FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL
5. Pelaksanaan Program Akseleras
Pelaksanaan merupakan bentuk konkrit dari apa yang telah direncanakan sebelumnya, rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan rambu-rambu yang telah dibuat. Dalam hal ini, rambu-rambu yang dimaksud adalah yang terdapat dalam buku pedoman pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa.
Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon meliputi:
a. Rekrutmen Peserta didik
Pelaksanaan program akselerasi diawali dengan proses rekrutmen peserta didik yang dimulai pada saat seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun ajaran baru, yang dimulai pada bulan Juni. Berdasarkan perencanaan, tiap kelas ditempati oleh 20 orang peserta didik (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon).
Namun, dalam pelaksanaannya, jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi setiap tahun rata-rata berjumlah 25 orang peserta didik yang di seleksi dari peserta didik baru, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Keadaan Peserta Didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Delapan Tahun Terakhir
No. Tahun Ajaran Jumlah Peserta Didik CI yang memiliki IQ≥130 Jumlah Peserta Didik CI Hasil Rekrutmen Jumlah Rombel CI 1. 2007/2008 23 20 1 2. 2008/2009 26 20 1 3. 2009/2010 28 25 1
4. 2010/2011 30 25 1
5. 2011/2012 50 48 2
6. 2012/2013 35 25 1
7. 2013/2014 53 52 2
8. 2014/2015 55 50 2
(Sumber: Dokumen SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)
Terjadinya fluktuasi jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi mengacu pada hasil tes sesuai persyaratan masuk program tersebut. Hal ini juga didukung hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa:
Setiap tahunnya kami membentuk kelas akselerasi, dimana jumlah kelas dan peserta didiknya tergantung dari hasil seleksi. Misalnya, jika dari hasil seleksi diperoleh 25 orang, maka dibentuk satu kelas, dan apabila diperoleh 50 orang maka dibentuk dua kelas. Apabila jumlah peserta didik jumlah siswa yang masuk program akselerasi kurang dari 20 peserta didik, maka akan dipertimbangkan lebih lanjut. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, pihak sekolah masih memberikan toleransi jumlah peserta didik program akselerasi untuk setiap kelasnya, dari yang seharusnya 20 orang tiap kelasnya. Artinya, sekolah tidak perlu memisahkan kelebihan peserta didik ini ke dalam kelas tersendiri.
Pelaksanaan seleksi peserta didik sudah dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, yaitu dengan melakukan tiga tahapan, tes potensial akademik, psikotes, dan kesehatan. Proses rekrutmen dan seleksi siswa baru SMP Negeri 6 Ambon berlangsung dengan terbuka tanpa adanya rayonisasi dengan memfokuskan pada proses pelaksanaan seleksi
yang objektif, terbuka, dan dapat dipertanggung jawabkan. Pelaksanaan tes seleksi peserta didik program akselerasi bekerjasama dengan Yayasan Dynda Pratama (Pusat Penyelenggaraan Pelatihan dan Test Psikologi) Yogyakarta.
Hasil tes psikotes dari psikolog direkomendasikan kepada pihak sekolah yang isinya siswa disarankan, dipertimbangkan, atau tidak disarankan untuk masuk ke program akselerasi. Jumlah maksimal siswa yang diterima di program akselerasi tidak boleh melebihi 25 siswa apabila jumlah yang disarankan melebihi quota maka hasil akademik sebagai penentuannya, namun juga memperhatikan persetujuan orang tua. Walaupun siswa masuk dalam kategori disarankan, dan hasil tes akademiknya bagus, apabila orang tua tidak sepakat pihak penyelenggara tidak bisa memaksa siswa tersebut masuk ke program akselerasi.
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah, beliau menyatakan bahwa,
Rekrutmen dan seleksi siswa yang masuk ke kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan dengan memperhatikan nilai NUN SD, rapor SD kelas 4, 5, dan 6, tes akademis, tes psikologis dengan tes IQ, minat, dan persetujuan orang tua (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa proses rekrutmen siswa kelas akselerasi dimulai pada saat test masuk (PPDB). Selanjutnya melakukan seleksi administrasi, tes akademik dan tes psikologi. Kemudian merengking nilai siswa mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Siswa akan mengikuti matrikulasi selama tiga bulan. Peserta
yang dinyatakan lulus dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah mereka yang memiliki potensi kecerdasan, kreativitas, yang tinggi dan keterikatan pada tugas (task commitment) yang mengacu pada indikator ketangguhan, kemandirian, bertanggung jawab, beretos kerja, realistis, suka belajar, dan dapat berkonsentrasi dengan baik. Proses seleksi untuk menjadi peserta didik kelas akselerasi dilakukan secara objektif, akuntabel (dapat dipercaya), dan transparan.
b. Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum program akselerasi berdasarkan temuan penelitian sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Kurikulum program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi oleh sekolah. Oleh karena itu, Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian dalam menyusun draf kurikulum program kelas akselerasi dibantu oleh beberapa orang guru senior. Kurikulum kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal, perbedaannya untuk kelas akselerasi lebih dipadatkan waktunya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian bahwa,
Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi sama dengan kurikulum di kelas reguler, yaitu kurikulum KTSP. Perbedaan dengan kelas reguler adalah kelas akselerasi waktunya lebih lama jam belajarnya per hari bila dibandingkan dengan kelas reguler. Kemudian, satu semester untuk kelas akselerasi sama dengan 4 bulan sedangkan satu semester untuk kelas reguler sama dengan 6 bulan. Lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama
2 tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah 3 tahun (Sumber: wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian, 30 Maret 2015).
Begitu juga hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa,
Kurikulum kelas akselerasi itu sama dengan kurikulum kelas reguler, yakni menggunakan kurikulum KTSP. Perbedaannya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus dideferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya (Sumber: wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015).
Berdasarkan data dokumen yang dipedomani dari kurikulum akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dan jadwal pelajaran di kelas akselerasi menunjukan bahwa kurikulum program akselerasi di sekolah tersebut menggunakan kurikulum KTSP dan Kurikulum Muatan Lokal dengan dimodifikasi materi/isi, alokasi waktu, modifikasi proses belajar mengajar, sarana pendukung dan media yang dipergunakan (Sumber: Hasil Studi Dokumen Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon).
Hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas menunjukkan bahwa kurikulum kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Perbedaannya, kurikulum tersebut dalam pengembangannya harus dideferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang
berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Sehingga, lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama dua (2) tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah tiga (3) tahun.
c. Rekrutmen dan Pembinaan Tenaga Pendidik
(Guru)
Jumlah guru SMP Negeri 6 Ambon yang mengajar pada program akselerasi ada 24 orang, terdiri dari: lima (5) laki-laki dan 19 perempuan, dan merupakan guru mata pelajaran dengan kualifikasi pendidikan S1 berjumlah 19 guru, S2 sebanyak tiga (3) orang guru, dan dua (2) orang guru lulusan DIII (Sumber: Profil Guru SMP Negeri 6 Ambon).
Pelaksanaan seleksi tenaga pendidik berdasarkan temuan penelitian belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena masih terdapat dua orang guru lulusan DIII, yaitu guru mata pelajaran prakarya (TIK) dan penjaskesrek. Namun demikian, kedua orang guru tersebut sementara menempuh studi lanjut S1. Khusus untuk mata pelajaran penjaskesrek, hal ini bukan berarti di sekolah tersebut tidak ada guru penjaskesrek dengan kualifikasi S1, tetapi guru yang bersangkutan sudah mengajar di kelas bakat istimewa olahraga (Sumber: Wawawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Tidak dijumpai adanya penerapan seleksi secara khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam memilih guru yang mengajar pada kelas akselerasi. Pemilihan guru program akselerasi sepenuhnya
ditentukan oleh kepala sekolah dengan pertimbangan, antara lain: guru yang sudah senior dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru-guru tersebut sudah memenuhi standar kompetensi dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 April 2015 ditemukan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah mampu menyesuaikan dengan kondisi siswa dan berpenampilan sopan. Hal ini merupakan bentuk pelayanan pendidikan dalam program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu dengan menyediakan guru terbaik dan yang memiliki prasyarat kriteria guru program akselerasi, sehingga mampu menyesuaikan dan mengimbangi kemampuan belajar peserta didik yang berkebutuhan khusus (dalam arti lebih ) dengan kemampuan mengajarnya yang nantinya dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Guru program akselerasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang sedikit berbeda dengan guru program regular. Oleh karena itu guru akselerasi dianggap perlu dibekali dengan pengetahuan tentang siswa berbakat intelektual beserta kebutuhan akan pendidikannya. Dan pihak SMP Negeri 6 Ambon berusaha untuk mengikutsertakan guru-guru program akselerasi di berbagai pelatihan, workshop, ataupun seminar yang berkaitan dengan pendidikan peserta didik program akselerasi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa pembekalan guru-guru akselerasi dilakukan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar. (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015). Sementara itu, koordinator program akselerasi mengatakan bahwa:
SMP Negeri 6 Ambon bekerjasama dengan dinas pendidikan dan perguruan tinggi di Ambon dalam rangka pengembangan program akselerasi. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau workshop
untuk guru akselerasi. (Sumber: wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Kegiatan yang dilakukan SMP Negeri 6 Ambon dalam rangka pengembangan guru akselerasi di antaranya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Rencana Kegiatan Pembinaan Guru Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Selama Satu (1) Tahun
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Penanggung Jawab Kegiatan Nara Sumber Sumber Dana dan Biaya yang dianggarkan 1. Workshop tentang pembuatan bahan ajar untuk program akselerasi Juli (minggu ke 1) Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian - Dinas Pendidik an Kota Ambon - Dosen Unpatti BOS (10 juta) Komite Sekolah (10 juta) 2. Workshop pembelajaran CTL Juli (minggu ke 4) Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian Tim Dosen FKIP Unpatti BOS (5 juta) Komite Sekolah (15 juta)
3. Workshop Pengembang- an/Penyusuna n Kurikulum 2013 (Program Akselerasi) Februari Kepala Sekolah Dinas Pendidik- an Kota BOS (10 juta) Komite Sekolah (10 juta)
(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Untuk mempersiapkan guru-guru yang kompeten pada program kelas akselerasi pihak sekolah menyelenggarakan workshop minimal satu kali dalam setahun dengan menggunakan dana BOS. Hal ini sebagai mana yang diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa,
Setelah perekrutan guru kelas akselerasi, kemudian pihak sekolah menyelenggarakan workshop atau diklat selama 2-3 hari, seperti diklat pengembangan media dan sumber pembelajaran, workshop penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dilakukan secara rutin dalam setiap tahun dalam rangka untuk mempersiapkan kompetensi dan kemampuan guru- guru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Karena guru harus menghadapi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan istimewa yang mempunyai pola perkembangan yang berbeda dari siswa-siswa dengan intelegensi normal lainnya (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Workshop ini diselenggarakan di SMP Negeri 6 Ambon sendiri dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah yang kompeten. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain: waktu kegiatan terlalu singkat (hanya dilaksanakan 2-3 hari), serta informasi yang mendadak dari dinas pendidikan terkait waktu pelaksana kegiatan (Sumber:
wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas, menunjukkan bahwa guru-guru yang di rekrut untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diharuskan untuk mengikuti diklat dan workshop. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas mengajar guru sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi seharusnya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang memiliki kemampuan dan tingkat kecerdasan tinggi. Namun, di SMP Negeri 6 Ambon sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa akselerasi tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayan yang menyatakan bahwa:
Pada dasarnya siswa akselerasi itu mempunyai hak yang sama dengan siswa reguler, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah juga sama, perbedaannya hanya terletak pada ruang kelasnya dimana ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, dan televisi. Sedangkan, untuk sarana dan prasarana lain misal laboratorium serta perpustakaan, sama. (Sumber: wawancara dengan kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan, 1 April 2015).
Sementara itu, menurut Koordinator Program Akselerasi bahwa,
Fasilitas yang disediakan bagi peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sama dengan peserta didik reguler agar tidak terjadi kesenjangan, yang membedakan hanya ruang kelas siswa akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer untuk setiap kelas, serta televisi karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi (Sumber: wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi, 30 Maret 2015).
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di SMP Negeri 6 Ambon yang disediakan untuk peserta didik akselerasi pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan peserta didik reguler. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara peserta didik akselerasi dengan reguler.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2015 ditemukan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup lengkap dan memadai, hanya saja jumlah ruangannya terbatas, misalnya laboratorium. Saat ini kondisi sarana dan prasarana dalam kondisi baik. Ruang kelas akselerasi juga sudah cukup nyaman karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh kelas reguler. Namun, pihak sekolah masih perlu menambah jumlah laboratorium agar siswa akselerasi dapat menggunakan dengan leluasa.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi data sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP negeri 6 Ambon, sekolah tersebut belum memiliki laboratorium bahasa (data Terlampir). Dengan hanya mengandalkan
sumber pembiayaan yang ada, pihak sekolah mengalami kesulitan dalam upaya pengadaan laboratorium tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut pihak sekolah bekerjasama dengan perguruan tinggi (Universitas Pattimura) dalam hal penggunaan laboratorium bahasa yang dimiliki oleh perguruan tinggi tersebut.
e. Pembiayaan Program
Pembiayaan untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sampai saat ini masih menjadi permasalahan karena subsidi dari pemerintah masih belum mencukupi. Sumber dana untuk program akselerasi berasal dari Pemerintah Pusat yaitu berupa dana BOS dan orang tua peserta didik.
Perihal pembiayaan program akselerasi seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:
Pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari dana BOS dan subsidi (iuran) orang tua. Tapi kita pernah mendapatkan, hanya khusus untuk sekolah penyelenggara. Memang dari program kementerian ada khusus untuk yang akselerasi. Tetapi itu tidak setiap tahun kita dapat, hanya sekolah-sekolah penyelenggara akselerasi tertentu yang mendapatkan, tidak semua sekolah akselerasi dapat. Pada tahun anggaran 2014/2015 dana yang diperoleh sebesar Rp. 30 juta. Dana tersebut digunakan dalam proses penerimaan peserta didik baru dan operasional sekolah. Sedangkan, iuran dari orang tua peserta didik sebesar Rp. 210.000,-/bulan. Biaya tersebut digunakan untuk mendukung operasional sekolah, seperti: honor/insentif guru, penelitian, mulok komputer kreatif, dan kelebihan jam mengajar. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Biaya SPP yang dibayarkan oleh peserta didik program akselerasi yaitu sebesar Rp. 210.000/siswa, sedangkan untuk program reguler sebesar Rp. 150.000/siswa. Seperti pernyataan dari Bendahara sekolah yang mengatakan bahwa,
Kalau untuk program akselerasi sumber dananya dari dana BOS dan partisipasi orang tua peserta didik berupa iuran tetap tiap bulan sebesar Rp. 210.000,- (Sumber: Wawancara dengan bendahara sekolah, 1 April 2015)
Hasil wawancara di atas diperkuat dengan data tentang sumber-sumber pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi Tahun Ajaran 2014/2015 seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Sumber Dana Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015
No Sumber Dana Total Biaya
1. BOS Rp. 748.340.000,- 2. Direktorat PLB (Pendidikan
Luar Biasa)
Rp. 30.000.000,-
3. Komite Sekolah/orang tua siswa (jumlah keseluruhan iuran bulanan dan
sumbangan pendidikan bagi siswa baru)
Rp. 210.000,- x 50 x 12 = Rp. 126.000.000,-
4. Lain-lain -
Jumlah Rp. 904.340.000
(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan Bendahara SMP Negeri 6 Ambon, 1 April 2015)
Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi diatas menunjukkan bahwa pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil
kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan. Untuk pembiayaan operasional yang berasal dari orang tua peserta didik, tentu dilakukan melalui koordinasi sekolah, komite, dan orang tua peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi perencanaan pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, belum direncanakan secara baik. Namun, sejauh ini pihak sekolah tidak mengalami kendala dari segi pembiayaan karena seluruh peserta didik program akselerasi mendapat beasiswa dari pemerintah.