggantikan sistem penyimpanan dan penyelesiaan transaksi Efek yang dilakukan secara manual. Fungsi utama C-BEST adalah melakukan pencatatan sertifikat efek yang telah dikonversi dan melakukan pemindahbukuan antar rekening efek terhadap kegiatan transaksi bursa maupun di luar bursa. Dengan beroperasinya C-BEST, sistem perdagangan tanpa warkat akan menggunakan aturan main baru, yaitu penyelesaian transaksi serah terima saham dan dana pada T+3.

2. Electronic Clearing And Guarantee System (e-CLEAR)

Merupakan milik PT. Kliring penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang digunakan dalam menjalankan fungsi kliring dan penjaminan transaksi sesuai dengan namanya, oleh karena itu yang menjadi bukti kepemilikan atas saham bagi pemilik efek adalah rekening efek yang berbentuk seperti buku tabungan pada bank umum dan proses peralihan hak atas saham dilakukan dengan cara pemindahbukuan. Dengan adanya sistem perdagangan efek tanpa warkat, sistem mutasi efek yang digunakan hampir sama dengan sistem mutasi rekening pada bank umum, yaitu pihak pembeli akan menerima efek dan pihak penjual akan menerima pembayaran yang telah ditentukan tanpa serah terima efek dan uang dalam bentuk nyata, melainkan hanya penambahan

(mendebit) dan/atau pengurangan rekening efek para investor di LPP (KSEI) sesuai dengan transaksi di bursa secara elektronik.

3. Jakarta Automated Trading System (JATS)

Adalah sistem perdagangan efek yang berlaku di bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan sarana komputer. JATS secara resmi dimulai diaktifkan di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Oktober 1995 sebagai langkah persiapan diberlakukannya perdagangan efek tanpa warkat.

Saat ini, BEI telah berhasil meluncurkan suatu sistem perdagangan baru yang dinamakan JATS Next Generation pada tanggal 02 Maret 2009. JATS-NextG ini merupakan pengganti dari sistem JATS sebelumnya yang telah beroperasi sejak tahun 1995. Dengan diimplementasikannya sistem baru tersebut, penyebaran informasi perdagangan dan pengawasan terhadap semua produk yang diperdagangkan di bursa dapat dilakukan secara terpadu. Kapasitas JATS-NextG dirancang mampu menampung 1.000.000 (satu juta) order dan 500.000 (lima ratus ribu) transaksi per hari, jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem JATS sebelumnya yang menampung 360.000 (tiga ratus enam puluh ribu) order dan 200.000 (dua ratus ribu) transaksi per hari. Sehingga para pihak yang berkepentingan dapat memantau melalui aplikasi JATS-NextG informasi mengenai:

1. Harga, porsi asing, perintah jual, dan perintah beli. 2. Data dari informasi yang telah dilakukan.

Suksesnya implementasi sistem JATS-NextG tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu faktor penunjang BEI dalam mencapai visinya menjadi bursa kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Dalam hal melaksanakan perdagangan efek melalui JATS, Anggota bursa efek wajib mematuhi persyaratan dan tata cara pengoperasian JATS sebagaimana tercantum dalam Panduan JATS dan/atau Panduan Remote Trading yang dikeluarkan oleh Bursa Ketentuan II.1.11 Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia No. Kep-00012/BEI/02-2009.35

Perdagangan efek tanpa warkat mempunyai sistem pengalihan efek yang akan terjadi pada saat pertemuan antara transaksi jual dan transaksi beli (match order). Dalam hal ini, match order dapat dianalogikan sebagai kesepakatan mengenai jumlah dan jenis saham, harga, serta tanggal penyelesaian transaksi bursa. Pengalihan saham dengan sistem perdagangan efek tanpa warkat hanya berupa pemindahbukuan kode-kode yang melambangkan saham sesuai dengan ISIN System.

Keadaan di atas berbeda dengan ketentuan hukum jual-beli menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), yaitu dalam Pasal 1458 KUHPer yang menyatakan bahwa jual-beli itu dianggap telah terjadi diantara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. Sedangkan dalam sistem perdagangan efek tanpa warkat transaksi efek dinyatakan sah terjadi pada saat match order.

35

Pengalihan kepemilikan saham tersebut dilakukan dengan melakukan pemindahbukuan saham dari rekening efek anggota bursa selaku penjual kepada rekening efek anggota bursa pembeli melalui suatu jaringan komputer (electronic book entry settlement) tanpa diikuti dengan penyerahan efek secara fisik (paperless transaction) yang tanda bukti kepemilikan efek-nya tidak lagi akan berbentuk fisik sertifikat efek, tetapi diwujudkan dalam rekening efek pada KSEI.36

Keadaan ini berbeda dengan prinsip jual-beli saham menurut KUHPer yang masih menganut prinsip penyerahan secara nyata sehingga harus ada saham dalam bentuk riil yang dialihkan. Dalam sistem perdagangan efek tanpa warkat, para pihak yang terkait tetap memiliki kewajiban untuk melakukan penyelesaian (settlement) dan registrasi atas transaksi tersebut. Konsekuensinya hak kepemilikan (ownership right) atas efek termasuk Corporate Action yang timbul berdasarkan efek tersebut baru akan berpindah kepada pembeli jika telah dilakukan penyelesaian transaksi efek (settlement).37

Dengan pencatatan secara elektronik, konsekuensinya jika terjadi gagal serah, maka pihak yang gagal menjalankan kewajibannya tersebut akan mendapatkan sanksi sebesar 125% dari nilai transaksinya. Dengan adanya perdagangan efek tanpa warkat ini PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) kemudian menjadi mitra penyeimbang dalam kliring dan akan mengambil alih hak dan kewajiban anggota kliring sebagai risk taker (penanggung resiko) dalam penyelesaian transaksi bursa. Menurut Pasal 1 Angka 9 UU PM, lembaga kliring

36

Tjiptono Darmadji, Op.Cit., hlm.167.

37

dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi efek, peran penting ini dijalankan oleh PT KPEI.38

Jasa kliring dan penjaminan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh KPEI untuk menentukan hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi bursa. Jasa penjaminan penyelesaian transaksi bursa adalah pemberian kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi bursa. PT KPEI didirikan berdasarkan UU PM untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efesien.

PT KPEI didirikan sebagai perseroan terbatas berdasarkan akte pendirian tanggal 5 Agustus 1996 di Jakarta oleh PT Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. KPEI memperoleh status badan hukum pada tanggal 24 September 1996 dengan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. KPEI mendapat ijin usaha sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan berdasarkan Surat Keputusan BAPEPAM-LK No. Kep- 26/PM/1998 sebagai salah satu Self Regulatory Organization (SRO) di lingkungan pasar modal. Maksud dan tujuan status badan hukum ini adalah untuk memudahkan PT KPEI berperan efektif dan melakukan segenap upaya untuk meningkatkan pelayanan kinerjanya.

Perseroan Terbatas Kliring Penjaminan Efek Indonesia melaksanakan fungsi penjaminan dengan menjalankan:

1. Pemantauan persyaratan keanggotaan. 2. Pemantauan dan pengendalian resiko. 3. Pengelolaan agunan.

38

4. Pengelolaan dana pinjaman. 5. Pinjam-meminjam efek.

Perseroan Terbatas Kliring Penjaminan Efek Indonesia mempunyai peran yang merupakan kelanjutan dari kegiatan bursa efek dalam rangka penyelesaian transaksi bursa karena kegiatan bursa menyangkut dana masyarakat luas yang di investasikan dalam efek. Sekalipun berbentuk perseroan terbatas, KPEI merupakan suatu organisasi nirlaba yang hasil usahanya digunakan untuk membiayai operasinya. Sedangkan seluruh laba bersihnya ditetapkan sebagai laba ditahan guna kesinambungan misinya. Selain dilakukannya jasa kliring dan penjaminan, PT KPEI telah menjalankan fasilitas pinjam-meminjam efek bagi anggota bursa untuk mengatasi kegagalan penyelesaian transaksi. Pinjam-meminjam efek ditujukan untuk mengantisipasi kegagalan penyelesaian transaksi bursa. Selain untuk mengatasi gagal serah, pinjam-meminjam efek juga ditujukan bagi transaksi margin dan short selling (jual kosong).

Transaksi margin adalah transaksi yang dilakukan oleh anggota bursa untuk kepentingan nasabahnya yang penyelesaian transaksinya dibiayai oleh anggota bursa tersebut, pembeli atau penjual efek dengan pembiayaan oleh perusahaan efek. Sedangkan transaksi short selling adalah penjualan efek yang belum dimiliki oleh nasabah atau yang diselesaikan dengan penyerahan efek yang dipinjam oleh nasabah. Dalam hal ini pihak nasabah belum memiliki sebagian atau seluruh efek yang dijualnya tetapi mempergunakan efek yang terdapat di perusahaan efek.

Tujuan utama penyelenggaraan pinjam-meminjam efek oleh KPEI adalah untuk membantu 8 anggota bursa yang membutuhkan pinjaman efek untuk mengatasi kegagalan penyelesaian transaksi bursa. Fungsi pinjam-meminjam efek oleh KPEI bertujuan untuk mengamankan kegiatan perdagangan efek dari resiko penyelesaian. Apabila pada tanggal penyelesaian transaksi bursa terdapat anggota bursa yang mempunyai kewajiban serah efek tapi ternyata belum memiliki efek dalam jumlah cukup atau belum memiliki efek sama sekali, maka anggota bursa yang bersangkutan dapat meminjam efek yang dibutuhkan melalui fasilitas pinjam-meminjam efek yang disediakan oleh KPEI. Dalam perdagangan efek tanpa warkat masih sering ditemui terjadinya keadaan tidak dipenuhinya kewajiban anggota bursa atas transaksi yang dilakukannya meskipun pasar modal telah dilengkapi dengan sistem dan mekanisme yang baik. Pinjam-meminjam efek merupakan langkah yang diambil PT KPEI untuk mencegah terjadinya gagal serah dalam suatu transaksi efek.

Sistem Alternate Cash Settelement (ACS) adalah denda penyelesaian tunai sebesar 125% yang dibuat oleh KPEI sebagai altenatif bagi anggota kliring serah efek jika tidak memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban serah efeknya kepada KPEI, maka wajib mengganti kewajiban serah efek menjadi kewajiban serah uang kepada KPEI (uang pengganti). Sanksi yang dijatuhkan tersebut memberatkan bagi anggota bursa sehingga KPEI membantu anggota bursa dengan memberikan fasilitas pinjam-meminjam efek.39

39

BAB IV

INFORMASI YANG MENYESATKAN DALAM PERDAGANGAN EFEK TANPA WARKAT MENURUT UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Keterbukaan Informasi dalam Pasar Modal

. Transparansi merupakan prinsip yang sangat penting dan prinsip yang fundamental dalam pasar modal. Apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum pasar modal tersebut, maka pengaturannya sangat banyak mengenai ketentuan kewajiban keterbukaan bagi emiten atau perusahaan publik. Oleh karena itu terdapat pendapat bahwa fokus sentral dari hukum pasar modal adalah prinsip keterbukaan. Dalam Pasal 1 Angka 25 UU PM, prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan pada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapa berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud, dan/atau harga dan efek tersebut.

Menurut Pasal 1 Angka 7 UU PM, yang dimaksud dengan informasi atau fakta materiil adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Informasi ini juga disebut dengan informasi dalam pasar modal.

Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan. Pemberian informasi ini

berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan merupakan jiwa dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan agar investor tidak memperoleh informasi atau fakta materiil atau tidak meratanya informasi bagi para investor, disebabkan adanya informasi yang menyesatkan atau informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada pihak tertentu.40

Sehubungan dengan masalah corporate governance maka persoalan keterbukaan merupakan elemen yang utama dari prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), misalnya, merumuskan paling sedikit 4 (empat) unsur penting dalam prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan (corporate governance), yang semuanya bermuara pada prinsip keterbukaan (disclosure). Keempat prinsip tersebut adalah:

1. Fairness (keadilan).

Menjamin perlindungan hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

2. Transparency (transparansi).

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemiiikan perusahaan.

40

Iswi Haryani, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal (Jakarta: Visimedia, 2010), hlm.1.

3. Accountability (akuntabilitas).

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility (pertanggungjawaban).

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Keterbukaan informasi merupakan salah satu karakteristik khusus yang dikenal dalam bidang pasar modal. UU PM mengamanatkan agar emiten dan atau perusahaan publik senantiasa menjalankan prinsip keterbukaan, yang diimplementasikan melalui penyampaian informasi atau fakta material terkait usaha atau efeknya. Dalam perjalanannya emiten dan atau perusahaan publik pasti melakukan bentuk bentuk aksi korporasi (corporate action), baik berupa pembagian deviden, penerbitan saham bonus, dan lain sebagainya. OJK dan bursa efek telah mengatur agar dalam menjalankan aksi korporasinya emiten dan atau perusahaan publik tetap memperhatikan prinsip keterbukaan guna mencegah adanya kerugian bagi pemangku kepentingan (stakeholders).

Pengertian prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada UU PM menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap putusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut. Sedangkan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pda bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pembeli atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Mengenai perusahaan terbuka sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.H.1 Angka 1 Huruf a tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, perusahaan terbuka adalah perusahaan publik atau perusahaan yang telah melakukan penawaran umum saham atau efek bersifat ekuitas lainnya.41

Jenis-jenis keterbukaan informasi dibagi menjadi:

1. Keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan ke publik. Diatur dalam Peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.1, bahwa setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada OJK dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin dengan ketentuan paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terdapatnya informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Selanjutnya informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal hal sebagai berikut :

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan.

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham. c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.

41

d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting. e. Produk atau penemuan baru yang berarti.

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat

utang.

h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya.

i. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material. j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan.

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan.

n. Penggantian wali amanat.

o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.

2. Keterbukaan informasi bagi pemegang saham tertentu, diatur dalam Peraturan BAPEPAM-LK No. X.M.1, yang pada pokoknya mengatur direktur atau komisaris emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada OJK atas kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya transaksi, dan kewajiban tersebut juga berlaku bagi setiap pihak yang

Dokumen terkait