• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.3.2 Pelaksanaan Teknis Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk mewujudkan pelaksanaan dari rencana program K3 harus adanya upaya-upaya dalam tindakan pada proses pelaksanaan yang berkelanjutan (Khurnia, 2012). Upaya-upaya berikut dapat seperti :

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Mempersiapkan peralatan/alat pelindung diri guna mengurangi cidera dan mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Contohnya: Topeng gas/masker, pelindung badan/jacket, sepatu yang sesuai, helem, sarung tangan, kaca mata dan sebagainya.

2. Peralatan K3

Atas dasar memperhitungkan kekuatan dari metode kerja dan kebutuhan peralatan yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan agar dipersiapkan. Contohnya : Penahan dinding galian, alat pemadam kebakaran, jaring net, alat peringatan tanda bahaya dan lain sebagainya.

3. Peninjauan ulang kontrak, pembelian dan peralatan konstruksi

Pengadaan barang dan jasa harus ditinjau ulang untuk memastikan dan menjamin kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan-persyaratan K3

yang ditentukan serta pada setiap pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur pemeliharaan barang harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3 agar dipastikan pada saat penerimaan barang dan jasa di tempat kerja organisasi harus dapat menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi. 4. Komunikasi K3

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting pelaksanaan K3, semua kegiatan ini harus didokumentasikan, prosedur yang ada harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan tersebut seperti hasil pelaksanaan K3, pemantauan, audit dan tinjauan ulang manajemen kesemua pihak yang mempunyai tanggung jawab dalam kinerja K3. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 yang terkait dari luar perusahaan dan menjamin informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orang- orang yang membutuhkannya. Tipe komunikasi ini dapat melingkupi jangkauan kegiatan yang luas seperti :

-Tanda dan penghalang -Papan Buletin

-Tool box meeting

-Rapat awal Indoktrinasi K3

-Patroli keselamatan & kesehatan kerja -Buletin individu untuk hal khusus

5. Training & Pelatihan

Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3 sesuai dengan persyaratan sistem K3 yang ditetapkan. Dalam memenuhi ketentuan tersebut, organisasi harus

membuat prosedur dan menyediakan biaya, sehingga dapat dipantau

keefektifannya sesuai dengan tingkat keperluannya.

Pengurus organisasi harus mempunyai dan menjamin kompetensi kerja serta pelatihan setiap tenaga kerja yang cukup dalam rangka menjalankan tugasnya dalam unit-unit kerja yang terkait dengan K3. Kompetensi harus didefinisikan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk menjamin karyawan-karyawannya bekerja pada fungsi-fungsi dan level yang relevan, dalam kaitan dengan menjamin kesesuaian sistem yang dijalankan dengan kebijakan, prosedur dan persyaratan-persyaratan dalam sistim serta konsekuensi K3, baik aktual maupun potensial dalam menjalankan aktifitas kerja.

6. Inspeksi dan Perbaikan K3

Organisasi harus menetapkan inspeksi, pengujian dan pemantauan berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3 yang ditetapkan, frekuensi inspeksi, pengujian dan pemantauan harus disesuaikan dengan obyeknya. Personel yang terlibat mempunyai kompetensi cukup pengalaman, catatan, rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan pemantauan dipelihara dan tersedia dengan baik bagi tenaga kerja, kontraktor yang terkait dan manajemen. Tindakan perbaikan segera dilakukan atas ketidaksesuaian yang ditemukan saat inpeksi, pengujian dan

pemantauan, penyelidikan yang memadai harus dilakukan untuk menemukan permasalahan dari suatu insiden.

7. Prosedur Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan dapat berupa inspeksi dan audit yang bersifat internal, pemeriksaan harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidang K3, khususnya K3 dibidang pekerjaan konstruksi. Pemeriksaan yang

bersifat inspeksi dapat dilaksanakan secara harian (daily), mingguan (weekly),

bulanan (monthly), yang harus dijalankan secara tetap dan kontinyu untuk

mempertahankan hasil yang telah dicapai.

Pemeriksaan yang bersifat audit tentunya dilaksanakan secara berkala tiap 2 (tiga) bulan sekali atau 6 (enam) bulan sekali, ketentuan ini berlaku mengikuti standar/ketentuan audit yang diberlakukan pada umumnya oleh badan internal organisasi dan/atau badan auditor.

Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidang kerjanya dan mendapat pengesahan serta verifikasi oleh petugas yang mempunyai kompetensi K3 atau yang diberi kewenangan akan hal ini dalam bidang K3. Kegiatan pemeriksaan dapat dimulai dari pengendalian kegiatan pada

material dan pergudangan (logistic) termasuk juga dalam penerimaan akan

barangmasuk, penyimpanan/penempatan, pengambilan/pengeluaran/pemindahan, pemasangan, pemeliharan, pengelolaan peralatana konstruksi dan fasilitas pekerjaan konstruksi lainnya serta penanganan kesehatan dan tingkungan, semuanya ini harus dipastikan terintegrasi dalam strategi pencegahan risiko kecelakaan yang akan terjadi dan/atau penyakit akibat kerja

Pemeriksaan yang bersifat inspeksi maupun audit keduanya mempunyai sifat yang sama yakni, untuk memastikan bahwa penerapan dan pelaksanaan sistim manjemen K3 telah dijalankan sesuai kaidah-kaidah/standar K3. Sedangkan audit lebih ditekankan pada pencapaian sasaran dan target, penanganan

ketidaksesuaian (noncorforming), dan tindak lanjut hasil inspeksi.

8. Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan lebih ditujukan dan bersifat memperbaiki keadaan situasi terhadap bahaya yang akan timbul. Tindakan perbaikan yang dilaksanakan dilapangan secara umum menjadi tanggung jawab pimpinan unit kerjanya, dan perbaikan dapat dilakukan dengan temuan menyimpang dari ketentuan/strandar yang ditentukan dalam sasaran dan program Kerja K3 sesuai dengan pengembangan kondisi pekerjaan dilapangan yang sebelumnya tidak terdapat

antisipasi bahayanya atau belum ditinjau tingkat keseuaiannya, guna

penyempurnaan untuk mencegah terjadinya kesalahan penggunaan

bahan/material/prosedur opersionil sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja

yang akan berujung pada rekomendasi hasil inspeksi, pengujian dan

commissioning yang termasuk pada pekerjaan fase pemindahan, penempatan,

pemasangan/ perakitan dan pelepasan/pembongkaran kembali. 9. Prosedur Pengendalian

Pengendalian disini maksudnya adalah untuk memantau dan mengukur pencapaian kinerja K3, yang meliputi proses K3 didasarkan dengan adanya kinerja masing-masing proses kegiatan dan sasaran.

Pengukuran (Evaluasi) dan peningkatan kinerja K3. Pengukuran adalah pengukuran kinerja, dilakukan didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya berupa parameter kinerja, cara penilaian tingkat pemahaman pengetahuan dan partisipasi pekerja dalam kegiatan K3, termasuk partisipasi pengunjung/tamu/subkontraktor/vendor/mitra kerja yang terkait pelaksanaan kerja konstruksi dilapangan, statistik angka insiden/kecelakaan tingkat keparahan dan frekuensi insiden ataupun kecelakaan, termasuk jumlah jam kerja yang hilang. 10. Pengendalian Administratif

Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus mempertimbangkan segala aspek K3 pada setiap tahapan, rancangan tinjauan ulang prosedur dan instruksi kerja harus dibuat oleh personel yang mempunyai kompetensi kerja dengan melibatkan pelaksana yang terkait. Dalam hal ini personel yang melaksanakan harus diberikan pelatihan agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Prosedur dan instruksi kerja ini juga harus ditinjau secara berkala, untuk memastikan bahwa prosedur dan instruksi kerja tersebut terkendali sesuai dengan perubahan keadaan yang terjadi seperti pada peraturan perundang-undangan, peralatan, proses atau bahkan bahan baku yang digunakan.

Pemeriksaan dan operasionil (implementation and operation), umpan balik

& pengukuran kinerja (feedback from measuring performance) dan audit adalah

sebagai masukan untuk melakukan pemeriksaan dan tindakan perbaikan (checking

and corrective action) dan menghasilkan keluaran/output Tinjauan Manajemen

11. Siklus Penanganan K3 a. Siklus Harian K3

Siklus Harian K3 (Daily Safety Work Cycle) adalah suatu siklus aktifitas

safety yang rnempuyai periode ulang setiap hari. Aktifitas ini dilakukan oleh

kelompok-kelompok kecil pekerja yang menangani pekerjaan sejenis, dipimpin langsung oleh kepala grup kerja.

(Sumber: Departemen PU, 2007)

b. Siklus Mingguan K3

Siklus Mingguan K3 (Weekly safety work cycle) dilakukan periodik

mingguan, biasanya pada akhir minggu. Hal ini perlu dilakukan untuk tujuan mengevaluasi oleh manajemen proyek terhadap grup-grup kerja, menyampaikan

Safety Talk Morning Inspection to start work Final Check Patrol, guidance, and supervision Site clean up DAILY SAFETY WORK Gambar 2.2 Siklus aktifitas harian K3

informasi-informasi dari manajemen proyek kepada grup-grup kerja, serta mengadakan interaksi satu grup kerja dengan grup kerja lainnya, sehingga akan terjadi tukar menukar pengalaman yang diperoleh suatu grup kerja selama satu minggu berjalan.

c. Siklus Bulanan K3

Siklus Bulanan K3 (Monthly safety work cycle) dilakukan secara

periodik bulanan, biasanya terletak pada akhir bulan. Hal ini perlu dilakukan untuk tujuan menyampaikan informasi dari manajemen proyek kepada personil, mengevaluasi K3 oleh manajemen proyek terhadap pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi selama satu bulan, serta penentuan program-program kerja yang bersifat strategis.

12. Audit K3

Organisasi harus menyusun dan memelihara prosedur audit dan program audit dalam rangka pemeriksaan pada sistem manajemen K3, dengan tujuan mengetahui kesesuaian dengan sistim manajemen K3. Program audit lengkap dengan jadwalnya yang dilaksanakan secara berkala, harus didasarkan pada hasil dari penilaian risiko dari aktifitas organisasi dari hasil audit sebelumnya.

Pelaksanaan audit dilaksanakan secara sistimatik terhadap pekerjaan yang menjadi obyek audit oleh personil yang mempunyai kompetensi dalam kerja audit, dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan sistim manjemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan. Prosedur audit mencakup lingkup, frekwensi, metodologi,kompetensi, wewenang dan persyaratan-persyaratan untuk melakukan pelaporan hasil.

Frekuensi audit harus ditentukan atas hasil tinjauan ulang audit sebelumnya oleh manajemen, rekaman hasil audit ini harus disebar luaskan ke unit-unit yang terkait dengan observasi audit. Hal ini guna memastikan agar tidak akan terjadi ketidaksesuaian yang sama pada unit-unit lain yang belum dilaksanakan audit, dimana hasil audit sebelumnya menjadi acuan tindakan perbaikan dan peningkatan pelaksanaan K3 yang berkelanjutan.

Inspeksi harian biasa dilakukan oleh safety officer tetapi yang lain juga

secara berkala melakukan inspeksi proyek untuk memenuhi rencana keselamatan

& kesehatan kerja (Safety & Health Plan) dalam hal ini mewakili Pemilik

proyek/owner, perusahaan asuransi dan dinas-dinas terkait dari instansi

pemerintahan. Seringkali dilakukan bersama dalam membantu Safety Officer

lapangan.

13. Investigasi Kecelakaan

Hal ini penting bahwa setiap kecelakaan harus di lakukan investigasi, seperti penyebabnya, dan membuat laporan secara lengkap apa yang terjadi dan mengapa bisa terjadi, sering dengan gambar. Laporan ini biasanya diperlukan oleh perusahaan asuransi yang melindungi akibat adanya kerugian akan tetapi juga penting untuk peningkatan kinerja K3 Kontraktor.

14. Fasilitas Kesehatan dan Testing Perobatan

Diperlukan pengaturan terhadap Rumah Sakit terdekat dan Dokter untuk membantu bila terjadi kecelakaan setelah dilakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di lapangan, seperti halnya menetapkan dan menyiapkan peralatan P3K sendiri. Pada proyek konstruksi besar yang biasanya dibiayai oleh

pemerintah, memerlukan program dari beberapa jenis pengujian obat terhadap personel sebagai persyaratan K3 (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Dokumen terkait