• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN HASIL PENILAIAN PEMBELAJARAN

Dalam dokumen A. PENGANTAR - Penilaian Pembelajaran (Halaman 38-49)

Pada kegiatan belajar terdahulu, Anda telah mengenal bagaimana langkah-langkah dan proses pengolahan penilaian hasil belajar. Dalam kegiatan belajar berikut ini, akan dibahas tentang bagaimana cara melaporkan penilaian hasil belajar. Untuk mempermudah pemahaman Anda dalam mempelajari uraian kegiatan belajar ini, dianjurkan agar Anda telah menguasai materi bahasan pada kegiatan belajar sebelumnya. Apabila Anda ragu dengan tingkat penguasaan kegiatan belajar tersebut, dipersilakan agar Anda membuka kembali materi kegiatan belajar terdahulu.

Apa dan bagaimana pelaporan hasil penilaian itu?

Untuk memahami konsep pelaporan hasil penilaian sangat dianjurkan agar Anda paham betul tentang hakikat dan tujuan penilaian. Untuk itu, Anda pasti sudah memahaminya karena hal tersebut telah dibahas pada kegiatan pertama BBM ini. Meskipun demikian, untuk menyamakan pemahaman Anda, berikut ini dikemukakan tentang tujuan penilaian.

Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan kegiatan belajar pertama dalam BBM ini bahwa sedikitnya ada dua tujuan diselenggarakannya ujian atau penilaian. Pertama, untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik, dan kedua untuk mengetahui hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, informasi tentang hasil belajar peserta didik akan bermanfaat bagi peserta didik dan guru apabila mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut. Untuk tercapainya target/tujuan penilaian maka pemanfaatan informasi hasil penilaian perlu mendapat dukungan dari peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua.

Bagaimana informasi hasil belajar dibuat agar dapat diketahui oleh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua?

Pada hakikatnya, laporan hasil belajar itu akan bermanfaat dan dimanfaatkan oleh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua apabila informasi hasil belajar tersebut diberikan lengkap dan akurat. Untuk mendapat informasi yang lengkap, laporan hasil belajar harus terpisah tergantung tujuannya, untuk siapa laporan itu ditujukan. Laporan haruslah dibuat khusus yang ditujukan kepada dimaksudkan untuk pihak tertentu, apakah guru, peserta didik, sekolah atau orang tua. Dengan kata lain, laporan hasil belajar dibuat untuk kepentingan pihak tertentu.

Laporan hasil belajar peserta didik hendaknya berbentuk profil yang mencakup kompetensi atau ranah kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi yang mengandung ranah afektif dan perilaku dapat diperoleh melalui teknik penilaian tertentu yang berbeda dari ranah kognitif sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Pengamatan terhadap perilaku merupakan cara yang efektif dalam menilai aspek afektif.

Bagaimana seyogyanya membuat laporan hasil belajar itu? Berikut ini akan dijelaskan beberapa prinsip pembuatan laporan untuk orang tua dan siswa, sekolah, dan masyarakat.

Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa hendaknya dibuat selengkap mungkin agar mereka mendapat informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya bagi peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat membantu orang tua lebih memahami tentang kondisi anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Meskipun demikian, pembuatan penulisan laporan yang lengkap tidaklah mudah. Tugas ini akan menjadi beban bagi seorang guru terutama yang belum terbiasa membuat laporan yang lengkap.

Agar laporan itu tidak membebani guru, maka perlu ada pengaturan waktu dalam penyusunannya, misalnya laporan tengah semester, akhir semester, atau tahunan. Bentuk laporan yang dibuat dapat berupa buku rapor atau rekap hasil belajar dalam bentuk kumpulan hasil karya siswa terbaik. Jumlah laporan dapat diklasifikasikan apakah menurut mata pelajaran, kelompok mata pelajaran (Agama dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, IPTEK, Seni Budaya, Jasmani, Olah Raga, Kesehatan) atau seluruh mata pelajaran. Semua laporan ini selanjutnya dikirim kepada seluruh orang

tua siswa. Di dalam buku laporan tersebut dikemukakan pula prestasi belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, apakah sudah lulus atau belum lulus, apakah sudah baik, cukup, atau kurang, apakah perlu perbaikan (mengulang atau remedial), atau mencantumkan nilai angka.

Tugas pembuatan laporan lain yang harus dilakukan oleh guru adalah laporan untuk sekolah. Pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas lulusan harus berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi diri agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu tersebut. Sekolah harus mengetahui kondisi tentang peserta didik, kemampuan guru, fasilitas (sarana/prasarana) yang dimilikinya. Semua informasi tentang peserta didik tersebut dilaporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar.

Laporan yang dibuat guru untuk sekolah atau kepala sekolah hendaknya dibuat selengkap mungkin. Laporan berisi bukan hanya menyangkut jumlah siswa dan prestasi hasil belajarnya melainkan mencakup kompetensi peserta didik yang lebih rinci, misalnya aspek pengetahuan, keterampilan/praktek, dan nilai/sikap, bahkan minat serta bakatnya. Dengan demikian, laporan tidak hanya dalam bentuk nilai angka melainkan dalam bentuk deskripsi/naratif tentang karakteristik peserta didik.

Selain dua bentuk laporan di atas, laporan yang dibuat oleh guru disiapkan pula untuk masyarakat. Laporan untuk masyarakat ini dibuat terutama berkaitan dengan kelulusan peserta didik. Diharapkan bahwa setiap peserta didik yang telah lulus dapat menunjukkan bukti tingkat keberhasilan mengenai kemampuan atau kompetensi berupa pengetahuan dan keterampilan tertentu. Tingkat keberhasilan dalam kompetensi inilah yang dilaporkan dalam buku laporan untuk masyarakat. Tidak seperti bentuk laporan untuk orang tua dan sekolah, laporan untuk masyarakat dibuat secara singkat tetapi padat yang menggambarkan prestasi dan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, agar informasi ini mudah diserap oleh masyarakat maka wahana seperti surat kabar, majalah serta media elektronik sangat tepat dijadikan sebagai media laporan tentang hasil belajar peserta didik untuk masyarakat.

Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar bagi peserta didik, orang tua, guru dan sekolah?

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pembuatan laporan hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar oleh pihak yang berkepentingan tersebut? Ikutilah uraian berikut ini!

Pertama, pemanfaatan laporan hasil belajar oleh peserta didik dimaksudkan untuk: (1) mengetahui kemajuan hasil belajar diri; (2) mengetahui konsep-konsep atau teori-teori yang belum dikuasai; (3) memotivasi diri untuk belajar lebih baik; dan (4) memperbaiki strategi belajar. Peserta didik dapat memperoleh informasi tentang hasil belajarnya melalui berbagai cara seperti ujian, kuesioner atau angket, wawancara dan pengamatan. Melalui ujian dapat diperoleh informasi untuk ranah kognitif dan perilaku sedangkan melalui angket dan pengamatan dapat diperoleh informasi untuk ranah afektif. Menurut Ghofur dkk. (2004) laporan hasil belajar yang akurat untuk peserta didik dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin apabila isi laporan tersebut meliputi: (1) hasil pencapaian belajar peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi dasar yang sudah dicapai dan yang belum dicapai; (2) kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam semua mata pelajaran; dan (3) minat peserta didik pada masing-masing mata pelajaran. Namun, agar laporan tersebut cukup lengkap dan spesifik maka hasil pencapaian peserta didik hendaknya dilaporkan pada setiap kompetensi dasar atau indikator tentang standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) ditentukan oleh sejumlah kriteria antara lain materi esensial, kompleksitas, sarana pendukung, dan intake siswa. Semua unsur KKM ini secara kumulatif akan menjadi input bagi laporan hasil belajar peserta didik. Adanya keterangan dalam laporan sangat penting untuk mengetahui kompetensi dasar apa yang masih lemah atau belum dikuasai dan kompetensi dasar apa yang sudah dikuasai. Dari informasi inilah peserta didik dan guru dapat melakukan kegiatan remedial atau perbaikan. Secara terbuka guru dapat mengkomunikasikan kepada peserta didik tentang kompetensi apa yang masih harus diperbaiki.

Kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata pelajaran dituliskan pada buku laporan hasil belajar peserta didik dalam bentuk angka, demikian pula untuk nilai kognitif (pengetahuan dan pemahaman konsep) dan perilaku (praktik). Sedangkan untuk nilai afektif (sikap) dituliskan dalam bentuk nilai huruf (kualitas) seperti: A (Amat baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang). Pada kolom keterangan hendaknya dituliskan penjelasan yang menerangkan tentang tingkat pencapaian secara kualitatif, seperti baik, cukup, atau kurang disertai dengan penjelasan materi apa yang sudah atau belum dikuasai. Dapat dikemukakan kompetensi dan indikator apa yang belum atau sudah dikuasai, seperti pengetahuan/pemahaman konsep, kemampuan/kecakapan dalam praktik serta minat belajarnya.

Perlu ditambahkan bahwa alangkah baiknya, apabila laporan menggunakan gaya bahasa yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Contoh bentuk dan format laporan hasil belajar peserta didik untuk peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut.

PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER- KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR MATA PELAJARAN ....

Kelas: ...

Standar kompetensi: ...

Kompetensi

dasar/Indikator Penentuan Standar Ketuntasan Minimal Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Penentuan SKBM Esensial Kompleksitas Sarana

Pendukung IntakeSiswa

1.1 1.2 1.3

(mengacu pada panduan KKM hanya tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake)

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Nomor induk: ... Semester: ...

Nama sekolah: ... Tahun ajaran: ...

Ranah Kognitif : ...

No. Kompetensi dasar/

Indikator Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Perilaku : ...

No. Kompetensi dasar/

Indikator Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik

No. Kompetensi dasar/ Indikator

Minat terhadap

materi pokok Keterangan

Kedua, pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dimaksudkan agar orang tua dapat memotivasi anaknya untuk belajar lebih baik lagi dan ada input baginya untuk menentukan strategi dalam membantu anaknya belajar. Dalam hal ini, laporan untuk orang tua tetap harus mengandung informasi yang lengkap dan akurat tentang kelemahan dan keberhasilan setiap mata pelajaran yang dipelajari peserta didik. Perlu dikemukakan apa kelemahan penguasaan mata pelajaran ini berdasarkan kompetensi dasar/indikator pada aspek

kognitif, afektif dan perilaku. Dengan isi laporan yang rinci dan lengkap, maka diharapkan informasi ini akan: (1) membantu anaknya belajar lebih giat lagi; (2) memotivasi belajar agar lebih berprestasi; (3) membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik; dan (4) membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas belajar. Perlu ditambahkan bahwa informasi yang seyogyanya terkandung dalam laporan meliputi juga kelemahan dan kekuatan peserta didik, keterampilan dalam melaksanakan tugas dan hasil yang telah dicapai, serta minatnya terhadap suatu mata pelajaran. Bentuk laporan hasil belajar peserta didik untuk orang tua sebagai berikut.

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Nama siswa: ... Kelas: ...

Nomor induk: ... Semester: ...

Nama sekolah: ... Tahun ajaran: ...

Ranah Kognitif : ...

No. Mata pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan Ranah Perilaku : ...

No. Mata pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik

No. Mata pelajaran Minat terhadap

materi pokok

Keterangan

Ketiga, pemanfaatan laporan hasil belajar peserta didik untuk guru dan sekolah dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam satu kelas, satu sekolah, untuk semua mata pelajaran. Dengan adanya informasi dari laporan hasil belajar ini, maka diharapkan guru akan memiliki sejumlah data tentang peserta didik guna meningkatkan kinerjanya.

Diharapkan guru akan berupaya memperbaiki strategi pembelajaran yang lebih tepat sedangkan sekolah dapat meningkatkan pelayanan serta melengkapi fasilitas pembelajaran. Semuanya berupaya untuk meningkatkan mutu serta prestasi belajar peserta didik.

Sebagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dan peserta didik sendiri, pemanfaatan laporan untuk guru dan sekolah hendaknya mencakup aspek kompetensi selengkap mungkin. Dari aspek kompetensi, laporan hendaknya meliputi ranah kognitif, perilaku, dan afektif. Aspek atau ranah manakah yang sudah dikuasai dan aspek manakah yang belum dikuasai oleh peserta didik. Patokan skor kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah 75 atau lebih dengan rentang 0 sampai 100, baik untuk semua mata pelajaran maupun mata pelajaran. Dari laporan ini, guru akan memperoleh laporan untuk setiap kelasnya sedangkan sekolah memperoleh laporan semua kelas yang ada di sekolah tersebut. Format laporan hasil belajar peserta didik untuk guru dan sekolah dibuat dalam tabel sebagai berikut.

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Kelas : ... Jumlah peserta didik: ...

Nomor induk: ... Guru kelas: ...

Ranah Kognitif:

No. Mata pelajaran Jumlah peserta didik dengan

skor Kompetensi dasar yang belum

dikuasai sebagian besar peserta didik Sama atau

diatas 75 Lebih kecil dari 75

1. PKn

2. dst

Ranah Perilaku:

No. Mata pelajaran Jumlah peserta didik dengan

skor Kompetensi dasar yang belum

dikuasai Sama atau

diatas 75 Lebih kecil dari 75

1. PKn

2. dst

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa skor batas kelulusan? Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), batas kelulusan untuk ranah kognitif dan perilaku adalah minimum 75, demikian pula skor angket untuk ranah afektif atau sikap. Namun angket untuk skala sikap dan minat bukan untuk menilai benar atau salah. Oleh karena itu, penilaian untuk minat lebih tepat dilakukan secara deskriptif dan penafsiran kualitatif.

Penilaian untuk ranah afektif merupakan tambahan informasi saja tentang peserta didik dalam menentukan kelulusan. Meskipun demikian, skor

dari ranah afektif ini tidak dapat dijumlahkan dengan skor dari ranah kognitif dan perilaku karena ranah afektif memiliki karakteristik yang berbeda dari ranah kognitif dan perilaku.

Dalam dokumen A. PENGANTAR - Penilaian Pembelajaran (Halaman 38-49)

Dokumen terkait