• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. Bandi, (2006) membahas tentang:

2.2. Kajian Teori

2.2.5. Pelatihan Yang Diikuti

Setiap koperasi yang menginginkan agar dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien maka tidak boleh mengabaikan masalah pelatihan. Bagi beberapa pemilik ada yang mampu memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan dirinya tanpa campur tangan dari pihak lain, tetapi dalam kenyataannya sedikit saja yang mampu memotivasi diri sendiri disamping itu kemungkinan keahlian yang dimiliki individu-individu tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi perusahaan.

Menurut Amstrong (1994:15), bahwa latihan adalah untuk mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan seseorang dan siapa yang seharusnya mampu mengerjakannya. Latihan akan membentuk dasar dengan menambah ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki prestasi dalam jabatan yang sekarang atau mengembangkan potensinya untuk masa yang akan datang. Menurut Handoko (1987:243), latihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan ketrampilan-ketrampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci dan rutin.

Perusahaan harus dapat memahami semua aspek yang ada dalam perusahaan salah satunya adalah pelaporan akuntansi, kita ketahui pendidikan akuntansi atau pembukuan telah kita kenal dalam pendidikan menengah atas tetapi yang kita kenal hanya sebagian kecil dari akuntansi itu sendiri, lain apabila kita belajar dalam perguruan tinggi kita dapat mengenal lebih dalam mengenai akuntansi dan pengetahuan tentang teknologi informasi yang sangat kurang, tetapi di dalam penelitian ini peneliti membahas tentang sektor usaha kecil dan menengah (UKM)

yang dimana pegawai perusahaan sebagian besar hanya berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sebagian lainnya hanya lulusan sekolah dasar (SD), karena mereka para pemilik/manajer perusahaan kecil memperoleh usaha mereka secara turun temurun dan mereka menganggap sudah seperti “biasanya’ usaha mereka yang diwariskan padanya. Seperti “biasanya” yang dimaksud oleh peneliti yaitu dimana mereka mengabaikan perubahan-perubahan yang terjadi seiring perubahan zaman dan mereka tidak memperdulikan para pesaing yang sedemikian maju baik dalam pengelolaan maupun dalam kegiatan akuntansi mereka. Pelatihan yang diikuti oleh perusahaan kecil dan menengah dapat memberikan arahan bagi kegiatan perusahaan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Menurut Murniati (2002:151), menyatakan bahwa pelatihan akan menghasilkan peningkatan-peningkatan profesionalisme dan eksploitasi yang lebih jauh dalam manajemen dan akan menunjukkan hubungan positif terhadap sejauhmana penyediaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan dalam perusahaan kecil. Manajemen yang dipakai dalam kursus pelatihan cenderung menghasilkan lebih banyak informasi statutory, anggaran dan tambahan dibandingkan dengan mereka yang kurang pelatihan.

Menurut S. Notoatmodjo (2003:28), pelatihan adalah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau ketrampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), dan lebih ditekankan kepada kemampuan psikomotor, meskipun didasari pengetahuan dan sikap.

Pelatihan yang pernah diikuti oleh perusahaan kecil dan menengah maka kelangsungan kegiatan perusahaan akan lebih terencana dan lebih profesional dalam menghadapi tantangan global yaitu era persaingan bebas dalam satu kawasan.

2.2.5.1. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

1. Tujuan Pelatihan

Tujuan-tujuan pelatihan yang dicapai oleh perusahaan yang melaksanakan program pelatihan antara lain (Nitisemito, 1983:87)

a. Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih naik b. Pemakaian bahan diharapkan lebih hemat

c. Peralatan dan mesin diharapkan akan lebih tahan lama d. Kemungkinan kecelakaan lebih kecil

e. Tanggungjawab diharapkan lebih besar f. Biaya produksi diharapkan lebih kecil g. Kelangsungan perusahaan lebih terjamin 2. Manfaat Pelatihan

Ada banyak manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan pelatihan bagi organisasi, terutama dalam kaitannya dengan proses penciptaan nilai tambah dan peningkatan produktivitas kerja. (Mulyono, 1993:90), adapun manfaat pelatihan antara lain:

1. Peningkatan produktivitas

Peningkatan prestasi kerja dan produktivitas yang disebabkan oleh adanya program pelatihan paling terbukti pada para pekerja yang sama sekali belum pernah mengikuti adanya program pelatihan dan yang belum sepenuhnya menyadari akan cara-cara paling efisien dan efektif dari pelaksanaannya kerjanya.

2. Peningkatan kualitas

Program pelatihan dirancang dan dilaksanakan dengan baik akan membantu pegawai untuk memperbaiki hasil lebih tinggi kualitasnya

3. Mempermudah perencanaan sumber daya manusia

Program latihan yang baik dapat membantu organisasi perusahaan dalam hal pelaksanaan program latihan yang baik, tidak akan mengalami perubahan yang drastis bila menghadapi penggantian karyawan secara mendadak 4. Memperbaiki etika kerja

Reaksi-reaksi yang positif akan tumbuh dari program pelatihan dan akan membentuk sikap dan etika kerja yang lebih baik dan pada gilirannya akan membentuk sikap dan etika kerja yang lebih baik

5. Mencegah keausan

Program pelatihan akan semakin mendorong lebih berinisiatif dan kreatif, sehingga dapat mencegah keausan pengetahuan dan ketrampilan

6. Pengembangan pribadi

Kegiatan latihan bagi pemilik sebenarnya tidak saja meningkatkan proses nilai tambah dan memberi keuntungan bagi perusahaan melainkan juga

kepada pegawai merupakan pengembangan nilai tambah pribadi secara individu dan sekaligus sebagai pengembangan pribadi karena berbagai pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan

2.2.5.2. Faktor-Faktor Penyebab Perlunya Pelatihan

Seringkali terjadi di perusahaan bahwa pemilik meskipun mempunyai latar belakang pendidikan formal yang cukup tinggi, namun ternyata belum dapat menyesuaikan diri dengan beban tugas yang harus dikerjakan. Pelatihan itu sangat diperlukan agar perusahaan dapat tetap survive dalam pasar modern ini dimana persaingan antar perusahaan sangat ketat. Menurut Tjiptono dan Diana (1994:213) ada lima faktor diperlukan pelatihan yaitu:

1. Kualitas angkatan kerja yang ada

Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah angkatan kerja yang mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki ketrampilan intelektual dasar seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya.

2. Persaingan global

Perusahaan harus menyadari bahwa mereka menghadapi persaingan dalam pasar global yang ketat. Agar dapat memenangkan persaingan perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih mudah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan pelatihan agar tetap survive dan memiliki dominasi pasar.

3. Masalah alih teknologi

Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu obyek ke obyek yang lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi, tahap pertama yaitu komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset oleh penemu, tahap ini tidak memerlukan pelatihan, tahap kedua adalah difusi teknologi yaitu proses pemindahan teknologi yang baru di komersilkan ke dunia kerja untuk meningkatkan produktivitas daya saing dan kualitas ini memerlukan pelatihan.

4. Perubahan cepat dan terus menerus

Di dunia ini tidak ada satu hal yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus menerus, pengetahuan hari ini mungkin akan tidak berguna pada hari esok dan menjadi usang. Dalam lingkungan kerja seperti ini sangat penting memperbaharui kemampuan pemilik perusahaan secara konsisten.

5. Perubahan keadaan demografi

Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin penting dewasa ini. Oleh karena itu kerjasama tim merupakan unsur pokok maka pelatihan dibutuhkan untuk melatih pemilik dan pekerjanya yang berbeda latar belakang agar dapat bekerjasama secara harmonis.

Dokumen terkait