• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Dasar

BAB IV UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakah langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu, sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu indikator dari MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Peran seorang ibu sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran sampai masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara teratur pada masa kehamilan guna menghindari gangguan atau segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin di kandungannya

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas kesehatan, dari Posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah angka kematian ibu (AKI), angka kematian neonatus (AKN), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian balita (AKABA). Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya,

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 44 AKI, AKB dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data SDKI 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan target MDGs sebesar 102 per 100.000, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup dengan target Renstra Kemenkes 2014 sebesar 24 dan target MDGs 23 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1000 kelhiran hidup dengan target Renstra Kemenkes 15 per 1000 kelahiran hidup dan AKABA 40 per kelahiran hidup dengan target MDGs 32 per 1000 kelahiran hidup.

Upaya pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas.

Salah satu upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas yang dilaksanakan di Kabupaten Tabanan adalah dengan menerapkan program pusat berupa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta melalui program Propinsi dan Kabupaten melalui Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), disamping juga selalu berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan, antara lain peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan PONED

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya, sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalan Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 45 ibu hamil antara lain dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat.

Pelayanan kesehatan yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, mengukur tekanan darah, menilai status gizi (mengukur lingkar lengan atas), pemeriksaan tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar pelayanan kesehatan. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan, yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan pertama kali ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar serta paling sedikit 4 kali pemeriksaan kehamilan. Indikator K1 dan K4 ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 46 Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 dan K4 selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 mengalami pasang surut.

Dari gambar tersebut diatas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2008 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 6,00 %, kemudian tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 6,25 %. Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya kesenjangan cakupan K1 dan K4 yang paling besar, dan juga merupakan tahun dimana cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Tabanan berada pada titik terendah. Pada tahun 2010 Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menurun sangat tajam yaitu hanya 1.97 %, namun pada tahun 2011 kesenjangan tersebut meningkat menjadi 4,50 %, dan pada tahun 2012 kesenjangan tersebut meningkat kembali menjadi 4,83 %, tahun 2013 kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menurun sampai 1,57 %, dan tahun 2014 kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 meningkat lagi menjadi 1,61%. Kesenjangan tahun 2013 merupakan kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 yang terendah selama kurun waktu 7 tahun. Gambaran cakupan K1 dan K4 per Puskesmas tahun 2014 seperti dibawah ini.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 47 Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1 dan K4, dengan kata lain, jika kesenjangan K1 dan K4 kecil, maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskannya hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan.

Pada tahun 2014, Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan K1 tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Timur I dengan cakupan sebesar 117,6 %, diikuti oleh Puskesmas Baturiti I dengan cakupan sebesar 104,9 %, dan Puskesmas Kediri III dengan cakupan sebesar 103,9 %. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan pelayanan K1 terendah adalah Puskesmas Marga I dengan cakupan hanya sebesar 86,9%, kemudian Puskesmas Selemadeg Timur II dengan cakupan sebesar 90,3%, dan Puskesmas Baturiti II dengan cakupan sebesar 93,2 %. Untuk Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Timur I dengan cakupan sebesar 116,2 %, diikuti Puskesmas Kerambitan I dengan cakupan sebesar 103,5 %, dan Puskesmas Selemadeg Timur II dengan cakupan sebesar 102,8 %. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan pelayanan K4 terendah adalah Puskesmas Selemadeg dengan cakupan hanya sebesar 83,8 %, kemudian Puskesmas Marga I dengan cakupan hanya sebesar 92,7 %, dan Puskesmas Penebel II cakupan sebesar 93,3%.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 48 Cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 29.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (Pn)

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60 % dari seluruh kematian ibu. Kasus komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan, karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.

Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan sebesar 96,4%. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan pada tahun 2013 yang sebesar 98,32%. Puskesmas dengan pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Timur I (123,7%), diikuti Puskesmas Kerambitan I (105,6%) dan Puskesmas Marga II (103,4%). Sedangkan Puskesmas Kerambitan II merupakan Puskesmas dengan Pencapaian Pn terendah (88,7%), diikuti Puskesmas Penebel II (92,3%), dan Puskesmas Selemadeg (93,3%). Data mengenai Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran tabel 29.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 49 Gambar 4.3 diatas memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun 2007 sampai tahun 2014 yang mengalami pasang surut, namun 3 tahun terakhir cakupan persalinan memperlihatkan trend yang meningkat, tetapi tahun terakhir yaitu 2014 sedikit mengalami penurunan. Bila dibandingkan dengan target indicator persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai MDGs dan SPM sebesar 90% dan Renstra Kemenkes 2014 sebesar 95%, ini berarti Kabupaten Tabanan dengan capaian 96,4% sudah melampui target tersebut. Namun demikian program ini perlu untuk ditingkatkan sehingga semua ibu yang melahirkan lebih merasa aman dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 50 persalinan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa/polindes/ poskesdes) dan kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan. Gambaran cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan seperti dibawah ini.

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2014 adalah 96,50%, angka ini sudah melampaui cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu 90%, dan capaian propinsi 96,5%. Puskesmas cakupan KF3 tertinggi yaitu Puskesmas Selemadeg Timur I sebesar 120%, dan Puskesmas cakupan KF3 terendah adalah Puskesmas Selemadeg 85,27%. Lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 29.

d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal

Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain Hb < 8 g%, ketuban pecah dini, perdarahan per

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 51 vaginam, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur, dan distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju).

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil memiliki risiko tinggi/komplikasi dan memerlukan pelayanan kesehatan. Karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan jumlah ibu hamil adalah 5.330 bumil, dimana 1.066 bumil (20%) merupakan ibu hamil dengan risiko tinggi/ komplikasi, dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang ditangani sebanyak 932 ibu hamil (87,43%). Bila dibandingkan dengan tahun 2013 tahun 2014 cakupannya meningkat dimana tahun 2013 cakupannya 84,63 %. Bila dibandingkan dengan tardet dalam SPM sebesar 80%, maka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sudah melampaui. Cakupan komplikasi kebidanan per Puskesmas tahun 2014 seperti gambar dibawah ini.

Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa Puskesmas yang cakupan komplikasi kebidanan tertinggi adalah Puskesmas Kerambitan I sebesar

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 52 191,68%, dan yang terendah adalah Puskesmas Selemadeg Timur II sebesar 27,78%. Data cakupan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 33.

Neonatus risti/komplikasi adalah keadaan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi, tetanus neonatorium, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, kelainan neonatal termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di puskesmas dan rumah sakit. Dalam pelayanan neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang dilayani bidan di Puskesmas tergolong dalam kasus risti/komplikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Pada tahun 2014 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar 548 neonatal (74,3% ) dari 738 jumlah perkiraan neonatal risti/komplikasi. Dibandingkan dengan tahun 2013 tahun ini mengalami penurunan dimana tahun 2013 cakupan penanganan neonatal komplikasi sebesar 81,09%. Sementara target SPM bidang kesehatan untuk indikator tersebut adalah 80%. Ini berarti cakupan penanganan neonatal komplikasi belum memenuhi standar pelayanan minimal bidang kesehatan ini perlu mendapat perhatian karena langkah ini merupakan salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian bayi. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per Puskesmas tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 53 Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa cakupan yang tertinggi adalah Puskesmas Penebel II sebesar 99,80%, dan yang paling rendah adalah Puskesmas Baturiti II sebesar 49,38%. Hal ini sulit mencapai target karena masih adanya kebingungan dalam pencatatan dan pelaporan penanganan komplikasi disamping juga disebabkan karena sasaran dari neonatal rosti/komplikasi bukan merupakan angka riil tetapi angka perkiraan. Lebih detail dapat dilihat pada lampiran table 33.

e. Kunjungan Neonatal

Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Sebagian besar kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama, untuk mendeteksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Terkait hal tersebut, terjadi perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatus dari semula 2 kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari), menjadi 3 kali (dua kali pada minggu pertama). Dengan

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 54 perubahan ini, jadwal kunjungan neonatus dilaksanakan pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan 8-28 hari.

Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar yang mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI Ekslusif, injeksi Vitamin K1, imunisasi (jika belum diberikan pada saat lahir), penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Pelayanan kesehatan neonatal digambarkan dengan indikator cakupan kunjungan neonatal. Pencapaian cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) pada tahun 2014 sebesar 99,4%. Bila dibandingkan dengan sebelumnya, maka tahun ini sedikit mengalami kenaikan dimana tahun 2013 cakupannya sebesar 99,06%. Cakupan kunjungan neonatus lengkap per Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini :

Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa cakupan kunjungan neonatal lengkap tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Timur I sebesar 123,3%, dan yang terendah adalah Puskesmas Selemadeg sebesar 88,3%. Bila dibandingkan dengan target sebesar 85%, maka cakupan KN3 sudah melampaui target yang telah ditetapkan. Lebih lengkap mengenai cakupan kunjungan neonatus baik KN1 maupun KN Lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 38.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 55

f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.

Pada tahun 2014 cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Tabanan meningkat dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2013 cakupan kunjungan bayi adalah 93,29 %, maka pada tahun ini cakupan kunjungan bayi adalah 96,5%. Cakupan Pelayanan kesehatan bayi per Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini :

Sumber : Bidang Binkesmas Dikes

Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Puskesmas Tabanan II sebesar 110,8% dan cakupan kunjungan bayi terendah Puskesmas Tabanan III sebesar 73,6%. %, diikuti Puskesmas Baturiti I dengan cakupan sebesar 80,29 %, dan Puskesmas Tabanan III dengan cakupan sebesar 81,06 %.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 56 Pencapaian target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan Posyandu tiap bulannya, peran kader, dan partispasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu, serta keaktifan tenaga Puskesmas dalam membina Posyandu. Lebih lengkap mengenai cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran tabel 40.

g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, dan pemberian Vitamin A 2 kali setahun (Bulan Pebruari dan Agustus).

Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan Berat Badan, pengukuran Tinggi Badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan praktek swasta serta sarana/fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan. Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan.

Pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan terdapat 19.805 anak balita (umur 12-59 bulan) yang terdiri dari 10.145 anak balita laki-laki dan 9.660 anak balita perempuan. Dari jumlah anak balita yang ada, 19.198 anak balita (96,95%) telah mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8 kali setahun, dengan rincian 9.256 anak balita laki-laki (95,1%) dan 8.531 anak balita perempuan (90,1 %) yang mendapatkan pelayanaan kesehatan. Untuk lebih jelas mengenai cakupan pelayanan kesehatan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2014, dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 57

h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat

Pelayanan kesehatan pada siswa sekolah yang melaksanakan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala kesehatan adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik, laboratorium, mendeteksi adanya penyimpangan mental emosional, serta kesegaran dan kebugaran jasmani pada siswa. Rangkaian pemeriksaan tersebut seharusnya dapat dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi wilayah setempat. Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi : pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan laboratorium, pengukuran jasmani, dan deteksi dini penyimpangan mental emosional.

Menurut laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, pada tahun 2014 cakupan penjaringan kesehatan kelas 1 siswa SD dan setingkat di Kabupaten Tabanan sudah mencapai 100 %. Dari 20 Puskesmas yang ada, semua Puskesmas cakupan penjaringan kesehatan kelas 1 siswa SD dan setingkat mencapai 100%. Lebih lengkap mengenai cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat dapat dilihat pada lampiran tabel 49.

Sedangkan laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, mengenai pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat, dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut melaporkan bahwa pada tahun 2014 dari 330 SD/MI yang ada, 330 (100 %). Jumlah murid SD/MI sebanyak 43.309 orang, laki-laki sebanyak 22.711, dan perempuan sebanyak 20.598 orang. Murid yang diperiksa laki-laki sebanyak 15.637 (68,9%), dan perempuan sebanyak 14.658 (71,2%). Hasilnya yang perlu perawatan sebanyak 10.221 orang, laki-laki sebanyak 5.224 orang, dan perempuan sebanyak 4.997 orang. Namun yang mendapat perawatan sebanyak 7.813 orang 76,4% terdiri dari laki-laki sebanyak 3.987 orang (76,4%), dan perempuan sebanyak 3.826 orang (76,6%). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 51.

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 58

2. Upaya Peningkatan Status Gizi Masyarakat

Peningkatan status gizi masyarakat terdiri dari 3 (tiga) indicator yaitu persentase balita yang ditimbang berat badannya ke Posyandu (D/S), persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dan prevalensi balita gizi kurang.

a. Prevalensi Balita Gizi Kurang dan Gizi Lebih

Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui npertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Peninmbangan balita dapat dilakukan di beberapa tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lain. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali. Sedangkan untuk status gizi anak balita diukur

Dokumen terkait