• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUN KHUSUS RSUD dr PIRNGADI

3.4.3.2 Pelayanan Kemoterapi

Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran obat sitostatika dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat yang non aseptis, sehingga tidak terjamin sterilitas dari produk akhir. Terjadinya perubahan pelayanan dari perawat ke apoteker pada pencampuran obat sitostatika di ruang aseptis memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya.

Prosedur kerja di ruang pencampuran sitostatika, yaitu:

1. Sebelum memasuki ruang steril, matikan lampu UV, nyalakan exhaust system, AC dan lampu penerang ruangan.

2. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan, kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih.

3. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan memakai alat pelindung khusus yaitu: baju pelindung, topi, masker, sarung tangan, masker, sarung tangan, sepatu khusus.

4. Gunakan desinfektan untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70% ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut, kemudian nyalakan Laminar Air Flow (LAF) sesuai dengan protap yang telah ditentukan.

5. Pasang alas kemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker, pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai mencampur, matikan LAF, kotak tersebut dibersihkan, lalu alas kemoterapi bekas dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70%.

6. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampur pada etiket.

7. Lepaskan alat pelindung diri, sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang tidak berbahaya.

8. Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu UV.

9. Tutup pintu antar obat yang telah dicampur keruangan pasien dan antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibagi dalam incenerator. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika berlaku bagi pasien umum, Pemprovsu, PBI dan non PBI.

Prosedur pelayanannya adalah sebagai berikut:

- Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep. Bagi pasien PBI dan Non PBI pemilihan jenis obat berdasarkan formularium nasional

- Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh apoteker, kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker.

- Apoteker menuliskan kembali di lembar form nama obat-obat sitostika, kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur obat sitostatika di lantai enam dengan diawasi oleh apoteker,

- Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan untuk diberikan pada pasien

- Untuk pasien PBI, non PBI dan Pemprovsu petugas farmasi menyerahkan resep tersebut ke pelayanan rawat inap PBI dan non PBI untuk diinput di komputer dan diklaim.

- Sedangkan untuk pasien umum perawat ruangan menyerahkan kuitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat secara langsung.

Pengelolaan limbah sitostatika:

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitostatika (seperti: bekas ampul, vial, spuit, needle dan lain-lain) harus dilakukan sedemikian rupa. Hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

- Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

- Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk benda-benda tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika.

- Beri label peringatan pada bagian luar wadah.

- Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup. - Masukkan limbah dengan incenerator 1000°C.

- Cuci tangan.

3.5 Instalasi Central Steril Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/ melakukan tindakan kepada pasien dalam kondisi steril. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang apoteker sebagai kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Latar belakang berdirinya CSSD di rumah sakit adalah: a. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

b. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit

c. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit akan peran dan fungsi CSSD sangat penting.

Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:

a. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami penyortiran, pencucian dan sterilisasi yang sempurna

b. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit c. Menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi produk yang dihasilkan Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

a. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis

b. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril

c. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril

d. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrumen atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan)

Peran CSSD di rumah sakit yaitu :

1. Menyediakan kebutuhan peralatan steril untuk kamar operasi dan bagian lain di Rumah Sakit.

2. Menyelenggarakan proses dekontaminasi, pengemasan, pengepakan dan sterilisasi peralatan Rumah Sakit sesuai standar.

3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu di Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: a) Sistem titipan

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali kepada ruangan yang bersangkutan dalam keadaan steril. Ruangan yang dilayani adalah klinik atau ruang perawatan yang membutuhkan.

b) Sistem distribusi

Memproses penyediaan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian. Melayani kebutuhan alat bedah steril untuk ruangan IBS, KBE (Kamar Bedah Emergensi), kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Ruangan-ruangan yang ada di CSSD yaitu :

1. Daerah Unclean yaitu daerah untuk menerima barang kotor dan mencuci

alat-alat yang akan disterilisasikan.

2. Daerah Clean yaitu daerah untuk menerima barang yang sudah bersih serta

melakukan pengemasan, labellling dan sterilisasi.

3. Daerah Steril yaitu daerah untuk menyimpan barang-barang yang sudah

disterilisasikan.

Proses kegiatan sterilisasi di CSSD :

a. Pengumpulan alat kotor yang akan disterilkan dari seluruh ruangan b. Pencucian dengan air mengalir untuk membersihkan darah yang melekat c. Perendaman dengan desinfektan

d. Pembilasan

e. Perendaman dengan air panas f. Pengeringan

g. Pemilihan sesuai tindakan operasi yang akan dilakukan h. Sterilisasi

BAB IV

Dokumen terkait