• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Pengolahan berbahan baku Produk lokal (Kawista dan Labu Pamkim), dilaksanakan Depo Pertamina tanggal 12

Juni 2013, diikuti 857 peserta Ibu-Ibu dari wilayah Ring I BDMP (Lewintana dan Lewidewa: 205 orang), serta 5 wilayah Kecamatan lainnya: Sape (145), Bolo (240), Soromandi (250), Madapangga (11), Woha (6) . Materi pelatihan adalah:

a. Kawista dalam bentuk produk Dodol, Sirup dan Slai. b. Labu Pamkim dalam bentuk produk Dodol, Saos dan Slai.

Untuk mendukung aktifitas di kampus BDMP sebagai center aktivitas petani, Pertamina juga membangun sarana dan prasarana penunjang aktivitas sebagai berikut:

1. Pembangunan Aula dan Mushollah sebagai sarana aktifitas Pemberdayaan Masyarakat, yang kemanfaatannya diarahkan: a. Aula: untuk peningkatan kapasitas masyarakat Bima

(Kabupaten dan Kota), melalui penyelenggaraan pelatihan dan praktek lapangan. Kegiatan ini diupayakan untuk mendorong optimalisasi pengelolaan potensi sumberdaya lokal dengan sistem pengembangan pertanian terpadu berbasis peternakan terintegrasi, serta pengembangan inovasi dalam budidaya, pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk (segar dan olahan) secara organik.

b. Mushollah: sebagai sarana ibadah dan peningkatan kapasitas mental-spiritual masyarakat sekitar melalui pengajian, dan lain-lain.

2. Gapura Kampus BDMP dan Paving Blok lingkungan Kampus BDMP, dimaksudkan untuk memberikan informasi dan arah kampus BDMP dan penataan lingkungan yang rapih, indah dan nyaman di lingkungan Kampus BDMP

3. Pembangunan Kamar Mandi dan WC Umum, yang merupakan fasilitas pendukung aktifitas pemberdayaan masyarakat di Kampus BDMP dalam rangka pelatihan, praktek lapangan, dan pengembangan budidaya serta pengolahan produk.

3. Pelatihan Pengolahan berbahan baku Produk lokal (Kawista dan Labu Pamkim), dilaksanakan Depo Pertamina tanggal 12

Juni 2013, diikuti 857 peserta Ibu-Ibu dari wilayah Ring I BDMP (Lewintana dan Lewidewa: 205 orang), serta 5 wilayah Kecamatan lainnya: Sape (145), Bolo (240), Soromandi (250), Madapangga (11), Woha (6) . Materi pelatihan adalah:

a. Kawista dalam bentuk produk Dodol, Sirup dan Slai. b. Labu Pamkim dalam bentuk produk Dodol, Saos dan Slai.

Untuk mendukung aktifitas di kampus BDMP sebagai center aktivitas petani, Pertamina juga membangun sarana dan prasarana penunjang aktivitas sebagai berikut:

1. Pembangunan Aula dan Mushollah sebagai sarana aktifitas Pemberdayaan Masyarakat, yang kemanfaatannya diarahkan: a. Aula: untuk peningkatan kapasitas masyarakat Bima

(Kabupaten dan Kota), melalui penyelenggaraan pelatihan dan praktek lapangan. Kegiatan ini diupayakan untuk mendorong optimalisasi pengelolaan potensi sumberdaya lokal dengan sistem pengembangan pertanian terpadu berbasis peternakan terintegrasi, serta pengembangan inovasi dalam budidaya, pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk (segar dan olahan) secara organik.

b. Mushollah: sebagai sarana ibadah dan peningkatan kapasitas mental-spiritual masyarakat sekitar melalui pengajian, dan lain-lain.

2. Gapura Kampus BDMP dan Paving Blok lingkungan Kampus BDMP, dimaksudkan untuk memberikan informasi dan arah kampus BDMP dan penataan lingkungan yang rapih, indah dan nyaman di lingkungan Kampus BDMP

3. Pembangunan Kamar Mandi dan WC Umum, yang merupakan fasilitas pendukung aktifitas pemberdayaan masyarakat di Kampus BDMP dalam rangka pelatihan, praktek lapangan, dan pengembangan budidaya serta pengolahan produk.

Dalam proses pelaksanaannya program BDMP mengalami pasang surut, baik dalam kegiatan maupun keanggotaan kelompok. Di awal program, tahun 2010 respon masyarakat Lewintana dan Lewidewa besar. Masyarakat kedua desa sangat antusias menyambut program BDMP, yakni sebagian besar masyarakat terlibat langsung dan ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Masyarakat seperti melihat fajar pagi baru, melihat harapan baru di tanah-tanah gersang mereka. Kelompok-kelompok peternak dan pertani berbaur dengan jumlah anggota sangat besar, tidak bisa diingkari dan tidak sedikit dari anggota tersebut memilih bergabung ke dalam kelompok karena berharap Pertamina akan mengucurkan bantuan dalam bentuk ternak dan lainnya. Alhasil tidak semua anggota didasarkan pada kesadaran ingin meningkatkan ekonomi keluarganya dengan belajar teknik memelihara ternak dan pertanian yang benar dan baik di Kampus BDMP.

Hal seperti ini memang tidak dapat dihindari. Sudah jamak, tidak semua anggota punya niatan tulus untuk berkembang meningkatkan ekonomi bersama melalui kelompok, bahkan tidak sedikit anggota yang membawa kepentingan pribadi dan kemudian mengacaukan kelompok. Munculnya pertarungan kepentingan dan berbagai permasalahan berdampak pada menurunnya jumlah anggota kelompok dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat.

Pada awal program BDMP digulirkan hampir semua warga di Lewintana dan Lewidewa ambil bagian sebagai penerima manfaat program, seperti di Lewintana tercatat ada 57 anggota kelompok saat program BDMP dicanangkan tahun 2010 dan tahun 2014 anggota kelompok tersisa hanya 14 orang di kelompok kandang. Kelompok

Dalam proses pelaksanaannya program BDMP mengalami pasang surut, baik dalam kegiatan maupun keanggotaan kelompok. Di awal program, tahun 2010 respon masyarakat Lewintana dan Lewidewa besar. Masyarakat kedua desa sangat antusias menyambut program BDMP, yakni sebagian besar masyarakat terlibat langsung dan ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Masyarakat seperti melihat fajar pagi baru, melihat harapan baru di tanah-tanah gersang mereka. Kelompok-kelompok peternak dan pertani berbaur dengan jumlah anggota sangat besar, tidak bisa diingkari dan tidak sedikit dari anggota tersebut memilih bergabung ke dalam kelompok karena berharap Pertamina akan mengucurkan bantuan dalam bentuk ternak dan lainnya. Alhasil tidak semua anggota didasarkan pada kesadaran ingin meningkatkan ekonomi keluarganya dengan belajar teknik memelihara ternak dan pertanian yang benar dan baik di Kampus BDMP.

Hal seperti ini memang tidak dapat dihindari. Sudah jamak, tidak semua anggota punya niatan tulus untuk berkembang meningkatkan ekonomi bersama melalui kelompok, bahkan tidak sedikit anggota yang membawa kepentingan pribadi dan kemudian mengacaukan kelompok. Munculnya pertarungan kepentingan dan berbagai permasalahan berdampak pada menurunnya jumlah anggota kelompok dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat.

Pada awal program BDMP digulirkan hampir semua warga di Lewintana dan Lewidewa ambil bagian sebagai penerima manfaat program, seperti di Lewintana tercatat ada 57 anggota kelompok saat program BDMP dicanangkan tahun 2010 dan tahun 2014 anggota kelompok tersisa hanya 14 orang di kelompok kandang. Kelompok

kandang yang diketuai oleh Ahmat Ute, Kelompok lele yang diketuai Ahmad Mohdar dengan anggota kelompok 12 orang. Kelompok lele ini pada awalnya merupakan dampingan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bima sebelum melakukan kegiatan produktif bersama di kampus BDMP.

Saat ini kelompok yang sangat penting peranannya adalah kelompok pengelola air sumur bor, salah satu anggota kelompok yang merangkap sebagai operator mesin adalah Masnoor Mohdar dan pemilik lahan tempat sumur bor digali yakni Sahbudin. Kelompok pengelola air ini merupakan kelompok yang sangat vital tidak hanya dalam budidaya pertanian dan peternakan, tetapi juga dalam penyediaan air bersih masyarakat sekitar dikala musim kemarau tiba.

Sistem pertanian terpadu atau integrated farming, dimana kegiatan

pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan yang saling memperkuat sistem produksi dan kualitas hasil produk. Selain melakukan aktifitas bertani dan beternak, kegiatan kelompok pengelola air antara lain: pertama, menurunkan air ke kampus BDMP: kedua, jika petani di bukit membutuhkan air untuk melakukan penanaman, kelompok ini yang bertanggungjawab terhadap suplai air. Tentu saja, tugasnya tidak sesederhana sebagaimana yang disebut di atas. Ada sekitar 300 hektar lahan kering menjadi target program BDMP yang harus mendapat suplai air. Tidak sedikit kendala yang harus dihadapi kelompok pengelola air, diantaranya: terbatasnya bak-bak air yang digunakan untuk menampung dan menyuplai air ke lahan pertanian yang lebih luas. Selain itu secara teknis, operator dan tenaga teknik mesin diesel yang bertugas menjaga dan menghidupkan diesel hanya diampu oleh satu orang saja; Masnoor Mohdar. Oleh karena itu, menyalurkan air ke sekitar 300 hektar lahan kering juga bukan

kandang yang diketuai oleh Ahmat Ute, Kelompok lele yang diketuai Ahmad Mohdar dengan anggota kelompok 12 orang. Kelompok lele ini pada awalnya merupakan dampingan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bima sebelum melakukan kegiatan produktif bersama di kampus BDMP.

Saat ini kelompok yang sangat penting peranannya adalah kelompok pengelola air sumur bor, salah satu anggota kelompok yang merangkap sebagai operator mesin adalah Masnoor Mohdar dan pemilik lahan tempat sumur bor digali yakni Sahbudin. Kelompok pengelola air ini merupakan kelompok yang sangat vital tidak hanya dalam budidaya pertanian dan peternakan, tetapi juga dalam penyediaan air bersih masyarakat sekitar dikala musim kemarau tiba.

Sistem pertanian terpadu atau integrated farming, dimana kegiatan

pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan yang saling memperkuat sistem produksi dan kualitas hasil produk. Selain melakukan aktifitas bertani dan beternak, kegiatan kelompok pengelola air antara lain: pertama, menurunkan air ke kampus BDMP: kedua, jika petani di bukit membutuhkan air untuk melakukan penanaman, kelompok ini yang bertanggungjawab terhadap suplai air. Tentu saja, tugasnya tidak sesederhana sebagaimana yang disebut di atas. Ada sekitar 300 hektar lahan kering menjadi target program BDMP yang harus mendapat suplai air. Tidak sedikit kendala yang harus dihadapi kelompok pengelola air, diantaranya: terbatasnya bak-bak air yang digunakan untuk menampung dan menyuplai air ke lahan pertanian yang lebih luas. Selain itu secara teknis, operator dan tenaga teknik mesin diesel yang bertugas menjaga dan menghidupkan diesel hanya diampu oleh satu orang saja; Masnoor Mohdar. Oleh karena itu, menyalurkan air ke sekitar 300 hektar lahan kering juga bukan

pekerjaan sederhana. Masnoor Mohdar sendiri yang bertindak sebagai teknisi dan operator mesin diesel di sumur bor bergabung dalam program BDMP baru setahun belakangan.

Secara periodik program BDMP dapat dikatakan, sebagai berikut:

1. Periode pertama program BDMP mendapat antusias warga Lewintana dan Lewidewa sangat besar, ini terbukti dengan jumlah anggota kelompok yang besar. Ada 57 anggota kelompok kandang yang terlibat dalam program ini.

2. Periode kedua, masyarakat mulai berkurang antusias dan perlahan mulai sepi keterlibatannya dalam BDMP karena berbagai persoalan yang muncul dalam kelompok.

3. Periode ketiga, aktifitas di kampus BDMP mulai menggeliat kembali. Kampus BDMP menjadi center bagi aktifitas peternak dan petani kembali, meski jumlah kelompok yang ada menurun dari awalnya. Namun itu tidak menjadi persoalan serius karena komitmen dari kelompok kecil anggota untuk meneruskan program BDMP dan mencapai cita-cita kesejahteraan bersama merupakan modal yang

pekerjaan sederhana. Masnoor Mohdar sendiri yang bertindak sebagai teknisi dan operator mesin diesel di sumur bor bergabung dalam program BDMP baru setahun belakangan.

Secara periodik program BDMP dapat dikatakan, sebagai berikut:

1. Periode pertama program BDMP mendapat antusias warga Lewintana dan Lewidewa sangat besar, ini terbukti dengan jumlah anggota kelompok yang besar. Ada 57 anggota kelompok kandang yang terlibat dalam program ini.

2. Periode kedua, masyarakat mulai berkurang antusias dan perlahan mulai sepi keterlibatannya dalam BDMP karena berbagai persoalan yang muncul dalam kelompok.

3. Periode ketiga, aktifitas di kampus BDMP mulai menggeliat kembali. Kampus BDMP menjadi center bagi aktifitas peternak dan petani kembali, meski jumlah kelompok yang ada menurun dari awalnya. Namun itu tidak menjadi persoalan serius karena komitmen dari kelompok kecil anggota untuk meneruskan program BDMP dan mencapai cita-cita kesejahteraan bersama merupakan modal yang

sangat berharga. Lebih baik memulai dari sedikit anggota kelompok yang berkomitmen tinggi, dari pada memulai dari kelompok besar tapi tidak punya komitmen sama sekali. Kelompok kecil inilah yang kemudian menjadi motor penggerak dalam pengembangan pertanian terpadu di Lewintana dan Lewidewa.

S e t e l a h p r o g r a m B D M P dilakukan di Lewintana dan Lewidewa, terlihat nyata perubahan yang terjadi di dua desa tersebut. Tanah-tanah k e r i n g y a n g s e m u l a diterlantarkan dan menunggu curah hujan turun berubah menjadi hamparan hijau tanaman jagung, kacang-kacangan, padi, dan buah-buahan. Pekarangan rumah yang semula diterlantarkan juga mulai mendapat sentuhan tangan-tangan terampil ibu-ibu. Sayur mayur segar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saat ini menjadi sajian murah yang dengan mudah didapatkan oleh keluarga petani,

sangat berharga. Lebih baik memulai dari sedikit anggota kelompok yang berkomitmen tinggi, dari pada memulai dari kelompok besar tapi tidak punya komitmen sama sekali. Kelompok kecil inilah yang kemudian menjadi motor penggerak dalam pengembangan pertanian terpadu di Lewintana dan Lewidewa.

S e t e l a h p r o g r a m B D M P dilakukan di Lewintana dan Lewidewa, terlihat nyata perubahan yang terjadi di dua desa tersebut. Tanah-tanah k e r i n g y a n g s e m u l a diterlantarkan dan menunggu curah hujan turun berubah menjadi hamparan hijau tanaman jagung, kacang-kacangan, padi, dan buah-buahan. Pekarangan rumah yang semula diterlantarkan juga mulai mendapat sentuhan tangan-tangan terampil ibu-ibu. Sayur mayur segar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saat ini menjadi sajian murah yang dengan mudah didapatkan oleh keluarga petani,

bahkan budidaya ikan yang selama ini dianggap hal yang tidak masuk akal dilakukan di pekarangan rumah, dengan bergulirnya progam BDMP budidaya ikan khususnya lele mulai dilakukan masyarakat Lewintana dan Bima umumnya.

Dalam hal energi, petani mulai mengurangi ketergantungan terhadap energi konvensional (minyak tanah dan gas). Penggunaan energi terbarukan dalam bentuk biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak memberikan nilai lebih (multiplier effect) dari pola pertanian terpadu. Inovasi menarik muncul dalam pemanfaatan biogas adalah penggunaan ban dalam bekas sebagai pengganti tabung gas yang mahal. Meski kapasitas dan durasi waktu penggunaan terbatas, misalnya untuk memasak lebih pendek dari tabung gas standar namun patut diapresiasi dan ditindaklanjuti lebih jauh mengingat beberapa keuntungan yang didapat dalam penggunaan ban dalam bekas sebagai penganti tabung gas: pertama, ban bekas jauh lebih murah dari pada tabung gas; kedua, ketersediaan ban bekas sebagai tabung gas portable mudah diakses masyarakat; ketiga, penggunaan ban bekas merupakan bagian dari upaya recycle untuk mengurangi limbah yang mencemari lingkungan mengingat ban bekas merupakan bahan yang tidak mudah terurai di dalam tanah. Dampak lain dari fasilitas yang dibangun

bahkan budidaya ikan yang selama ini dianggap hal yang tidak masuk akal dilakukan di pekarangan rumah, dengan bergulirnya progam BDMP budidaya ikan khususnya lele mulai dilakukan masyarakat Lewintana dan Bima umumnya.

Dalam hal energi, petani mulai mengurangi ketergantungan terhadap energi konvensional (minyak tanah dan gas). Penggunaan energi terbarukan dalam bentuk biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak memberikan nilai lebih (multiplier effect) dari pola pertanian terpadu. Inovasi menarik muncul dalam pemanfaatan biogas adalah penggunaan ban dalam bekas sebagai pengganti tabung gas yang mahal. Meski kapasitas dan durasi waktu penggunaan terbatas, misalnya untuk memasak lebih pendek dari tabung gas standar namun patut diapresiasi dan ditindaklanjuti lebih jauh mengingat beberapa keuntungan yang didapat dalam penggunaan ban dalam bekas sebagai penganti tabung gas: pertama, ban bekas jauh lebih murah dari pada tabung gas; kedua, ketersediaan ban bekas sebagai tabung gas portable mudah diakses masyarakat; ketiga, penggunaan ban bekas merupakan bagian dari upaya recycle untuk mengurangi limbah yang mencemari lingkungan mengingat ban bekas merupakan bahan yang tidak mudah terurai di dalam tanah. Dampak lain dari fasilitas yang dibangun

Pertamina dalam rangka pemberdayaan mayarakat, antara lain:

1. Termanfaatkannya air baku pertanian untuk meningkatkan intensitas penanaman 3 kali setahun (awal 1 kali air tadah hujan) di lahan BDMP maupun lahan masyarakat sekitarnya.

a. Di lahan Kampus BDMP dibuat demplot tanaman dan perikanan darat oleh kelompok masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat yang aktif di Kampus BDMP, melalui budidaya sayuran organik (kangkung, tomat, jagung, dll) dan perikanan darat (lele), hasilnya akan dijual ke pasar lokal.

b. Pembuatan bibit jagung untuk masyarakat dalam optimalisasi pengelolaan lahan, ke depan diharapkan dapat dikembangkan bibit aneka tanaman pangan dan hortikultura bernilai ekonomi tinggi di lahan Kampus BDMP dan sekitarnya untuk dikembangkan di lahan produktif masyarakat guna meningkatkan daya saing produk dan pendapatan masyarakat. 2. Termanfaatkannya air bersih oleh masyarakat setempat dan sekitar

wilayah BDMP, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun dijual kepada masyarakat yang tidak mampu mengambil langsung. 3. Termanfaatkannya biogas sebagai pemenuhan kebutuhan bahan

bakar rumah tangga melalui stasiun pengisian biogas (SPB) ke dalam ban bekas di Kampus BDMP, sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji.

4. Termanfaatkannya limbah biogas sebagai pupuk organik, untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan perikanan darat yang dikelola masyarakat dengan dukungan air baku pertanian melalui sumur bor.

5. Meningkatnya kapasitas keterampilan masyarakat dalam budidaya dan diversifikasi olahan produk, dengan tersedianya bahan baku yang dihasilkan pertanian terpadu melalui kegiatan BDMP. Ke depan diharapkan dapat meningkatnya minat masyarakat untuk membuka usaha baru dalam pengembangan produk pertanian organik terpadu dan olahannya.

Pertamina dalam rangka pemberdayaan mayarakat, antara lain:

1. Termanfaatkannya air baku pertanian untuk meningkatkan intensitas penanaman 3 kali setahun (awal 1 kali air tadah hujan) di lahan BDMP maupun lahan masyarakat sekitarnya.

a. Di lahan Kampus BDMP dibuat demplot tanaman dan perikanan darat oleh kelompok masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat yang aktif di Kampus BDMP, melalui budidaya sayuran organik (kangkung, tomat, jagung, dll) dan perikanan darat (lele), hasilnya akan dijual ke pasar lokal.

b. Pembuatan bibit jagung untuk masyarakat dalam optimalisasi pengelolaan lahan, ke depan diharapkan dapat dikembangkan bibit aneka tanaman pangan dan hortikultura bernilai ekonomi tinggi di lahan Kampus BDMP dan sekitarnya untuk dikembangkan di lahan produktif masyarakat guna meningkatkan daya saing produk dan pendapatan masyarakat. 2. Termanfaatkannya air bersih oleh masyarakat setempat dan sekitar

wilayah BDMP, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun dijual kepada masyarakat yang tidak mampu mengambil langsung. 3. Termanfaatkannya biogas sebagai pemenuhan kebutuhan bahan

bakar rumah tangga melalui stasiun pengisian biogas (SPB) ke dalam ban bekas di Kampus BDMP, sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji.

4. Termanfaatkannya limbah biogas sebagai pupuk organik, untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan perikanan darat yang dikelola masyarakat dengan dukungan air baku pertanian melalui sumur bor.

5. Meningkatnya kapasitas keterampilan masyarakat dalam budidaya dan diversifikasi olahan produk, dengan tersedianya bahan baku yang dihasilkan pertanian terpadu melalui kegiatan BDMP. Ke depan diharapkan dapat meningkatnya minat masyarakat untuk membuka usaha baru dalam pengembangan produk pertanian organik terpadu dan olahannya.

Puncak dari program BDMP yang berlangsung mulai tahun 2011 adalah kedatangan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu ( S I K I B ) k e B i m a u n t u k m e n y a k s i k a n l a n g s u n g keberhasilan program yang dilaksanakan oleh Pertamina - Kementerian PDT - UGM (FAPET) pada tanggal 4 Juni 2014. Tim SIKIB yang diketuai oleh Ibu Ratna didampinggi Wakil Menteri Kesehatan Prof. Ali Ghufron dan Bupati Bima H Syafrudin HM Nur Mpd serta stakeholder terkait

m e n i n j a u

langsung kampus BDMP Lewintana. Selain peninjaun lapangan, Tim SIKIB juga berkesempatan memanen langsung sayur mayur, dan ketela dari kebun sayur serta menerbarkan benih lele di kolam terpal yang berlokasi di kampus BDMP. Dalam sambutannya Ibu Ratna selaku ketua SIKIB memberikan apresiasi pada Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menjalankan program hingga dapat merubah Lewintana dan Lewidewa yang semula gersang menjadi hijau. Ibu Ratna juga menjelaskan salah satu tujuan SIKIB bagi masyarakat adalah membangun masyarakat di wilayah tertinggal menjadi masyarakat yang mampu menciptakan kualitas hidup yang layak bersama menuju Indonesia sejahtera.

Sementara itu, Koordinator SME & SR Partnership Program Pertamina Bapak Kuswandi dalam sambutannya menyatakan, kunjungan bersama SIKIB dan lembaga lain serta stakeholders terkait adalah merupakan bagian dari kegiatan pemberdayaan masyarakat di daerah tertinggal. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN No.18/MBU/2013 dalam rangka pengentasan kemiskinan. Kuswandi menambahkan, melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina atau yang sekarang dikenal dengan SME & SR Partnership Program Pertamina, Pertamina telah melakukan berbagai macam program sosial kemasyarakatan yang menyentuh langsung masyarakat kurang mampu. Program-program itu antara lain di bidang: pendidikan, kesehatan, sarana umum, pelestarian lingkungan, sarana ibadah, bantuan untuk korban bencana alam, dan program Bedah Desa Madani Pertamina (BDMP).

Puncak dari program BDMP yang berlangsung mulai tahun 2011 adalah kedatangan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu ( S I K I B ) k e B i m a u n t u k m e n y a k s i k a n l a n g s u n g keberhasilan program yang dilaksanakan oleh Pertamina - Kementerian PDT - UGM (FAPET) pada tanggal 4 Juni 2014. Tim SIKIB yang diketuai oleh Ibu Ratna didampinggi Wakil Menteri Kesehatan Prof. Ali Ghufron dan Bupati Bima H Syafrudin HM Nur Mpd serta stakeholder terkait

m e n i n j a u

langsung kampus BDMP Lewintana. Selain peninjaun lapangan, Tim SIKIB juga berkesempatan memanen langsung sayur mayur, dan ketela dari kebun sayur serta menerbarkan benih lele di kolam terpal yang berlokasi di kampus BDMP. Dalam sambutannya Ibu Ratna selaku ketua SIKIB memberikan apresiasi pada Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Bima dalam menjalankan program hingga dapat merubah Lewintana dan Lewidewa yang semula gersang menjadi hijau. Ibu Ratna juga menjelaskan salah satu tujuan SIKIB bagi masyarakat adalah membangun masyarakat di wilayah tertinggal menjadi masyarakat yang mampu menciptakan kualitas hidup yang layak bersama menuju Indonesia sejahtera.

Sementara itu, Koordinator SME & SR Partnership Program Pertamina Bapak Kuswandi dalam sambutannya menyatakan, kunjungan bersama SIKIB dan lembaga lain serta stakeholders terkait adalah merupakan bagian dari kegiatan pemberdayaan masyarakat di daerah tertinggal. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN No.18/MBU/2013 dalam rangka pengentasan kemiskinan. Kuswandi menambahkan, melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina atau yang sekarang dikenal dengan SME & SR

Dokumen terkait