• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SEWA MENYEWA PADA PO JASA MALINDO DAN TINJAUANNYA DARI HUKUM ISLAM

1. Pelaksanaan Sewa Menyewa pada PO Jasa Malindo

PO. Jasa Malindo Alat Transportasi yang disediakan oleh PO. Jasa Malindo adalah berupa mobil ( bus ). Daerah trayek yang dilalui bus PO. Jasa Malindo adalah daerah ( Padang – Solok ). Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari pihak PO. Jasa Malindo yang bernama Surya Adi Putra, akrab dipanggil Surya, bahwa apabila terjadi sewa menyewa bus PO. Jasa Malindo di luar daerah trayek ( Padang-Solok ), maka pihak penyewa memberikan uang muka minimal Rp. 150.000,- kepada pihak PO. Jasa Malindo sebagai tanda bukti sewa menyewa. Sedangkan untuk sewa menyewa yang masih di dalam daerah trayek ( Padang-Solok ), maka uang mukanya Rp. 100.000,-.

Apabila mobil atau bus yang sudah dibayar uang muka, kemudian sewa menyewa batal, maka uang yang sudah dibayarkan hilang, serta penyewa harus membayar uang cas sebesar Rp. 350.000,- (Putra, 2016). Besarnya uang sewa satu unit mobil atau bus ditentukan sesuai jarak yang ditempuh. Sebagai contoh sewa menyewa yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata IAIN Imam Bonjol Padang. Jendri (mahasiswa fakultas tarbiyah) mengatakan dia menyewa kendaraan atau bus 1 unit untuk pergi KKN Solok Selatan.Uang sewa sebesar Rp. 1.550.000,-sudah termasuk uang muka. Dia memberikan uang tanda jadi (uang muka) sebesar Rp.1.50.000,- kepada pihak PO. Jasa Malindo, ………..

65

sedangkan pihak PO. Jasa Malindo memberikan karcis untuk tanda bukti sewa menyewa tersebut. Dia memesan bus isi 20 orang untuk teman-teman kelompoknya. (Jendri, 2016)

Penulis juga mendapatkan keterangan dari salah seorang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ifdallillahi yang akrab dipanggil Dal, menurut keterangannya, bahwa kendaraan yang dia sewa isi 20 orang dengan uang muka Rp. 150.000,- per 1 unit dan uang sewa Rp. 1.450.000,- dia mengatakan apabila kendaraan tersebut hanya untuk mengantar saja, dan apabila tidak jadi berangkat uang muka tersebut hilang. (Ifdhal, 2016)

Keterangan penulis dapatkan dari pihak yang telah melakukan sewa menyewa pada PO. Jasa Malindo padang yaitu bernama Rio Maharta mahasiswa UNP (Universitas Negeri Padang ) bahwa bus yang disewa tersebut batal maka Mahasiswa membayar uang Ganti Rugi pada pihak PO . Malindo sebesar Rp. 350.000,-. Sebagai uang Ganti Rugi pada PO. Jasa Malindo akibat pembatalan sewa menyewa. (Maharta, 2016)

Mahasiswa tersebut melakukan sewa menyewa sesuai dengan kesepakatan yang ada pada PO. Jasa Malindo karena adanya penerapan pembayaran uang Ganti Rugi apabila terjadi pembatalan sewa menyewa tersebut. Sedangkan pihak PO. Jasa Malindo menerapkan pembayaran uang Ganti Rugi akibat pembatalan sewa menyewa karena waktu operasinalnya (menambang ) berkurang dari biasanya. (Danuarta, 2016)

Namun pada hari keberangkatan yang sudah ditentukan, pihak PO. Jasa Malindo mendatangkan dua unit bus untuk kelompok Jendri. Satu unit bus isi 20 orang satunya lagi bus isi 16 orang, bus yang isinya 20 orang tersebut tidak bisa dimuat barang- barang, sedangkan bus yang

isinya 16 orang masih bisa dimuat barang ditenda atau diatapnya. Oleh teman-teman Jendri masing- masing membawa barang, maka mereka berangkat pakai bus yang isinya 16 orang, sedangkan mereka tidak memesan bus tersebut karena yang mereka pesan adalah bus isi 20 orang, akhirnya bus isi 20 orang tersebut batal untuk disewa. Karena sewa menyewa terhadap bus isi 20 orang batal, maka Jendri dan teman-temannya harus membayar uang Ganti Rugi sebesar Rp. 350.000,- dan uang muka yang sudah mereka bayar hilang.

2. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pembayaraan Uang Cas Akibat

Pembatalan Sewa Menyewa Bus pada PO. Jasa Malindo.

Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan di mana penyewa harus membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh pemilik barang yang dipinjamkan. Hukum dari sewa menyewa adalah mubah atau diperbolehkan. Contoh sewa menyewa dalam kehidupan sehari-hari misalnya seperti kontrak mengontrak gedung kantor, sewa lahan tanah untuk pertanian, menyewa/carter kendaraan, sewa menyewa vcd dan dvd original, dan lain-lain.

Pada sewa menyewa harus ada barang yang disewakan, penyewa, pemberi sewa, imbalan dan kesepakatan antara pemilik barang dan yang menyewa barang. Penyewa dalam mengembalikan barang atau aset yang disewa harus mengembalikan barang secara utuh seperti pertama kali dipinjam tanpa berkurang maupun bertambah, kecuali ada kesepatan lain yang disepakati saat sebelum barang berpindah tangan.

Berdasarkan kasus pembayaran uang cas akibat pembatalan sewa menyewa seperti yang dilakukan oleh PO. Jasa Malindo, seperti yang diuraikan pada sub sebelumnya. Menurut ulama’ Hanafiyah bahwa akad

67

ijarah bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat udzur dari salah satu pihak yang berakad seperti, salah satu pihak wafat, atau kehilangan kecakapan bertindak dalam hukum. Jumhur ulama berpendapat bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan (Ghazali dkk, 2010, 283-284). Akibat perbedaan pendapat ini terlihat dalam kasus apabila salah seorang meninggal dunia. Menurut ulama Hanafiyah, apabila salah seorang yang berakad meninggal dunia, maka akad ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Akan tetapi jumhur ulama mengatakan bahwa itu boleh diwariskan karena termasuk harta. Oleh karena itu kematian salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah.

Sementara itu, menurut Hendi Suhendi akad menjadi batal dan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:

1) Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika di tangan penyewa. 2) Rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya rumah dan

runtuhnya bangunan gedung.

3) Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang diupahkan untuk dijahit.

4) Telah tepenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan (berakhirnya masa sewa).

5) Menurut Imam Hanafi salah satu pihak yang berakad boleh membatalkan ijarah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa, atau objek ijarah hilang atau musnah.

Jika akad ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan. Jika barang itu berbentuk barang yang dapat dipindah (barang bergerak) seperti, kendaraan, binatang dan sejenisnya, ia wajib menyerahkannya langsung pada pemiliknya. Jika berbentuk barang yang tidak dapat berpindah (barang yang tidak bergerak) seperti, rumah, tanah, bangunan, ia berkewajiban menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan kosong seperti, keadaan semula.

Jadi dari paparan di atas dapat diketahui bahwa perbuatan hukum yang meliputi perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh para pihak. Mengenai apa yang telah diperjanjikan, masing-masing pihak haruslah saling menghormati terhadap apa yang telah mereka perjanjikan. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat Al Maidah ayat 1 yang berbunyi:                          

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Maidah: 1) (Depag RI, 2002, 158)

Ayat di atas dijelaskan bahwa akad atau perjanjian itu termasuk janji kepada Allah, dan juga meliputi perjanjian yang dibuat oleh manusia

69

dengan sesama manusia dalam pergaulan sehari-hari. Maka janji tersebut harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari.

Sewa menyewa, seperti halnya jual beli dan perjanjian lain pada umumnya, adalah suatu perjanjian konsensual. Artinya, ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya kesepakatan mengenai dua unsur pokoknya, yakni barang dan harga (Subekti, 1995, 39). Berdasarkan Pasal 1233 dalam R Subekti, maka kontrak sewa menyewa mobil rental, tergolong perikatan yang bersumber dari perjanjian. Perjanjian rental mobil antara perusahaan rental dan perusahaan pemakai, termasuk perjanjian tertulis, dan sudah dianggap sah, karena dalam kontrak ini, sudah tercantum dua unsur pokok kesepakatan, yakni barang dan harga. Pemakai berhak atas kenikmatan tertentu, karena telah membayar sejumlah harga (Subekti, 1995, 39).

Kerugian ataupun ganti rugi adalah hal yang cukup pokok dalam hukum kontrak, khususnya untuk kontrak komersil. Apapun pengaturan hukum kontrak, seluruh tujuannya adalah kontrak tersebut bisa dipatuhi. Sebab, jika ada pelanggaran terhadap kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, maka pengaturan terhadap pelanggaran harus dibuat seadil-adilnya.

Kata “kerugian” berasal dari kata “rugi”. BW pun merinci kerugian dalam arti luas ke dalam tiga kategori, antara lain;

(1)Biaya

(2)Kerugian (dalam arti sempit) (3)Bunga

Biaya yang dimaksud di atas adalah setiap cost yang harus dikeluarkan secara nyata oleh pihak yang dirugikan. Dalam hal ini, sebagai akibat dari adanya tindakan wanprestasi. Contoh biaya, misalnya

dalam kontrak jual beli, dimana penjual melakukan wanprestasi, sehingga pembeli berusaha membeli barang yang sama dengan harga yang lebih mahal. Contoh lain dari komponen biaya, misalnya adalah biaya notaris, biaya administrasi, dan lain sebagainya.

Sementara itu, yang dimaksud dengan kerugian (dalam arti sempit), adalah merosotnya atau berkurangnya nilai kekayaan kreditur, sebagai akibat adanya wanprestasi dari pihak debitur. Misalnya terhambatnya operasional untuk menagih nasabah, akibat pihak penyewa menunda penyerahan mobil sewa yang sudah disepakati dalam kontrak sebelumnya.

Dalam kajian fiqih, perbincangan masalah Ijarah oleh ulama fiqih dimasukkan ke dalam kategori mu’amalah. “Mu’amalah itu sendiri dimaksudkan oleh ulama adalah sebagai bentuk pengaturan hubungan sesama manusia demi menciptakan kemashlahatan dan menolak mafsadat (mudharat)”, di dalamnya (Syaltut, 1966, 11-12). Sejalan dengan ini, Ahmad Husnain menyatakan: “bahwa Islam telah menetapkan syarat kepemilikan yang mengacu kepada “terciptanya maslahat jama’ah”( Husnain, 1413 H, 45)

لا

رارض لاو ررض

Artinya : “tidak boleh memudharatkan dan dimudharatkan”.

Di sini kelihatan semakin jelas bahwa hukum Islam mempunyai konsep dan tujuan demi kepentingan masyarakat dan hukum Islam juga mencela dan sama sekali tidak mentolerir perbuatan warga masyarakat yang menimbulkan kerugian bagi sesamanya. maksudnya “seseorang tidak boleh merugikan orang lain, baik ia memperoleh manfaat dari

71

kerugian orang lain tersebut atau tidak memperoleh manfaat”.(Shihab, 1992, 304)

Apa bila dikaitkan dengan masalah praktek sewa menyewa dalam PO Jasa Malindo, yaitu adanya praktek pembayaraan uang ganti rugi akibat pembatalan sewa menyewa bus pada PO. Jasa Malindo, tentu saja menjadi sebuah kajian fiqh dalam Islam terutama yang berkaitan dengan Muamalah, karena memang dalam fiqh Muamalah ini salah satunya dibahas tentang masalah sewa menyewa atau Ijarah.

Dalam perjanjian/akad dapat saja terjadi kelalaian, baik ketika akad berlangsung maupun pada saat pemenuhan prestasi. Hukum Islam d alamcabang fiqh muamalah juga mengakui adanya ganti rugi, yang disebut dengan dhamam.

Ganti rugi (dhamam) dapat dilakukan jika adanya unsur ta’addi,

yaitu melakukan perbuatan terlarang dan atau tidak melakukan

kewajiban menurut hukum. Ta’addi dapat terjadi karena melanggar perjanjian dalam akad yang sepertinya harus dipenuhi. Misalnya,

penerima titipan barang tidak sebagaimana mestinya, seorang yang

menyewakan dengan penyewa sama tidak komitmen terhadap akad yang

mereka sepakati.

Ta’addi juga dapat terjadi karena melanggar hukum syariah (mukhalafatu ahkâm syari’ah) seperti pada kasus perusakan barang( al-itlâf),perampasan (al-gasb), maupun kelalaian atau penyia-nyiaan barang secara sengaja (al-ihmâl).

Dhaman sendiri ditetapkan untuk melindungi hak-hak individu. Kewajiban pada dhaman bertujuan untuk mengganti atau menutupi ( al-jabru) kerugian pada korban. Ganti rugi hanya dibebankan pada debitur yang ingkar janji apabila kerugian yang dialami oleh kreditur memiliki

hubungan sebab akibat dengan perbuatan ingkar janji atau ingkar akad dengan debitur. Tanggung jawab akad memiliki tiga unsur pokok:

1. Adanya ingkar janji yang dapat dipersalahkan.

2. Adanya ingkar janji itu menimbulkan kerugian bagi pihak kerditor

3. Kerugian kreditor disebabkan oleh (memiliki hubungan

sebab-akibat dengan) perbuatan ingkar janji debitur. (Harahap, 1986: 897)

Ketentuan Allah yang berkaitan dengan hukum muamalah pada dasarnya memperbolehkan sewa menyewa selama tidak merugikan salah satu pihak yang melakukan transaksi. Apabila ada dalam transaksi yang merugikan dan memenuhi dua syarat dalam jual beli/ sewa menyewa maka ransaksi dengan menggunakan uang cros tersebut tidak sah. Adapun syarat batil tersebut yaitu syarat memberikan uang cros dengan perkiraan salah satu pihak tidak ridha.

Oleh karena memang tujuan hukum Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan (maslahah) bagi seluruh ummat manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Menurut Lahmuddin Nasution, dalam kajian syari’at, “kata maslahah dapat dipakai sebagai istilah untuk mengungkapkan pengertian yang khusus, meskipun tidak lepas dari arti aslinya. Sedangkan arti mashlahah adalah menarik manfaat atau menolak mudharat” (Nasution, 2001, 127).

Maslahah adalah segala bentuk, baik material maupun nonmaterial, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa maslahat adalah sesuatu yang banyak mendatangkan manfaat atau kebaikan.

73

Maka berdasarkan uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa ganti rugi akibat pembatalanan sewa menyewa bus seperti yang dialami oleh Jendri dan kawan-kawannya ketika melakukan penyewaan pada Bus Jasa Malindo tidaklah sah, karena tidak mengandung unsur-unsur kemaslahatan yang merupakan tujuan dari hukum Islam, karena perjanjian ganti rugi tidak diberitahukan apabila penyewa tetap memakai PO Jasa Malindo walaupun bus yang dipakai tidak sesuai dengan yang dipesan.

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

Sebagai akhir penelitian dan pembahasan dari bab ini penulis mengungkapkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan dalam bentuk kesimpulan. sebagai berikut:

1.1. Pelaksanaan sewa menyewa di PO. Jasa Malindo menerapkan pembayaran uang muka dan uang Ganti Rugi akibat pembatalan sewa menyewa dengan alasan waktu operasinalnya (menambang) berkurang dari biasanya, dan apa bila terjadi pembatalan maka uang muka tidak dikembalikan dan uang ganti rugi tetap dibayarkan, meskipun alasan pembatalan itu dari pihak perusahaan (PO Jasa Malindo) seperti bus yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan atau tidak sesuai dengan kesepakatan dari awal.

1.2. Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran uang Ganti Rugi akibat pembatalan sewa menyewa Bus seperti kasus yang di alami oleh Jendri dan Kawan-kawan ketika menyewa Bus Jasa Malindo, dimana transaksi dengan menggunakan uang cros tersebut tidak sah, karena memang kendaraan yang didatangkan tidak sesuai dengan perjanjian semula. Pada hal salah satu syarat Ijarah yaitu telah tepenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan (berakhirnya masa sewa), tidak terpenuhi di sini.

2. Saran

Di akhir uraian pada skripsi ini, penulis ingin memberikan saran di antaranya:

2.1. Pihak PO Jasa Malindo dalam melakukan penyewaan bus agar untuk mengedapan azas manfaat untuk melakukan suatu

75

penyewaan, kemudian dalam praktek sewa menyewa hendaknya melalukan transaksi dalam bentuk tertulis karena hal tersebut sangat dianjurkan dalam acara Islam, serta memasukan transaksi sewa menyewa secara tertulis ini ke dalam SOP sehingga tidak terulangkan kembali kesalahan yang merugikan konsumen.

2.2. Pihak PO Jasa Malindo hendak memberikan tahukan perjanjian ganti rugi secara tranparan meskipun apa bila penyewa tetap memakai PO Jasa Malindo walaupun mobil yang dipakai tidak sesuai dengan yang dipesan.

2.3. Pihak yang menyewakan untuk tetap mempertahankan asas musyawarah dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi, serta yang lebih terpenting adalah melakukan transaksi sewa menyewa dilakukan dalam bentuk tertulis.

Ahmad, Idris. 1986. Fiqh al-Syafi’iyah. Jakarta: Karya Indah

Amir Syarifuddin. 1993. Pembaharuan dalam Islam. Padang: Angkasa Raya

Bahreisy, Salem dan Said Bahreisy. 1989. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu

Katsir, Jilid II. Surabaya: Bina Ilmu, 1989

Basyir, Azhar Ahmad. 2000. Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata

Islam), Yogyakarta: UII Press

Bukhari, Abu Abdullah Muhamad Ismail. al. tt. Matan al-Bukhari, Beirut :

Walrasa'b

Bukhari, Imam. 1987. Shahih Bukhari. Juz III. Beirut : Dar al-Qalam

Cahaya, Widya. , 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi

Child, Narbuko dan Abu Ahmadi. 2002. Metodelogi Penelitian, cet 4. Jakarta:

Bumi Aksara

Dahlan, Abdul Aziz (ed). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3. Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve

Departemen Agama RI, 2002. Quran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro

Djuwaini, Dimyauddin. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Ghazaly, Abdul Rahman, H. Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. 2010. Fikih

Muamalah, Jakarta: Kencana

Haidar, Ali. Tt.Dural al-Hukam Syarh Majalah al-Ahkam. Beirut: Dar al Kutub

al –Ilmiah

Hakim, Abdul Hamid. Tt.Mubadi Awwaliyah. Jakrta:Sa’adiyah Putra

Harahap, M. Yahya. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian, cet.II, Bandung:

Penerbit Alumni

Husnain, Ahmad Said. 1413H. Al-Iqtishad wa Adillatuhu wa Qawaiduhu wa

Ushuluhu fi Al-Islam,.t.t.p

Jafri,Syafii. 2008. Fiqih Muamalah. Pekanbaru: Suska Press

Jaziry, Abdul Rahman. al. tt. Al-Fiqh 'ala Mazahib al-Arba'ah, Juz III, Beirut:

Dar al-Fikr

Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada

Majah, Ibnu. tt. Sunan Ibnu Majah. Kairo: Darul Fikri

Maroghi, Syaikh Ahmad Musthofa. al. 1992. Tafsir al-Maragi Juz I. Semarang:

PT. Karya Toha Putra Semarang

_________. 1993. Tafsir al-Maragi Juz XVI. Semarang: PT. Karya Toha Putra

Semarang

_________. Tafsir al-Maragi Juz XX. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang

_________.Tafsir al-Maragi Juz XXVIII. Semarang: PT. Karya Toha Putra

Semarang

MUI. 2001. Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Untuk Lembaga

Keuangan Syari'ah. Edisi. I. Jakarta : DSN-MUI.BI,2001

Muslich, Ahmad Wardi.2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara

Nasaiy, Imam. 1994. Sunan Nasaiy. Beirut: Dar al-Fikr

Nasution, Lahmuddin. 2001. Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab

Syafe’i. Bandung: Remaja Rosdakarya

Pasaribu, Charul. 1994. Hukum Perjanjian Kerja. Jakarta: Sinar Grafika

Poerwadarminta. 1982. Bahasa Indonesia, Kamus Umum. Jakarta : PN

Pustaka

Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral dalam perekonomian

Islam,Penerjemah Didin Hafidhuddin,dkk., Judul asli “ Dural Qiyam

Wal Akhlaqfil Istishadil Islami”. Jakarta : Rabbani Press

Qazwiniy, Muhammad Bin Yazid Abu 'Abdullah. al. tt. Sunan Ibnu Majah.

Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan Alqur’an Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan 1992

Soimin, Soedharyo. 1994. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:

Sinar Grafika

Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti

Sudarsono. 1992. Pokok-Pokok Hukum Islam. Jakarta:Rineka Cipta

Suwendi, Hendi. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta:Gaya Media Pratama

Syafe’i, Rahmad. 2001. Fiqh Muamalah, Bandung : Pustaka Setia

Syaltut, Mahmud. 1966. Al-Islam’Aqidah wa Syari’ah. Kairo: Dar Al-Qalam

Syarifuddin, Amir. 2002. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media

Wirono, Suratman. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan

Praktek, Bandung: Tarseto

Ya’qub, Hamzah. 1994. Kode Etik Dagang. Bandung; CV. Diponegoro

Zuhaili, Wahbah, al. 1994. Fiqih Perundangan Islam, Beirut: Dar al-Fikr

Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi. 1994. Hukum Perjanjian Islam, Cet. I. Jakarta:

BIODATA PENULIS

Nama : M. Jamil

NIM : 310.252

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Tempat/Tanggal Lahir : Pincuran Songsang/ 09-06-1989

Alamat : Pincuran Songsang Desa Balah

Aia Kecamatan VII Koto Sungai Sarik, Pariaman

Nama orang tua : Ayah : Ahmad Yusuf

Ibu : Suhelmi

Jumlah Saudara : Anak Pertama dari 7 bersaudara

Prinsip Hidup : “Sungguh-sungguh dalam berusaha, serahkan hasil pada Allah

Yang Maha Kuasa”

Riwayat Pendidikan:

SD : SDN 24 Limpato Sungai Sarik (2004)

SMP : MTsN Koto Tinggi Tonyok VI Lingkung (2007)

SMA : SMAN 1 VII Koto Sarik (2010)

Perguruan Tinggi : UIN Imam Bonjol Padang (2017)

Pengalaman Organisasi

1. IMAPAR ( Ikatan Mahasiswa Pariaman Raya) (2011-2012)

2. PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) (2013-2014)

Dokumen terkait