• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget Bali."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN

JAMBULUWUK HOTEL & RESORT

A.A BAYU DHARMA WIDNYANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN

JAMBULUWUK HOTEL & RESORT

A.A BAYU DHARMA WIDNYANA 1391561004

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A BAYU DHARMA WIDNYANA 1391561004

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 24 PEBRUARI 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA A.A Diah Parami Dewi, ST, MT, PhD

NIP.19611207 198903 1 003 NIP. 19740514 200112 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Sipil Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas Udayana

Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD Prof. Dr. dr. A,A Raka Sudewi, Sp.S(K)

(5)

v

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana No.879/UN14.4/HK/2016, Tanggal 23 Pebruari 2016

Ketua : Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA

Anggota :

1. A.A Diah Parami Dewi, ST, MT, PhD 2. Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT

(6)

vi

NIM : 1391561004

PROGRAM STUDI : MAGISTER TEKNIK SIPIL

JUDUL TESIS : MANAJEMEN RISIKO

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK

PEMBANGUNAN JAMBULUWUK HOTEL & RESORT

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 24 Pebruari 2016

(7)

vii

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Jambuluwuk

Hotel & Resort ini dapat terselesaikan. Secara khusus penulis mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing, memberi masukan, serta saran untuk perbaikan pada penelitian ini, antara lain : Bapak Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA, Ibu A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, PhD, Bapak Ida Bagus Rai Widiarsa, ST, MASc, Ph.D, Bapak Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, PhD, GCInstCES, Bapak Ir. Gede Astawa Diputra, MT, Bapak Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT serta rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu pada tulisan ini, terima kasih atas dukungan dan doanya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika., Sp.PD., KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana beserta staff atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi., Sp.S.(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana dan kepada I Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSC, Ph.D, selaku Ketua Prodi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada akhirnya penulis berharap agar penelitian pada tesis ini dapat memberi manfaat dan refrensi bagi kemajuan jasa konstruksi serta K3 pada khususnya, mengingat keterbatasan dari penulis, sehingga sangat diharapkan untuk adanya saran dan masukan dalam penulisan ini yang membangun untuk pencapaian yang lebih baik.

Denpasar, Pebruari 2016

(8)

viii

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Risiko kegagalan (risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, kecelakaan tersebut dapat mengakibatkan efek kerugian (loss). Sektor konstruksi merupakan penyumbang tertinggi kasus kecelakaan dan sakit akibat kerja di Bali. Maraknya pembangunan sarana penginapan sementara atau hotel di Bali dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi bahaya dan risiko dominan apa saja yang terdapat pada proses pembangunan hotel serta memberikan tindakan pencegahan dalam mereduksi risiko tersebut.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diidentifikasi melalui JSA (Job

Safety Analysis). Penyebaran kuisioner dilakukan untuk mendapat tanggapan

mengenai paparan potensi bahaya yang teridentifikasi dari para expert di lapangan. Penilaian risiko yang berkategori dominan diperingkat melalui konsep ALARP (As Low As Reasonably Practicable).

Dari hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 45 risiko dominan yang terdapat pada tahapan pekerjaan struktur antara lain 43 risiko yang tergolong risiko tinggi (high risk) seperti : terkena manuver alat berat dan kendaraan, alat berat terguling karena area galian longsor / amblas, tali seling Tower Crane

terputus/ terjerat pada pengoperasian, muatan jatuh dari Tower Crane dan sebanyak 2 risiko tergolong risiko sangat tinggi (extreme risk) yaitu : terkena manuver alatmixerdanswing Tower Cranemelewati batas area proyek.

Dalam meminimalkan dampak risiko K3 perlu dilakukan pengendalian risiko, evaluasi secara periodik harian, mingguan, dan evaluasi bulanan, pertimbangan jarak aman sumber bahaya dari pekerja, pengaturan jam kerja, penetapan prosedur skenario keadaan darurat dan instruksi kerja.

(9)

ix

& RESORT PETITENGET

Work accidents that occur on the construction project will be one of the causes of the disruption or cessation of activities of the project work. Risk of failure is always there at every moment of work activities and work accident happens, no matter how small, could lead to losses. The construction sector is the highest contributor to work accidents and occupational illness in Bali. Rampant construction of temporary lodging facilities or hotels in Bali can be one of the contributors to accidents. Because as much as possible and as early as possible, the potential for workplace accidents has to be prevented or at least mitigated. This study aims to determine the potential hazard and any dominant risk contained in a hotel development process as well as provides preventive measures to reduce such risks.

In this research, the method used was descriptive qualitative. The risk of Occupational Health and Safety (K3) was identified through JSA (Job Safety Analysis). Questionnaire survey was carried out to get feedback from the experts regarding the potential hazards identified. The dominant category of risk assessment that was rated by the concept of ALARP (As Low As Reasonably Practicable).

The research identified 45 of dominant risks contained in the phase of work structures including 43 risks classified as high risk such as : exposed to maneuver heavy equipment and vehicles, heavy equipment rolled because the excavated area slid down/ subsided, cross rope of Tower Crane disconnected / entangled on the operation, the charge fell from Tower Crane and as many as two risks were classified as very high risk (extreme risk) that is : exposed to maneuver mixer and swing Tower Crane over the edge area of the project. The risks tended to be sourced in the work environment factors and work equipment.

In order to minimize the impact of K3 risks, it is necessary to conduct risk control, evaluation activities in a daily, weekly, monthly periodic, considering a safe distance hazard source from workers, setting working hours, scenario procedures of an emergency, as well as safe work through work instruction to remind the importance of working in a healthy and safe condition.

(10)

x

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI………v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DARTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Batasan Masalah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Proyek Konstruksi ... 8

2.2 Manajemen K3... 9

2.2.1 Komitmen Manajemen... 11

2.2.2 Motivasi ... 12

2.2.3 Kewenangan... 12

2.3 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 14

2.3.1 Persyaratan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 15

2.3.2 Pelaksanaan Teknis Rencana K3 ... 18

2.3.3 Output Pelaksanaan Rencana K3 ... 27

2.4 Kecelakaan Kerja... 28

2.4.1 Penyebab Kecelakaan Kerja... 28

(11)

xi

2.7 Manajemen Risiko ... 43

2.7.1 Tujuan Manajemen Risiko ... 44

2.7.2 Manfaat Manajemen Risiko ... 45

2.8 Identifikasi Risiko... 45

2.9 Metode Identifikasi Risiko ... 46

2.10 Analisis Risiko... 47

2.10.1 Analisis Risiko Kualitatif... 48

2.10.3 Analisis Risiko Kuantitatif... 51

2.11 Evaluasi Risiko ... 51

2.12 Pengendalian Risiko ... 53

2.12.1 Tindakan Pengendalian ... 54

2.13 Penelitian Sebelumnya... 56

2.14 Identifikasi dan Sumber Risiko K3 Pada Proyek Konstruksi ... 58

2.15 Identifikasi Risiko K3... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 83

3.1 Pendahuluan... 83

3.2 Rancangan Penelitian... 83

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 83

3.4 Jenis dan Sumber Data... 84

3.5 Populasi dan Teknik Sampling ... 84

3.6 Penentuan Skala Penilaian... 85

3.7 Pengumpulan Data... 85

3.8 Instrumen Penelitian ... 86

3.9 Uji Validitas Konstruk dan Reliabilitas Alpha Cronbach ... 87

3.10 Analisis Data... 88

3.11 Kerangka Penelitian ... 89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 90

(12)

xii

4.3 Uji Validitas Konstruk dan Reliabilitas Alpha Cronbach... 94

4.4 Analisis Risiko... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 156

5.1 Simpulan ... 156

5.2 Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 160

(13)

xiii

Tabel 2.2 Skala ukur kualitatif dari konsekuensi ... 49

Tabel 2.3 Matriks risiko kualitatif ... 50

Tabel 2.4 Level risiko berdasarkan standar AS/NZS4360... 51

Tabel 2.5 Identifikasi risiko berdasarkan sumber risiko ... 58

Tabel 2.6 Identifikasi dan sumber risiko K3 melalui JSA (Job Safety Analysis). 70 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi (likelihood) dari jawaban responden ... 95

Tabel 4.2 Distribusi konsekuensi (consequences) dari jawaban responden ... 108

Tabel 4.3 Peringkat risiko pada tiap aktivitas pekerjaan ... 120

Tabel 4.4 Risiko dominan (major risk) berdasarkan sumber risiko... 134

(14)

xiv

Gambar 2.2 Siklus aktifitas harian K3 ... 24

Gambar 2.2 Teori Domino Heinrich ... 32

Gambar 2.3Likelihood vs Consequences... 41

Gambar 2.4 Risk Calculated ... 44

Gambar 2.5 Regional ALARP ... 53

Gambar 2. 6 Skema tindakan pengendalian... 55

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ... 89

Gambar 4.1 Peta layout lokasi proyek ... 91

Gambar 4.2 Presentase jumlah risiko menurut jenis pekerjaan ... 92

Gambar 4.3 Presentase jumlah risiko berdasarkan sumber risiko ... 93

(15)

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah

satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Risiko

kegagalan (risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat

kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, dapat

mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini

mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi

dampaknya. Secara historis peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah jaman

kemerdekaan dan diberlakukannya Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa

peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu

Veiligheids Reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang

Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970. Setiap kecelakaan pasti selalu ada

penyebabnya, kelalaian perusahaan yang hanya memusatkan diri pada keuntungan

merupakan penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja. Minimnya pengetahuan

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagian besar disebabkan oleh

masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban

biaya perusahaan, padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/

(16)

Depnakertrans jawa timur (2014) menyatakan bahwa dari data PT.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) angka kecelakaan kerja di Indonesia

masih tergolong tinggi, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus kecelakaan kerja dan

tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus. Pada tahun 2008 terjadi sebanyak

93.823 kasus, dengan jumlah pekerja yang sembuh 85.090 orang, sedangkan yang

cacat total 44 orang. Menurut Runtu (2016) berdasarkan data Kementrian

Kesehatan jumlah kasus kecelakaan kerja tertinggi tahun 2014 adalah Sulawesi

Selatan, Riau, dan Bali, sedangkan jumlah pekerja yang sakit akibat kerja tertinggi

tahun 2014 adalah Bali. Sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan

tertinggi, yakni 31,9% dari total kecelakaan yang terjadi berjenis kasus antara lain

jatuh dari ketinggian 26%, terbentur 12%, dan tertimpa alat 9%, maka semua

proyek pembangunan konstruksi haruslah ditingkatkan pengawasannya, agar

angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat diminimalkan.

Pembangunan gedung-gedung berlantai seperti sarana penginapan

sementara/ hotel akan terus berkembang seiring jaman dan teknologi karena jasa

penginapan sementara/ hotel tersebut merupakan kontribusi besar bagi sektor

pariwisata. Pada saat pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana-sarana seperti

hotel ini pada khususnya yang melibatkan empat unsur dalam proses interaksinya

antara lain: people, equipment, materials, environment (PEME) secara otomatis

dapat mengundang terjadinya kecelakaan kerja pada proses pembangunan hotel

tersebut, pembangunan sarana tersebut diwajibkan untuk menerapkan sistem

manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi kerja dimana

(17)

perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi. Tujuan dan sasaran Sistem

Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di

tempat bekerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi

kecelakaan, dan penyakit berkelanjutan akibat kerja.

Tujuan manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

mengurangi risiko K3 yang berpotensi mengakibatkan kerugian baik dalam prihal

finansial maupun citra dari perusahaan itu sendiri, mengetahui bagaimana

kecelakaan terjadi juga berguna dalam arti mengidentifikasi jenis kegagalan atau

kesalahan apa saja yang biasanya menyebabkan kecelakaan, sehingga tindakan

dapat diambil untuk mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan untuk

terjadi, oleh karena itu dengan berkurangnya risiko K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) diharapkan dapat mengurangi dampak kecelakaan pada area

kerja serta meningkatkan keuntungan organisasi dari sisi kesehatan maupun sisi

keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya

sesuai ekspektasi.

Tinggal di daerah dengan kemungkinan dan berbagai keragaman budaya,

membuat Bali selalu menjanjikan pasar yang sangat menantang bagi industri

perhotelan, sehingga tak sedikit dari para investor berupaya berinvestasi mencoba

keuntungan di Bali pada sektor pariwisata pada umumnya dalam bentuk sarana

penginapan tersebut.

Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget merupakan

(18)

berkonsep Jewels of Jambuluwuk dengan fasilitas premium berkapasitas 144

kamar di kawasan Pantai Petitenget berjarak hanya sekitar 15 km dari jantung

kota Denpasar atau 30 menit perjalanan berkendara dari Bandara Ngurah Rai Bali.

Wilayah tersebut dinilai memiliki tipikal dan sensasi keindahan sunset beserta

gelombang air lautnya.

PT. Archouse selaku pemilik dan pengembang Jambuluwuk Hotel &

Resort Petitenget melalui proses seleksi telah resmi menunjuk PT. Wahyu Di

Graha sebagai kontraktor utama pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel &

Resort Petitenget.

Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget, merupakan

proyek kompleks di kawasan dengan skala aktifitas cukup besar pada area

lingkungan pariwisata yang sedang berkembang, dengan ketinggian 18 meter, 7

lantai dari permukaan existing, meliputi area Basement, semi- Basement, dan

bangunan berlantai 4 serta arearooftop pool and event partydengan nilai kontrak

Rp.60.698.000.000 dan target waktu pelaksanaan 900 (sembilan ratus) hari kerja.

Pembangunan hotel ini melibatkan alat-alat berat seperti Excavator, Backhoe,

Tower Crane, Crawler Crane, Concrete Mixer Truck. Area pekerjaan hotel ini

terletak berhimpitan dengan fasilitas-fasilitas umum dan pribadi sepertirestaurant

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan

dibahas adalah :

1. Bagaimana mengidentifikasi risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) pada kegiatan proyek Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget?

2. Risiko-risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) apa saja yang

termasuk kategori major risk yang terdapat pada proyek Jambuluwuk

Hotel & Resort Petitenget?

3. Bagaimana strategi tindakan mitigasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dalam meminimalkan kecelakaan kerja yang tergolong kategori

major risk terhadap sumber risiko pada proyek Jambuluwuk Hotel &

Resort Petitenget?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari pemasalahan yang ada maka adapun tujuan yang ingin dicapai

penulis adalah :

1. Mengidentifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang

terjadi pada kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort

Petitenget

2. Mengetahui risiko dominan (major risk) yang terjadi pada kegiatan

proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget

3. Mendapatkan pemecahan/solusi dalam memberi penanganan risiko K3

(20)

dominan pada sumber-sumber risiko proyek pembangunan Jambuluwuk

Hotel & Resort Petitenget

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari tujuan penelitian yaitu:

1. Memberikan informasi mengenai risiko-risiko dominan K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja) yang inheren pada proyek pembangunan

Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget

2. Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi atau perbandingan

mengenai penyebab kecelakaan kerja dalam rangka meningkatkan

pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi

3. Dapat digunakan untuk mengurangi penyebab atau bahan reviewer K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terjadi pada proyek

pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget

4. Pihak perusahaan/Kontraktor dapat menerapkan manajemen risiko K3

(Kesehatan dan keselamatan kerja) untuk mengurangi kecelakaan kerja

menuju "zero accident".

5. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk menekan angka kecelakaan

(21)

1.4 Batasan Masalah

Lingkup dan batasan dari penelitian ini adalah:

1. Objek penelitian adalah proyek konstruksi pembangunan Jambuluwuk

Hotel & Resort Petitenget

2. Kegiatan yang ditinjau pada penelitian adalah kegiatan pelaksanaan

proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget dari

tahapan pekerjaan persiapan, struktur dan mekanika elektrikal (ME)

3. Responden adalah orang yang terlibat langsung dan berkompeten dengan

kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget

khususnya pada bidang K3 yang berkaitan dengan kegiatan proyek

pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget yaitu project

manager, site manager,safety manager, safety supervisor, safety officer,

danpelaksana.

4. Analisis risiko yang dilakukan hanya terbatas pada tahap identifikasi

risiko (risk identification), penilaian risiko (risk assesment),

pengendalian risiko (risk mitigation).Analisa tidak membahas risiko sisa

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya unik

hanya dilakukan satu kali dan dibatasi oleh sumber daya dalam waktu terbatas.

Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, terdapat proses yang

berfungsi untuk mengolah sumber daya (resources), sehingga dapat menjadi suatu

hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah karya berupa bangunan. Pengelolaan

proyek konstruksi menjadi semakin kompleks karena banyaknya pihak yang

berinteraksi di dalamnya serta semakin tingginya tuntutan terhadap kualitas,

kenyamanan, keamanan, estetika, dan keberlanjutan proyek itu sendiri.

Dilihat dari aspek-aspek pada proyek konstruksi, terdapat fungsi pada

tahapan perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Semua fungsi

dari komponen tersebut harus diterapkan kepada semua tahapan yang ada pada

proyek konstruksi, karena proyek konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang

paling berisiko dan berbahaya di antara sektor pekerjaan lainnya.

Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan

antara lain menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek

konstruksi memiliki karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi

disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan

relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat kerja

(terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan beragam

(23)

2.2 Manajemen K3

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

pengarahan kepada suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional dengan maksud yang nyata (real), proses yang terdiri dari

rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia (human

resources), dan sumberdaya lainnya.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif (Djoko, 2007).

Menurut Adityanto (2012) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dapat diartikan sebagai 2 pengertian :

1. Secara Filosofis

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu pemikiran atau

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap

hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

(24)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan ilmu pengetahuan

dan segala penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pada dasarnya secara umum sistem dari Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (MK3) mengandung 6 dasar elemen utama Occupational

Health and Safety Assessment(OHSAS 18001) sebagai berikut :

a. Kebijakan K3 (Safety and health policy)

b. Perencanaan (Planning)

c. Penerapan dan operasional (Implementation and operation)

d. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan (Checking and corrective action)

e. Tinjauan manajemen (Management review)

f. Perubahan perbaikan berkelanjutan (Continual improvement)

Perbaikan Berkelanjutan (Continual Improvement)

Kebijakan (Policy) Perencanaan (Planning) Penerapan dan Operasional (Implementation and Operation) Pemeriksaan dan Tindakan

(Checking and Corrective Action)

Tinjauan Manajemen (Management Review)

Gambar 2.1

Bagan Elemen Kesuksesan K3 (OHSAS 18001:1999)

(25)

Lima (5) Prinsip dasar pelaksanaan MK3 sesuai tentang pedoman pada

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

menurut Permennaker No.:5/MEN/1996. Terdiri dari :

a. Penetapan Komitmen dan Kebijakan K3

b. Perencanaan (Pemenuhan Kebijakan, Tujuan dan Sasaran Penerapan K3)

c. Penerapan Rencana K3 secara Efektif dengan Mengembangkan Kemampuan

dan Mekanisme Pendukung yang Diperlukan untuk Mencapai Kebijakan,

Tujuan dan Sasaran K3

d. Pengukuran, Pemantauan, dan Pengevaluasian Kinerja K3

e. Peninjauan Secara Teratur dan Peningkatan Penerapan SMK3 secara

berkesinambungan.

2.2.1 Komitmen Manajemen

Menurut Djoko (2007) komitmen merupakan landasan utama konsep

penerapan sistim Manajemen K3. Komitmen yang berupa kebijakan dan arahan

dalam penerapan K3 di Perusahaan, komitmen pimpinan tentunya termasuk

kesediaannya menyiapkan organisasi K3, SDM K3 dan anggaran K3 yang

dituangkan dalam bentuk kebijakan K3 (Safety Policy), secara umum isi dari

komitmen tersebut adalah : Landasan keberhasilan program K3 merupakan

pernyataan sikap dan dukungan manajemen terhadap program K3 dalam

perusahaannya serta mengikat semua pihak terkait (stakeholder), meliputi

(26)

2.2.2 Motivasi

Menurut Winjani (2010) menyebutkan bahwa penyebab dari motor

penggerak adalah : prestasi yang diukir, penghargaan yang diperoleh, tantangan

tugas, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan, kesempatan, dan balas jasa,

imbalan berupa gaji atau upah merupakan salah satu dari imbalan yang akan

diperoleh melalui kegiatan bekerja, imbalan tersebut dapat dijadikan motivasi

kepada pekerja agar pekerja bekerja dengan kinerja tinggi. Akan tetapi jika upah

tersebut tidak dipenuhi, maka akan muncul pertentangan yang kadangkala timbul

gejala berupa konflik bahkan hingga memburuknya kesehatan fisik dan mental.

Teori Herzberg pun menyatakan tingginya motivasi kerja dipengaruhi oleh

faktor ekstrinsik seperti, kondisi kerja, gaya kepimimpinan, hubungan antar

pribadi, dan supervise, apabila faktor- faktor ekstrinsik ini tidak dipenuhi maka,

akan berpengaruh pada motivasi kerja. Disebutkan bahwa adanya motivasi dalam

diri karyawan yang tinggi maka perilaku pada saat bekerja akan menjadi selamat,

tetapi jika pekerja mempunyai motivasi dalam diri yang rendah, maka secara

langsung perilaku pada saat bekerja akan menjadi tidak selamat (Winjani,2010).

2.2.3 Kewenangan

Kewenangan adalah kuasa untuk membuat keputusan, menunjuk,

memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada personel. Organisasi harus

menentukan aturan main, kewenangan dan otoritas para personil yang akan

mengatur, menjalankan dan memantau aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan

risiko K3 dalam kaitannya dengan aktifitas, fasilitas dan proses dalam organisasi

(27)

dikomunikasikan. Penanggung jawab tertinggi dalam K3 adalahtop management.

Bila organisasi berupa perusahaan berskala besar, mempunyai anak-anak

perusahaan maka yang dimaksud top management harus didefinisikan dengan

jelas. Manajemen organisasi harus menyediakan sumber daya utama, termasuk

didalamnya sumber daya manusia, spesialis-spesialis, teknologi maupun keuangan

dalam rangka pelaksanaan, kontrol dan perbaikan manajemen K3 (Djoko,2007).

Menurut Andhika (2012) menjelaskan bahwa peran tenaga ahli untuk

mengembangkan, menerapkan dan memelihara cara kerja, prosedur, sistim,

pengamanan dan standar dalam menghilangkan, mengendalikan dan mengurangi

bahaya kecelakaan kerja terhadap personel, prasarana, lingkungan, dan SDM K3.

Maka penanggung jawab K3 dalam manajemen organisasi harus mempunyai

aturan main, tanggung jawab dan wewenang dalam rangka :

a. Menjamin bahwa persyaratan-persyaratan dalam sistem manajemen K3

dibangun, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi dalam

OHSAS

b. Menjamin bahwa laporan performance sistim manajemen K3

disampaikan kepada top management dalam rangka evaluasi dan sebagai

dasar perbaikan sistim manajemen K3. Pada dasarnya Keselamatan dan

Kesehatan kerja (K3) adalah tanggung jawab setiap pekerja yang ada

dilapangan proyek konstruksi,namun secara matrik kewenangan harus

diberikan kepada seseorang yang memiliki pengalaman dan bisa bertindak

sebagai Project Safety Officer. Kewenangan yang diberikan secara

(28)

menurutnya pekerjaan tersebut dilaksanakan tidak aman dan tidak

memenuhi Rencana Keselamatan & Kesehatan Kerja

2.3 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada setiap kegiatan proyek konstruksi selalu ditandai dengan keterlibatan

sumber daya, seperti bermacam-macam material, peralatan, serta tenaga kerja

yang berkompeten maupun non kompeten. Sehingga sangatlah mungkin jika

terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat mengakibatkan gangguan keselamatan dan

kesehatan kerja. Maka pada program pelaksanaan proyek yang ditangani harus

memperhitungkan dan melaksanakan tindakan kehati-hatian yaitu tindakan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Rencana Keselamatan & Kesehatan Kerja adalah kunci sebagai acuan

kinerja dalam keamanan pekerjaan pada proyek konstruksi yang ingin melindungi

para pekerjanya, personel yang ada dilapangan, seperti peraturan umum yang

memberikan petunjuk bagaimana mengurangi kecelakaan dan memberikan

perlindungan terhadap aset/properti. Perencanaan K3 meliputi :

a. Identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian dan pengendalian risiko

(risk assessment and risk control) yang dapat diukur

b. Pemenuhan terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya

c. Penentuan tujuan dan sasaran

d. Program kerja secara umum dan program kerja secara khusus

(29)

2.3.1 Persyaratan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam perencanaan K3 haruslah memenuhi terhadap kebijakan/ policy

yang ditetapkan, yang memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja, penerapan

K3 dengan mempertimbangkan telaah awal sebagai bagian dalam

mengidentifikasi potensi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko atas

permasalahan K3 yang ada dalam perusahaan atau di proyek tempat kegiatan

kerja konstruksi berlangsung.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007) dalam modul pelatihan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengidentifikasi potensi

bahaya yang ada serta tantangan yang dihadapi akan sangat mempengaruhi dalam

menentukan kondisi perencanaan K3 perusahaan/proyek. Untuk hal tersebut

haruslah ditentukan oleh pokok dalam perusahaan/proyek dalam identifikasi

bahaya meliputi :

- Frekuensi dan tingkat keparahan Kecelakaan Kerja

- Kecelakaan Lalu Lintas

- Kebakaran dan Peledakan

- Keselamatan Produk (Product Safety)

- Keselamatan Kontraktor

- Emisi dan Pencemaran Udara

- Limbah Industri

Sasaran Penerapan dari manajemen K3 sendiri meliputi; sumber daya

manusia, sistem prosedur, sarana dan fasilitas, pencapaian prespektif di

(30)

dan sasaran kebijakan/policy keselamatan dan kesehatan kerja organisasi harus

menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja

keselamatan dan kesehatan kerja, yang sekaligus merupakan informasi mengenai

keberhasilan pencapaian dari manejemen K3.

Menentukan program umum yang didalamnya memuat strategi pencapaian

penerapan manajemen K3, secara detail program dapat di aplikasikan dalam

bentuk prosedur dan petunjuk kerja, semua ini ditujukan untuk memudahkan

dalam menerapkan dan mengembangkan sistim K3 untuk setiap kegiatan operasi

sebagai pedoman keselamatan kerja, bekerja secara aman dan yang akan

berpengaruh meningkatnya produktifitas kerja, penyusunan elemen K3

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing organisasi berdasarkan hasil telaah

awal dan penetapan tujuan objektif yang ingin dicapai.

Penyusunan elemen-elemen K3 dalam program disesuaikan dengan sistem

manajemen K3 yang hendak dijalankan, dapat menggunakan atau memilih acuan

atau undang-undang/peraturan/standar yang telah dijelaskan sebagai referensi.

Maka sistem yang dijalankan harus memenuhi 12 elemen K3 operasional,

diantaranya adalah :

a. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

b. Pendokumentasian Strategi

c. Peninjauan Ulang Perancangan (Desain) dan Kontrak

d. Pengendalian Dokumen dan Data K3

e. Pembelian

(31)

g. Pengembangan Ketrampilan dan Kemampuan

h. Komunikasi dan Pelaporan

i. Pengelolaan Material

j. Standar Pemantauan

k. Audit internal SMK3

l. Tinjauan Manajemen

Dari ke 12 elemen K3 operasional itu dasar penyusunan program

pelaksanaan yang dimulai dari perencanaan penerapan K3 melalui identifikasi

bahaya sampai dengan penerapan dan pengendalian operasi yang harus

dijalankan. Sistem dan prosedur yang harus disiapkan termasuk petunjuk kerja

meliputi seluruh aspek kegiatan sesuai dengan tingkatan kegiatan yang ada

dilapangan, antara lain :

- Prosedur kerja aman (Safe Working Practices).

- Prosedur kebersihan dan penyelamatan lingkungan.

- Prosedur penyelamatan keadaan darurat.

- Prosedur kesehatan kerja.

- Prosedur penanggulangan kebakaran.

- Prosedur pemenuhan sarana dan fasifitas.

- Petunjuk kerja ijin kerja ruang terbatas dan tertutup.

- Prosedur Identifikasi Bahaya (Hazards identification).

- Prosedur Pembinaan dan Pelatihan (Safety Training & Education).

- Petunjuk Kerja Evaluasi Keselamatan Proyek (Project Safety Review).

(32)

- Prosedur pengelolaan Keselamatan Lalu Lintas Jalan (Traffic Safety).

- Petunjuk Kerja Inspeksi K3 (Safety Inspection).

- Prosedur Penyelidikan Kecelakaan (Incident Investigation).

- Prosedur Pengelolaan Limbah (Waste Management).

- Petunjuk Kerja Sistim Pelaporan K3 (Safety Reporting Systems).

- Prosedur Audit K3 (Safety Audit).

2.3.2 Pelaksanaan Teknis Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk mewujudkan pelaksanaan dari rencana program K3 harus adanya

upaya-upaya dalam tindakan pada proses pelaksanaan yang berkelanjutan

(Khurnia, 2012). Upaya-upaya berikut dapat seperti :

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Mempersiapkan peralatan/alat pelindung diri guna mengurangi cidera dan

mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Contohnya: Topeng gas/masker,

pelindung badan/jacket, sepatu yang sesuai, helem, sarung tangan, kaca mata dan

sebagainya.

2. Peralatan K3

Atas dasar memperhitungkan kekuatan dari metode kerja dan kebutuhan

peralatan yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan agar

dipersiapkan. Contohnya : Penahan dinding galian, alat pemadam kebakaran,

jaring net, alat peringatan tanda bahaya dan lain sebagainya.

3. Peninjauan ulang kontrak, pembelian dan peralatan konstruksi

Pengadaan barang dan jasa harus ditinjau ulang untuk memastikan dan

(33)

yang ditentukan serta pada setiap pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya

prosedur pemeliharaan barang harus terintegrasi dalam strategi penanganan

pencegahan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam pembelian harus

menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi

persyaratan K3 agar dipastikan pada saat penerimaan barang dan jasa di tempat

kerja organisasi harus dapat menjelaskan kepada semua pihak yang akan

menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi bahaya, penilaian

dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi.

4. Komunikasi K3

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber

penting pelaksanaan K3, semua kegiatan ini harus didokumentasikan, prosedur

yang ada harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan tersebut seperti hasil

pelaksanaan K3, pemantauan, audit dan tinjauan ulang manajemen kesemua pihak

yang mempunyai tanggung jawab dalam kinerja K3. Melakukan identifikasi dan

menerima informasi K3 yang terkait dari luar perusahaan dan menjamin informasi

yang terkait dikomunikasikan kepada orang- orang yang membutuhkannya. Tipe

komunikasi ini dapat melingkupi jangkauan kegiatan yang luas seperti :

-Tanda dan penghalang

-Papan Buletin

-Tool box meeting

-Rapat awal Indoktrinasi K3

-Patroli keselamatan & kesehatan kerja

(34)

5. Training & Pelatihan

Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan

dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3 sesuai dengan persyaratan

sistem K3 yang ditetapkan. Dalam memenuhi ketentuan tersebut, organisasi harus

membuat prosedur dan menyediakan biaya, sehingga dapat dipantau

keefektifannya sesuai dengan tingkat keperluannya.

Pengurus organisasi harus mempunyai dan menjamin kompetensi kerja

serta pelatihan setiap tenaga kerja yang cukup dalam rangka menjalankan

tugasnya dalam unit-unit kerja yang terkait dengan K3. Kompetensi harus

didefinisikan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Organisasi

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk menjamin

karyawan-karyawannya bekerja pada fungsi-fungsi dan level yang relevan, dalam kaitan

dengan menjamin kesesuaian sistem yang dijalankan dengan kebijakan, prosedur

dan persyaratan-persyaratan dalam sistim serta konsekuensi K3, baik aktual

maupun potensial dalam menjalankan aktifitas kerja.

6. Inspeksi dan Perbaikan K3

Organisasi harus menetapkan inspeksi, pengujian dan pemantauan

berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3 yang ditetapkan, frekuensi inspeksi,

pengujian dan pemantauan harus disesuaikan dengan obyeknya. Personel yang

terlibat mempunyai kompetensi cukup pengalaman, catatan, rekaman hasil

inspeksi, pengujian, dan pemantauan dipelihara dan tersedia dengan baik bagi

tenaga kerja, kontraktor yang terkait dan manajemen. Tindakan perbaikan segera

(35)

pemantauan, penyelidikan yang memadai harus dilakukan untuk menemukan

permasalahan dari suatu insiden.

7. Prosedur Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan dapat berupa inspeksi dan audit yang bersifat

internal, pemeriksaan harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi

di bidang K3, khususnya K3 dibidang pekerjaan konstruksi. Pemeriksaan yang

bersifat inspeksi dapat dilaksanakan secara harian (daily), mingguan (weekly),

bulanan (monthly), yang harus dijalankan secara tetap dan kontinyu untuk

mempertahankan hasil yang telah dicapai.

Pemeriksaan yang bersifat audit tentunya dilaksanakan secara berkala tiap

2 (tiga) bulan sekali atau 6 (enam) bulan sekali, ketentuan ini berlaku mengikuti

standar/ketentuan audit yang diberlakukan pada umumnya oleh badan internal

organisasi dan/atau badan auditor.

Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di

bidang kerjanya dan mendapat pengesahan serta verifikasi oleh petugas yang

mempunyai kompetensi K3 atau yang diberi kewenangan akan hal ini dalam

bidang K3. Kegiatan pemeriksaan dapat dimulai dari pengendalian kegiatan pada

material dan pergudangan (logistic) termasuk juga dalam penerimaan akan

barangmasuk, penyimpanan/penempatan, pengambilan/pengeluaran/pemindahan,

pemasangan, pemeliharan, pengelolaan peralatana konstruksi dan fasilitas

pekerjaan konstruksi lainnya serta penanganan kesehatan dan tingkungan,

semuanya ini harus dipastikan terintegrasi dalam strategi pencegahan risiko

(36)

Pemeriksaan yang bersifat inspeksi maupun audit keduanya mempunyai

sifat yang sama yakni, untuk memastikan bahwa penerapan dan pelaksanaan

sistim manjemen K3 telah dijalankan sesuai kaidah-kaidah/standar K3. Sedangkan

audit lebih ditekankan pada pencapaian sasaran dan target, penanganan

ketidaksesuaian (noncorforming), dan tindak lanjut hasil inspeksi.

8. Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan lebih ditujukan dan bersifat memperbaiki keadaan

situasi terhadap bahaya yang akan timbul. Tindakan perbaikan yang dilaksanakan

dilapangan secara umum menjadi tanggung jawab pimpinan unit kerjanya, dan

perbaikan dapat dilakukan dengan temuan menyimpang dari ketentuan/strandar

yang ditentukan dalam sasaran dan program Kerja K3 sesuai dengan

pengembangan kondisi pekerjaan dilapangan yang sebelumnya tidak terdapat

antisipasi bahayanya atau belum ditinjau tingkat keseuaiannya, guna

penyempurnaan untuk mencegah terjadinya kesalahan penggunaan

bahan/material/prosedur opersionil sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja

yang akan berujung pada rekomendasi hasil inspeksi, pengujian dan

commissioning yang termasuk pada pekerjaan fase pemindahan, penempatan,

pemasangan/ perakitan dan pelepasan/pembongkaran kembali.

9. Prosedur Pengendalian

Pengendalian disini maksudnya adalah untuk memantau dan mengukur

pencapaian kinerja K3, yang meliputi proses K3 didasarkan dengan adanya

(37)

Pengukuran (Evaluasi) dan peningkatan kinerja K3. Pengukuran adalah

pengukuran kinerja, dilakukan didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan

sebelumnya berupa parameter kinerja, cara penilaian tingkat pemahaman

pengetahuan dan partisipasi pekerja dalam kegiatan K3, termasuk partisipasi

pengunjung/tamu/subkontraktor/vendor/mitra kerja yang terkait pelaksanaan kerja

konstruksi dilapangan, statistik angka insiden/kecelakaan tingkat keparahan dan

frekuensi insiden ataupun kecelakaan, termasuk jumlah jam kerja yang hilang.

10. Pengendalian Administratif

Prosedur dan instruksi kerja yang dibuat harus mempertimbangkan segala

aspek K3 pada setiap tahapan, rancangan tinjauan ulang prosedur dan instruksi

kerja harus dibuat oleh personel yang mempunyai kompetensi kerja dengan

melibatkan pelaksana yang terkait. Dalam hal ini personel yang melaksanakan

harus diberikan pelatihan agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya. Prosedur dan instruksi kerja ini juga harus ditinjau secara berkala,

untuk memastikan bahwa prosedur dan instruksi kerja tersebut terkendali sesuai

dengan perubahan keadaan yang terjadi seperti pada peraturan

perundang-undangan, peralatan, proses atau bahkan bahan baku yang digunakan.

Pemeriksaan dan operasionil (implementation and operation), umpan balik

& pengukuran kinerja (feedback from measuring performance) dan audit adalah

sebagai masukan untuk melakukan pemeriksaan dan tindakan perbaikan (checking

and corrective action) dan menghasilkan keluaran/output Tinjauan Manajemen

(38)

11. Siklus Penanganan K3

a. Siklus Harian K3

Siklus Harian K3 (Daily Safety Work Cycle) adalah suatu siklus aktifitas

safety yang rnempuyai periode ulang setiap hari. Aktifitas ini dilakukan oleh

kelompok-kelompok kecil pekerja yang menangani pekerjaan sejenis, dipimpin

langsung oleh kepala grup kerja.

(Sumber: Departemen PU, 2007)

b. Siklus Mingguan K3

Siklus Mingguan K3 (Weekly safety work cycle) dilakukan periodik

mingguan, biasanya pada akhir minggu. Hal ini perlu dilakukan untuk tujuan

mengevaluasi oleh manajemen proyek terhadap grup-grup kerja, menyampaikan Safety Talk

Morning

Inspection to

start work Final Check

Patrol,

guidance, and

supervision Site clean up

DAILY

SAFETY

WORK

Gambar 2.2

(39)

informasi-informasi dari manajemen proyek kepada grup-grup kerja, serta

mengadakan interaksi satu grup kerja dengan grup kerja lainnya, sehingga akan

terjadi tukar menukar pengalaman yang diperoleh suatu grup kerja selama satu

minggu berjalan.

c. Siklus Bulanan K3

Siklus Bulanan K3 (Monthly safety work cycle) dilakukan secara

periodik bulanan, biasanya terletak pada akhir bulan. Hal ini perlu dilakukan

untuk tujuan menyampaikan informasi dari manajemen proyek kepada personil,

mengevaluasi K3 oleh manajemen proyek terhadap pelaksanaan K3 pada

proyek konstruksi selama satu bulan, serta penentuan program-program kerja

yang bersifat strategis.

12. Audit K3

Organisasi harus menyusun dan memelihara prosedur audit dan program

audit dalam rangka pemeriksaan pada sistem manajemen K3, dengan tujuan

mengetahui kesesuaian dengan sistim manajemen K3. Program audit lengkap

dengan jadwalnya yang dilaksanakan secara berkala, harus didasarkan pada hasil

dari penilaian risiko dari aktifitas organisasi dari hasil audit sebelumnya.

Pelaksanaan audit dilaksanakan secara sistimatik terhadap pekerjaan yang

menjadi obyek audit oleh personil yang mempunyai kompetensi dalam kerja

audit, dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan sistim manjemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang diterapkan. Prosedur audit mencakup lingkup,

frekwensi, metodologi,kompetensi, wewenang dan persyaratan-persyaratan untuk

(40)

Frekuensi audit harus ditentukan atas hasil tinjauan ulang audit sebelumnya

oleh manajemen, rekaman hasil audit ini harus disebar luaskan ke unit-unit yang

terkait dengan observasi audit. Hal ini guna memastikan agar tidak akan terjadi

ketidaksesuaian yang sama pada unit-unit lain yang belum dilaksanakan audit,

dimana hasil audit sebelumnya menjadi acuan tindakan perbaikan dan

peningkatan pelaksanaan K3 yang berkelanjutan.

Inspeksi harian biasa dilakukan oleh safety officer tetapi yang lain juga

secara berkala melakukan inspeksi proyek untuk memenuhi rencana keselamatan

& kesehatan kerja (Safety & Health Plan) dalam hal ini mewakili Pemilik

proyek/owner, perusahaan asuransi dan dinas-dinas terkait dari instansi

pemerintahan. Seringkali dilakukan bersama dalam membantu Safety Officer

lapangan.

13. Investigasi Kecelakaan

Hal ini penting bahwa setiap kecelakaan harus di lakukan investigasi, seperti

penyebabnya, dan membuat laporan secara lengkap apa yang terjadi dan mengapa

bisa terjadi, sering dengan gambar. Laporan ini biasanya diperlukan oleh

perusahaan asuransi yang melindungi akibat adanya kerugian akan tetapi juga

penting untuk peningkatan kinerja K3 Kontraktor.

14. Fasilitas Kesehatan dan Testing Perobatan

Diperlukan pengaturan terhadap Rumah Sakit terdekat dan Dokter untuk

membantu bila terjadi kecelakaan setelah dilakukan pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) di lapangan, seperti halnya menetapkan dan menyiapkan

(41)

pemerintah, memerlukan program dari beberapa jenis pengujian obat terhadap

personel sebagai persyaratan K3 (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

2.3.3 Output Pelaksanaan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

MenurutOccupational Health and Safety Assessment (OHSAS) hasil output

dari pelaksanaan rencana dari K3 dapat memberikan efek yang positif pada

kegiatan itu sendiri antara lain :

1. Mengurangi Cidera

Rencana Keselamatan & Kesehatan Kerja di laksanakan dengan baik akan

mengurangi cidera pada tenaga kerja dan menaikan citra moril dari jumlah tenaga

kerja yang pernah terkait secara langsung maupun tidak langsung pada kegiatan

konstruksi tersebut.

2. Mengurangi Biaya Asuransi

Tingkat kecelakaan pada santunan biaya untuk pengobatan cidera merendah

yang akan berdampak mengurangi biaya premi asuransi.

3. Meningkatkan Reputasi

Pemilik proyek menjadi tertarik kepada kontraktor yang memiliki reputasi

yang baik dan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerja yang terlibat ikut serta

dalam proyek konstruksi tersebut, pekerja juga akan cenderung menginginkan

bekerja dengan perusahaan yang mengutamakan pada Keselamatan & Kesehatan

Kerja.

4. Meningkatkan Produktivitas

Kecelakaan menghasilkan penurunan produktivitas di lapangan, yang mana

(42)

merencanakan dan tindakan mencegah terjadinya kecelakaan seminimal mungkin

akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

2.4 Kecelakaan Kerja

Menurut Australia/New Zealand Standard For Risk Management

(AS/NZS 4630) (2004) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan

yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mengakibatkan cidera/kematian

terhadap orang, kerusakan harta benda atau terhentinya proses produksi, semua

kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan namun berpotensial

menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan, atau kerugian lainnya. Kecelakaan

Kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang

dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian

kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini

digunakan juga untuk kejadian yang dapat menyebabkan merusak lingkungan.

2.4.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi di tempat bekerja pada

dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu secara kondisi dan tindakan :

a. Kondisi berbahaya yang berkaitan dengan:

1). Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain.

2). Lingkungan kerja: kebisingan, penerangan, dan lain-lain.

3). Proses produksi: waktu kerja, sistem, dan lain-lain.

4). Sifat kerja.

5). Cara kerja.

(43)

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan.

2) Cacat tubuh yang tidak kelihatan.

3) Keletihan dan kelelahan.

4) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

Menurut Winjani (2010) secara umum terdapat dua penyebab dari

terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab langsung (immediate causes) dan

penyebab dasar (basic causes):

a. Penyebab Langsung

Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa

dilihat dan dirasakan secara langsung, dikarenakan adanya tindakan-tindakan

tidak aman (unsafe acts) dan kondisi- kondisi yang tidak aman (unsafe

conditions).

Dari beberapa hasil riset menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan

faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang paling sering terjadi, berdasarkan

riset tersebut, 80% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act)

yang dan 20% oleh kondisi tidak aman (unsafe condition). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa perilaku tidak aman (unsafe act) memegang pengaruh yang

besar terhadap kecelakaan kerja dibandingkan dengan kondisi tidak aman (unsafe

condition) perilaku tidak aman (unsafe act)adalah suatu tindakan seseorang yang

menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya

bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di sekitarnya.

Pendapat lain yang berkenaan, unsafe act adalah setiap perbuatan atau kondisi

(44)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsafe act adalah semua

tindakan yang dilakukan oleh seseorang (human factor), dimana tindakan tersebut

dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan maupun lingkungan

yang ada di sekitarnya.

b. Penyebab Dasar

Faktor dari kepribadian dan faktor kerja/lingkungan kerja. Faktor

manusia/pribadi, antara lain karena: kurangnya kemampuan fisik, mental dan

psikologi, kurangnya/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/ keahlian, stres,

motivasi yang tidak cukup/salah. Sedangkan faktor kerja/ lingkungan, antara lain

karena: tidak cukup kepimpinan atau pengawasan, tidak cukup pengetahuan, tidak

cukup pembelian/pengadaan barang, tidak cukup perawatan, tidak cukup

standar-standar kerja, penyalahgunaan.

2.4.2 Teori Kecelakaan Kerja

Terdapat sejumlah teori tentang kecelakaan. Teori tersebut memberikan

pengertian terhadap tindakan preventif dan menggambarkan semua faktor yang

berkaitan terhadap terjadinya kecelakaan atau memperkirakan dengan

alasan-alasan yang akurat kemungkinan sebuah kecelakaan akan terjadi. Beberapa

teori-teori kecelakaan adalah sebagai berikut (Colling,1990):

1. Teori Domino Heinrich

Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang

saling berhubungan: kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman,

(45)

pekerja terjadi sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya

kecelakaan diuraikan dengan Domino Sequenceberupa:

a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak baik

yang diperoleh karena faktor biologi keturunan, pengaruh lingkungan dan

pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-hati, dan banyak

membuat kesalahan.

b.Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan

pekerjaan.

c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang berbahaya

disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian

berikutnya.

d.Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dimana pada umumnya

disertai dengan kerugian.

e.Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan

(46)

Timeline

Gambar 2.2

Teori Domino Heinrich

(Sumber : Bhardwaj, 2010)

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika

satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan

roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita

kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa

beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.

Menurut Heinrich (1931), kunci untuk mencegah kecelakaan adalah

dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor

penyebab kecelakaan. Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak

(47)

ini,Teori Domino Heinrich menjadi teori ilmiah pertama yang menjelaskan

terjadinya kecelakaan kerja.Kecelakaan tidak lagi dianggap sebagai sekedar nasib

sial atau karena peristiwa kebetulan.

Pada tahun 1967, Birds memodifikasi teori domino Heinrich dengan

mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu

kecelakaan, yaitu manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan

kerugian. Dalam teorinya, Bird mengemukakan bahwa usaha pencegahan

kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memeperbaiki manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar (unsafe acts) dan

kondisi di bawah standar (unsafe conditions) merupakan penyebab langsung suatu

kecelakaan dan merupakan penyebab utama dari kesalahan manajemen.

2. TeoriSwiss Cheese Model

Dalam teori ini, Reason (1990) membagi penyebab kelalaian/kesalahan

manusia menjadi 4 tingkatan diantaranya : tindakan tidak aman (unsafe acts),

pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (preconditions for

unsafe acts), pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision), pengaruh

organisasi (organizational influences). Berbeda dengan teori Domino Heinrich,

Swiss Cheese Modelmemberikan informasi perihal bagaimana suatu tindakan

tidak aman dapat terjadi. Informasi berikut, menunjukkan bagaimana terjadinya

suatu tindakan tidak aman itu, yang berasal dari manusia itu sendiri Types of

Human Errors:

1. Tindakan tidak aman (Unsafe Act):

(48)

- Pelanggaran (Violations)

2. Penyebab tindakan tidak aman (Preconditions for Unsafe Acts):

- Kondisi operator (Conditions of operator)

- Kurangnya praktek dari operator (Poor practice of operator)

3. Pengawasan yang tidak aman (Unsafe Supervision) :

- Kurangnya pengawasan (Inadequate supervision)

- Perencanaan yang kurang tepat (Improper planning)

- Kesalahan yang tidak diperbaiki (Failure to correct problems)

- Pelanggaran dari pengawasan (Supervisory violation)

4. Pengaruh organisasi (Organizational Influences) :

- Iklim organisasi (Organizational climate)

- Proses organisasi (Organizzational process)

Dalam Swiss Cheese Model, berbagai macam types of human errors ini

merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini (unsafe act,

preconditions for unsafe acts, unsafe supervisions, and organizational influences)

sama-sama mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.

Dalam berbagai aspek, teori ini mampu memberi banyak sumbangan atas

pencegahan kecelakaan kerja. Agar kecelakaan dapat dicegah, manajemen mesti

mengenali secara spesifik kemungkinan terjadinya kelalaian/kesalahan manusia

pada tiap tahapan pekerjaan yang dilakukan karyawan. Melalui pendekatan ini,

karyawan tidak lagi menjadi pihak yang dipersalahkan jika suatu kecelakaan

terjadi. Melalui Swiss Cheese Model, manajemen yang justru dituntut untuk

(49)

3. Teori Kecelakaan Pettersen

Model ini menyertakan 2 (dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti

yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem.

Penyebab-penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu

atau keduanya. Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada

3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang keliru.

Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan yang keliru.

Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui

keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan

memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini

lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya dengan tidak aman

daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas

sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini

mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan

manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaan

yaitu overload, ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini

mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi

yang disadari atau secara tidak sadar bertindak tidak aman.

4. TeoriLoss CausationModel

Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan

penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting dalam

rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan

(50)

disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat

dalamLoss CausationModel, yang terdiri dari:

1. Kurangnya pengendalian (Lack of Control)

Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam mencegah terjadinya

kecelakaan. Penyebablack of controlyaitu:

a. Inadequate programe; hal ini dikarenakan program yang tidak memadai dalam

hubungannya dengan ruang lingkup.

b.Inadequate programe standards; tidak spesifiknya standar, standar kurang jelas

atau standar tidak baik.

c.Inadequate compliance -with standards; kurang patuhnya terhadap pemenuhan

standar yang sudah ditetapkan merupakan penyebab yang sering terjadi.

2. Penyebab dasar (Basic Causes):

a. Personal dari faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.

b. Faktor pekerjaan atau tidak sesuainya desainengineering.

3. Penyebab secara langsung (Immediate Causes)

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak

dengan bahaya.Immediate causesmeliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi.

Faktor substandard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit

tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain.

2.4.3 Klasifikasi Kecelakaan

Menurut International Labour Organization (ILO) (1962) sebuah badan

yang menampung isu perburuhan internasionalklasifikasi kecelakaan akibat kerja

(51)

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan, antara lain:

- Terjatuh

- Tertimpa benda jatuh

- Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh

- Terjepit oleh benda

- Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena arus listrik

- Kontak dengan bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi

2. Klasisfikasi menurut penyebab, antara lain:

- Mesin

- Alat angkut dan alat angkat

- Peralatan lain

- Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

- Lingkungan kerja

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan, antara lain:

- Patah tulang

- Diskolasi atau keseleo

- Regang otot atau urat

- Memar dan luka dalam yang lain

- Amputasi

- Luka-luka lain

(52)

- Luka bakar

- Keracunan-keracuan mendadak

- Akibat cuaca dan lain-lain

- Mati lemas

- Pengaruh arus listrik

- Pengaruh radiasi

- Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh, antara lain:

- Kepala

- Leher

- Badan

- Anggota atas

- Anggota bawah

- Banyak tempat

- Kelainan umum

2.4.4 Pencegahan Kecelakaan

Menurut Bennett dan Silalahi (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan

harus didekati dengan dua aspek, yakni :

a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dsb).

b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Kegiatan pencegahan kecelakaan dan keselamatan kerja ditindak lanjuti

(53)

a. Memperkecil/menekan kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja,

material dan struktur perencanaan

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada

dalam perusahaan tersebut.

c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang

kecelakaan dan keselamatan kerja.

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja

2.5 Analisis Bahaya

Peninjauan yang sistimatik terhadap proses proyek konstruksi untuk tujuan

identifikasi semua bahaya terhadap personel yang terlibat didalam pelaksanaan

konstruksi termasuk masyarakat atau pemasok barang yang keberadaanya

sebentar di lapangan. Biasanya dilaksanakan oleh tenaga ahli dibidang K3 (safety

engineer) kontraktor dengan bantuan struktur uraian pekerjaan (Work Breakdown

Structure) dan pengawasan pelaksanaan konstruksi, dimana hal ini bagian dari

identifikasi risiko. Organisasi bertanggung jawab menyusun dan memelihara

prosedur tentang perencanaanidentifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian,

dan dokumentasi dalam memenuhi kebijakan K3 yang ditetapkan.

Menurut Winjani (2010) data dari Labor Occupational Health Program

(1962) menyebutkan bahwa bahaya ditempat kerja adalah segala sesuatu di tempat

kerja yang dapat malukai pekerja, baik secara fisik maupun mental.

Bahaya merupakan potensi yang dimiliki oleh bahan/ material, proses atau

cara dari pekerja yang dapat menimbulkan kerugian terhadap keselamatan dan

(54)

dapat menyebabkan terjadinya cidera pada pekerja, kerusakan pada peralatan,

lingkungan, dan struktur.

Jenis-jenis Bahaya

Menurut Soehatman (2009)jenis-jenis bahaya Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) saat berada di tempat kerja sebagai berikut :

1. Bahaya fisik (Physical Hazard)dapat berupa radiasi, temperatur ekstrim, cuaca,

pencahayaan, getaran, tekanan udara.

2. Bahan kimia (Chemical Hazard) bahaya berbentuk gas, cair, padat yang

mempunyai sifat racun (toxic), iritasi (irritant), sesak napas (asphyxia), mudah

terbakar(flammable), meledak (explosive),berkarat(corrosive).

3. Bahaya biologis (Biological hazard) bahaya yang dapat berasal dari

mikroorganisme khususnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti

bakteri, jamur, virus.

4. Bahaya ergonomik merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

pada tubuh secara fisik sebagai akibat dari ketidaksesusaian dan cara kerja yang

salah

5. Bahaya mekanis (Mechanical Hazard) bahaya yang terdapat pada benda-benda

yang bergerak serta dapat menimbulkan dampak luka bahkan kematian seperti

terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, terjepit.

6. Bahaya kelistrikan (Electrical hazard) merupakan bahaya yang berasal dari

arus aliran listrik.

7. Bahaya psikologi (Psychological Hazard Stress) dapat berupa tekanan

(55)

2.6 Risiko

Menurut Australia/New Zealand Standard atau disebut juga AS/NZS 4360

(2004), risiko adalah suatu kesempatan dari kejadian atau peristiwa yang dapat

menimbulkan dampak pada sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya

kemungkinan terjadinya suatu kasus dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.

Likelihood

Consequence

Gambar 2.3

Likelihood vs Consequences

(Sumber : Bhardwaj, 2010)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa risiko tidak dapat hilang/menjadi

nol, bahaya akan selalu ada dalam semua aktifitas dan selalu memiliki

konsekuensi yang tidak diinginkan, dan kemungkinan terjadinya selalu ada.

Konsekuensi dan kemungkinan tersebut dapat dikurangi, tetapi tidak pernah dapat

dihilangkan, seperti yang gambar diatas, di mana kedua sumbu didekati selalu

Gambar

Gambar 2.1Bagan Elemen Kesuksesan K3 (OHSAS 18001:1999)
Gambar 2.2Siklus aktifitas harian K3
Gambar 2.2Teori Domino Heinrich
Gambar 2.3Likelihood vs Consequences
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Proyek Pembangunan Peluasan Hotel Mercure 8 Lantai Pontianak ini, perencanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diawali dengan melakukan analisa kecelakaan

Hasil terbaik yang dimaksudkan tersebut yaitu salah satunya dengan selesainya suatu pekerjaan proyek konstruksi dengan tepat waktu, namun hal tersebut sering tidak dapat tercapai

Dari hasil analisis pengisian kuisioner yang diperoleh dari Responden terkait dengan factor factor penerapan K3 ternyata yang sangat berpengaruh atau sangat dominan adalah

resiko sedang ( Medium Risk ) yaitu variabel peralatan dan lingkungan kerja. 2) 4 sub variabel yang dikategorikan memiliki rengking risiko tinggi ( Hight Risk ) yaitu variabel

Mc Dermot Indonesia telah memenuhi standar pelaksanaan sesuai ISO 9002 dan risiko kecelakaan kerja yang sering terjadi pada proyek konstruksi Total Tyra Location TEG adalah terjepit

Implementasi program 5 standar penerapan K3 dan tingkat risiko yang dihadapi dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada proyek pembangunan gedung Puskesmas Juanda Kota

Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja 2.2.5 Alat Pelindung Diri Peralatan standar keselamatan dan kesehatan sangat penting dalam proyek konstruksi dan harus

Diagram Pengelompokan Identifikasi Bahaya INPUT PROSES OUTPUT Data teknis dan dokumen pendukung WAWANCARA DAN PENGAMATAN LAPANGAN Pertanyaan terkait metode kerja, elemen