• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELAKSANAAN PERDAGANGAN EFEK TANPA

B. Perdagangan Efek Tanpa Warkat sebagai Salah Satu

1. Transaksi elektronik

a. Pengertian transaksi elektronik

Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

19

http://id.wikipedia.org/wiki/Anggota_Bursa_Efek_Indonesia (diakses tanggal 5 April 2015)

20

Bahri Zainul, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum dan Politik, (Bandung: Angkasa, 1996), hlm.307.

21

Informasi dan Transaksi Elektronik yang dimaksud dengan transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Perbuatan hukum penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat. Para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung. Penyelenggaraan transaksi elektronik ini diatur dengan peraturan pemerintah.

Transaksi elektronik diatur dalam Pasal 17 UU ITE yang menyatakan sebagai berikut:

(1) transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik dan privat, (2) para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada butir (1) wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung,

(3) ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan transaksi elektronis sebagaimana dimaksud pada butir (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam penjelasan Pasal 17 Ayat 1 UU ITE dijelaskan bahwa undang-undang ini memberikan peluang terhadap pemanfaatan teknologi informasi oleh penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi harus dilakukan secara

baik, bijaksana bertanggung jawab, efektif, dan efisien, agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-sebesarnya bagi masyarakat. Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Ayat 1 UU ITE.

Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi menggunakan sarana elektronik dapat dilakukan dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat sesuai dengan Pasal 17 Ayat 1 UU ITE. Pada pembahasan berikutnya materinya dibatasi transaksi elektronik dalam lingkup hukum privat. Di dalam transaksi elektronik antara para pihak hanya mengandalkan itikad baik, karena dalam transaksi elektronik yang dikenal di dunia maya yang tidak saling mempertemukan antara pihak-pihak yang bertransaksi sesuai dengan Pasal 17 Ayat 2 UU ITE yang menentukan bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam dalam melakukan interaksi dan atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen elektronik selama transksi berlangsung.

Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyebutkan transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak mengikat para pihak. Kontrak yang disebutkan berkaitan dengan adanya perjanjian yang berarti perjanjiannya

sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1313 KUHPer adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Subekti mengartikan perjanjian adalah suatu peristiwa seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian jual-beli agar mempunyai kekuatan mengikat terhadap kedua belah pihak, maka harus dibuat memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian.

Syarat sahnya perjanjian yang dimaksud adalah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPer. Perkataan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu, Pasal 1338 KUHPer di atas mengandung maksud bahwa Buku III KUHPer menganut asas kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam Undang-Undang. Meskipun berlaku asas ini, kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.

Perjanjian jika dibuat memenuhi syarat sahnya perjanjian, maka perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak sejak tercapainya kata sepakat mengenai hal-hal yang pokok, demikian halnya dengan perjanjian jual-beli sesuai dengan ketentuan Pasal 1458 KUHPer. Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya sengketa akibat peralihan hak atas tanah, peralihan hak atas tanah perlu dibuat dalam bentuk perjanjian.

Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 1338 alinea pertama KUHPer. Hal tersebut di atas berarti bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus didasarkan atas kemauan yang bebas sebagai perwujudan dari asas kebebasan berkontrak.

Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian di Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut:

1) kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

2) kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

3) kebebasan untuk menentukan atau memilih klausula dari perjanjian yang akan dibuatnya.

4) kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.

5) kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

6) kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuuan Undang-Undang yang bersifat opsional.

Dalam melakukan transaksi elektronik, ada hal – hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat. Para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen elektronik selama transaksi berlagsung.

mengikat para pihak. Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi transakaksi elekronik internasional yang dibuatnya. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam transaksi elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas hukum perdata internasional.

3) Para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati kedua belah puhak, kecuali ditentukan lain oleh para pihak. Transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui. 4) Pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik sendiri

melalui pihak yang dikuasakan olehnya atau melalui agen elektronik. 5) Penyelenggara agen elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada

agen elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya melakukan perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi.22

b. Bukti dalam transaksi elektronik

Membahas mengenai transaksi elektronik tidak lepas dari membahas mengenai alat bukti, karena dalam transaksi elektronik belum secara keseluruhannya dapat digunakan sebagai alat bukti sah terjadinya hubungan hukum para pihak. Perihal alat bukti sah, diatur dalam Pasal 1866 KUH Perdata, yang menentukan sebagai berikut:

Alat pembuktian meliputi: 1) bukti tertulis, 2) bukti saksi, 3) persangkaan, 4) pengakuan, 5) sumpah.

Dari penjelasan tentang transaksi elektronik tersebut, maka perdagangan efek tanpa warkat merupakan salah satu bentuk transaksi elektronik yaitu bursa efek sekarang ini telah mempergunakan sistem perdagangan otomatis yang dinamakan Jakarta Automatic Trading System

(JATS) untuk menggantikan sistem manual.23

2. Perdagangan efek tanpa warkat sebagai salah satu bentuk transaksi elektronik Hal yang menyebabkan munculnya sistem perdagangan efek tanpa warkat adalah karena perdagangan sebelumnya yang menggunakan sistem manual yang mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan di antaranya adalah:

a. Lantai bursa penuh dengan papan tulis tempat para pialang menuliskan transaksi.

b. Jumlah maksimal transaksi yang dapat ditangani per hari oleh bursa efek hanya sekitar 5.000 transaksi.

c. Terbukanya kesempatan yang tidak sama bagi para pialang. d. Biaya per unit transaksi relatif tinggi.

23

. Sopian Hadianto, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2001), hlm. 314.

e. Memungkinkan terjadinya kolusi antar pialang dalam mengatur harga efek f. Informasi pasar tidak dapat disebarkan kepada investor secara tepat waktu

dengan tingkat akurasi tinggi.

g. Proses transaksi yang menghabiskan waktu.

h. Transaksi tidak dapat dilakukan dengan jarak jauh dan real time.24

Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan tersebut di atas, maka dibutuhkan suatu sistem perdagangan yang terkomputerisasi, cepat, efisien, dan memberikan pelayanan yang sama kepada seluruh investor pasar modal baik investor asing maupun investor domestik. Sistem perdagangan efek tanpa warkat merupakan sistem perdagangan baru yang diterapkan di Bursa Efek Indonesia. Perdagangan tanpa warkat dilakukan secara komputerisasi. Sistem ini tidak hanya menyangkut tentang perdagangan saja tetapi juga menyangkut dengan penyelesaian dari perdagangan tersebut. Pada sistem ini, saham sudah diubah menjadi data elektronik yang tersimpan di komputer.25 Perdagangan efek tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham secara elektronik.26 Salah satu tujuan mengapa perdagangan efek tanpa warkat menjadi sangat penting untuk segera diterapkan di pasar modal, karena menyangkut sebuah mekanisme yang dapat menciptakan efisiensi dan keamanan dalam melakukan transaksi.27

24

M. Irsan Nasarudin. Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Prenada, 2006), hlm. 138.

25

Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 25.

26

http://www.ksei.co.id/fokuss/edisi%2013/hal6.html (diakses pada tanggal 2 Juni 2015).

27

Pelaksanaan perdagangan efek tanpa warkat merupakan bentuk dari kemajuan teknologi yang semakin canggih dan modern. Tujuan dilaksanakannnya perdagangan efek tanpa warkat adalah:

a. Menciptakan perdagangan efek yang wajar, teratur, dan efisien.

b. Meningkatkan likuiditas dan frekuensi transaksi perdagangan di bursa efek, meningkatkan kualitas jasa kliring dan penyelesaian transaksi efek (menghindari gagal serah efek dan gagal bayar efek).

c. Meningkatkan efisiensi, efektivitas serta keamanan dalam transaksi efek (termasuk keamanan surat efek yang dapat rusak.hilang/terbakar/palsu) d. Meningkatkan kepercayaan dan memberikan perlindungan bagi investor di

pasar modal.

e. Menghemat energi serta biaya seperti materai, pencetakan surat efek, biaya administrasi.28

Berdasarkan uraian di atas, perdagangan efek tanpa warkat sudah jelas merupakan salah satu bentuk transaksi elektronik karena sesuai dengan Pasal 1 Angka 2 UU ITE, transaksi elektronik adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan jaringan computer, dan/atau media elektronik lainnya.

28

Iman Syahputra, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Ghalia, 2008), hlm.22.

C. Pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat dalam Pasar Modal

Dokumen terkait