• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2.3 Pelaksanaan Rujukan Program Posbindu PTM di Wilayah

Sistem rujukan merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang

berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya (Azwar, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rujukan bagi peserta Posbindu penderita PTM telah dilakukan. Terdapat beberapa peserta yang sakit dianjurkan datang ke puskesmas untuk diberikan pengobatan karena Posbindu sendiri tidak menyediakan layanan pengobatan. Sementara untuk sistematika rujukan peserta Posbindu hanya berupa anjuran untuk melakukan Pengobatan ke Puskesmas dengan membawa kartu BPJS.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan perawat pelaksana didapatkan informasi apabila kasus-kasus PTM tidak dapat ditangani lagi di Puskesmas Polonia maka pihak Puskesmas melakukan rujukan ke Rumah Sakit seperti Rumah Sakit Pirngadi, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit Adam Malik.

Menurut KEMENKES RI (2012) apabila pada kunjungan kondisi faktor risiko sesuai dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik Swasta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi kasus yang pernah dirujuk dari Posbindu ke Puskesmas adalah hipertensi.

5.2.4 Pencatatan dan Pelaporan Program Posbindu PTM di Wilayah Kerja Puskemas Polonia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan pelaporan telah dilakukan oleh Puskesmas Polonia. Pencatatan dilakukan pada setiap pelaksanaan

kegiatan posbindu PTM. Sementara pelaporan mengenai pelaksanaan posbindu dilakukan setiap bulan ke Dinas Kesehatan kota Medan.

Dinas Kesehatan Kota Medan menerima laporan dari Puskesmas mengenai pelaksanaan Posbindu PTM setiap bulan meliputi laporan kunjungan, laporan kasus PTM, laporan IVA serta laporan upaya berhenti merokok. Namun hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa pencatatan dan pelaporan dalam pelaksanaan program Posbindu PTM di Puskesmas Polonia belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan Pencatatan dan pelaporan kegiatan program posbindu di wilayah kerja Puskesmas Polonia belum memiliki pencatatan khusus.

Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan program posbindu seharusnya memiliki pencatatan khusus sehingga dapat membantu Kepala Puskesmas dalam pengembangan program kesehatan di wilayah kerjanya. Feedback terhadap laporan puskesmas seharusnya dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas sehingga puskesmas dapat menjadikan bahan evaluasi untuk proram posbindu.

Hal ini sejalan dengan pendapat Muninjaya (2004), bahwa umpan balik terhadap suatu kegiatan program dapat dijadikan bahan evaluasi dalam keberhasilan program tersebut. Berdasarkan umpan balik hasil pengukuran kerja, manajemen dapat memperbaiki kinerja pada periode berikutnya dalam perencanaan maupun implementasinya.

5.2.5 Pengawasan dan Evaluasi Program Posbindu PTM di Wilayah Kerja Puskemas Polonia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dan evaluasi program posbindu PTM sudah dilakukan tetapi pengawasan pada pelaksanaan program

posbindu tidak dilakukan secara rutin. Sementara evaluasi pelaksanaan program dilakukan secara rutin setiap tahun bersama dengan program-program lainnya. Bentuk evaluasi dilakukan dengan melihat laporan bulanan setiap program yang telah direkapitulasi menjadi laporan tahunan. Laporan tahunan setiap program tersebut disesuaikan dengan target pencapaian program berdasarkan standar dari Dinas Kesehatan. Program puskesmas yang tidak mencapai target akan dilakukan analisis masalah yang terdapat dalam pelaksanaan program dan diberikan solusi kepada petugas pemegang program.

Pengawasan dalam pelaksanaan program seharusnya dilakukan secara rutin setiap bulan agar pelaksanaan program tetap berjalan sesuai dengan pedoman program Posbindu PTM. Pengawasan dan evaluasi dapat memperkecil timbulnya hambatan yang akan terjadi sehingga dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan perbaikan. Pengawasan atas pelaksanaan seluruh kegiatan program posbindu bertujuan untuk menjamin pelaksanaan program posbindu secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pengawasan dan evaluasi juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Hal ini sejalan dengan ketentuan KEMENKES RI (2013), puskesmas harus melaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kabupaten/ Kota dalam rangka pembinaan manajemennya sekaligus memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari Rumah Sakit Kabupaten, serta upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah dengan melihat laporan akhir tahun Puskesmas kemudian dilakukan evaluasi program berdasarkankan laporan yang

diterima setiap akhir tahun sehingga akan dibahas dan ditindaklanjuti kekurangannya.

Menurut pendapat Harjiman (2000) bahwa pelayanan kesehatan yang baik maka manajemen dalam suatu institusi pelayanan kesehatan harus melaksanakan fungsi manajemen dengan baikdan juga melakukan pengawasan terhadap perilaku karyawan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan langsung dapat dilakukan perbaikan. Pengawasan dan evaluasi tidak dapat dipisahkan karena kegiatan tersebut memiliki tujuan yang sama agar program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.

5.2.6 Hambatan dalam Pelaksanaan Kegiatan Program Posbindu PTM

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan ataupun kendala dalam pelaksanan posbindu PTM adalah 1) keterbatasan sarana dan prasarana, dimana peralatan pemeriksaan yang dimiliki oleh posbindu PTM wilayah kerja Puskesmas Polonia hanya tensimeter yaitu alat untuk mengukur tekanan darah, 2) keterbatasan biaya operasional, dana yang tersedia dalam pelaksanaan program posbindu PTM hanya dana untuk transportasi, sehingga puskesmas tidak bisa melakukan pengembangan program dengan optimal, 3) tenaga kesehatan yang masih kurang, dimana hanya terdapat satu orang perawat pelaksana yang bertugas di lapangan, 4) kader yang belum terlatih dimana kader hanya diberi pengetahuan yang dasar mengenai pelaksanaan Posbindu seperti mencatat dan menimbang.

Adapun hambatan lain dalam pelaksanaan program posbindu PTM adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat khususnya masyarakat usia 15

serta manfaat dan kegunaaan dari program posbindu masih sangat rendah. Agar pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan posbindu PTM baik, mereka harus mendapatkan penyuluhan khusus mengenai posbindu.

Melalui pendekatan sistem, organisasi memiliki beberapa unsur yaitu masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak (outcome), dan lingkungan (environtment). Semua unsur dalam sistem ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sumber daya merupakan bagian dari unsur masukan yang keberadaannnya dalam suatu organisasi merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu organisasi. Puskesmas membutuhkan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prassrana, biaya operasional, dan metode untuk menjalankan kegiatan program.

5.2 Keluaran (Output)

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan program Posbindu PTM adalah masyarakat usia 15 tahun keatas melakukan pencegahan dan penemuan dini faktor resiko PTM melalui posbindu PTM. Pelaksanaan program Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Polonia telah berjalan namun tidak maksimal. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil yang dicapai belum memuaskan. Salah satunya adalah keaktifan kader di Puskesmas Polonia.

Puskesmas Polonia memiliki 9 orang kader dalam pelaksanaan posbindu di 3 Kelurahan. Namun berdasarkan hasil penelitian, kader belum mengerti terhadap tugasnya sehingga belum dapat melakukan tugasnya dengan baik. Program Posbindu di beberapa Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Polonia

telah berjalan, tetapi belum maksimal dalam hal target pelayanan serta cakupan yang diharapkan.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan belum semua peserta mendapatkan output dari program Posbindu PTM ini dikarenakan pelaksanaan yang belum berjalan optimal dan ditemukan beberapa hambatan yang menjadi penyebab belum optimalnya pelaksanaan program Posbindu PTM di wilayah kerja puskesmas Polonia.

Dokumen terkait