• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU

1. Pelanggaran Hak Moral

Hak Moral adalah merupakan hak milik bagi pemiliknya sehingga penggunaan hak milik tersebut tidak disalah gunakan, walau orang mempunyai hak-hak milik tersebut tidak berarti bahwa boleh berbuat semaunya termasuk menyalah gunakan haknya itu. Penggunaan hak milik dibatasi oleh kepentingan orang lain tidak boleh merugikan hak orang lain. Penggunaan hak milik harus secara wajar demikian abdul Kadir Muhammad,48 Pelanggaran atau persengketaan yang dimulai sejak berlakunya auterswet 1912 meningkat hingga berlakunya UUHC Nomor 19 tahun 2002. para pihak yang berhak dalam hak moral adalah:

a. Pencipta.

Pelanggaran terhadap Pencipta lagu, sering muncul akibat dari ketidak pastian peraturan dan ketidak tahuan masyarakat akan ketentuan yang berlaku tentang Hak Cipta lagu tersebut, seperti disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUHC Nomor19 tahun 2002 dimana Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspisarinya

48

melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran imajinasi, kesekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

b. Produser.

Dalam komponen suatu Hak Cipta ataupun Karya Cipta tidak terlepas pada Produser, Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali dalam pencantuman Pencipta, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya,

c. Ahli waris

Dalam hal kewajiban seorang ahli waris terhadap pencantuman nama Pencipta, sehingga berhak untuk melarang pihak yang melakukan pencantuman nama Pencipta atas nama Pencipta lain.

Komen dan Verkade menyatakan bahwa Hak Moral yang dimiliki seorang Pencipta itu meliputi:

a. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan. b. Larangan mengubah judul.

c. Larangan mengubah penentuan Pencipta. d. Hak untuk mengadakan perubahan.49

Pelanggaran hak moral dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pelanggaran penerbitan

49

C.J.T Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Djambatan, 1979, hlm.39.

Sistem Hak Moral pada dasarnya bersumber dan kenyataan, bahwa karya cipta adalah refleksi kepribadian Pencipta, hak moral dalam kaitanya Hak Cipta sangat tidak bisa dipisahkan dan Pencipta atau Pengaranglah yang berhak atas namanya dicantumkan dalam karyanya. Dalam hal penerbitan lagu yang bisa dibagi menjadi tiga hak yaitu: Hak menuntut pencantuman nama Pencipta atau pengarang pada semua hasil perbanyakan karya untuk selamanya, hak mencegah orang lain menyebut dirinya sebagai Pencipta karya dan hak mencegah penggunaan atau pencantuman namanya pada sebuah karya orang lain dalam hal ini dimana nama Pencipta tidak bisa sembarangan apakah tidak dicantumkan atau tercantum pada Hak Cipta orang lain.

Dalam hal ini muncul pelanggaran akibat tidak dicantumkan nama Pencipta pada sebuah lagu, sehingga telah melanggar akan hak moral. Seperti disebutkan pada pasal 24 UUHC No.19 tahun 2002 disebutkan bahwa:

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaanya.

2. Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya diserahkan kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

b. Pelanggaran mengubah 1. Pelanggaran terhadap judul.

Pelanggaran yang muncul, dimana sebuah lagu tersebut telah diubah judulnya dari judul aslinya, sehingga menimbulkan pelanggaran hak moral Pencipta Seperti disebutkan pada pasal 24 angka 3 dan 4 UUHC No.19 tahun 2002 disebutkan bahwa:

3. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.

4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Dalam sebuah contoh dimana seperti lagu Zapin Dut Laksamana Raja Laut yang dalam persengketaan disebutkan bahwa lagu tersebut telah beredar dengan judul Nostalgia Aidil Fitri, atau lagu Cucakrowo yang mana sebelumnya diyakini ada lagu Batak yang berjudul sinengger-nengger sehingga timbul peristiwa hukum tentang judul.

5. Pelanggaran terhadap isi lagu

Sengketa yang muncul dalam hal ini menyangkut isi yaitu menyangkut akan lirik, musik, nada, tempo. Dalam contoh sebuah lagu yang merupakan lirik tentang cinta dimana bait-baitnya dirubah sehingga menimbulkan arti yang berbeda dari aslinya dan mengubah liriknya kedalam bahasa lain tanpa izin Pencipta, Musik yang dalam hal ini menjadi pelanggaran, dimana dalam contoh sebuah lagu dengan jenis musik Rock diubah menjadi sebuah lagu pop tanpa izin Pencipta sehingga timbulah peristiwa hukum.Nada dalam sebuah musik seperti dalam pelanggaran mengubah nada dari nada aslinya C mayor menjadi E minor tanpa izin Pencipta, begitu juga pelanggaran terhadap tempo lagu yang asli dengan tempo1menjadi tempo3.

Hak moral tercantum dalam konvensi Berne dimasukan pada revisi Roma 1929 tercantum pada Pasal 6 bis, disempurnakan pada revisi Brussel dengan menambah keharusan adanya orisinal dan revisi Stockholm dengan penambahan jangka waktu pada Pasal 6 bis ayat (2), ditentukan bahwa Hak Moral perlindunganya sama dengan Hak Cipta.

Sesuai dengan sifat tunggal Hak Cipta dengan Penciptanya dan segi moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta baik itu mengenai judul, isi apalagi penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dan Pencipta atau ahli warisnya jika Pencipta meninggal dunia. dengan demikian, Pencipta atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Meskipun demikian jika Pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin Penciptanya untuk melaksanakan pengerjaannya, sehingga sering muncul sengketa dalam hal ini dimana terjadi pemisahan dari kesatuan terhadap pencipta apakah terjadi dalam hal judul lagu yang tidak sesuai dengan aslinya, sering kita ketahui dimana sebuah lagu dimana pada saat diciptakan dan di umumkan kepada masyarakat memiliki nilai yang kurang memuaskan, sehingga hasilnya dan lagu tersebut kurang dikenal oleh masyarakat sehingga terjadi suatu pengambil alihan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan mengumumkan dan mempopulerkan di masyarakat dengan judul yang berbeda sehingga menjadi terkenal dan meledak dipasaran. disini timbul permasalahan terhadap Hak Moral terhadap lagu tersebut.

Pelanggaranpun muncul dimana tidak memperhatikan seperti yang tertera dalam Pasal55 UUHC Nomor 19 tahun 2002 seperti :

1. Meniadakan atau tidak menyebutkan nama Pencipta lagu yang tercantum pada ciptaan itu.

3. Mengganti atau mengubah judul ciptaan;atau 4. Mengubah isi ciptaan.

Dokumen terkait