• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan a) Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis

6 PENGARUH KEBERADAAN TANGKAHAN TERHADAP PENGOPERASIAN PPI BENGKALIS

6.1.2 Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan a) Pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis

Pelayanan yang diberikan oleh PPI Bengkalis sejauh ini hanyalah pembongkaran hasil tangkapan dan tambat labuh kapal. Pengisian perbekalan dan pendistribusian diserahkan secara langsung kepada pemilik atau yang mengelola kapal masing- masing. Hal ini menunjukkan bahwa PPI Bengkalis belum bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan sebagaimana mestinya.

(1) Pembongkaran hasil tangkapan

Kapal-kapal yang melakukan pembongkaran hasil tangkapan di dermaga PPI Bengkalis dikenakan retribusi sebesar 5 % berdasarkan PERDA no. 10 tahun 2002. Pembongkaran hasil tangkapan di PPI Bengkalis umumnya dilakukan pada pukul 4.00-5.30 pagi. Alat bantu yang digunakan masih sederhana yaitu papan yang digunakan untuk menaikkan kotak fiber yang berisi hasil tangkapan dari kapal ke dermaga. Alat bantu modern seperti crane belum dimiliki PPI Bengkalis. Papan digunakan sebagai landasan. Papan dimiringkan kemudian kotak fiber diikat dengan tali. ABK yang berjumlah 2 orang dibantu oleh 6-8 orang buruh dibagi menjadi dua kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Kelompok pertama berada di dermaga dan kelompok kedua di atas kapal. Kelompok pertama bertugas menarik tali dan kelompok kedua mendorong kotak fiber. Setelah diturunkan ke dermaga, hasil tangkapan diangkut ke pasar dengan menggunakan gerobak dorong.

Nelayan tidak akan membongkar hasil tangkapannya sebelum tauke pemilik modal mengizinkannya. Walaupun kapal sudah tiba di PPI Bengkalis sore atau malam hari, pembongkaran tetap dilakukan pagi hari. Nelayan tidak menurunkan hasil tangkapannya ke dermaga karena PPI Bengkalis belum memiliki fasilitas

mutu ikan karena pasar ikan baru mulai dibuka dan ramai dikunjungi pada pagi hari. Sementara menunggu didaratkan, ikan hanya dibiarkan berada di palka dan diberi es sisa dari operasi penangkapan dan ditambah dengan es baru bila es yang lama sudah mulai habis.

Pemasaran hasil tangkapan di PPI Bengkalis berpusat pada tauke karena nelayan menjual hasil tangkapannya langsung ke tauke, selanjutnya dari tauke dijual ke pengecer atau untuk diekspor. Namun nelayan yang tidak terikat pada tauke bebas memasarkan hasil tangkapannya pada pihak yang dikehendakinya, baik kepada tauke maupun dijual langsung ke PPI Bengkalis.

(2) Jasa tambat labuh

Setelah pembongkaran dilakukan pagi harinya (sekitar pukul 5.00) dan pembagian hasil tangkapan telah dilakukan, maka pada musim puncak biasanya nelayan langsung mengisi perbekalan untuk kemudian berangkat lagi pada pukul 9.00 pagi. Ada juga nelayan yang telah mengisi perbekalan berangkat pada pukul 14.00 atau sebelum magrib. Pada musim sedang dan musim panceklik, setelah melakukan operasi penangkapan biasanya nelayan tidak langsung berangkat melaut lagi tetapi menyandarkan kapalnya untuk beristirahat beberapa hari atau memperbaiki kapalnya yang rusak.

PERDA No. 17 Tahun 1999 menetapkan bahwa kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal per hari. PERDA tersebut sebenarnya sudah diperbaharui dengan PERDA No. 10 Tahun 2002 yang menetapkan kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 800,- per meter panjang kapal per hari dan untuk kapal yang bersandar tidak sampai satu hari dikenakan biaya sebesar Rp 1.000,- per meter panjang kapal. Namun nelayan belum bisa menerima perubahan PERDA tersebut karena nelayan menganggap terlalu mahal sehingga pihak PPI Bengkalis masih melakukan pemungutan pajak berdasarkan PERDA no. 17 tahun 1999. Saat ini PERDA no. 17 tahun 1999 sudah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah

No. 62 Tahun 1997 yang menetapkan bahwa kapal-kapal yang bersandar di dermaga PPI Bengkalis dikenakan biaya sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal per hari.

Gambar 7. Kapal yang sedang bertambat di dermaga PPI Bengkalis. PPI Bengkalis tidak menyediakan jasa pengisian perbekalan, tetapi nelayan tetap mengisi perbekalan di dermaga PPI. Kebanyakan nelayan mendapatkan perbekalan kebutuhan melaut dari tauke masing- masing, sedangkan nelayan yang melaut dengan modal sendiri mengisi perbekalan dengan membeli sendiri di sekitar pasar Bengkalis. Bahan perbekalan yang diberikan adalah es, BBM, dan bahan makanan.

b) Pelayanan yang diberikan tangkahan

Dibandingkan dengan PPI Bengkalis, tangkahan sudah bisa menjalankan fungsinya seperti pelabuhan perikanan pada umumnya. Tangkahan menyediakan pelayanan pendaratan hasil tangkapan, pengisian bahan perbekalan kebutuhan melaut seperti es, air bersih, dan BBM serta pendistribusian hasil tangkapan, bahkan ada beberapa yang menyediakan pelayanan perbaikan dan perawatan kapal.

(1) Pembongkaran hasil tangkapan

Nelayan di tangkahan biasanya berangkat melakukan operasi penangkapan pada sore hari. Hal ini dilakukan selain agar dapat mencapai daerah penangkapan pada malam hari juga untuk menghindari surutnya air sungai karena umumnya tangkahan terletak di aliran-aliran sungai. Apabila air surut, kapal tidak bisa keluar dari sungai menuju ke laut.

Pembongkaran hasil tangkapan biasanya dilakukan pada pukul 4.30 sampai pukul 5.00 pagi. Pendaratan hasil tangkapan berbeda-beda untuk masing- masing tangkahan. Tidak jauh berbeda dengan di PPI Bengkalis, pembongkaran hasil tangkapan di tangkahan juga masih menggunakan alat bantu yang sederhana seperti papan dan tali atau tidak menggunakan alat bantu sama sekali. Kegiatan pembongkaran dilakukan oleh ABK dan dibantu oleh beberapa buruh di tangkahan tersebut.

(2) Pengisian perbekalan

Nelayan memerlukan bahan perbekalan untuk melakukan operasi penangkapan. Perbekalan yang biasa dibawa nelayan adalah solar, es, air bersih dan bahan makanan. Di tangkahan semua perbekalan yang dibutuhkan nelayan untuk melaut disediakan oleh tauke. Pembayarannya dilakukan dengan memotong hasil penjualan ikan yang dijual kepada tauke. Tauke jarang atau tidak pernah menyebutkan harga yang ditetapkan untuk hasil tangkapan dari nelayan. Nelayan melalui tekong atau nakhoda hanya mendapatkan uang hasil kegiatan penangkapannya setelah dipotong untuk perbekalan melaut yang dibawanya dan untuk pinjamannya selama ini. Nelayan juga tidak tahu berapa yang dipotong oleh tauke karena hanya tauke yang memiliki

catatannya dan mereka tidak berani menanyakannya. Nakhoda biasanya membayar Rp 25.000,- per malam untuk ABK yang ikut dengannya.

Dalam 1 kali operasi penangkapan nelayan membawa solar sebanyak 3-4 buah jerigen yang berkapasitas 35 liter, berarti solar yang digunakan dalam 1 kali operasi penangkapan sebanyak 105-140 liter. Harga satu liter solar berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp 3.500,- dan dapat berubah- ubah sesuai kondisi dan ketersediaan minyak pada saat itu. Tauke pada umumnya sudah memiliki persediaan solar sendiri yang disimpan dalam drum-drum. Nelayan yang akan melakukan operasi penangkapan mengambil solar sesuai kebutuhan setelah melapor terlebih dahulu kepada tauke.

Es yang dibawa pada umumnya sebanyak 8 balok, satu balok es memiliki berat sebesar 50 kilogram. Harga satu balok es adalah Rp 50.000,-. Nelayan biasanya membagi 1 balok es menjadi 2 bagian agar lebih mudah dibawa. ABK menggunakan gerobak dorong untuk membawa es dari tempat penyimpanan ke kapal.

Air bersih yang dibawa sebanyak 4 jerigen yang berkapasitas 35 liter. Nelayan yang tinggal di sekitar tangkahan biasanya membawa air bersih sendiri sehingga nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli air bersih. Nelayan yang tidak bisa membawa air bersih sendiri, dapat membelinya kepada tauke dengan harga Rp 5.000,- untuk 1 jerigen air.

(3) Pendistribusian hasil tangkapan

Hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di tangkahan secara otomatis langsung dibeli oleh tauke dengan harga yang telah ditetapkan oleh tauke. Biasanya nelayan tidak mengetahui harga yang ditetapkan oleh tauke karena pendapatan bersih yang diterima nelayan dalam satu kali operasi penangkapan adalah harga hasil tangkapan dikurangi biaya perbekalan kebutuhan melaut dan hutang-hutang nelayan lainnya ketika tidak melaut.

Hasil tangkapan nelayan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu yang layak ekspor dan yang tidak layak ekspor. Ikan yang layak ekspor dipisahkan dan kemudian diberikan penanganan khusus yaitu dengan meletakkannya kedalam peti-peti atau

kemudian diangkut ke negara tujuan ekspor dengan menggunakan kapal pengangkut milik tauke atau dibawa ke Tanjung Balai untuk kemudian dikumpulkan lagi. Setelah cukup banyak baru kemudian di ekspor. Ada juga kapal pengangkut milik tauke yang melakukan transaksi langsung di tengah laut. Hal ini biasanya dilakukan oleh tauke yang tidak memiliki penghubung langsung di negara tujuan ekspor tersebut dan untuk mengurangi resiko tertangkap dari pihak berwajib. Negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Singapura dan Malaysia. Sedangkan ikan yang tidak layak ekspor dikumpulkan untuk selanjutnya dijual lagi. Biasanya ikan yang tidak layak ekspor dijual ke PPI Bengkalis atau daerah sekitar Pulau Bengkalis.

Perbandingan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan dapat dilihat pada tabel 14. berikut ini

Tabel 14. Perbandingan pelayanan yang diberikan PPI Bengkalis dan tangkahan

Pelayanan yang diberikan

PPI Bengkalis Tangkahan

- Pembongkaran hasil tangkapan - Jasa tambat labuh

- Pengisian perbekalan

- Pembongkaran hasil tangkapan - Pendistribusian hasil tangkapan

Dari tabel di atas terlihat bahwa pelayanan yang diberikan tangkahan lebih banyak dan lengkap, mulai dari pengisian perbekalan sampai pendistribusian hasil tangkapan. Hal ini merupakan salah satu daya tarik tangkahan dan mengakibatkan nelayan lebih suka mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan. Sedangkan di PPI Bengkalis, pelayanannya hanya pembongkaran hasil tangkapan dan jasa tambat labuh saja.

6.2 Kemampuan Tampung Fasilitas PPI Bengkalis apabila Terdapat Pengalihan

Dokumen terkait