• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran PKN di kelas V SD Campagaya Kec. Galesong

Utara Kab. Takalar pada siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan yang diakhiri dengan pemberian tes. Pertemuan pertama hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 dan pertemuan kedua hari Rabu tanggal 4 September 2014.

Proses pembelajaran PKN melalui teknik pembelajaran Braintorming dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam pembelajaran IPS melalui teknik Brainstorming pada siklus pertama, yaitu berdoa bersama, mengabsen murid, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar PKn pada murid kelas V SDN Campagaya, maka diterapkan model pembelajaran Brainstorming).

37

Kegiatan inti yang dilakukan guru adalah peserta didik dibagi dalam 4 orang setiap kelompok, guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk dibahas.

Siswa semula bekerja dalam setiap kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu pada kelompok lain kemudian dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja atau informasi pada kelompok lain, tamu mohon diri dan kembali pada kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain dan dan kelompok kembali mencocokkan atau membahas hasil kerja mereka. selanjutnya guru membuat kesimpulan.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir yaitu guru bersama murid melakukan refleksi, memotivasi murid dalam belajar dan memberikan pekerjaan rumah.

3. Observasi

Hasil observasi untuk meningkatkan hasil belajar PKN dengan menerapkan model pembelajaran brainstorming pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Lembar observasi murid dari rekaman keaktifan murid dalam siklus I

No Komponen yang di amati

Pertemuan Siklus I

I II III

Rata-rata Persentase 1 Jumlah Murid yang hadir 23 25 25 24,34 93,39 % 2 Jumlah Murid yang memperhatikan 18 20 21 19,67 75,64 %

38

penjelasan

3 Jumlah Murid yang melakukan

kegiatan lain 5 5 4 4,67 17,95%

4 Jumlah Murid yang keluar masuk

2 1 - 1 3,85%

5 Murid bertanya tentang materi yang

belum dipahami. 4 5 5 4,67 17,95 %

6 Keaktifan Murid bekerja sama

dengan kelompoknya. 5 7 7 6,34 24,35 %

7 Jumlah Murid yang berani tampil membacakan hasil diskusi dengan kelompoknya

10 8 8 8,67 33,33 %

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil observasi murid pada saat pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh saat menerapkan model pembelajaran brainstorming) pada siklus I yaitu :

a. Pertemuan pada siklus I merupakan awal penerapan meningkatkan hasil belajar IPS yang biasa dialami oleh murid akan tetapi dalam penggunaan model pembelajaran brainstorming, pertemuan ini merupakan tahap pengenalan dan tahap adaptasi terhadap suasana baru yang beda pada suasana sebelumnya.

b. Persentase kehadiran murid pada saat pembelajaran selama siklus I adalah 93,39%.

c. Persentase murid yang memperhatikan penjelasana melalui model pembelajaran brainstorming adalah 75,64%.

39

d. Persentase murid yang melakukan kegiatan lain selain memperhatikan materi yang dijelaskan selama proses pembelajaran berlangsung adalah 17,95%.

e. Persentase murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran berlangsung adalah 3,85%.

f. Setiap pertemuan pada siklus I peneliti melihat keaktifan murid bekerja sama dengan kelompoknya adalah 24,35%.

g. Pada saat menyajikan materi, peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada murid yang belum dimengerti serta memberikan latihan adalah sebanyak 17,95%.

h. Pada saat pemberian tugas dan jumlah murid yang berani tampil dalam membacakan hasil diskusi kelompoknya adalah 33,33%.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hasil observasi mengenai peningkatan hasil belajar PKN pada murid kelas V SDN Campagaya,Takalar dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.1. Grafik Observasi Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Brainstorming) Pada Siklus I.

Keterangan:

I = Murid yang hadir pada saat pembelajaran.

II = Murid yang memperhatikan materi.

III = Murid yang melakukan kegiatan lain.

IV = Murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran V = Murid yang mengangkat tangan saat peneliti bertanya.

VI = Murid yang bekerja sama dengan kelompoknya.

VII = Murid yang berani mambacakan hasil diskusi kelompoknya di kelas.

40

Setelah melaksanakan 3 kali pertemuan pembahasan dan dilakukan observasi maka dilaksankanlah evaluasi. Pada siklus I dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid dalam PKn. Berdasarkan evaluasi tersebut, hasil belajar murid pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Statistik Skor Penguasaan Murid Pada Tes Siklus I Statistik Nilai Statistik

Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata KKM

26 100

45 90 64,42

65

=

= 64,42

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Peningkatan Hasil Belajar PKn Pada Murid Siklus I.

41 grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.2. Grafik Batang Kategori Hasil Belajar Murid Siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran PKn yang diperoleh murid setelah menerapkan model pembelajaran Brainstorming) yaitu :

42

Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam meningkatkan hasil belajar untuk murid kelas V SD Inpres Bontosungu Kab. Gowa, setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Brainstorming) berada pada skor rata-rata sedang. Hal ini terlihat pada skor hasil tes murid pada siklus I

sedangkan kategori rendah frekuensi 7 orang atau 26,93%.

Apabila hasil belajar murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I

Skor Kategori belajar murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa, terdapat 14 orang atau 53,85% dalam kategori tuntas dengan skor hasil tes lebih besar atau sama dengan 6,5 sedangkan murid yang berada pada kategori tidak tuntas terdapat 12 orang atau 46,15,% dengan skor hasil tes kurang dari 65.

43

Data hasil persentase diatas terlihat bahwa hasil tes pada siklus I belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran brainstorming) dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar IPS masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian diperlukan lanjutan untuk siklus berikutnya ke siklus II.

4. Refleksi

Siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada siklus I tampak masih ada murid yang tidak hadir mengikuti pelajaran baik mengikuti pelajaran baik itu tidak hadir tanpa keterangan maupun yang sakit. Hal ini disebabkan karena murid menganggap bahwa pembelajaran IPS itu sulit dan rumit, serta soal-soal IPS sulit diselesaikan.

Pada pertemuan pertama merupakan pertemuan awal dengan menerapkan model pembelajaran baru yang berbeda dengan apa yang dipergunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sehingga pertemuan ini merupakan tahap awal perkenalan dan penyesuaian terhadap model yang diterapkan, hal ini menyebabkan pada pertemuan pertama kurang berjalan efektif. Pada pertemuan berikutnya murid mulai beradaptasi dengan model yang diterapkan, walaupun penerapan pada pertemuan ini belum stabil, dan masih terdapat kekurangan-kekurangan terhadap pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang digunakan.

Sebelum masuk pada materi pelajaran guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian memberi motivasi kepada murid agar murid tertarik

44

terhadap materi pelajaran tersebut, tetapi dengan begitu masih banyak murid yang tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan materi.

Dari skor hasil belajar yang diperoleh murid pada siklus I masih nampak bahwa ketuntasan belajar murid hanya sekitar 53,85% atau berada dalam kategori sangat rendah. Dilihat dari kenyataan ini maka peneliti harus berusaha untuk memperbaiki semaksimal mungkin cara pengajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus selanjutnya.

Karena hasil yang didapat pada akhir siklus I belum menujukkan hasil yang optimal dan model yang digunakan belum terserap dengan baik oleh murid, maka perlu dilanjutkan pada siklus II.

a. Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan

Perencanaan siklus II pada tindakan kelas ini merupakan upaya untuk meningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan merupakan tindak lanjut dari silus I melalui. Perencanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, yaitu:

5) Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.

45

6) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

7) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.

8) Membuat alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran IPS di kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab.

Gowa pada siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan yang diakhiri dengan pemberian tes. Pertemuan pertama hari Kamis tanggal 11 Sepatember 2014, pertemuan kedua hari Rabu tanggal 13 September 2014 Dan pertemuan ketiga pada tanggal 15 September. Proses pembelajaran IPS melalui model Two Stay Two Stray (TSTS) dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

4) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus pertama, yaitu berdoa bersama, mengabsen murid, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

5) Kegiatan Inti

Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa, maka diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan inti yang dilakukan guru adalah peserta didik dibagi dalam 4 orang setiap kelompok, guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk dibahas. Siswa semula bekerja dalam setiap kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu pada kelompok lain

46

kemudian dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja atau informasi pada kelompok lain, tamu mohon diri dan kembali pada kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain dan dan kelompok kembali mencocokkan atau membahas hasil kerja mereka. selanjutnya guru membuat kesimpulan.

6) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir yaitu guru bersama murid melakukan refleksi, memotivasi murid dalam belajar dan memberikan pekerjaan rumah.

3. Observasi

Hasil observasi untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Lembar Observasi Murid, dari Rekaman Keaktifan Murid dalam Siklus II

No Komponen yang di amati

Pertemuan Siklus II

I II III Rata-rata Persentase

1 Jumlah murid yang hadir 26 26 26 26 100 %

2 Jumlah murid yang memperhatikan

penjelasan 23 24 25 24 92,31 %

3 Jumlah murid yang melakukan

kegiatan lain 3 2 1 2 7,69%

4

Jumlah murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran

berlangsung.

- - - 0 0

5 Murid bertanya tentang materi yang 5 4 4 4,37 16,67 %

47

belum dipahami.

6 Keaktifan murid bekerja sama

dengan kelompoknya . 8 8 13 9,67 37,17 %

7

Jumlah murid yang berani tampil membacakan hasil diskusinya di depan kelas .

6 4 4 4,67 17,95

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran IPS pada murid yang diperoleh saat menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus II yaitu :

a. Setelah siklus I berakhir dilanjutkan dengan siklus II, murid sudah mulai aktif dan terbiasa dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) hal ini terlihat pada adanya keefektifan penerapan yang dilakukan pada siklus kedua ini.

b. Persentase kehadiran murid pada saat pembelajaran siklus II adalah 98,71%.

c. Persentase murid yang memperhatikan materi melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah 92,31%.

d. Persentase murid yang melakukan kegiatan lain selain memperhatikan materi yang dijelaskan selama proses pembelajaran berlangsung adalah 7,69%.

e. Persentase murid yang keluar masuk pada pembelajaran berlangsung adalah 0%.

f. Setiap pertemuan pada siklus II peneliti melihat keaktifan murid yang bekerja sama dengan kelompoknya adalah 37.17%.

48

g. Pada saat menyajikan materi, peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada murid yang belum dimengerti serta memberikan latihan adalah sebanyak 16,67%.

h. Pada saat pemberian tugas dan evaluasi pada siklus II murid yang berani tampil dalam membacakan hasil diskusi didepan kelas adalah 17,95%.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hasil observasi dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.3. Grafik Observasi Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siklus II.

Keterangan :

I = Murid yang hadir pada saat pembelajaran II = Murid yang memperhatikan materi.

III = Murid yang melakukan kegiatan lain.

IV = Murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran V = Murid yang mengangkat tangan saat peneliti bertanya.

VI = Murid yang bekerja sama dengan kelompoknya.

VII = Murid yang beran itampil membacakan hasil diskusinya di kelas

0 20 40 60 80 100 120

I II III IV V VI VII

49

Setelah melaksanakan 3 kali pertemuan pembahasan dan dilakukan observasi maka dilaksankanlah evaluasi. Pada siklus II dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar murid. Berdasarkan evaluasi tersebut, hasil belajar murid pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.6. Statistik Skor Penguasaan Murid Pada Tes Siklus II Statistik Nilai Statistik diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Peningkatan Hasil Belajar IPS Murid Pada Siklus II.

No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1.

50

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.4. Grafik batang kategori hasil belajar murid siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa meningkatkan hasil belajar IPS yang diperoleh murid setelah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus II yaitu :

a. Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) berada pada skor rata-rata tinggi. Hal ini terlihat pada skor hasil tes murid pada siklus II adalah 82,69.

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

P e r s e n t a s e

Kategori

51

b. Dari skor hasil tes murid dalam meningkatkan hasil belajar, tidak ada murid yang berada pada kategori skor sangat rendah dan rendah, yang ada hanya kategori skor sangat tinggi dengan frekuensi 14 orang atau 53,85%, kategori tinggi frekuensi 10 orang atau 38,46% sedangkan kategori rendah frekuensi 2 orang atau 7,69%.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus II belajar semakin meningkat yaitu sebanyak 24 yang tuntas sedangkan yang tidak tuntas tinggal 2 dari 26 murid.

Untuk melihat hasil belajar murid dalam setiap siklus tercatat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus

Siklus

Skor Perolehan Murid Tuntas

Tidak Tuntas

Rendah Tinggi

Rata-rata Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

52

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata dalam meningkatkan hasil belajar murid setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) . Dari kategori sedang pada siklus I dengan skor rata-rata 64,42 dan KKM 65 dengan skor ideal 100. Pada siklus II dalam tabel juga menunjukkan bahwa pada siklus ini ketuntasan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai. Hal ini ditandai dengan jumlah murid yang mencapai ketuntasan belajar yang meningkat, yaitu dari 14 murid pada siklus I meningkat menjadi menjadi 24 murid pada siklus II.

Ketuntasan tersebut pada siklus II lebih banyak dari siklus I memberikan indikasi bahwa dalam meningkatkan hasil belajar murid mengalami peningkatan setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Refleksi

Pada siklus II memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan dengan siklus I karena di siklus ini telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa aspek yang merupakan kekurangan pada siklus I. Pada siklus ini murid motivasi murid dalam belajar meningkat dan sedikit demi sedikit sudah mampu menyelesaikan soal IPS secara individu. Sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar.

53

B. Pembahasan

Di dalam pembahasan ini akan diuraikan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa setelah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan hasil belajar IPS. Berdasarkan hasil kegiatan pada setiap siklus disimpulkan bahwa pada dasarnya meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memberikan suatu perubahan yang mendasar pada sikap dan motivasi belajar murid.

Pada siklus I, walaupun pada awalnya murid terlihat merasa asing dengan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang diterapkan, akan tetapi mengadakan penyesuaian dan beradaptasi. Sehingga murid merasa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Bukan hanya itu, ketika melihat hasil observasi dari siklus I dan siklus II terjadi perubahan yang sangat mendasar pada sikap murid ke arah yang lebih baik saat proses pembelajaran berlangsung.

Setelah mengadakan refleksi di siklus I dan melihat masih terdapat kekurangan dalam penerapannya, maka dilakukan perubahan kegiatan yang dianggap perlu demi tercapainya hasil yang lebih meningkat dibanding dengan hasil yang diperoleh dari siklus I.

Pada siklus II, terlihat bahwa motivasi murid lebih meningkat, sudah banyak murid memberanikan dalam bertanya kepada guru ketika masih ada materi yang belum dimengerti. Setelah mengadakan tes siklus II skor rata-rata yang dicapai oleh murid berada pada kategori tinggi yang sebelumnya pada siklus I hanya berada pada kategori sedang.

54

Sejumlah perubahan sikap murid secara terpenting berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi yang merupakan hasil pengamatan peneliti disetiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1. Skor rata-rata yang diperoleh murid setelah mengadakan tes dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 64,42 meningkat menjadi 82,69, ini akibat dari perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus II setelah mengadakan refleksi pada siklus I.

2. Kehadiran murid setiap pertemuan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan, dalam persentase menunjukkan siklus I sebanyak 93,39% dan siklus II 100%.

3. Pada persentase banyaknya murid yang memperhatikan materi terjadi peningkatan pada proses pembelajaran pada siklus I sebanyak 75,64% dan pada siklus II 92,31%.

4. Pada persentase banyaknya murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung mengalami penurunan, pada siklus I 17,95% dan pada saat siklus II hanya 7,69%.

5. Persentase murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran berlangsung juga mengalami penurunan, dari siklus I 3,85% dan siklu II 0%.

6. Persentase banyaknya murid yang bekerja sama dengan kelompoknya mengalami peningkatan yaitu, pada siklus I 24,35% dan siklus II 37,17%.

7. Persentase banyaknya murid yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti pada siklus I 17,95% turun menjadi 16,67 pada siklus II.

55

8. Persentase yang berani tampil membacakan hasil diskusi kelompoknya mengalami penurunan dari siklus I 33,33% menjadi 17,95% pada siklus II.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Dokumen terkait