• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Pelaku Tata Niaga Ular Sendok

Pelaku tata niaga ular sendok merupakan pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam rantai tata niaga pada berbbagai tingkatan. Pelaku tata niaga ular sendok merupakan bagian dari tata niaga reptil lainnya yang ada di Jawa Timur, terdiri dari:

a. Penangkap/pemburu

Penangkap/pemburu merupakan pihak yang mencari dan menangkap ular secara langsung di alam. Berdasarkan mata pencaharian dan kemampuannya, penangkap/pemburu ular sendok dibedakan menjadi 2 yaitu; penangkap/pemburu profesional dan sambilan. Penangkapan/pemburu profesional adalah orang yang mempunyai kemampuan, pengetahuan khusus dan pengalaman dalam berburu ular, serta merupakan mata pencaharian utamanya. Penangkap/pemburu amatir adalah orang yang melakukan penangkap/perburuan terhadap ular secara kebetulan atau menangkap dan memburu ular sebagai mata pencaharian tambahan karena mata pencaharian utamanya sebagai petani, pedagang keliling dan sebagainya. Pemburu profesional mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi yang menjadi habitat ular dan tata waktu dalam perburuannya, sedangkan pemburu sambilan mendapatkan/menangkap ular yang secara kebetulan dan mengetahui bahwa ular tersebut mempunyai nilai ekonomi.

Penangkap/pemburu profesional mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai habitat, perilaku dan tata waktu dalam

perburuan/penangkapan ular sendok dan reptil lainnya. Penangkap/pemburu yang melakukan perburuan termasuk ular sendok harus memiliki pengetahuan khusus tentang perilaku ular sendok, hal ini karena ular sendok yang mengandung bisa/racun menengah. Pemburu/penangkap yang ditemui dan diikuti dalam melakukan perburuan/penangkapan ular sendok sebanyak 13 orang yang terbagi atas penangkap/pemburu profesional 8 orang dan sambilan 5 orang. Penangkap profesional rata-rata telah lebih dari 10 tahun menjadi penangkap/pemburu ular.

Para pemburu/penangkap profesional dalam melakukan perburuan/ penangkapan ular menggunakan 2 cara, yaitu membongkar sarang ular sendok dan menunggu ular keluar dari sarang untuk berjemur dan mencari makan. Pemburu/penangkap yang diikuti dalam perburuan ular di Kabupaten Nganjuk, Bojonegoro dan Probolinggo melakukan pembongkaran sarang ular untuk menangkap ular sendok atau ular lainnya, tetapi pemburu/penangkap di Kabupaten Malang menunggu ular keluar dari sarang untuk ditangkap sehingga harus melakukan survei tata waktu keluarnya ular sendok tersebut. Pembongkaran ular sarang dilakukan setelah diketahui bahwa sarang tersebut merupakan sarang ular aktif dengan memperhatikan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh ular, yaitu berupa kotoran, kulit dan jejak. Untuk sarang ular sendok mempunyai permukaan lubang yang halus dan cenderung mengkilat.

Penangkapan ular di luar sarang tanpa pembongkaran sarang dilakukan untuk tetap menjaga habitat sarangnya sehingga dapat ditempati oleh individu lainnya yang pada akhirnya juga menjaga kelestarian dalam perburuan ular sendok. Pemburu/penangkap mempunyai tata waktu yang berbeda pada setiap jenis satwanya, pada pagi hari pemburu melakukan perburuan terhadap ular pucuk (Ahaetulla prasina), kemudian pada jam 10.00-14.00 WIB bila cuaca panas dan ada angin sepoi-sepoi waktu yang tepat untuk melakukan perburuan ular sendok dan ular jali (Ptyas mucosus) karena pada kondisi tersebut ular sendok keluar dari sarangnya untuk berjemur dan aktiftas lainnya.

Data jumlah penangkap dan pemburu ular dan reptil lainnya di wilayah Provinsi Jawa Timur belum diketahui secara jelas. Daftar nama penangkap

yang tercantum dalam lampiran surat keputusan ijin tangkap yang diterbitkan oleh BBKSDA Jatim merupakan agen/sub agen yang berada di bawah binaan pengumpul daerah yang mengajukan ijin tangkap satwaliar. Hasil wawancara dengan agen/sub agen dan pengumpul daerah bahwa penangkap/pemburu yang secara rutin dan termasuk penangkap/pemburu yang loyal menjual/menyetor hasil tangkapannya antara 5-11 orang pada setiap agen/sub agen atau pengumpul daerah. Bila rata-rata setiap agen/sub agen dan pengumpul daerah mempunyai penangkap/pemburu yang loyal sebanyak 8 orang, maka dengan jumlah agen/sub agen 78 orang dan pengumpul daerah sebanyak 23 orang dapat diperoleh jumlah penangkap/pemburu ular sebanyak 801 orang. Angka tersebut termasuk masih sangat kecil karena banyak agen/sub agen yang tidak terdata.

Menurut Siregar (2012), penangkap ular sanca batik (Python reticulatus) dan sanca gendang (Python brongersmai dan Python curtus) di Sumatera Utara menjadi 3 kategori, yaitu penangkap profesional penuh, penangkap profesional sambilan dan penangkap amatir. Penangkap profesional penuh merupakan orang yang mempunyai kegiatan sebagai penangkap ular dan menjadi mata pencaharian utamanya, sedangkan penangkap profesional sambilan adalah orang yang mempunyai kegiatan sebagai penangkap ular sebagai mata pencaharian sambilan. Penangkap amatir merupakan orang yang mendapatkan ular secara kebetulan, yaitu menemukan ular di sawah atau kebun yang kemudian ditangkap dan dijual. Semiadi dan Sidik (2011) memisahkan penangkap ular penangkap ular sanca batik (Python reticulatus) dan sanca darah merah (Python brongersmai) di Sumatera Utara menjadi 2 kategori, yaitu penangkap sambilan dan penangkap insidentil. Penangkap sambilan adalah orang melakukan aktifitas menangkap ular setelah melakukan kegiatan utamanya, seperti bertani atau buruh pada perkebunan sawit, sedangkan penangkap insidentil orang yang menangkap ular secara tidak teratur dan tergantung kebutuhan ekonomi atau secara tidak sengaja.

b. Agen/sub agen

Agen dan sub agen merupakan orang menghubungkan antara penangkap/ pemburu dengan pengumpul daerah. Sub agen adalah orang yang membeli ular dan reptil hasil tangkapan pemburu dalam skala kecil dan menjual/menyetor kepada agen. Agen menerima/membeli ular/reptil hasil tangkapan dari para penangkap/pemburu yang berada di sekitar tempat tinggal dan sub agen yang menjual hasil pembelian ular dan reptil lainnya dari penangkap/pemburu. Agen/sub agen membeli secara langsung ular dan reptil lain hasil tangkapan yang kemudian dipisah-pisahkan dalam kantong-kantong kain atau kotak yang dibuat khusus untuk menanpung ular reptil lainnya. Waktu penyimpanan hasil tangkapan dibedakan menurut jenisnya, ular jali biasanya langsung disetor ke pengumpul daerah atau minimal 1-2 hari disimpan agar penyusutan massa tubuhnya tidak besar, sedangkan untuk ular sendok biasanya disimpan dalam waktu yang lama, hal ini karena ular sendok penjualannya berdasarkan ukuran dan untuk penyediaan pengguna lokal sebagai obat.

Menurut Semiadi dan Sidik (2011) bahwa agen dalam tata niaga ular sanca batik (Python reticulatus) dan sanca darah merah (Python brongersmai) di Sumatera Utara merupakan orang yang berperan mengumpulkan hasil tangkapan dari penangkap yang kemudian dijual kepada pengumpul daerah. Antara agen dan penangkap pada beberapa daerah terdapat sub agen menjual tangkapan dari penangkap kepada agen.

Hasil penelusuran dilapangan terhadap nama-nama penangkap yang berada dalam lampiran surat keputusan ijin tangkap yang dikeluarkan oleh BBKSDA Jatim, ditemukan bahwa nama-nama penangkap tersebut merupakan agen dan penangkap yang merangkap sebagai agen. Jumlah agen yang tercantum dalam surat ijin tangkap 12 pengumpul daerah sebanyak 78 orang.

c. Pengumpul daerah

Pengumpul daerah adalah badan usaha yang menerima/membeli satwa yang tidak dilindungi secara langsung dari para agen/sub agen dan

pemburu/penangkap yang berada disekitar rumahnya. Pengumpul daerah melakukan proses pengolahan sebelum dikirim ke pengumpul besar/eksportir. Hasil olahan ular sendok berupa kulit, daging yang dikirim kepada pengumpul besar/eksportir, sedangkan empedu dijual kepada pedagang obat tradisional. Limbah hasil pengolahan berupa kotoran atau daging yang tidak bisa diproses dimasukkan dalam kolam ikan sebagai tambahan pakan ikan.

Dalam tata niaga ular sanca batik (Python reticulatus) dan sanca darah merah (Python brongersmai) di Sumatera Utara, pengumpul daerah merupakan orang yang membawahi beberapa agen dan tinggal di kota terdekat dengan lokasi pemanenan ular. Pengumpul daerah mempunyai masa kerja yang cukup lama yaitu antara 5-31 tahun.

Pengumpul daerah memperoleh ijin tangkap dan ijin edar dari BBKSDA atau BKSDA dengan masa berlaku selama setahun untuk ijin tangkap dan lima tahun untuk ijin edar. Jumlah pengumpul daerah di Jawa Timur yang memiliki ijin tangkap sebanyak 12 perusahaan dan ijin edar sebanyak 23 perusahaan.

d. Pengumpul besar/eksportir

Pengumpul besar/eksportir adalah badan usaha/perusahaan yang menerima satwa tidak dilindungi dari para pengumpul daerah dan agen/sub agen dalam bentuk olahan atau hidupan. Pengumpul besar dan sekaligus sebagai eksportir dan pengedar reptil di Jawa Timur sebanyak 4 perusahaan. Pengumpul besar/eksportir mempunyai hubungan kerjasama dengan pengumpul daerah untuk memenuhi kebutuhan ular dan reptil lain yang diekspor ke luar negeri. Pengumpul besar/eksportir mendapat ijin eksport satwaliar dari Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) atas rekomendasi BBKSDA Jatim dengan masa berlaku ijin selama lima tahun dan dapat diperpanjang kembali. Daging ular sendok dieksport ke Taiwan, Hongkong dan Cina, sedangkan kulit selain untuk kebutuhan industri kulit lokal dan negara-negara di Asia juga Eropa.

e. Pengguna domestik

Pengguna domestik adalah orang menggunakan ular sendok dan satwa lain sebagai obat, bahan makanan dan atraksi budaya. Pengguna ular sendok sebagai bahan obat-obatan tradisional banyak ditemui di kota-kota kabupaten dan kota besar. Di Kabupaten Malang terdapat rumah obat tradisional yang menjual racun dan empedu ular sendok sebagai bahan obat-obat tradisional. Pengguna ular sendok sebagai bahan obat tradisional juga dilakukan agen/sub agen yang dijual kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Atraksi budaya yang menggunakan ular sendok sebagai salah satu atraksinya adalah kuda lumping yang dilakukan oleh kelompok kuda lumping dari Nganjuk.

Hasil penelitian Kartikasari (2008) di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa ular sendok dipercaya mempunyai kasiat obat dibandingkan dengan satwaliar lain yang memiliki fungsi obat. Ular sendok dipercaya mempunyai kasiat untuk menambah stamina tubuh juga dapat menyembuhkan penyakit dalam, asthma, diabetes dan memperjelas pengelihatan. Arisnagara (2009) menemukan ular sendok yang diperdagangkan untuk obat tradisional di Provinsi DKI Jakarta sebagai obat penyakit kulit yang diambil dari darah segar dan empedunya. Situngkir (2009) menyatakan bahwa terdapat 8 bagian ular sendok (darah, empedu, sunsum, daging, lemak/minyak, tangkur/kelamin, kepala dan otak) yang mempunyai kasiat obat. Darah dan empedu mempunyai kasiat meningkatkan stamina dan menetralkan racun dalam tubuh, sedangkan daging mempunyai kasiat mengurangi gatal-gatal dan meningkatkan stamina. Lemak/minyak mempunyai kasiat sebagai peghilang bekas luka dan penyakit kulit lainnya, Tangkur dipercaya meningkatkan gairah seks dan otak mempunyai kasiat penyakit kuning dan paru-paru dan mata rabun.

Menurut Semiadi dan Sidik (2011) dalam rantai perdagangan ular di Sumatera Utara terdapat 4 komponen, yaitu penangkap (masyarakat), sub agen/agen, pengumpul daerah dan pengumpul besar (eksportir). Pelaku tata niaga reptil secara umum sama, Widagti (2007) menyatakan bahwa dalam perdagangan kura-kura Cuora amboinensis di Kota Bangun Kalimantan

Timur mempunyai empat tingkatan, yaitu pencari/penangkap, pengumpul, penampun, dan eksportir. Penampung menjadi perantara antara penangkap dan pengumpul dengan eksportir. Pencari/penangkap dan pengumpul tidak dapat langsung menjual kura-kura ke eksportir secara langsung disebabkan lokasi antara pencari/penangkap dan pengumpul dengan eksportir mempunyai yang cukup jauh. Penampung mempunyai tenaga pencari/penangkap dan pengumpul khusus yang menyetor kura-kura secara rutin dan menampung dulu sebelum disetor eksportir.

Dokumen terkait