• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH ASRIANI P UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OLEH ASRIANI P UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNIK BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MURID KELAS V SDN CAMPAGAYA

KECAMATAN GALESONG UTARA KAB. TAKALAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna memperoleh gelar sarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S.1 pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ASRIANI P.10540319809

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salahsatu tujuan negara Indonersia Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan Negara (Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nesionalpasal 1).

Salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang berkarakter, bersikap, inovatif, cerdas, terampil, dan kebersamaan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, adalah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan utama

(5)

2

Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebuadayaan dan filsafat bangsa Pancasila.

Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan sendiri masih banyak mengalami hambatan dan permasalahan, salah satunya adalah minimnya murid dalam memahami apa yang diajarkan oleh guru. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pelajaran yang ingin dicapai. Akibatnya murid terlihat dan merasa kurang bergairah belajar.

Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar mengajar murid, sehingga peningkatan hasil belajar yang diinginkan tidak tercapai.

Berdasarkan hasil observasi di atas yang di lakukan oleh penulis pada hari kamis, tanggal 5 Februari 2014 di kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dalam situasi belajar mengajar, hal itu yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pendidikan kewarganegaraan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan diperoleh keterangan bahwa nilai rata-rata hasil ulangan harian pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013-2014 hanya memperoleh nilai rata- rata 74 dengan murid yang tidak tuntas mencapai 15 orang dan murid yang tuntas mencapai 12 orang dari 27 murid.

Nilai rata-rata yang di peroleh murid tersebut jika di kaitkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73, maka dapat di katakan bahwa penguasaan murid terhadap materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan masih tergolong rendah. Rendahnya pencapaian nilai murid menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang di lakukan selama ini masih belum efektif.

(6)

3

Melihat kondisi di atas, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang mampu mengaktifkan murid dalam proses pembelajaran sehingga lebih memudahkan dalam memahami konsep pelajaran.

Salah satu metode yang dipandang mampu meningkatkan hasil belajar murid adalah metode Brainstorming (Sumbang Saran/Curah Pendapat).

Melalui penggunaan metode Brainstorming dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar diharapkan dapat mengatasi kesulitan murid dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan dan dapat menimbulkan kesan bermakna dalam diri individu murid sehingga hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkat.

Berdasarkan harapan dan kenyataan tersebut, peneliti bersama guru merencanakan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Meningkatkan Hasil Belajar PendidikanKewarganegaraan Melalui Penerapan Teknik Brainstorming pada Murid Kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diselidiki dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Teknik Brainstorming dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dari nilai rata- rata 74 menjadi 76 pada Murid Kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?”

(7)

4 C. PemecahanMasalah

Agar sasaran penelitian ini dapat tercapai, maka dalam mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, dilakukan Penelitian TindakanKelas (Classroom Action Research) melalui penerapan teknik Brainstorming pada murid kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

D. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan teknik Brainstorming pada murid kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil daripelaksanaanpenelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang berartiantara lain :

1. Manfaatbagimurid :

a. Memperbaiki cara belajar murid.

b. Kegairahan murid belajar semakin meningkat.

c. Perhatian murid terhadap pelajaran semakin terpusat.

d. Membantu murid dalam mencapai peningkatan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran PendidikanKewarganegaraan.

(8)

5 2. Manfaat bagi guru

a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

b. Sebagai salah satu sumber tambahan informasi bagi guru ataupun calon guru di SD dalam usaha untuk meningkatkan pemahamandanhasil belajar.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya pada Kelas VSD

b. Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dan sekolah lain pada umumnya.

4. Manfaat bagi peneliti

a. Diharapkan dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian.

b. Sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya.

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar

Istilah belajar merupakan istilah yang sudah biasa dikalangan masyarakat. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada murid akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan. Menurut Hudoyo (1990 : 1) mengemukakan bahwa “ belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan, keterampilan, kegemaran, dan sikap di modifikasi dan berkembang disebabkan belajar, karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu menjadi proses suatu kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku”.

Menuru Thursan Hakim (2000 : 1) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut di tampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain”.

Hal ini berarti peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di perlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.

Apabila tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang

(10)

tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain, ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Selanjutnya Sardiman (2005 : 20), menurut pendapat Cronbach, Harold Spears, dan Geoch mengungkapkan definisi belajar sebagai berikut:

1. Cronbach memberikan definisi “belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

2. Harold Spears memberikan batasan bahwa “belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk”.

3. Geoch mengatakan, “belajar adalah perubahan dalam h sebagai hasil praktik”.

Dengan belajar orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Hal ini juga sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto (2003 : 2) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dalam kaitan ini, (menurut Hamalik, 2002 : 45) “proses belajar merupakan bukti hasil yang diproses”.Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan dalam dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

(11)

Sementara Djamarah, Syaiful Bahri mengungkapkan “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang dengan kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dansebagainya.

Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bias dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya itu didapatkan dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.

Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono (2000 : 30 ) adalah sebagai berikut :

1. Belajar di lakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini di gunakan sebagai arah kegiatan dan tolak ukur keberhasilan belajar.

2. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat di wakilkan kepada orang lain. Jadi, bersifat individual.

3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila di hadapkan pada lingkungan tertentu.

(12)

keaktifan ini dapat terwujud karena memiliki berbagai potensi untuk belajar.

4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.

Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Adapun prinsip – prinsip dalam belajar :

1. Kesiapan belajar 2. Perhatian.

3. Motivasi.

4. Keaktifan siswa.

5. Mengalami sendiri.

6. Pengulangan.

7. Materi pelajaran yang menantang.

8. Balikan dan penguatan.

Belajar yang efektif dapat membantu murid untuk meningkatkan kemampuan yang di harapkan sesuai dengan tujuan yang intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar murid, guru harus memperhatikan kondisi internal dan eksternal murid. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri murid seperti, kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri murid misalnya ruangan belajar yang bersih, sarana dan prasaranaa belajar yang memadai sebagainya.

2. Tujuan Belajar

(13)

Tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan di mana tujuan belajar dikaitkan dengan perubahan tingkah laku.

Menurut Sudirman (1988 : 9) adapun “tujuan belajar” pada diri manusia mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan belajar mengubah tingkah laku ke arah yang lebih berkualitas.

2. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman.

3. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan nilai dan sikap.

4. Tujuan belajar sebagai suatu pembentukan keterampilan-keterampilan personal.

3. Pengertian Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar terdiri atas dua kata yakni “hasil” dan “belajar”.

Menurut kamus Bahasa Indonesia “hasil” berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu usaha. “belajar” mempunyai banyak pengertian di antaranya adalah belajar merupakan perubahan suatu proses.

Abburrahman (2003:37) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan yang menetap. Anak dikatakan berhasil dalam belajar apabila berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

(14)

Dalam pembelajaran tingkat penguasaan materi belajar murid dapat dilihat dari skor ketuntasan belajar mengajar yang diperoleh. Menurut Kartini dalam Husniar (2007 : 5), “ketuntasan belajar adalah besarnya tingkat penguasaan materi oleh murid setelah diberikan suatu tes dan setelah melalui proses belajar mengajar”. Tingkat keberhasilan murid dalam menguasai materi pelajaran dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang berupa tes hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar adalah suatu pola belajar yang mengharuskan pencapaian murid secara tuntas terhadap apa yang telah dipelajarinya dan berdasarkan skor penguasaan minimal yang telah ditetapkan (standar ketuntasan).

Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan belajar seseorang. Menurut Djamarah (1996:163) “hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan yang diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar”. Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar di atas maka kegiatan belajar mengajar dapat digunakan sebagai ukuran tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan murid setelah melakukan kegiatan belajar dalam bidang tertentu.

a. Fungsi Hasil Belajar

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas 2. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar

3. Meningkatkan motivasi belajar murid 4. Evaluasi diri terhadap kinerja murid

(15)

b. Tujuan Hasil Belajar

Tujuan Umum Hasil Belajar yaitu :

1. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik 2. Memperbaiki proses pembelajaran

3. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar murid Tujuan Khusus Hasil Belajar yaitu :

1. Mengetahui kemajuan dan hasil belajar murid 2. Mendiagnosis kesulitan belajar

3. Memberi umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar 4. Penentuan kenaikan kelas

5. Memotivasi belajar dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1. Faktor Guru

Di dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh karena itu guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media, dan mengalokasikan waktu.

Keterampilan ini menunjukkan bagaimana guru memperlihatkan perilakunya selama interaksi belajar mengajar berlangsung, yang terdiri dari : a. Keterampilan bertanya

b. Keterampilan menjelaskan c. Keterampilan mengelola kelas

(16)

d. Keterampilan memberi variasi e. Keterampilan memberi penguatan f. Keterampilan membuka pelajaran g. Keterampilan menutup pelajaran 2. Faktor Murid

Murid di dalam interaksi belajar mengajar adalah subjek yang akan mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar. Salah satu karakteristik umum dari murid adalah usia dan dapat dikategorikan ke dalam :

a. Usia Kanak-Kanak

b. Usia Sekolah Lanjutan Pertama c. Usia Sekolah Lanjutan Atas 3. Faktor Kurikulum

Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan ke kompetensi, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pelajaran.

Komponen pertama dan kedua yaitu kompetensi dan indikator merupakan tujuan pembelajaran dalam bentuk perilaku (hasil belajar) yang harus diukur dengan menggunakan berbagai teknik dan alat penilaian.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium,

(17)

tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas sekolah) dan lingkungan non fisik (cahaya ventilasi, suasana belajar, dan musik latar).

4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar a. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945].

Mata Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara untuk memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, adalah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Tujuan Mata PelajaranPendidikanKewarganegaraan

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

(18)

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti – korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Dimana ruang lingkup matapelajaran Pendidikan Kewaganegaraan meliputi aspek – aspek sebagai berikut :

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

(19)

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga Negara.

5. Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideology terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

5. Metode Brainstorming (Sumbang Saran/Curah Pendapat) a. Pengertian Brainstorming (Sumbang Saran/Curah Pendapat)

(20)

Brainstorming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian murid menjawab atau menyatakan pendapat atau komentar.

Brainstorming juga dapat diartikan sebagai bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, di mana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode Brainstorming pendapat-pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

Sedangkan menurut Moedjiono, dkk (1991) “metode Braistorming adalah suatu metode diskusi yang di dalamnya terjadi pencurahan gagasan secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau kebutuhan kelompok untuk mencapai suatu kebutuhan”.

Tujuan metode ini adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, dan pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

Selain itu, penggunaan metode ini juga bertujuan untuk menguras habis apa yang dipikirkan para murid dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut.

Dalam pelaksanaan metode ini, tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran murid sehingga mereka menanggapi, dan guru

(21)

tidak boleh mengomentari bahwa pendapat murid itu benar/salah. Guru hanya menampung semua pernyataan pendapat murid sehingga semua murid di dalam kelas mendapat giliran.

Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa Percaya pada diri sendiri Dalam mengembangkan ide-ide Yang ditemukan atau yang dianggapnya benar.

b. Kelebihan Brainstorming

Adapun kelebihan dari metode Brainstorming adalah : 1. Dapat merangsang semua murid untuk ambil bagian.

2. Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.

3. Melatih murid berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

4. Terjadi persaingan yang sehat.

5. Anak merasa bebas dan gembira.

6. Tidakmemerlukanpemimpin yang hebat.

c. Kelemahan Brainstorming

Adapun kelemahan dari metode Brainstorming adalah :

1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada murid untuk berpikir dengan baik.

2. Kadang-kadangpembicaraan hanya dimonopoli oleh anak-anak yang pandai saja.

3. Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.

4. Murid tidak segera tahu apakah pendapatnya betul atau salah.

(22)

5. Mudah terlepas dari control dan banyak anggota cenderung segera menilai pendapat yang diajukan.

Namun demikian, teknik atau metode ini sering menguntungkan.

Supaya berhasil sebaiknya digabungkan dengan teknik atau metode mengajar yang lain, misalnya metode Inquiry.

B. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar dan mengajar terjadi interaksi antara guru dan murid. Interaksi guru dan murid sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

Kedudukan murid dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar murid dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Namun banyak hal yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan salah satu di antaranya adalah diperlukan ketepatan metode atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Karena dengan menggunakan model atau pendekatan yang tepat maka akan menimbulkan motivasi belajar bagi murid. Pendekatan Brainstorming sebagai salah satu model pembelajaran yang baik untuk diterapkan khususnya pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan karena dapat meningkatkan nilai dan rasa percaya diri. Yang terpenting dalam penerapan teknik Brainstorming ini adalah murid tidak merasa bahwa belajar itu adalah suatu beban, akan tetapi merasa bahwa

(23)

belajar itu adalah suatu hal yang menyenangkan. Penerapan teknik Brainstorming pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan khususnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid kelas.

Adapun kerangka pikir peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui penggunaan teknik Brainstorming, digambarkan sebagai berikut :

Skema Kerangka Pikir

Pembelajaran

PendidikanKewarganegaraa n

Penerapan teknik Brain Storming

Refleksi Observasi

Pelaksanaan Perencanaan

HasilBelajarPendidikanKewa rganegaraan

Meningkat Tidak Meningkat

Tindak Lanjut

(24)

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian, yaitu “jika teknik Brainstorming diterapkan pada pembelajaran PendidikanKewarganegaraan pada muridkelas V SD NegeriCampagayaKecamatanGalesong Utara KabupatenTakalar, maka hasil belajar murid meningkat.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang mengkaji peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan teknik Brainstorming pada muridkelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Bentuk penelitian tindakan kelas yaitu berdaur ulang, meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan dua siklus. Desain penelitian ini disajikan dalam gambar berikut :

Sumber : Arikunto (2008: 16) Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS 1

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

(26)

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas V yang berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 17 orang perempuan pada tahun ajaran 2013/2014.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini yaitu teknik Brainstorming dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua fokus penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut :

1. Teknik Brainstorming merupakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi-materi bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian murid menjawab atau menyatakan pendapat atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.

2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan nilai hasil belajar murid kelas V yang diperoleh dari hasil tes (tes siklus pertama dan kedua).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada tiap siklus mencakup tahap-tahap sebagai berikut :

1. Perencanaan tindakan 2. Pelaksanaan tindakan

(27)

3. Observasi dan evaluasi 4. Refleksi.

Adapun prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaklukan pada tahap ini meliputi : a) Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).

b) Mengembangkan model pembelajaran teknik Brainstorming.

c) Membuat lembar observasi 2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini disesuaikan dengan rencana yang telah disusun dalam rencana pembelajaran. Uraian terhadap rencana pelaksanaan kegiatan dalam siklus dapat diuraikan sebagai berikut :

Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dengan kegiatan utama sebagai berikut :

- Mengembangkan model pengajaran dengan penerapan teknik Brainstorming.

- Menyusun perangkat skenario pembelajaran (RPP).

- Menyusun lembar kerja murid (LKS).

- Menyusun format observasi b. Tindakan

Tahap tindakan terdiri :

Mengembangkan teknik Brainstorming, yakni guru melemparkan suatu pertanyaan yang menarik kemudian menyuruh murid satu persatu menjawab

(28)

pertanyaan tersebut. Ada baiknya guru memberikan penguatan agar murid semakin termotivasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tersebut. Ada baiknya pula bila guru menggunakan dua metode yaitu penerapan teknik Brainstorming digabungkan dengan model pembelajaran Inquiry agar semakin berhasil.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pendekatan yang digunakan.

- Melakukan pembelajaran di kelas.

- Membentuk kelompok belajar murid.

- Melaksanakan diskusi kelompok.

- Memberikan tugas diskusi

- Membimbing murid selama diskusi berjalan.

- Memberikan pujian kepada semua kelompok yang melaksanakan diskusi.

- Memotivasi murid dengan memberikan penguatan verbal maupun non verbal.

- Melakukan evaluasi tertulis.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi

Kegiatan pada langkah ini adalah pencermatan, pengkajian, analisis, dan penilaian terhadap hasil observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Kelemahan atau kekurangan-kekurangan akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

(29)

Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus ke II merupakan refleksi dari siklus I. Oleh karena itu, langkah-langkah yang dilakukan relatif sama dengan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan kenyataan yang telah ditemukan di lapangan.

a. Perencanaan

1. Merancang tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung

4. Melakukan perbaikan pengajaran sehingga indikator hasil belajar di setiap pertemuan dapat tercapai

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan mengulangi kembali tahap-tahap pada siklus I serta mengadakan perbaikan atau penyempurnaan sesuai dengan hasil pada siklus I.

c. Observasi

Proses observasi yang dilakukan pada putaran kedua mengikuti teknik observasi pada putaran pertama.

d. Hasil Observasi

Data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis kemudian peneliti membuat kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan selama

(30)

dua siklus.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data. Sumber data adalah personal penelitian yang terdiri dari peneliti, guru, dan murid.

2. Jenis data. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

3. Cara pengambilan data. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar dengan pemberian tugas pada setiap akhir siklus dengan melihat hasil tugas-tugas murid atau melakukan observasi langsung. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dalam proses belajar mengajar.

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif yaitu rata-rata dan persentase, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi. Sedangkan analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi skor skala 5. Menurut Nurkancana (1986) bahwa “skor skala 5 minimal adalah pembagian yang terdiri dari 5 tingkatan penguasaan”.

Tabel 3.1. Kategori Skor Murid Tingkat Penguasaan Kategori

85 – 100 Sangat Tinggi

65 – 84 Tinggi

55 – 64 Sedang

(31)

35 – 54 Rendah

0 – 34 Sangat Rendah

G. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Indikator keberhasilan pembelajaran di kelas V SD Negeri Campagaya Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar melalui penerapan teknik Brainstorming adalah terjadinya peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dari siklus pertama ke siklus kedua.

(32)

55 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik pembelajaran Brainstorming dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas V SD Neg. Campagaya Kec. Galesong Utara Kab. Takalar.

Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar murid pada siklus I 64,42 meningkat pada siklus II menjadi 82,69. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 53,85% meningkat pada siklus II menjadi 92,31%.

Begitu pula aktivitas belajar murid mengalami peningkatan setelah diterapkan teknik pembelajaran Brainstorming yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi kehadiran murid, keaktifan murid pada saat proses belajar mengajar semakin meningkat, semakin banyaknya murid yang memperhatikan penjelasan guru, mengacungkan tangan dan menjawab soal dengan benar di papan tulis, serta murid atau kelompok yang menanggapi jawaban dari kelompok lain.

Karena terjadi peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses maka penerapan teknik pembelajaran Brainstorming efektif untuk meningkatkan hasil belajar PKN.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberapa hal yang disarankan adalah sebagai berikut :

(33)

56

1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan teknik Brainstorming sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar murid.

2. Murid yang hasil belajarnya tergolong rendah hendaknya diberikan perlakuan tindakan khusus berupa bimbingan, memberikan kesempatan mengerjakan soal-soal di papan tulis dan memberikan pekerjaan rumah yang lebih banyak sehingga murid tersebut mampu menyelesaikan soal dengan baik.

3. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan murid, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran lainnya.

4. Kepada penulis supaya dapat membuat penelitian yang lebih bagus dari sekarang dan juga dengan hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti selanjutnya untuk berpacu mencari hal-hal yang baru untuk diteliti dan untuk pengembangan diri pribadi untuk masa yang akan datang.

(34)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan pada bab I bahwa hasil belajar PKN murid kelas V SD Neg. Campagaya Kec. Galesong Utara Kab. Takalar masih di bawah standar ketuntasan minimal (KKM). Hal ini disebabkan karena dalam pengelolaan kelas, penyajian materi masih bersifat monoton sehingga murid kurang tertarik dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Dominasi guru dalam proses pembelajaran sehingga murid kurang tertarik dan bersifat pasif dalam menerima pelajaran. Kondisi seperti ini akan dipecahkan melalui penerapan model penerapan teknik Brainstorming .

Pada bab ini dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan model penerapan teknik Braistorming pada murid kelas V SD Neg. Campagaya Kec. Galesong Utara Kab. Takalar. Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, hasil dan pembahasan akan diuraikan berdasarkan data kuantitatif (data hasil belajar) dan data kualitatif (data hasil observasi).

Kegiatan pada Siklus I 1. Perencanaan

Perencanaan siklus I pada tindakan kelas ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar PKN melalui model penerapan teknik Brainstorming pada murid kelas V SD Neg. Campagaya Kec. Galesong Utara Kab. Takalar.

(35)

36

Perencanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar Perjuangan Kemerdekaan dan Lahirnya NKRI.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, yaitu:

1) Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.

2) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran teknik Brainstorming

3) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.

4) Membuat alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran PKN di kelas V SD Campagaya Kec. Galesong

Utara Kab. Takalar pada siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan yang diakhiri dengan pemberian tes. Pertemuan pertama hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 dan pertemuan kedua hari Rabu tanggal 4 September 2014.

Proses pembelajaran PKN melalui teknik pembelajaran Braintorming dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam pembelajaran IPS melalui teknik Brainstorming pada siklus pertama, yaitu berdoa bersama, mengabsen murid, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar PKn pada murid kelas V SDN Campagaya, maka diterapkan model pembelajaran Brainstorming).

(36)

37

Kegiatan inti yang dilakukan guru adalah peserta didik dibagi dalam 4 orang setiap kelompok, guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk dibahas.

Siswa semula bekerja dalam setiap kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu pada kelompok lain kemudian dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja atau informasi pada kelompok lain, tamu mohon diri dan kembali pada kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain dan dan kelompok kembali mencocokkan atau membahas hasil kerja mereka. selanjutnya guru membuat kesimpulan.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir yaitu guru bersama murid melakukan refleksi, memotivasi murid dalam belajar dan memberikan pekerjaan rumah.

3. Observasi

Hasil observasi untuk meningkatkan hasil belajar PKN dengan menerapkan model pembelajaran brainstorming pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Lembar observasi murid dari rekaman keaktifan murid dalam siklus I

No Komponen yang di amati

Pertemuan Siklus I

I II III Rata-

rata Persentase 1 Jumlah Murid yang hadir 23 25 25 24,34 93,39 % 2 Jumlah Murid yang memperhatikan 18 20 21 19,67 75,64 %

(37)

38

penjelasan

3 Jumlah Murid yang melakukan

kegiatan lain 5 5 4 4,67 17,95%

4 Jumlah Murid yang keluar masuk

2 1 - 1 3,85%

5 Murid bertanya tentang materi yang

belum dipahami. 4 5 5 4,67 17,95 %

6 Keaktifan Murid bekerja sama

dengan kelompoknya. 5 7 7 6,34 24,35 %

7 Jumlah Murid yang berani tampil membacakan hasil diskusi dengan kelompoknya

10 8 8 8,67 33,33 %

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil observasi murid pada saat pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh saat menerapkan model pembelajaran brainstorming) pada siklus I yaitu :

a. Pertemuan pada siklus I merupakan awal penerapan meningkatkan hasil belajar IPS yang biasa dialami oleh murid akan tetapi dalam penggunaan model pembelajaran brainstorming, pertemuan ini merupakan tahap pengenalan dan tahap adaptasi terhadap suasana baru yang beda pada suasana sebelumnya.

b. Persentase kehadiran murid pada saat pembelajaran selama siklus I adalah 93,39%.

c. Persentase murid yang memperhatikan penjelasana melalui model pembelajaran brainstorming adalah 75,64%.

(38)

39

d. Persentase murid yang melakukan kegiatan lain selain memperhatikan materi yang dijelaskan selama proses pembelajaran berlangsung adalah 17,95%.

e. Persentase murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran berlangsung adalah 3,85%.

f. Setiap pertemuan pada siklus I peneliti melihat keaktifan murid bekerja sama dengan kelompoknya adalah 24,35%.

g. Pada saat menyajikan materi, peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada murid yang belum dimengerti serta memberikan latihan adalah sebanyak 17,95%.

h. Pada saat pemberian tugas dan jumlah murid yang berani tampil dalam membacakan hasil diskusi kelompoknya adalah 33,33%.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hasil observasi mengenai peningkatan hasil belajar PKN pada murid kelas V SDN Campagaya,Takalar dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.1. Grafik Observasi Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Brainstorming) Pada Siklus I.

Keterangan:

I = Murid yang hadir pada saat pembelajaran.

II = Murid yang memperhatikan materi.

III = Murid yang melakukan kegiatan lain.

IV = Murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran V = Murid yang mengangkat tangan saat peneliti bertanya.

VI = Murid yang bekerja sama dengan kelompoknya.

VII = Murid yang berani mambacakan hasil diskusi kelompoknya di kelas.

(39)

40

Setelah melaksanakan 3 kali pertemuan pembahasan dan dilakukan observasi maka dilaksankanlah evaluasi. Pada siklus I dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid dalam PKn. Berdasarkan evaluasi tersebut, hasil belajar murid pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Statistik Skor Penguasaan Murid Pada Tes Siklus I Statistik Nilai Statistik

Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata KKM

26 100

45 90 64,42

65

=

= 64,42

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Peningkatan Hasil Belajar PKn Pada Murid Siklus I.

(40)

41

No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1.

2.

3.

4.

5.

0 - 34 Sangat rendah 35 - 54 Rendah 55 - 64 Sedang 65 - 84 Tinggi 85 - 100 Sangat tinggi

0 7 5 12

2

0,00 26,93 19,23 46,15 7.69

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil pembelajaran PKN pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.2. Grafik Batang Kategori Hasil Belajar Murid Siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran PKn yang diperoleh murid setelah menerapkan model pembelajaran Brainstorming) yaitu :

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

P e r s e n t a s e

Kategori

(41)

42

Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam meningkatkan hasil belajar untuk murid kelas V SD Inpres Bontosungu Kab. Gowa, setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Brainstorming) berada pada skor rata-rata sedang. Hal ini terlihat pada skor hasil tes murid pada siklus I adalah 64,42.

Dari skor hasil tes murid dalam meningkatkan hasil belajar tidak ada murid yang berada pada kategori skor sangat rendah, yang ada hanya kategori skor sangat tinggi dengan frekuensi 2 atau 7,69 %, kategori skor tinggi dengan frekuensi 12 orang atau 46,15%, kategori sedang frekuensi 5 orang atau 19,23%

sedangkan kategori rendah frekuensi 7 orang atau 26,93%.

Apabila hasil belajar murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I

Skor Kategori

Frekuensi Persentase

0 – 64 65 – 100

Tidak tuntas Tuntas

12 14

46,15 53,85

Jumlah 26 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I dari segi ketuntasan belajar murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa, terdapat 14 orang atau 53,85% dalam kategori tuntas dengan skor hasil tes lebih besar atau sama dengan 6,5 sedangkan murid yang berada pada kategori tidak tuntas terdapat 12 orang atau 46,15,% dengan skor hasil tes kurang dari 65.

(42)

43

Data hasil persentase diatas terlihat bahwa hasil tes pada siklus I belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran brainstorming) dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar IPS masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian diperlukan lanjutan untuk siklus berikutnya ke siklus II.

4. Refleksi

Siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada siklus I tampak masih ada murid yang tidak hadir mengikuti pelajaran baik mengikuti pelajaran baik itu tidak hadir tanpa keterangan maupun yang sakit. Hal ini disebabkan karena murid menganggap bahwa pembelajaran IPS itu sulit dan rumit, serta soal-soal IPS sulit diselesaikan.

Pada pertemuan pertama merupakan pertemuan awal dengan menerapkan model pembelajaran baru yang berbeda dengan apa yang dipergunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sehingga pertemuan ini merupakan tahap awal perkenalan dan penyesuaian terhadap model yang diterapkan, hal ini menyebabkan pada pertemuan pertama kurang berjalan efektif. Pada pertemuan berikutnya murid mulai beradaptasi dengan model yang diterapkan, walaupun penerapan pada pertemuan ini belum stabil, dan masih terdapat kekurangan- kekurangan terhadap pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang digunakan.

Sebelum masuk pada materi pelajaran guru selalu menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian memberi motivasi kepada murid agar murid tertarik

(43)

44

terhadap materi pelajaran tersebut, tetapi dengan begitu masih banyak murid yang tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan materi.

Dari skor hasil belajar yang diperoleh murid pada siklus I masih nampak bahwa ketuntasan belajar murid hanya sekitar 53,85% atau berada dalam kategori sangat rendah. Dilihat dari kenyataan ini maka peneliti harus berusaha untuk memperbaiki semaksimal mungkin cara pengajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus selanjutnya.

Karena hasil yang didapat pada akhir siklus I belum menujukkan hasil yang optimal dan model yang digunakan belum terserap dengan baik oleh murid, maka perlu dilanjutkan pada siklus II.

a. Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan

Perencanaan siklus II pada tindakan kelas ini merupakan upaya untuk meningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan merupakan tindak lanjut dari silus I melalui. Perencanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar Mengenal makna peninggalan- peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, yaitu:

5) Menelaah kurikulum dan mempersiapkan materi pelajaran.

(44)

45

6) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

7) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada saat pelaksanaan tindakan.

8) Membuat alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran IPS di kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab.

Gowa pada siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan yang diakhiri dengan pemberian tes. Pertemuan pertama hari Kamis tanggal 11 Sepatember 2014, pertemuan kedua hari Rabu tanggal 13 September 2014 Dan pertemuan ketiga pada tanggal 15 September. Proses pembelajaran IPS melalui model Two Stay Two Stray (TSTS) dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

4) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus pertama, yaitu berdoa bersama, mengabsen murid, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

5) Kegiatan Inti

Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa, maka diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan inti yang dilakukan guru adalah peserta didik dibagi dalam 4 orang setiap kelompok, guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk dibahas. Siswa semula bekerja dalam setiap kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu pada kelompok lain

(45)

46

kemudian dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja atau informasi pada kelompok lain, tamu mohon diri dan kembali pada kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain dan dan kelompok kembali mencocokkan atau membahas hasil kerja mereka. selanjutnya guru membuat kesimpulan.

6) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir yaitu guru bersama murid melakukan refleksi, memotivasi murid dalam belajar dan memberikan pekerjaan rumah.

3. Observasi

Hasil observasi untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5. Lembar Observasi Murid, dari Rekaman Keaktifan Murid dalam Siklus II

No Komponen yang di amati

Pertemuan Siklus II

I II III Rata-rata Persentase

1 Jumlah murid yang hadir 26 26 26 26 100 %

2 Jumlah murid yang memperhatikan

penjelasan 23 24 25 24 92,31 %

3 Jumlah murid yang melakukan

kegiatan lain 3 2 1 2 7,69%

4

Jumlah murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran

berlangsung.

- - - 0 0

5 Murid bertanya tentang materi yang 5 4 4 4,37 16,67 %

(46)

47

belum dipahami.

6 Keaktifan murid bekerja sama

dengan kelompoknya . 8 8 13 9,67 37,17 %

7

Jumlah murid yang berani tampil membacakan hasil diskusinya di depan kelas .

6 4 4 4,67 17,95

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran IPS pada murid yang diperoleh saat menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus II yaitu :

a. Setelah siklus I berakhir dilanjutkan dengan siklus II, murid sudah mulai aktif dan terbiasa dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) hal ini terlihat pada adanya keefektifan penerapan yang dilakukan pada siklus kedua ini.

b. Persentase kehadiran murid pada saat pembelajaran siklus II adalah 98,71%.

c. Persentase murid yang memperhatikan materi melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah 92,31%.

d. Persentase murid yang melakukan kegiatan lain selain memperhatikan materi yang dijelaskan selama proses pembelajaran berlangsung adalah 7,69%.

e. Persentase murid yang keluar masuk pada pembelajaran berlangsung adalah 0%.

f. Setiap pertemuan pada siklus II peneliti melihat keaktifan murid yang bekerja sama dengan kelompoknya adalah 37.17%.

(47)

48

g. Pada saat menyajikan materi, peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada murid yang belum dimengerti serta memberikan latihan adalah sebanyak 16,67%.

h. Pada saat pemberian tugas dan evaluasi pada siklus II murid yang berani tampil dalam membacakan hasil diskusi didepan kelas adalah 17,95%.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hasil observasi dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.3. Grafik Observasi Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siklus II.

Keterangan :

I = Murid yang hadir pada saat pembelajaran II = Murid yang memperhatikan materi.

III = Murid yang melakukan kegiatan lain.

IV = Murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran V = Murid yang mengangkat tangan saat peneliti bertanya.

VI = Murid yang bekerja sama dengan kelompoknya.

VII = Murid yang beran itampil membacakan hasil diskusinya di kelas

0 20 40 60 80 100 120

I II III IV V VI VII

(48)

49

Setelah melaksanakan 3 kali pertemuan pembahasan dan dilakukan observasi maka dilaksankanlah evaluasi. Pada siklus II dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar murid. Berdasarkan evaluasi tersebut, hasil belajar murid pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.6. Statistik Skor Penguasaan Murid Pada Tes Siklus II Statistik Nilai Statistik

Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata KKM

26 100

60 100 82,69

65

=

= 82,69

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Peningkatan Hasil Belajar IPS Murid Pada Siklus II.

No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

0 0 2 10 14

0,00 0,00

7,69 38,46 53,85

Jumlah 26 100

(49)

50

Berdasarkan tabel di atas, maka kategori hasil belajar IPS pada murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa dapat digambarkan dalam grafik batang di bawah ini:

Gambar 4.4. Grafik batang kategori hasil belajar murid siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa meningkatkan hasil belajar IPS yang diperoleh murid setelah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus II yaitu :

a. Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) berada pada skor rata-rata tinggi. Hal ini terlihat pada skor hasil tes murid pada siklus II adalah 82,69.

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

P e r s e n t a s e

Kategori

(50)

51

b. Dari skor hasil tes murid dalam meningkatkan hasil belajar, tidak ada murid yang berada pada kategori skor sangat rendah dan rendah, yang ada hanya kategori skor sangat tinggi dengan frekuensi 14 orang atau 53,85%, kategori tinggi frekuensi 10 orang atau 38,46% sedangkan kategori rendah frekuensi 2 orang atau 7,69%.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus II

Skor

Kategori Frekuensi Persentase 0 – 64

65 – 100

Tidak tuntas Tuntas

2 24

7,69 92,31

Jumlah 26 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus II, murid yang tuntas belajar semakin meningkat yaitu sebanyak 24 yang tuntas sedangkan yang tidak tuntas tinggal 2 dari 26 murid.

Untuk melihat hasil belajar murid dalam setiap siklus tercatat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus

Siklus

Skor Perolehan Murid Tuntas

Tidak Tuntas

Rendah Tinggi

Rata-

rata Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(51)

52

Siklus 1 Siklus 2

45 60

90 100

64,42 82,69

14 24

53,85 92,31

12 2

46,15 7,69

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata dalam meningkatkan hasil belajar murid setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) . Dari kategori sedang pada siklus I dengan skor rata-rata 64,42 dan KKM 65 dengan skor ideal 100. Pada siklus II dalam tabel juga menunjukkan bahwa pada siklus ini ketuntasan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai. Hal ini ditandai dengan jumlah murid yang mencapai ketuntasan belajar yang meningkat, yaitu dari 14 murid pada siklus I meningkat menjadi menjadi 24 murid pada siklus II.

Ketuntasan tersebut pada siklus II lebih banyak dari siklus I memberikan indikasi bahwa dalam meningkatkan hasil belajar murid mengalami peningkatan setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

c. Refleksi

Pada siklus II memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan dengan siklus I karena di siklus ini telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa aspek yang merupakan kekurangan pada siklus I. Pada siklus ini murid motivasi murid dalam belajar meningkat dan sedikit demi sedikit sudah mampu menyelesaikan soal IPS secara individu. Sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar.

(52)

53

B. Pembahasan

Di dalam pembahasan ini akan diuraikan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Bontosunggu Kab. Gowa setelah menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan hasil belajar IPS. Berdasarkan hasil kegiatan pada setiap siklus disimpulkan bahwa pada dasarnya meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memberikan suatu perubahan yang mendasar pada sikap dan motivasi belajar murid.

Pada siklus I, walaupun pada awalnya murid terlihat merasa asing dengan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang diterapkan, akan tetapi mengadakan penyesuaian dan beradaptasi. Sehingga murid merasa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Bukan hanya itu, ketika melihat hasil observasi dari siklus I dan siklus II terjadi perubahan yang sangat mendasar pada sikap murid ke arah yang lebih baik saat proses pembelajaran berlangsung.

Setelah mengadakan refleksi di siklus I dan melihat masih terdapat kekurangan dalam penerapannya, maka dilakukan perubahan kegiatan yang dianggap perlu demi tercapainya hasil yang lebih meningkat dibanding dengan hasil yang diperoleh dari siklus I.

Pada siklus II, terlihat bahwa motivasi murid lebih meningkat, sudah banyak murid memberanikan dalam bertanya kepada guru ketika masih ada materi yang belum dimengerti. Setelah mengadakan tes siklus II skor rata-rata yang dicapai oleh murid berada pada kategori tinggi yang sebelumnya pada siklus I hanya berada pada kategori sedang.

(53)

54

Sejumlah perubahan sikap murid secara terpenting berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi yang merupakan hasil pengamatan peneliti disetiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1. Skor rata-rata yang diperoleh murid setelah mengadakan tes dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 64,42 meningkat menjadi 82,69, ini akibat dari perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus II setelah mengadakan refleksi pada siklus I.

2. Kehadiran murid setiap pertemuan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan, dalam persentase menunjukkan siklus I sebanyak 93,39% dan siklus II 100%.

3. Pada persentase banyaknya murid yang memperhatikan materi terjadi peningkatan pada proses pembelajaran pada siklus I sebanyak 75,64% dan pada siklus II 92,31%.

4. Pada persentase banyaknya murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung mengalami penurunan, pada siklus I 17,95% dan pada saat siklus II hanya 7,69%.

5. Persentase murid yang keluar masuk pada saat pembelajaran berlangsung juga mengalami penurunan, dari siklus I 3,85% dan siklu II 0%.

6. Persentase banyaknya murid yang bekerja sama dengan kelompoknya mengalami peningkatan yaitu, pada siklus I 24,35% dan siklus II 37,17%.

7. Persentase banyaknya murid yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti pada siklus I 17,95% turun menjadi 16,67 pada siklus II.

(54)

55

8. Persentase yang berani tampil membacakan hasil diskusi kelompoknya mengalami penurunan dari siklus I 33,33% menjadi 17,95% pada siklus II.

(55)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SDN. 83 Cennoe

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : V/I

Alokasi waktu : 6 x 35 Menit (3 pertemuan)

Materi pelajaran : Pengertian, perjuagan kemerdekaan, dan lahirnya NKRI

I. Santandar Kompetensi

Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia II. Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia III. Indikator

A. Kognitif

- Produk :

 Mendeskripsikan pengertian negara kesatuan

 Mendeskripsikan pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Mengidentifikasi Unsur-unsur negara

 Mengidentifikasi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan

 Mengidentifikasi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia - Proses :

 Menjelaskan pengertisn negara kesatuan

 Menguraikan pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Menjelaskan unsur-unsur NKRI

 Menjelaskan Perjuangan Untuk mencapai Kemerdekaan

 Menjelaskan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia B. Psikomotorik : siswa terampil dalam menjelaskan tentang NKRI C. Afektif

1. Karakter

 Jujur, siswa jujur dalam mengerjakan tugas yang di berikan.

 Tanggung jawab, siswa bertanggung jawab atas penyelesaian tugasnya.

 Hati-hati, siswa berhati-hati dalam mengerjakan tugasnya.

 Teliti, siswa teliti saat mengerjakan tugas yang di berikan.

2. Keterampilan sosial

 Bertanya, siswa aktif bertanya tentang perintah yang diberikan

 Menyumbang ide atau berpendapat, siswa memberikan pendapatnya saat proses pembelajaran di laksanakan.

 Menjadi pendengar yang baik, siswa mendengarkan guru saat materi di bawakan.

 Berkomunikasi, siswa aktif dalam melakukan tanya jawab di dalam

Gambar

Gambar  4.1.  Grafik  Observasi  Peningkatan  Hasil  Belajar  PKn  Melalui  Model Pembelajaran Brainstorming) Pada Siklus I
Tabel 4.2. Statistik Skor Penguasaan Murid Pada Tes Siklus I  Statistik  Nilai Statistik
Gambar 4.2. Grafik Batang Kategori Hasil Belajar Murid Siklus I
Tabel 4.4. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bukti historis tersebut antara lain dapat ditilik dalam sejarah Walisongo, yang dikenal sebagai sembilan sufi terkemuka di Indonesia, yang mengajarkan Islam dengan

Berdasarkan gambar 6, Provinsi Banten memiliki jumlah balita gizi buruk yang tergolong rendah yakni kurang dari 40% per kecamatan yang tersebar hampir di seluruh

Klik pada tabel untuk memilih tautan yang ingin Anda letakkan pada banner.. • Halaman Detail Produk: Arahkan pelanggan ke halaman detail produk • Halaman Kata

(1) Pemantau Pemilu melakukan pemantauan pada suatu daerah tertentu sesuai dengan rencana pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f dan huruf g yang

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel – variabel tekstur yang penting dalam roti tawar dan membandingkan tiga merk roti tawar (Wonder, Swiss dan

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

Selain itu, aksi perlawan atas pelarangan dan tekanan dari beragam aturan normatif TNUK yang harus mereka taati sehari-hari mereka ekpresikan dengan mbalelo (ketidak patuhan)

Pada pengujian ini dilakukan penalaan PID secara trial and Error yaitu dengan memberikan parameter gain kontroller secara acak, sehingga dari pemberian gain tersebut