• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABANAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABANAN TAHUN 2014"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN TABANAN

TAHUN 2014

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN TABANAN

TAHUN 2015

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2014 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dari rangkaian penyajian data dan informasi.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Tabanan pada tahun 2014

Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2014 ini disusun berdasarkan data-data yang dihimpun dari bidang-bidang dan pengelola program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan, pelayanan kesehatan swasta yang terdapat di Kabupaten Tabanan, serta lintas sektor terkait.

Untuk menjamin akurasi, dilakukan validasi data melalui mekanisme pemutakhiran data. Namun demikian, Profil Kesehatan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memperbaiki penyusunan di tahun-tahun mendatang.

Tersusunnya Profil Kesehatan ini tidak lepas dari komitmen dan kerja keras seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, untuk itu disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan mudah-mudahan Profil Kesehatan ini bermanfaat

(3)

iii

dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Tabanan, Oktober 2015. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Tabanan,

dr. I Nyoman Suratmika, M.Kes Pembina Utama Muda

(4)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN HUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan ... 3

C. Sistematika ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM……… 5

A. Geografi ... 5

B. Keadaan Penduduk ... 6

C. Keadaan Sosial Ekonomi ... 7

D. Keadaan Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Penduduk ... 9

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ……….. 15

A. Mortalitas ... 15

B. Morbiditas ... 23

BAB IV UPAYA KESEHATAN ……… 42

A. Pelayanan Kesehatan Dasar ... 43

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 71

C. Pelayanan Kesehatan Rujukan ... 74

BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN ……… 79

A. Tenaga Kesehatan ... 79

B. Sarana Kesehatan ... 83

C. Pembiayaan Kesehatan ... 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95 LAMPIRAN TABEL

(5)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pasal 169 mengatakan bahwa pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pada pasal 2 ayat 1 mengatakan pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta pengaturan hokum kesehatan secata terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setingi-tingginya. Dengan demikian informasi kesehatan merupakan sub sistem yang berguna untuk mendukung subsistem lainnya, karena tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan demikian juga sebaliknya.

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan Kabupaten, yang merupakan salah satu paket penyajian

(6)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014

2 data/ informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi tentang data umum, derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data/informasi terkait lainnya, yang diterbitkan setiap tahun.

Disamping itu berguna untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” dan dengan Misinya “1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik”.

Profil Kesehatan Kabupaten diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kabupaten, dan sebagai masukan bagi penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Bali. Untuk itu penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten yang berkualitas, yaitu yang dapat terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten, dan sesuai kebutuhan, menjadi harapan bersama.

Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2014 ini mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2013 (berdasarkan data terpilah jenis kelamin) di modifikasi dengan Edisi Revisi 2014 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2014 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari bidang-bidang dan pengelola program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan, pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Tabanan, serta data/informasi dari lintas sektor terkait.

(7)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014

3

B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABANAN

Tujuan dari dibuatnya Profil Kesehatan ini merupakan salah satu sarana evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan pencapaian target indikator Millenium Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sector seperti Badan Pusat Statistik.

C. SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan tentang tentang latar belakang diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten, maksud dan tujuan serta sistematika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten, letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya yang berpengaruh terhadap kesehatan dan factor-faktor lainnya seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, social budaya, perilaku dan lingkungan.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, seperti angka kematian, angka kesakitan, angka harapan hidup, dan status gizi masyarakat.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang upaya kesehatan yang sesuai tujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar, pencapaian pelayanan kesehatan

(8)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014

4 rujukan, perbaikan gizi masyarakat dan promosi kesehatan.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan seperti pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian, sarana/fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

BAB VI SIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2014 berdasarkan analisis sederhana dari masing-masing hasil pelaksanaan program kesehatan. Selain hal-hal yang sudah berhasil dicapai, juga menguraikan hal-hal yang masih dianggap kurang dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. LAMPIRAN

Pada lampiran berisi resume atau angka pencapaian program kesehatan dan 81 tabel data yang merupakan gabungan table indicator Kabupaten Tabanan dan indicator kinerja standar pelayanan minimal bidang kesehatan.

(9)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFI

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu salah satu dari 9 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali.

1. Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Tabanan berada pada posisi 08014’30” sampai 08038’07“ Lintang Selatan dan 114054’52’’ sampai 115012’57” Bujur Timur. Wilayah ini cukup strategis karena berdekatan dengan Ibukota Provinsi Bali yang hanya berjarak sekitar 25 Km dengan waktu tempuh ± 45 menit dan dilalui oleh jalur arteri yaitu jalur antar propinsi. Secara administratif Kabupaten Tabanan terbagi atas 10 kecamatan dan 133 desa. Batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan secara lengkap adalah :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng

2. Sebelah Timur : Kabupaten Badung

3. Sebelah Barat : Kabupaten Jembrana

4. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

2. Luas Wilayah

Luas Kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 atau sekitar 14,90 % dari luas Propinsi Bali (5.632,86 km2). Berdasarkan besarnya wilayah, maka Kabupaten Tabanan termasuk kabupaten terbesar kedua di Propinsi Bali setelah Kabupaten Buleleng. Keadaan topografi Kabupaten Tabanan dapat digambarkan dengan adanya dataran tinggi di bagian utara wilayah Tabanan, dan dataran rendah di bagian selatannya. Kabupaten Tabanan bagian utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian tertinggi berada pada puncak Gunung Batukaru, yaitu 2.276 meter dari permukaan laut, dan di bagian selatan Kabupaten Tabanan merupakan daerah pantai yang berupa dataran rendah.

(10)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 6 Bila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada, sekitar 62,455 Ha (74,41 %) wilayah Kabupaten Tabanan merupakan lahan pertanian, yang terdiri dari lahan sawah sebesar 22.184 Ha (26,43 %) dan 40,271 Ha (47,98 %) merupakan lahan pertanian bukan sawah, yang sebagian besar berupa perkebunan, tegal, hutan rakyat, dan lainnya (tambak, kolam, empang, dll). Sedangkan 25,59 % lahan lainnya di Kabupaten Tabanan merupakan lahan bukan pertanian, seperti jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dan lain-lain.

3. Iklim

Curah hujan disuatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi, dan pertemuan arus angin. Dari topografinya, Kabupaten Tabanan merupakan daerah pegunungan dan pantai. Hal ini mengakibatkan perbedaan suhu di masing-masing daerah di wilayah Kabupaten Tabanan, dimana perbedaan suhu tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat curah hujan.

B. KEADAAN PENDUDUK

Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 berdasarkan hasil peoyeksi BPS sebesar 433.300 jiwa, terdiri dari 215.100 jiwa penduduk laki-laki dan 218.200 jiwa penduduk perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 516 jiwa per km2.

Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kediri, dengan kepadatan sebesar 1.671,27 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Selemadeg Barat merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, yaitu hanya 159,80 jiwa per km2. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan angka beban tanggungan dapat dilihat pada lampiran tabel 2.1

(11)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 7 Tabel 2.1

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KABUPATEN/KOTA TABANAN

TAHUN 2014

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN

1 2 3 4 5 6 1 0 - 4 14,100 13,500 27,600 104.44 2 5 - 9 16,300 15,300 31,600 106.54 3 10 - 14 16,900 15,500 32,400 109.03 4 15 - 19 14,000 13,500 27,500 103.70 5 20 - 24 13,000 12,500 25,500 104.00 6 25 - 29 13,400 13,000 26,400 103.08 7 30 - 34 13,900 14,500 28,400 95.86 8 35 - 39 17,500 17,800 35,300 98.31 9 40 - 44 20,100 20,400 40,500 98.53 10 45 - 49 19,200 19,400 38,600 98.97 11 50 - 54 15,400 15,500 30,900 99.35 12 55 - 59 12,500 12,800 25,300 97.66 13 60 - 64 9,900 10,600 20,500 93.40 14 65 - 69 7,800 8,600 16,400 90.70 15 70 - 74 5,100 6,600 11,700 77.27 16 75+ 6,000 8,700 14,700 68.97 JUMLAH 215,100 218,200 433,300 98.58

ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 45 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)

Sumber : BPS Kab. Tabanan Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk Kabupaten Tabanan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 21,14 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68,98 %, dan yang berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 9,88 %. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Depedency Ratio) penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 adalah sebesar 31,02 %. Artinya beban tanggungan cukup tinggi karena usia produktif harus menanggung kelompok usia non produktif.

C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit di suatu wilayah dalam periode tertentu, dimana informasi tersebut berisi tentang data nilai tambah sektoral, struktur perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. PDRB suatu daerah dapat dihitung melalui dua pendekatan, yaitu PDRB atas dasar harga konstan, dan PDRB atas dasar harga berlaku.

PDRB Kabupaten Tabanan tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabanan, yakni PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 6.452.645,72 juta rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 2.941.820,83 juta rupiah. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan PDRB, maka

(12)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 8 dapat diketahui pertumbuhan perekonomian. Untuk tahun 2014 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tabanan sebesar 6,03 persen

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat, sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan gizi kurang sering kali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk. Merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, kwashiokor, penyakit kekurangan vitamin seperti xeropthalmia, scorbut.

Adapun kriteria Keluarga Miskin versi BKKBN yaitu :

a. Pada umumnya anggota keluarga makan kurang dari 2 (dua) kali sehari. b. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,

bekerja/sekolah, dan berpergian.

c. Bagian lantai rumah yang terluas adalah dari tanah.

d. Anak sakit atau PUS yang ingin ber KB tidak dibawa ke sarana kesehatan.

e. Dalam seminggu keluarga tidak pernah makan daging/telur/ ikan. f. Setahun terakhir anggota keluarga tidak mendapat pakaian baru. g. Luas lantai rumah kurang 8 m2 untuk tiap penghuni

h. Anak umur 7-15 tahun belum sekolah karena faktor ekonomi.

Berdasarkan kriteria diatas maka Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 sebanyak 103.964 jiwa atau 23,99 % dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin terbanyak terdapat di Kecamatan Kediri yaitu sebesar 16.019 jiwa dan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Selemadeg Barat dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 6.416 jiwa.

(13)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 9

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU

PENDUDUK

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat salah satunya adalah factor lingkungan, disamping tiga factor lainnya seperti perilaku, pelayanan kesehatan dan genetic. Faktor lingkungan akan sangat menentukan baik buruknya derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kabupaten Tabanan akan disajikan beberapa indicator yang terkait seperti :

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Pembangunan prasarana penyediaan air bersih salah satu indicator yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus kita wujudkan sebagai komitmen suatu negara agar kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum seseuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Parameter mikrobiologi E Coli dan total bakteri kolform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel.

 Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

 Syarat kimia : Kadar besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l, pH 6,5-8,5.

Tahun 2012 secara nasional cakupan fisik air minum 95,93%, artinya kategori baik yang mencakup tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Cakupan

(14)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 10 sarana dan akses air minum di Kabupaten Tabanan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Pada gambar 2.1 diatas dapat dikatakan bahwa rata-rata cakupannya sebesar 89,04%. Cakupan yang paling tinggi adalah Puskesmas Selemadeg Barat 115,78% dan yang terendah Puskesmas Penebel I 59,62%. Bila dibandingkan dengan cakupan Propinsi 82,65%, cakupan nasional 85% dan MDGs 68,87%. Jadi cakupan di Kabupaten Tabanan secara umum sudah di atas cakupan baik propinsi, nasional dan MDGs. 2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar

Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat pada tahun 2013 sebesar 98,80%, jumlah ini mengalami penurunan menjadi sebesar 87,8% pada tahun 2014. Target tahun 2014 sebesar 80%, sehingga tahun 2014 sudah mencapai target. Namun demikian masih terdapat beberapa penduduk yang tidak mengakses jamban sehat atau masih terdapat beberapa penduduk yang tidak mengakses jamban sehat atau masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS). Pertambahan jumlah penduduk yang pesat dan tingginya tingkat mobilitas penduduk di Provinsi Bali tidak diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (jamban). Disisi lain perilaku penduduk yang masih BABS menjadi kendala yang penting untuk segera diselesaikan. Beberapa upaya yang ditempuh dalam peningkatan akses sanitasi adalah pemicuan perubahan

(15)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 11 perilaku melelaui strategi STBM, sehingga diharapkan penduduk mau jamban sehat dan pada akhirnya mau membangun sarana sanitasinya sendiri. Kalau kita lihat capaian pemanfaatan jamban sehat untuk masing-masing Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2014, seperti gambar berikut :

Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Sebagian besar cakupan akses penggunaan jamban 80% lebih namun ada 4 Puskesmas yang masih dibawah 80%, dan yang terendah di wilayah kerja Puskesmas Baturiti II yaitu 25,53%. Kalau dirata-ratakan cakupan Kabupaten Tabanan sebesar 87,77%.

3. Rumah Sehat

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan khususnya pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup

lingkungan pemukiman. Untuk melaksanakan amanat tersebut, maka

penyelenggaraan penyehatan pemukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses

jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/Per/V/Menkes/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah).

Cakupan rumah sehat Kabupaten Tabanan Tahun 2014 sebesar 77,41%, sedangkan tahun 2013 sebesar 70,76%. Jadi tahun 2014 ini mengalami peningkatan sebesar 6,85% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Cakupan tersebut

(16)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 12 diakibatkan karena beberapa indicator rumah sehat seperti ketersediaan sanitasi (jamban sehat), sarana air bersih, pengelolaan limbah, keberadaan vector, kondisi fisik rumah seperti ventelasi dll belum sepenuhnya baik. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan sehingga diharapkan pada tahun mendatang kualitas indicator rumah sehatnya semakin membaik. Persentase rumah sehat per Puskesmas di Kabupaten Tabanan Tahun 2014

Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Rata-rata cakupan rumah sehat Kabupaten Tabanan per Puskesmas sebesar 94,67%. Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Tabanan I sebesar 99,52% dan yang terendah adalah Puskesmas Pupuan II sebesar 34,89%.

4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Untuk hal ini Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes memprogramkan rumah tangga untuk ber-PHBS.

PHBS merupakan semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

(17)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 13 PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Ada 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dilakukan apabila rumah tangga dikatakan telah, melakukan PHBS seperti 1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) memberi ASI Ekslusif, 3) menimbang balita setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan buah dan syur setiap hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalm rumah.

Target nasional dalam renstra Kemenkes 2010-2014 sebesar 70% tahun 2014. Hasil Riskesdas tahun 2013 rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 32,3%. Provinsi Bali rumah tangga ber-PHBS tahun 2014 sebesar 69,95%, sedangkan Kabupaten Tabanan rumah tangga ber-PHBS tahun 2014 mencapai 72,44%. Hal ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 70,25%. Persentase rumah tangga ber-PHBS per Puskesmas di Kabupaten Tabanan 2014 sebagai berikut :

Sumber : Seksi Promkes dan PSM Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata rumah tangga yang sudah ber-PHBS sebesar 72,44%. Puskesmas yang cakupan tertinggi adalah Puskesmas Kerambitan II sebesar 97,54%, sedangkan yang terendah adalah Puskesmas Baturiti II sebesar 25%.

5. Desa yang Melaksanakan STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program yang memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan

(18)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2014 Page 14 kesehatan lingkungan. Dari 133 desa yang ada di wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Tabanan, desa yang sudah melaksanakan STBM baru 53 desa atau 39,85%. Ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya tenaga fasilitator STBM yang terampil di tingkat kecamatan/desa, belum ada regulasi yang kuat untuk memberdayakan masyarakat mulai tingkat propinsi sampai desa, perlu ditingkatkannya kerja sama baik lintas program maupun lintas sector.

(19)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 15

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menilai Derajat Kesehatan di suatu wilayah biasanya menggunakan indicator yang umum dan telah disepakati baik secara nasional maupun internasional seperti angka angka kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas). Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan ini, derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Tabanan digambarkan melalui angka kematian yang terdiri dari Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA, dan Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor-faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor-faktor lainnya.

A. MORTALITAS

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung.

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

Angka kematian yang disajikan pada bab ini adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Kasar.

(20)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 16

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka Kemtian Neonatal (AKN) adalah jumlah kematian bayi usia sampai 28 hari yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Cakupan AKN Kabupaten Tabanan Tahun 2014 sebesar 8,68 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2014 cakupan AKN mengalami peningkatan dari Tahun 2013 sebesar 6,48 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu, meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K, meningkatkan fungsi Puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal esensial, peningkatan SDM kesehatan melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan, meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita, meningkatkan pemanfaatan buku KIA.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan faktor eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah jumlah kematian bayi usia 0-11 bulan yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB menggambarkan banyaknya jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu di suatu daerah.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat berguna tidak hanya terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk secara keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. AKB

(21)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 17 merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan Angka Kematian Bayi. AKB tidak hanya mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan kematian bayi seperti akibat diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, atau penyakit infeksi lainnya, akan tetapi juga mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 sebesar 14,93 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tingi dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi pada tahun 2013 yang sebesar 14,93 per 1000 kelahiran hidup. Menurut jenis kelamin, kematian bayi laki-laki lebih tinggi dari kematian bayi perempuan, yakni 42 kematian bayi laki-laki sedangkan bayi perempuan hanya 34 kematian bayi. Angka Kematian Bayi pada tahun 2013 menunjukkan angka terendah dimiliki oleh Kecamatan Selemadeg Barat dengan Angka Kematian Bayi sebesar 0,39 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Kediri, dimana Angka Kematian Bayi di kecamatan tersebut sebesar 3,93 per 1000 kelahiran hidup.

Gambaran perkembangan terakhir mengenai Angka Kematian Bayi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

(22)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 18 Gambar diatas memperlihatkan trend AKB Kabupaten Tabanan dari Tahun 2005-2014 bersifat flutuasi. Untuk itu diperlukan perhatian lebih dari program terkait, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Kejadian kematian bayi sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi antara lain karena masih ada persalinan di rumah, status gizi ibu selama kehamilan kurang baik, rendahnya pengetahuan keluarga dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan kesehatan bayi terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Gambaran AKB per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan rata-rata AKB Kabupaten Tabanan Tahun 2014 sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup. AKB tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tabanan 1 sebesar 16,7 per 1.000 kelahiran hidup, dan yang terendah yaitu di dua Puskesmas yaitu di Puskesmas Selemadeg Timur II dan Puskesmas Kediri III.

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase

(23)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 19 antara kelahiran dan sebelum umur 5 (lima) tahun. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi, dan kecelakaan.

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA yaitu,

sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71 – 140, sedang dengan nilai 20 – 70, dan rendah dengan nilai < 20.

Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita pada tahun 2014 sebesar 13 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Angka Kematian Balita pada tahun 2013, dimana Angka Kematian Balita sebesar 14,93 per 1000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2005-2014 disajikan pada gambar 3.3 berikut ini.

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa data AKABA di Kabupaten Tabanan trendnya fluktuatif, dan secara umum bila dilihat dari tahun 2005 kecendrungan agak meningkat hal ini diakibatkan oleh semakin baiknya system pelaporannya dari bawah baik dari masyarakat sampai pada tingkat kabupaten. Gambaran AKABA per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(24)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 20 Dari gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata AKABA Kabupaten Tabanan Tahun 2014 sebesar 13 per 1000 kelahiran hidup. AKABA tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I dan yang terendah di Puskesmas Selemadeg Timur II yaitu 0.

4. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. AKI juga menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka Kematian Ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait kehamilan. Angka Kematian Ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa

(25)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 21 kehamilan, persalinan, dan nifas. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Menurut laporan dari Seksi Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 adalah sebesar 41 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih rendah dari Angka Kematian Ibu pada tahun 2013 yang sebesar 78,60 per 100.000 kelahiran hidup. Gambaran Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tabanan periode tahun 2005-2014 disajikan pada gambar 3.3. berikut.

Pada gambar diatas terlihat trend AKI yang mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai dengan 2014, bahkan AKI pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam dari tahun sebelumnya dan merupakan AKI tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Untuk itu perlu kiranya mendapat perhatian lebih dari Seksi

(26)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 22 Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana serta program terkait, karena kematian ibu dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, serta pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Target AKI secara nasional sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka cakupan AKI di Kabupaten Tabanan sudah mencapai target bahkan sudah cukup dibawah target nasional. Gambaran AKI per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan 2014

Dari gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata cakupan AKI di Kabupaten Tabanan Tahun 2014 sebesar 41 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI sebanyak 2 (dua) orang yaitu di wilayah kerja Puskesmas Kerambitan I dan Selemadeg masing-masing 1 orang (1,6 per 100.000 kelahiran hidup)

5. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah, termasuk di dalamnya derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Selain Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas

(27)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 23 hidup masyarakat, baik kabupaten, provinsi, maupun negara. AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat lahir. AHH Kabupaten Tabanan untuk tahun 2014 belum ada, yang ada AHH untuk tahun 2013 yang bersumber dari penghitungan IPM BPS Pusat adalah sebesar 74,91. UHH Tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Tahun 2012 sebesar 74,55.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Tingkat kesakitan suatu negara juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. Bahkan tingkat morbiditas penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan antar negara. Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik

re-emerging maupun new-re-emerging disease masih tinggi. Namun di sisi lain, penyakit

degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi. Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit

(28)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 24 menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Pada bab ini akan disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tabanan sepanjang tahun 2014.

1. Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan

Angka Kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan isedentil. Berdasarkan pengamatan penyakit berpotensial KLB dan penyakit tidak menular yang diamati di Puskesmas dan jaringannya, terdapat suatu pola dan trend penyakit.

Berdasarkan laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), pola 10 besar penyakit terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah penyakit Nasofaringitis Akut (Common Cold) dengan jumlah total kasus sebanyak 31.808, diikuti penyakit Hipertensi Primer dengan jumlah total kasus sebanyak 24.398, selanjutnya Kecelakaan dan Rudapaksa dengan jumlah total kasus sebanyak 23.114. Sedangkan urutan terbawah dari 10 besar penyakit adalah Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga Lainnya dengan jumlah total kasus sebanyak 9.357. Tabel 3.1 berikut menyajikan pola 10 penyakit terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tahun 2014.

(29)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 25 Tabel 3.1

Pola 10 Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan

Pada Tahun 2014

No Nama Penyakit Jumlah Rangking

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nasofaringitis Akut (Common Cold) Hipertensi Primer

Penyakit Lain pada Saluran Nafas Atas Kecelakaan dan Ruda Paksa

Arthritis Lainnya Gastritis

Dermatitis Kontak Alergi

Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Faringitis Akut

Gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya

34.997 28.215 25.676 24.579 20.065 16.576 11.953 9.028 7.099 6.913 I II III IV V VI VII VIII IX X Sumber : Laporan SP2TP

Dari tabel 10 besar penyakit diatas diketahui bahwa penyakit Nasofaringitis Akut merupakan penyakit yang mendominasi. Pada saat ini penyakit tidak menular seperti hipertensi atau penyakit darah tinggi primer merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat sehinga perlu dilakukan tindakan intervensi dalam kegiatan Program PPTM (Penanggulangan Penyakit Tidak Menular) dengan memperbanyak skrining, penyuluhan kesehatan serta penyiapan logistiknya terutama obat PTM (Penyakit Tidak Menular)

2. Penyakit Menular a. TB Paru

Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang

(30)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 26 menyerang golongan usia produktif (15 – 50 tahun) dan anak – anak serta golongan sosial ekonomi lemah.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobanterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB (BTA Positif). Kuman ini tidak hanya menyerang paru-paru, tapi juga organ tubuh lainnya, seperti tulang sendi, usus, kelenjar limpa, selaput otak dan lain-lain. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs).

Salah satu indicator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

Notification Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB

yang ditemukan dan tercatat 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecendrungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Dismaping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengidentifikasikan persentase pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien TB paru positif yang tercatat. Berikut CNR seluruh TN per Puskesmas se Kabupaten Tabanan tahun 2014

(31)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 27

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata CNR Kabupaten

Tabanan tahun 2014 sebesar 40,2 per 100.000 penduduk. CNR secara

nasional ditargetkan naik 5% setiap tahun, maka target tahun 2014

sebesar 78/100.000 penduduk sehingga Kabupaten Tabanan belum

memenuhi target di tahun 2014.

Succes Rate

(SR) dapat membantu dalam

mengetahui

kecendrungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada

wilayah tersebut. Berikut ini angka kesembuhan TB paru per Puskesmas

se Kabupaten Tabanan Tahun 2014.

Sumber : Seksi P2M Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa capaian SR sebagian besar telah bagus namun ada 4 (empat) Puskesmas yang belum seperti Puskesmas Selemedeg Timur I, Selemadeg Timur II, Penebel II, dan Puskesmas Kediri III yaitu 0. Bila dibandingkan dengan target dalam renstra propinsi sebesar 88%, cakupan propinsi sebesar 87,5%. Bila dibandingkan dengan cakupan Kabupaten Tabanan, maka Kabupaten Tabanan sudah mencapai bahkan diatas angka Nasional

Besar kecilnya kesembuhan dipengaruhi juga oleh besar kecilnya angka drop

out, yang berimbas pada besar kecilnya angka penemuan penderita TB Multi Drug

Resisten (MDR) yang semakin merebak belakangan ini, ditambah adanya pengaruh peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS.

(32)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 28

b. Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita terbesar di Indonesia. Sekitar 80 – 90 % dari kasus kematian Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita terutama pada kasus gizi kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi).

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Cakupan penemuan pneumonia balita pada tahun 2014 sebesar 9,6 % dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 426 kasus, yang terdiri dari 240 kasus laki-laki dan 186 kasus perempuan. Dilihat dari Puskesmas, cakupan penemuan kasus pneumonia tertinggi adalah Puskesmas Marga I yakni sebesar 2,3 %, diikuti Puskesmas Tabanan II sebesar 1,9 %, dan Puskesmas Tabananl I sebesar 1,7 %. Berikut ini cakupan Pneumonia per Puskesmas se Kabupaten Tabanan Tahun 2014.

(33)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 29

c. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging desease dan menjadi pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan meskipun berbagai pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Makin tinggi mobilitas penduduk antar wilayah, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik merupakan faktor yang secara simultan memperbesar risiko dalam penyebaran HIV/AIDS.

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus

Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi

tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Infeksi Oportunistik). HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks dengan lelaki (LSL), penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling and Testing (VCT), Sero Survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Kasus HIV/AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan terdapat 64 kasus HIV yang terdiri dari 30 laki-laki dan 34 perempuan, dengan jumlah kasus AIDS adalah 80 kasus yang terdiri dari 58 laki-laki dan 22 perempuan, dimana terdapat 5 kasus kematian yang disebabkan AIDS terdiri dari 3 laki-laki, dan 2 perempuan. Sedangkan jumlah infeksi menular seksual lainnya (syphilis) adalah 0. Gambar berikut menampilkan jumlah kumulatif kasus

(34)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 30 HIV/AIDS berdasarkan berdasarkan golongan usia di Kabupaten Tabanan Tahun 2014.

Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa seberan usia yang penderita kasus HIV/AIDS adalah terjadi pada semua kelompok umur. Penderita yang terbanyak terjadi pada usia 25-49 tahun, dan yang terendah pada usia 5-14 tahun. Untuk itu perlu adanya upaya promotif dan preventif pada semua kelompok usia. Peningkatan upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan, dan diarahkan pada upaya pendekatan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan upaya deteksi dini untuk mengetahui akan status HIV seseorang melalui Konseling dan Tes HIV sukarela atau Voluntary Counseling and Testing (VCT) sampai pada tingkat Puskesmas yang ada.

d. Kusta

Penyakit kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae. Penyakit Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Penatalaksanaan yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Tahun 2000 mempunyai arti penting bagi program pengendalian kusta. Pada tahun 2000, dunia dan khususnya negara Indonesia berhasil mencapai eliminasi penyakit kusta. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1

(35)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 31 kasus per 100.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi manusia. Diagnosis dini dan pengobatan dengan menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) merupakan kunci utama keberhasilan mengeliminasi kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat. Pengobatan MDT berhasil menurunkan 84,6% kasus penyakit kusta di Indonesia sejak tahun 1985 hingga akhir tahun 2011. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :

1. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.

2. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.

3. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif).

Target yang ditetapkan secara nasional untuk angka penemuan kasus baru penyakit kusta tahun 2014 kurang dari 5/100.000 penduduk. Sedangkan angka penemuan kasus baru (New Case Detection Rate) penyakit Kusta untuk Provinsi Bali tahun 2014 adalah 1,66/100.000 penduduk. Cakupan penemuan kasus baru di Kabupaten Tabanan tahun 2014 adalah 0,96/100.000 penduduk. Angka ini masih dibawah target yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun dari Provinsi Bali.

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang, baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Upaya penanggulangan

(36)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 32 penyakit malaria di Indonesia dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual

Parasite Incidence (API) yang telah digunakan sejak tahun 2010 untuk seluruh

provinsi di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah menjadi 4 strata yaitu :

1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.

2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 – 5 per 1.000 penduduk. 3. Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk.

4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0

Pada tataran nasional, malaria masih menjadi permasalahan kesehatan yang berarti. Namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi di Kabupaten Tabanan. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2011 menunjukkan kecenderungan penurunan, bahkan tujuh tahun terakhir (2007 sampai dengan 2014) angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan adalah 0/1000 penduduk. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Tabanan bukan merupakan daerah endemis penyakit malaria. Kasus-kasus yang terjadi merupakan kasus import dari penduduk yang datang dari daerah endemis malaria. Tabel 3.2 akan menjelaskan kasus dan angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan periode tahun 2005-2014.

Tabel 3.2

Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Tabanan Periode Tahun 2005-2014

Tahun  Kasus Malaria (+) API

2005 2 0 2006 2 0 2007 0 0 2008 0 0 2009 0 0 2010 0 0 2011 0 0 2012 0 0 2013 0 0 2014 0 0 Sumber : Bidang P2 PL

(37)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 33

4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit yang termasuk kelompok PD3I meliputi : Difteri, Pertusis, Tetanus Neoatorum, Campak, Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut).

a. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Polio (Poliomyelitis) merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontamisasi lendir, dahak atau faeses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut. Kondisi inilah disebut Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau lumpuh layuh akut.

Polio adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan.. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, dan sakit ditungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Non Folio AFP Rate untuk Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 adalah 5,46/100.000 anak usia < 15 tahun.

b. Difteri

Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri

(38)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 34 awal penyakit ini adalah demam 38 ºC, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan tidak ada kasus.

c. Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella

Pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas

dan muntah. Lama batuk bisa 1–3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita. Di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 tidak ditemukan kasus Pertusis.

d. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium Tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir (umur < 28 hari) yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Penanganan Tetanus neonatorium tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Ciri khas dari penyakit ini adalah pada mulanya beberapa hari setelah lahir bayi menangis keras dan menyusu dengan kuat namun beberapa hari berikutnya tidak bisa menyusu. Pada tahun 2014, di Kabupaten Tabanan dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.

(39)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 35

e. Campak

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus.

Penularan infeksi dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi atau karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Pada tahun 2014, ada 9 (Sembilan) Puskesmas yang melaporkan penemuan kasus campak, yakni Puskesmas Tabanan I dengan 2 (satu) kasus, Puskesmas Tabanan II dengan 4 (empat) kasus, Puskesmas Tabanan III dengan 3 (tiga) kasus, Puskesmas Kerambitan II dengan 1 kasus, Puskesmas Pupuan I dengan 1 kasus, Puskesmas Baturiti I dan Baturiti II masing-masing 1 kasus, dan Puskesmas Kediri I dengan 3 (tiga) kasus. Dari 17 kasus campak yang ditemukan, 11 kasus merupakan jenis kelamin laki-laki dan 6 (enam) kasus merupakan jenis kelamin perempuan, dengan case fatality rate (CFR) = 0 %.

Sumber : Seksi Surveilan dan Epidemiologi Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

5. Penyakit Potensial KLB/Wabah

Penyakit menular tertentu memiliki potensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, diantaranya adalah Demam Berdarah Dengeu (DBD), Diare,

(40)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 36 Chikungunya, Rabies, dan Filariasis. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

a. Deman Berdarah Dengeu (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, family flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, Aedes Aegypti, dan Aedes Albopictus merupakan vector utama penyakit DBD.

Sepanjang tahun 2014 dilaporkan terjadi 470 kasus di Kabupaten Tabanan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 108,5 per 100.000 penduduk dengan tidak ada kematian akibat DBD atau Case Fatality Rate (CFR) adalah 0,2 %. Jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2014 ini menurun apabila dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun sebelumnya yakni dengan 793 kasus. Jumlah kasus terbanyak ditemui di Kecamatan Kediri dengan 213 kasus, disusul kemudian oleh Kecamatan Tabanan dengan 91 kasus, dan Kecamatan Kerambitan dengan 52 kasus. Sedangkan tiga kecamatan dengan jumlah kasus paling sedikit adalah Kecamatan Selemadeg Barat dengan 4 kasus, Kecamatan Pupuan dengan 6 kasus, dan Kecamatan Baturiti dengan hanya 9 kasus. Jumlah kasus DBD menurut Puskesmas pada tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada tabel 21.

Adapun beberapa permasalahan dalam penanggulangan DBD di Kabupaten Tabanan antara lain :

1. Belum ada obat anti virus dan vaksin untuk mencegah DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian vektor dianggap yang paling memadai saat ini.

(41)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 37 2. Vektor DBD khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah dikendalikan, karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, maka untuk keberhasilan pengendaliannya diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Untuk itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.

3. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk, mobilitas, lancarnya transportasi, pergantian musim dan perubahan iklim, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.

4. Sebagian masyarakat masih minat dengan fogging. 5. Uji resistensi terhadap insektisida belum optimal

Salah satu cara untuk menekan penyebaran penyakit Deman Berdarah Dengeu (DBD) adalah dengan membasmi jentik nyamuk Aedes aegypty di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan rumah. Gambaran Kasus DBD dan Incidene

Rate di Kabupaten Tabanan periode tahun 2007-2014 disajikan pada gambar 3.

berikut.

Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kasus DBD trend nya fluktuasi. Dilihat dari tahun 2017 s/d 2014 jumlah kasus tertinggi terjadi pada tahun 2013

(42)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 38 sebanyak 793 kasus, dengan insiden rate 179,25%. Tahun 2014 jumlah kasus dan IR menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013.

b. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Secara klinis penyebab Diare antara lain : infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah Diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan. Jenis Diare ada 2 (dua) yaitu Diare Akut dan Diare Persisten (diare kronik). Diare Akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan Diare Persisten (diare kronik) adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

Penderita diare di Puskesmas setiap tahun jumlahnya cukup tinggi. Namun demikian hal ini belum dapat menggambarkan prevalensi keseluruhan dari penyakit diare karena banyak dari kasus tersebut yang tidak terdata oleh sarana pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau pengobatan di praktek swasta). Laporan Profil Kesehatan Kabupaten menunjukkan bahwa selama kurun tahun 2014 jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Tabanan sebesar 9273 kasus. Dari jumlah tersebut, jumlah kasus yang ditangani sebesar 8.519 kasus (91,9 %) yang terdiri dari laki-laki sebesar 4.538 kasus (48,94 %) dan perempuan sebesar 3.981 (42,93 %), dan angka kesakitan diare 214 per 1.000 penduduk. Terjadi penurunan jumlah kasus diare dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2013 jumlah kasus diare sebanyak 18.714 kasus.

Untuk itu upaya kesehatan harus lebih ditingkatkan lagi untuk mencegah tingkat kematian akibat diare. Tingkat kematian akibat diare dapat diturunkan dengan

(43)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 39 adanya tata laksana yang tepat dan cepat, diantaranya melalui pelatihan petugas yang diintegrasikan dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu juga dapat dilakukan pengamatan tata laksana diare ke Puskesmas.

Sedangkan upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari – hari, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan dari perbaikan kedua faktor tersebut.

c. Rabies

Rabies (bahasa Latin: rabies, "kegilaan") atau penyakit anjing gila merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalamnya tubuhnya mengandung virus Rabies.

Virus Rabies menyebabkan peradangan akut otak pada manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Periode waktu antara terjadi kesakitan dan gejala awal biasanya satu sampai tiga bulan, namun bisa kurang dari satu minggu atau lebih dari satu tahun, tergantung pada jarak virus untuk mencapai sistem saraf pusat, dimana gejala awal antara lain : demam dan kesemutan di lokasi paparan; kemudian diikuti dengan gerakan kekerasan, kegembiraan yang tidak terkendali; takut air atau ketidakmampuan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh serta kebingungan yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan atau manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian Rabies, yaitu kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus

(44)

Profil Kesehatan Kab. Tabanan 40 yang di vaksinasi VAR (Vaksin Anti Rabies), dan kasus Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa).

Pada tahun 2013 di Kabupaten Tabanan, jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 6.042 kasus, sedangkan tahun 2014 jumlah kasus gigitan meningkat menjadi 6.318 kasus atau 4,57%. Dari jumlah gigitan tersebut tidak terdapat jumlah kasus penyakit rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa). Kasus GHPR terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu dengan 563 kasus, sedangkan bulan Pebruari merupakan bulan dengan kasus GHPR paling sedikit yakni dengan 436 kasus. Gambaran kasus GHPR di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 disajikan pada gambar 3.12 dibawah ini

Walaupun jumlah kasus kematian akibat rabies di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 tidak ada, namun mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena dampak buruknya selalu diakhiri kematian, serta dapat mempengaruhi dampak perekonomian khususnya bagi pengembangan daerah-daerah pariwisata seperti Bali yang tertular rabies, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin bahkan menuju pada program pembebasan dari rabies.

Gambar

Gambar  diatas  memperlihatkan  trend  AKB  Kabupaten  Tabanan  dari  Tahun  2005-2014  bersifat  flutuasi
Gambar  4.1  memperlihatkan  cakupan  kunjungan  K1  dan  K4  pada  ibu  hamil  selama  enam  tahun  terakhir
Gambar 4.3 diatas memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh  tenaga  kesehatan  sejak  tahun  2007  sampai  tahun  2014  yang  mengalami  pasang  surut,  namun  3  tahun  terakhir  cakupan  persalinan  memperlihatkan  trend  yang  meningkat,  te
Gambar  berikut  menggambarkan  cakupan  pemberian  ASI  Eksklusif  pada  bayi  usia   0-6 bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

This research aimed to determine whether the environmental performance and Good Corporate Governance (GCG) mechanisms, such as managerial ownership, institutional ownership,

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa fermentasi pelepah sawit menggunakan jenis-jenis inokulum yang berbeda menunjukkan hasil peningkatan protein (PK)

Pertimbangan memilih lokasi ini, disamping faktor wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal lain seperti : (1) SMK Negeri 12 merupakan

Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan penulis, bahwa pihak sekolah mempunyai kewajiban untuk mengutamakan mutu pelayanan terhadap siswa yaitu konsumen pengguna

Guru yang mengajar Al-Qur’an Hadits pada waktu mengajar telah membacakan surat-surat pendek dengan berulang-ulang, kemudian peserta didik di suruh menirukan bacaan

Dengan adanya Binusmaya ini, mahasiswa dan dosen akan lebih mudah dalam melakukan proses pembelajaran dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan selama berada di universitas Bina

adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama (surat