BAB IV PELAKSANAAN ROYA PARTIAL HAK TANGGUNGAN
B. PelaksanaanRoya Partial HakTanggungandalamPraktek yang
Pelaksanaan dari roya Hak Tanggungan sangatlah berpengaruh dari proses pemberian Hak Tanggungan itu sendiri, maksudnya adalah bahwa roya yang dilakukan dalam penghapusan catatan sebuah Hak Tanggungan ditentukan pada saat proses pemberian Hak Tanggungan itu sendiri, apakah dapat dilakukan secara partial atau harus dilakukan secara keseluruhan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam Hak Tanggungan terdapat dua cara pelaksanaan roya, yaitu yang dilaksanakan secara keseluruhan dalam arti tidak
55Ibid
dapat dibagi-bagi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) UUHT, dan pelaksanaan roya yang dilakukan secara partial sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Ayat (2) UUHT.
Pada praktiknya dilapangan apabila obyek Hak Tanggungan lebih dari satu, maka sebelum pelunasan dalam perjanjian tertulis harus dicantumkan dalam APHT bahwa adanya pelunasan sebagian objek Hak Tanggungan, akan tetapi bagi orang yang belum mengerti tentang roya Hak Tanggungan, akan terjadi kerugian apabila tidak diperjanjikan terlebih dahulu. Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UUHT, bahwa Hak Tanggungan mempunyai sifat yang tidak dapat dibagi-bagi, sebaliknya untuk kepentingan pemberi Hak Tanggungan (debitur) dapat diperjanjikan dan disebutkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang bersangkutan bahwa pelunasan hutang yang dijaminkan dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing satuan yang merupakan bagian dari obyek Hak Tanggungan tersebut. Bagian yang bersangkutan akan terbebas dari dari Hak Tanggungan yang yang semula membebaninya dan Hak Tanggungan tersebut selanjutnya hanya membebani sisa obyeknya untuk menjaminkan sisa hutang yang belum dilunasinya, yang dimana pengecualian ini disebut juga sebagai “roya partial”.
Perlu diketahui bahwa roya partial banyak dipakai pada perjanjian utang antara pengembang dengan pihak bank dengan jaminan Hak Tanggungan pengembang yang akan membangun suatu komplek perumahan tentunya memerlukan dukungan financial yang cukup besar, tidak semua pengembang yang
akan melaksanakan proyek pembangunan memiliki dana yang cukup guna menyelesaikan proyek tersebut.
Sementara itu, pelaksanaan Roya Partial di Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tempat penelitian, dalam penulisan skripsi ini tidak jauh berbeda dengan tempat lain, yaitu tetap mengacu pada ketentuan bunyi Pasal 2 Ayat (2) UUHT, serta Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanahn. Menurut Yayuk Supriaty, roya partial sendiri merupakan kelembagaan hukum baru dalam bidang pertanahan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang memungkinkan penyelesaianya secara praktis terhadap bagian benda jaminan apabila telah dilunasi sebagian, sehingga dapat digunakan untuk keperluan lainya. Dengan demikian sungguhpun roya partial diatur dalam Undang-Undang Rumah Susun, tetapi dapat diterapkan juga untuk menyelesaiakan masalah roya partial, di luar rumah susun.56
Menurut Yayuk Supriaty, kesadaran hukum Masyarakat Kabupaten Deli Serdang, terhadap pelaksanaan roya partial sangatlah tinggi, hal ini dikarenakan, adanya pembangunan Bandara Kualanamu di Kawasan Kabupaten Deli Serdang, yang mengakibatkan banyak para pengusaha properti yang berbondong-bondong membangun perumahan di kawasan deli serdang terutama kawasan yang dekat dengan Bandara Kualanamu. Melihat kondisi seperti itu tentunya pihak pengusaha properti membutuhkan modal atau dana yang besar untuk melakukan pembagunan
56Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
perumahan tersebut, disinilah fingsi dari pada roya partial tersebut, yaitu untuk lebih membantu memudahkan para pengusaha.
Permohonan pengajuan roya partial itu dilakukan, dengan membawa beberapa persyaratan sebagaimana yang dituangkan dalam Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 600-1610-D IV Tanggal 16 Juni Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Roya Partial, dan sesuai dengan penjelasan No. 4, menyatakan bahwa persyaratan yang dibutuhkan untuk pencatatan Permohonan Roya Partial, antara lain:57
1. Sertifikat Hak Milik atas Satuan Ruma Susun atau Sertifikat Hak Atas Tanah yang akan di roya;
2. Sertifikat Hipotik/Crediet Verband (Sertifikat Hak Tanggungan)
3. Surat Permohonan roya partial dari kreditur yang bersangkutan, yang berisi : a. Sebab/alasan roya partial (dilunasi utang/dilepaskan, dan sebagaimana);
b. menyebutkan nomor sertifikat yang di roya;
c. ditandatangani langsung oleh pemimpin instansi suatu perbankan yang bersangkutan, atau pejabat lain yang ditunjuk;
d. Surat-surat lain yang diperlukan (Surat Kuasa,dsb)
Menurut Yayuk Supriyati adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui, dalam pengajuan roya partial, adalah sebagai berikut:58
1. Adanya kesepakatan antara pihak debitur (pemberi Hak Tanggungan) dengan pihak kreditur (penerima Hak Tanggungan), yang dituangkan dalam perjanjian
57Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
58Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
kredit, dimana dalam perjanjian kredit ini pula dalam salah satu klausul perjanjian kredit diterangkan bahwa pihak debitur akan menyerahkan kepada pihak kreditur sertifikat tanah, untuk dibebankan dengan Hak Tanggungan;
2. Selanjutnya pihak debitur dan pihak kreditur menghadap ke PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) untuk membuat APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan), oleh PPAT dibuatkan APHT berdasarkan perjanjian kredit, di dalam APHT juga tidak menutup kemungkinan dijaminkan bebrapa objek Hak Tanggungan, sehingga dalam ketentuan APHT dapat dicantumkan janji adanya Roya Partial;
3. Setelah APHT dibuat, maka PPAT mengajukan permohonan pendaftaran Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan Deli Serdang, kemudian Kantor Pertanahan Deli Serdang akan memeriksa kelengkapan syarat administrasi terlebih dahulu, baru setelah itu apabila persayaratan administrasi telah terpenuhi maka oleh Kantor Pertanahan akan mengeluarkan sertifikat Hak Tanggungan dan buku tanah Hak Tanggungan;
4. Apabila hutang debitur telah lunas kepada debitur, barulah pihak debitur meminta kepada pihak kreditur surat pernyataan pelunasan hutang, dan pihak kreditur akan memberikan surat pernyataan pelunsan hutang tersebut, tahap selanjutnya setelah mendapatkan surat pernyataan pelunasan hutang dari pihak kreditur barulah pihak debitur, mengajukan permohonan roya tanah kepada pihak Kantor Pertanahan, dengan membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk melakukan roya, barulah setelah itu Kantor Pertanahan melakukan Roya terhadap tanah yang dibebankan dengan Hak Tanggungan;
5. Terhadap pelaksanaan Hak Tanggungan yang objeknya terdiri dari beberapa ha katas tanah, sering sekali terjadi debitur telah melunsai sebagaian hutangnya, maka untuk memberikan perlindungan hukum kepada pihak debitur tersebut, perlu adanya pencoretan sebagian (Roya Partial) atas objek Hak Tanggungan.
Pihak kreditur akan mengajukan permohonan kepada Kantor Pertanahan Deli Serdang untuk meminta roya atas sebagian objek Hak Tanggungan yang sudah di bayar piutangnya. Atas permohonan tersebut, Kantor Pertanahan Deli Serdang akan melakukan perubahan data dalam buku tanah Hak Tanggungan dengan cara melakukan roya. Proses pelaksanaan roya partial di Kantor Pertanahan Deli Serdang memerlukan waktu lebih dan kurang selama 1 bulan.
Menurut Yayuk Supriaty, pelaksanaan roya partial dapat berjalan lebih cepat lagi apabila pihak yang mengajukan peromohonan roya partial telah mempersiapkan dengan baik, segala persyaratan administrasi yang diperlukan untuk pelaksanaan roya partial, sehingga apabila semua telah terpenuhi maka tidak ada kendala-kendala lagi dalam melakukan roya partial.59
C. Pelaksanaan Roya Partial Terhadap Hak Tanggungan yang Sebelumnya Tidak Diperjanjikan Terlebih Dahulu di Dalam APHT
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pelaksanaan roya partial sebaiknya dilakukan, dengan diperjanjikan terlebih dahulu di dalam APHT, dengan bunyi klausul :
59Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
“Debitur dapat melakukan pelunsan hutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan di atas, dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek Hak Tanggungan yang akan dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehinggga kemudian Hak Tanggungan itu hanya membebani sisa objek Hak Tanggungan untuk menjamin sisa utang yang belum dilunasi.”
Berdasarkan ketentuan kalusul APHT tersebut di atas, terlihat secara tegas diperjanjikannya roya partial dari objek Hak Tanggungan yang telah dilakukannya pelunasanya sesuai besarnya nilai dari utang yang dituangkan, namun Pada praktik dilapangan seringa sekali, Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh pemberi Hak Tanggungan di depan PPAT ada sebagian yang tidak membuat perjanjian adanya roya partial terhadap obyek Hak Tanggungan, karena adanya pelunasan sebagian utang pemberi Hak Tanggungan kepada pemegang Hak Tanggungan. Praktik seperti ini ada di dalam dunia usaha, karena menurut mereka kepercayaan merupakan suatu landasan utama dalam dunia usaha, sehingga menurut mereka apa yang sudah menjadi kebiasaan maka tidak diperlukan untuk dituangkan dalam perjanjian, demikian juga dengan pelunasan sebagian utang-utang yang dijaminkan dengan beberapa obyek kebendaan seperti hak gadai, maka pelunasan sebagian utang-utangnya akan membebaskan sebagian objek kebendaan yang membebani hak gadai. Tidak terlalu jauh berbeda dengan Hak Tanggungan, maka pelunasan sebagian utang atas Hak Tanggungan akan membebaskan sebagian objek Hak Tanggungan dari beban Hak Tanggungan.
Kebiasaan ini seharusnya disadari oleh pembuat undang-undang sehingga dapat dihindari suatu ketentuan undang-undang yang justru dapat menghambat pelaksanaan perjanjian.
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional, menyadari bahwa dalam praktiknya sulit untuk memenuhi ketentuan Pasal 2 Ayat (2) tersebut, oleh karena itu dalam salah satu ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, pada Pasal 124 Ayat (2), diatur yaitu: pendaftaran hapusnya Hak Tanggungan atas sebagian obyek Hak Tanggungan juga dapat dilakukan meskipun tindak memenuhi ketentuan ayat (1) berdasarkan pelepasan Hak Tanggungan atas sebagian obyek Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan yang dituangkan dalam akta otentik atau surat pernyataan di bawah tangan dengan mencantumkan secara jelas bagian dari obyek Hak Tanggungan yang dibebaskan dari beban Hak Tanggungan.
Dengan adanya ketentuan tersebut di atas, maka dimungkinkan oleh Kantor Pertanahan untuk melakukan roya partial meskipun tidak terdapat perjanjian sebelumnya dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) untuk bisa melakukan roya partial, dengan demikian terdapat kemudahan dalam pelaksanaan roya partial.
Menurut Yayuk Supriyati, bahwa sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tanggal 9 April Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dan Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 600/1610/D.IV Tanggal 16 Juni 1995 Tentang Pelaksanaan Roya Partial (sebagian). Dan sesuai dengan penjelasan No 3 atas Surat Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tersebut “maka hak atas tanah yang dipergunakan sebagai jaminan kredit dengan dibebankan oleh Hak Tanggungan, apabila telah dilunasi sebagian, dapat dilakukan roya partial, sepanjang yang dibebani Hak Tanggungan terdiri dari beberapa bidang tanah, namun apabila yang dibebani oleh Hak Tanggungan hanya satu bidang tanah saja, maka roya partial tidak dapat dilakukan.60oleh karena itu, jika ingin melakukan roya partial terhadap suatu bidang tanah, maka terlebih dahulu terhadap bidang tanah tersebut dilakukan pemecahan, agar dapat dilakukan roya partial.
Yayuk Supriyati mengatakan bahwa, pelaksanaan roya partial di Kabupaten Deli Serdang, untuk saat ini hanya dapat dilakukan apabila di APHT dibuat klausul untuk melakukan roya partial, dan apabila di APHT tidak tertera klausul tersebut, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang tidak dapat melakukan roya partial, hal ini dikarenakan keluarnya Surat Edaran Deputi bidang pengukuran dan pendaftaran Nomor 600-494-D.IV Tanggal 8 Februari Tahun 2000, yang memerintahkan untuk kembali pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.61
D. Kendala-kendala yang Dihadapi Kantor Pertanhan Kabupaten Deli Serdang Dalam Pelaksanaan Roya Partial Hak Tanggungan dan Upaya-upaya yang Dilakukan Oleh Kantor Pertanahan Dalam Menyelesaikan Masalah Tersebut
Pada praktiknya dilapangan ternyata masih banyak ditemukan kendala-kendala dalam pelaksanaan Roya Partial yang dihadapi oleh pihak Kantor
60Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
61Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
Pertanahan, menurut Yayuk Priyanti, adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan roya partial pada Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:62
1. Permasalahan yang timbul akibat sistem regulasi mengenai Hak Tanggungan, yang masih tumpang tindih, yaitu tepatnya setelah keluarnya Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, lebih lanjut menurut beliau permasalahan yang muncul adalah berkaitan dengan adanya ketentuan peraturan yang saling bertentangan satu sama lain yaitu Pasal 2 Ayat (2) UUHT dengan Peraturan Meneteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang terdapat dalam Pasal 124 Ayat (2), berikut uraian dari kedua bunyi pasal tersebut :
a. Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yaitu apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dan diperjanjikan dalam APHT yang bersangkutan, bahwa pelunasan hutang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek Hak Tanggungan, yang akan dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga kemudian Hak Tanggungan itu hanya
62Yayuk Supriyati, Kasubbag Tata Usaha Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, Wawancara, Tanggal 6 November 2017
membebani sisa objek Hak tanggungan untuk menjamin sisa hutang yang belum dilunasi;
b. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, pada Pasal 124 Ayat (2), diatur yaitu : pendaftaran hapusnya Hak Tanggungan atas sebagian objek Hak Tanggungan juga dapat dilakukan walaupun tidak memenuhi ketentuan Ayat 1 berdasarkan pelepasan Hak Tanggungan atas sebagian objek Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan yang dituangkan dalam akta otentik atau surat pernyataan di bawah tangan dengan mencantumkan secara jelas bagian dari objek Hak Tanggungan yang dibebaskan dari beban Hak Tanggungan.
Apabila diperhatikan dari kedua ketentuan yang telah diuraikan di atas maka dapat dilihat bahwa Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, pada Pasal 124 Ayat (2) telah menyimpang dari aturan yang lebih tinggi diatasnya yaitu Pasal 2 Ayat (2) UUHT, dalam asas hukum tentunya hal ini telah bertentangan, dimana dalam asas hukum dikatakan bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh dengan bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi diatasnya.
Akibat dari keadaan tersebut Kantor Pertanahan Deli Serdang tidak berani untuk menerapkan ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, sebab apabila masih dilaksanakan juga oleh Kantor Peratanahan maka akan berdampak pada Konsekuensi terhadap kepastian hukumnya.
2. Pemohon yang akan melaksanakan roya partial tidak melengkapi syarat-syarat yang harus diajukan dalam melakukan roya partial, sehingga hal ini berkibat pada proses pelaksanaan roya partial itu sendiri menjadi terhambat, sehingga pengerjaan permohonan roya partial tersebut menjadi tidak efektif dan cenderung buang-buang waktu;
Pihak Kantor Pertanahan sendiri dalam menyelesaikan kendala-kendala dalam pelaksanaan roya partial sebagaimana yang telah diuraikan di atas, melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk solusi penyelesaian terhadap kendala pertama, adalah untungnya pada saat itu dapat diatasi dengan dikeluarkannya surat edaran Deputi bidang pengukuran dan pendaftaran tanah Nomor 600-494-D.IV tanggal 8 Februari 2000. Dimana dalam butir 5 Surat Edaran Deputi Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Nomor 600-494-D.IV Tanggal 8 Februari 2000 tersebut dinyatakan bahwa: pendaftaran hapusnya Hak Tanggungan atas sebagian objek Hak Tanggungan hanya dapat dapat dilakukan apabila objek Hak Tanggungan terdiri dari beberapa hak atas tanah dan/atau beberapa hak atas satuan rumah susun, dimana kemungkinan hapusnya sebagian objek Hak Tanggungan tersebut telah diperjanjikan terlebih dahulu dalam APHT. Oleh karena itu, dengan keluarnya Surat Edaran Deputi bidang pengukuran dan pendaftaran
tanah Nomor 600-494-D.IV, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang kembali menerapkan aturan Undang-Undang Hak Tanggungan secara utuh dalam pelaksanaan tentang roya dan roya partial terkait dengan hapusnya Hak Tanggungan.
2. Terhadap Kendala yang kedua adapun upaya penyelesaian yang dilakukan oleh Pihak Kantor Pertanahan adalah bahwa Pihak Kantor Pertanahan melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada PPAT dan Pihak Bank, agar dalam mengajukan permohonan roya partial ke Kantor Pertanahan, para pihak agar melengkapi terlebih dahulu sebelum mengajukan permohonan roya partial, agar tidak terjadi kendala dalam pelaksanaan roya partial, dan yang terpenting adalah bahwa klausul pelaksanaan roya partial sudah tercantum terlebih dahulu di APHT, karena itu merupakan syarat mutlak, dan jika tidak dibuat klausul tersebut maka tidak dapat dialkukan roya partial.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :
1. Pelaksanaan roya partial di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli serdang itu sama dengan Kantor Pertanahan lainya yaitu mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan yang diantaranya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Agaria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana PP 24 Tahun 1997, serta Suarat Edaran Deputi Pengukuran Dan Pendafataran Tanah Nomor 600-494-D.IV Tanggal 8 Februari Tahun 2000. Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Deli Serdang terhadap pentinganya pelaksanaan roya partial ini sangtlah tinggi, terlebih lagi adanya Bandara Kualanamu di kawasan Kabupaten Deli Serdang, membuat banyak para pengusaha perumahan untuk membangun perumahan dikawasan deli serdang sehingga menyebabkan permohonan pengajuan roya partial menjadi meningkat, karena hanya pencoretan dengan roya partial yang sesuai dengan bisnis perumahan.
Selanjutnya sebelum mengajukan permohonan roya partial sebaiknya para pemohon mempersiapkan persyaratan administratif sebagaimana yang diperintahkan dalam Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 600-1610-D IV Tanggal 16 Juni Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Roya Partial, agar tidak terjadi kendala dalam proses pelaksanaan roya partial.
2. Pelaksanaan terhadap roya partial yang belum tertuang dalam APHT, bahwa dalam praktiknya di Kantor Pertanahan Deli Serdang banyak sekali terjadi, namun karena adanya Surat Edaran Deputi bidang pengukuran dan pendaftaran Nomor 600-494-D.IV Tanggal 8 Februari Tahun 2000, yang memerintahkan untuk kembali pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, maka permohonan roya partial tidak dapat dilakukan apabila tidak diperjanjikan terlebih dahulu di dalam APHT mengenai adanya klausul untuk melaksanakan roya partial.
3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dalam pelaksanaan roya partial adalah adanya tumpang tindih peraturan yaitu antara Pasal 2 Ayat (2) UUHT dengan Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang menyebabkan bahwa pihak Kantor Pertanahan tidak berani untuk melakukan roya partial, selain itu adapun kendala lain adalah pada saat mengajukan permohonan untuk melakukan roya partial, pihak pemohon tidak membawa syarat-syarat administratif yang diperlukan sehingga hal ini menyebabkan proses roya partial menjadi terhambat. Adapun peneyelesaian masalah yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan yaitu untuk kendala pertama pada saat itu untungnya sudah dikeluarkan Surat Edaran Deputi bidang pengukuran dan
pendaftaran Nomor 600-494-D.IV Tanggal 8 Februari Tahun 2000, yang memerintahkan untuk kembali pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, dan untuk penyelesaian kendala yang kedua pemerintah melakukan sosialisasi dan koordinasi kepada pihak PPAT dan dan Bank untuk melengkapi terlebih dahulu syarat yang dibutuhkan dalam pengajuan roya partial, sebelum mendatangi kantor pertanahan, sehingga jika hal tersebut dipenuhi maka diharapkan pelaksanaan roya partial agar lebih cepat dan efisien serta tidak ada hambatan.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Pasal 124 Ayat (2) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksanaan PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, sebetulnya peraturan tersebut sangatlah memudahkan masyarakat, oleh karena itu, perlu adanya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, agar pelaksanaan roya partial dapat dilakukan meskipun tanpa diperjanjikan dalam APHT, yang dimana hal tersebut sangatlah memudahkan masyrakat;
2. Sebaiknya Pihak Kantor Pertanahan harus lebih mensosialisasikan menganai pemasalahan roya partial ini, agar masyarakat bisa mengetahui keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika melakukan roya partial, serta gar masyarakat bisa melengkapi segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan roya
partial, sehingga pada saat proses pengajuan tidak terjadi hambatan dalam melakukan roya partial oleh Kantor Pertanahan;
3. Kantor Pertanahan juga harus melakukan koordinasi dengan pihak PPAT dan Pihak Bank selaku kreditur untuk benar-benar memperhatikan segala ketentuan yang mengatur mengenai roya partial ini, hal ini sangat penting terutama untuk menghindari terjadinya kendala-kendala dalam melakukan roya partial.