BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
C. Deskripsi Hasil Penelitian
2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah pada dasarnya dilaksanakan secara komprehensif, yaitu peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), yang dilakukan secara terpadu dan berkala kepada warga sekolah. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dibawah koordinasi guru dan Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
a. Melakukan penyuluhan kesehatan
Wawancara dengan kepala sekolah menjelaskan bahwa penyuluhan kesehatan sangat penting dilakukan. Secara umum, penyuluhan kesehatan dilakukan setiap hari Jumat dan Senin yang dilakukan ketika setelah upacara bendera dan setelah senam bersama. Selain itu penyuluhan kesehatan juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti Supermi yakni penyuluhan tentang membiasakan anak sarapan pagi, kemudian ada Lifeboy yang memberikan penyuluhan tentang kebersihan tubuh dan pentingnya mencuci tangan. Ada penyuluhan dari mahasiswa kedokteran UGM tentang konsultasi kesehatan remaja.
65
Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru bahwa penyuluhan dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja namun di luar kelas juga dilakukan penyuluhan decara bersama-sama. Puskesmas melakukan penyuluhan kepada perwakilan dokter kecil sekolah agar rajin mengecek air supaya tidak ada jentik-jentik nyamuk, selain itu juga memberikan pelatihan kepada dokter kecil bagaimana cara merawat orang yang sakit. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka didapat hasil dokumentasi berupa sertifikat sekolah yang berisi keterlibatan sekolah dalam mengikuti pendidikan sarapan sehat dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana. Hal ini ditandai dengan adanya sertifikat dari Mercu Buana
Gambar 9: Sertifikat keikutsertaan sekolah pada hari gizi nasional
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi ketika Puskesmas sedang melakukan penyuluhan kesehatan gigi di kelas 1. Peran guru dalam penyuluhan kesehatan oleh instansi lain ialah guru tidak terlibat dalam pemberian penyuluhan namun guru membantu dalam mengatur
66
atau mengkondisikan siswa. Selain itu guru turut serta dalam mengawasi jalannya penyuluhan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru membantu melakukan penyuluhan kesehatan di sekolah yang bekerja sama dengan pihak luar sekolah guna memberikan pengalaman dan pendidikan yang lebih baik.
b. Membantu pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi maupun sikat gigi Guru kelas memberikan penjelasan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh Puskesmas. Biasanya dilakukan setahun sekali untuk kelas I sampai dengan kelas III. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan guna memeriksa gigi siswa dan memberikan surat rujukan jika gigi susu yang duah waktunya tanggal harus dicabut. Selain itu pemberian surat rujuakan ditujukan untuk siswa yang mengalami masalah gigi misalnya gigi berlubang dan pemberitahuan kepada orang tua kepada siswa yang belum melakukan imunisasi. Tugas guru ketika dilakukan penyuluhan ialah mengkondisikan kelas agar tertib dan tidak gaduh.
Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka peneliti melakukan observasi di kelas I dan II. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kelas II lebih mudah diatur karena mereka sudah paham dan mereka mendapatkan tugas dari guru. Jika siswa kelas II sudah selesai diperiksa dan tugas tersebut sudah selesai, maka siswa diperbolehkan untuk beristirahat. Pemeriksaan gigi di kelas II menunjukkan hasil sebanyak 11 anak yang mendapatkan surat rujukan ke Puskesmas untuk selanjutnya di periksa kembali oleh dokter gigi. Berbeda dengan siswa kelas I. mereka
67
tampak penasaran dengan gigi teman-temannya sehingga menimbualkan suasana yang gaduh. Untuk mengatasi hal tersebut maka siswa yang sudah diperiksa dipersilahkan untuk istirahat. Dari pemeriksaan gigi tersebut didapat bahwa siswa kelas I lebih banyak siswa yang merawat giginya daripada siswa yang tidak. Siswa yang mendapat surat rujukan sebanyak 9 anak.
Gambar 10: Guru memberikan penyuluhan bersama Puskesmas Menilik penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru kelas turut membantu menjaga kesehatan gigi siswa. Guru tidak hanya sebagai pengawas di kelas saja namun juga memberikan pengarahan kepada siswa agar siswa rajin menjaga gigi dengan cara menggosok gigi secara rutin.
c. Membantu penjaringan kesehatan
Kepala sekolah menyatakan bahwa penjaringan kesehatan bagi siswa kelas I tidak dilaksanakan kepada siswanya. Penanganan kesehatas siswa dilakukan ketika timbul gejala penyakit. Sehingga siswa yang
68
mendaftar ke sekolah dan lolos seleksi, maka tidak dilakukan penjaringan kesehatan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru bahwa sekolah tidak melakukan penjaringan kesehatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penjaringan kesehatan tidak dilakukan di sekolah. d. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 6 bulan,
termasuk pengukuran tinggi dan berat badan
Kepala sekolah menyatakan bahwa pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pihak Puskesmas setiap 6 bulan sekali. Kepala seklah berkata:
“Pemeriksaan kesehatan itu dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru yang dilakukan oleh guru dan bekerjasama dengan Puskesmas. Kalau dari Puskesmas satu tahun sekali.”
Pemeriksaan kesehatan difokuskan pada siswa kelas rendah yakni kelas I sampai dengan kelas III. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan berupa pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan tubuh yakni tinggi dan berat badan. Karena pelaksanaan pemeriksaan berat dan tinggi badan sudah terlaksana, maka tidak ada observasi dan dokumentasi. Oleh karena itu, pernyataan tersebut ada dalam hasil wawancara saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh sekolah secara berkala setiap 6 bulan sekali.
e. Membantu melaksanakan pencatatan pemeriksaan siswa pada buku Ketika peneliti sedang melaksanakan observasi, tampak guru sedang membantu pegawai Puskesmas mencatatkan hasil pemeriksaannya pada buku. Guru juga membantu mengkondisikan kelas sehingga kelas tidak ribut dan mudah dalam melaksanakan pemeriksaan.
69
Gambar 11: pencatatan kesehatan
Pada hasil wawancara didapatkan hasil bahwa guru membantu mencatatkan pemeriksaan siswa dalam buku kesehatan. Oleh sebab itu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru membantu mencatat hasil pemeriksaan siswa pada buku kesehatan.
f. Membantu melaksanakan penjaringan kesehatan gigi untuk kelas 1 diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
Sekolah tidak melaksanakan penjaringan kesehatan pada siswa kelas 1, namun pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal dilakukan oleh pihak Puskesmas ketika dilaksanakan pemeriksaan. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah ketika dilakukan wawancara. Beliau berkata:
“Ya kalau penjaringan keseahatan di kelas satu tidak dilakukan, hanya kalau ada gejala. Tidak setiap tahun atau rutin dilakukan tidak. Kalau sudah ada gelaja itu baru dianalisis.”
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa terdapat siswa kelas I yang memiliki masalah dengan gigi susunya,
70
dan harus segera dicabut. Oleh karena itu pegawai Puskesmas memberikan surat rujukan kepada orang tua siswa agar ia segera diperiksakan ke Puskesmas.
Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa penjaringan kesehatan pada siswa kelas 1 tidak dilaksanakan namun pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal dilakukan pemeriksaan oleh Puskesmas.
g. Membantu membuat surat rujukan dari sekolah, jika siswa mengalami cedera atau sakit
Ketika dilakukan wawancara guru menjelaskan bahwa siswa yang mengalami sakit seperti menunjukkan gejala demam berdarah langsung ditanggapi dengan cara diperiksa di UKS kemudian guru menelepon orang tua siswa. Selanjutnya guru membuat surat rujukan dan membawa siswa ke Puskesmas.
71
Namun ketika peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada siswa, didapat hasil bahwa siswa yang pernah mengalami demam berdarah langsung dibawa ke Rumah Sakit dan menginap di Rumah Sakit. Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa guru membantu dalam membuat surat rujukan kepada siswa ketika siswa mengalami sakit dan tidak dapat ditangani oleh sekolah.
h. Mengadakan program dokter kecil
Pengadaan program dokter kecil dilakukan oleh sekolah. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru dan siswa. Kepala sekolah menjelaskan bahwa sekolah mengadakan program dokter kecil yang dilakukan oleh siswa kels V. Tugas dari dokter kecil ialah mengawasi teman-teman di kelas ketika sakit. Selain itu dokter kecil juga melaksankan Jumat anti jentik-jentik atau biasa disebut Jumantik. Jumantik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol kondisi air yang ada di sekolah. Jika kedapatan ada jentik-jentik, maka tampungan air itu haru segera dibersihkan.
Mj: “Program Jumantik disini dilaksanakan setiap hari Jumat, ini setelah senam ada jumantik dari kelas 4,5 dan 6 itu ada petugas kebersihan. Ini masing-masig kelas ada 2 anak untuk di training di Puskesmas. Program ini sudah terlaksana sudah sangat lama sejak 2010 dan dibawah pengawasan Puskesmas.”
St: “Kalo disini dilaksanakan setiap hari Jumat, ada dokter kecil melakukan cek tempat penampungan air dan pembuangan air. Tujuannya untuk mencegah terjadinya demam berdarah”
Mj: “Kalau instruksi dari puskesmas kan memang setelah dilatih kemudian dilaksanakan di sekolah masing-masing, kalau dulu di suruh membuat laporan, dan sekolah ini membuat sendiri jika suatu saat dibutuhkan oleh Puskesmas tinggal menyerahkan laporannya. Pelaporannya dilakukan setiap satu semester sekali.”
72
St: “Kalau Jumantik itu awalnya dari Puskesmas, Puskesmas mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada sekolah kemudian sekolah menjalankan program tersebut dan sudah berjalan sangat lama.” Mj: “Kalau selama ini disekolah tidak ada, tapi dari pihak sekolah ini
sendiri anak-anak ini karna sudah dibekali tentang tampungan air jadi anak-anak sudah menjaganya sendiri jadi jentik-jentik itu sudah jarang ditemui. Untuk awal-awal program ini dicanangkan ada jentik-jentik yang ditemukan terus setelah berkalai-kali dilakukan pengawasan itu, sering tidak ditemukan. Pengurasannya kan rutin sehingga bersih terus. Jika ditemukan jentik-jentik nanti siswanya yang memberishkan atau menguras sendiri penamooungan airnya. Kara disini kan ada kelas yang diberi gallon. Nah itu biasanya ada jentik-jentiknya.” St: “Ya kalu sekarang sih sudah jarang ditemukan jentik-jentik, kalaupun
ada ya tinggal dibersihkan saja. Tapi sekarang sudah tidak ada, hanya program Jumantik itu sebagai pengontrol kondisi air disekolah,” Mj: “Semua, jadi di semua lingkup sekolah ini dicek, termasuk yang
dibelakang ini kan ada barang-barang yang bisa menampung air nah itu bisa diperiksa. Karena sumber air dari sumur maka masing-masing kelas bisa diberikan keran air nah itu bisa ada jentik-jentik terutama di bak kamar mandi. Sering ada jika tidak diperiksa secara rutin.” St: “Ya cek tempat penampungan air dan pembuangan air, seperti di bak
kamar mandi, selokan depan kelas, pepenampungan air yang dibawah galon air itu.”
Untuk memperkuat pernyataan dari guru olahraga, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas dimana guru kelas menyatakan bahwa keberadaan dokter kecil sangat membantu guru dalam mengawasi kesehatan siswa di sekolah. Para dokter kecil mendapatkan pelatihan dari Puskesmas, dan ilmu yang diperoleh dapat langsung diterapkan di sekolah. Karena para dokter kecil masih muda, maka masih dilakkan pengawasan oleh guru.
Guru kelas juga menambahkan bahwa tugas dari dokter kecil ialah mengikuti lomba dokter kecil. Tugas guru kelas ialah membimbing siswa yang akan mengikuti lomba. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka peneliti melakukan observasi dan didapat hasil bahwa para
73
dokter kecil melakukan pemeriksaan air ketika hari Jumat setelah senam. Pemeriksaan dilakukan secara berkelompok dan terpisah-pisah. Ada yang di kamar mandi, ada yang di lingkungan sekitar kelas, ada juga yang memeriksa di belakang ruang guru. Pemeriksaan dilakukan menggunakan senter. Dari hasil pemeriksanaan tidak ditemukan jentik-jentik nyamuk. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah penyelenggarakan dokter kecil.
i. Membantu program pelaksanaan P3P (Pertolongan Pertama pada Penyakit) dan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)
Pelaksanaan program P3P dan P3K dilakukan oleh sekolah. Menurut kepala sekolah P3P dan P3K dilakukan di ruang UKS. Dalam hal ini peran guru kelas sangat penting karena guru kelas yang akan menangani pertama siswa yang sakit. Hal senada juga disampaikan oleh guru olahraga bahwa ketika siswa sakit di kelas, maka yang pertama kali harus bertanggungjawab ialah guru kelas. Pemaparan tersebut diperjelas dengan pernyataan dari guru Pn, beliau berkata:
Pn: “Kita sementara nanti kalau ada hal-hal seperti itu, kita bawa ke UKS kemudian kita telpon orang tuanya. Kalau anak itu benar-benar parah, pernah terjadi juga kita langsung bawa ke puskesmas.” As: “Kalo untuk kelas saya ya saya periksa dulu, demamnya seperti apa,
kemudian saya beri obat penurun panas terus saya bawa ke UKS. Selanjutnya saya telpon orang tua agar menjemput si anak tadi.” Lt: “Kalau kelas satu alhamdulillah belum pernah ada kasus demam
tinggi, kalaupun ada palingan akan saya periksa kemudian saya panggil orang tua untuk memeriksakan anaknya.”
74
Gambar: Obat – obatan yang tersedia di UKS
Hasil observasi tidak menunjukkan adanya siswa yang sakit, namun menilik ruang UKS yang ada di sekolah menunjukkan bahwa obat-obatan seperti betadin dan minyak kayu putih tersedia dalam kotak obat. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sekolah melaksanakan program P3P dan P3K.
j. Melaksanakan pengawasan terhadap warung sekolah/kantin sekolah Ketika peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah, beliau menyampaikan bahwa kepala sekolah hanya melakukan pengawasan dan pemberian saran yang baik kepada petugas kantin. Selain itu pengawasan juga dilakukan oleh badan POM. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara
“Ya, ikut saya. Bahkan dari bapai makanan itu POM itu sering dating kesini untuk mengawasi makanan yang dijual di sekolah sini.”
75
Ketika wawancara dilakukan dengan guru kelas, Pn menyatakan bawa beliau adalah pengurus kantin. Hal yang beliau lakukan ialah membelikan jajanan, mengontrol makanan yang ada di kantin, menampung makanan titipan dari wali murid, dan memberikan masukan kepada penjaga katin. Hasil observasi menunjukkan bahwa kondisi kantin, meskipun bangunan bekas, namun tetap bersih dan makanan yang dijajakan juga sehat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru Pn, As, dan Lt sebagai berikut.
Pn: “Kebetulan saya kan pengelola, ya memang kan kita melarang pedagang-pedagang diluar untuk masuk k sekolah karena hubungannya dengan itu tadi kesehatan sekolah. Jadinya yang kita jual itu kita maksimalkan makanan yang sehat. Kalo biasanya SD-SD lain kan pedagang suka berjejer di depan sekolah, nah kalo di SD Pedes ini ya gerbangnya ditutup. Ini sudah menjadi kebijakan sekolah, jadi pedagang tidak bisa sembarangan. Jadi siswa mau jajan ya khusus di sekolah saja. Jadi, selama anak masih dalam lingkup sekolah dilarang untuk membeli jajan di luar lingkungan sekolah. Kalo pulang sekolah ya itu sudah menjadi tanggungjawab orang tua, jadi guru memberikan pengetahuan dulu kepada siswa makanan sehat itu seperti apa.”
As: “Ya kalau terlibat langsung ya tidak, saya Cuma ngawasi saja kalau ada makanan yang tidak sehat ya ditegur, tapi selama ini makanannya sehat-sehat kok mbak.”
Lt: “kalau saya sih mbak cukup ngawasi saja. Kalau terlibat langsung ya tidak. Karna kan kantin juga sudah ada yang menjaganya.”
Untuk memperjelas pernyataan guru tersebut, didapat hasil observasi bahwa guru Pn setiap siang hari setelah pulang sekolah beliau membelikan jajanan untuk kantin. Selain itu beliau juga mengontrol keuangan yang ada di kantin. Beliau tidak sendirian mengurus kantin, namun beliau dibantu oleh petugas kantin namun saat itu penjaga kantin mengalami kecelakaan sehingga digantikan sementara oleh penjaga
76
sekolah yaitu bapak Kastijan. Kantin sekolah tampak rapi dan berjajar sesuai jenisnya. Makanan yang dijajakan beraneka ragam seperti makanan berat, makanan ringan dan aneka minuman. Makanan yang tersedia tidak hanya dari guru Pn saja melainkan ada yang dari penjaga kantin, dan adapula dari wali murid. Ketika waktunya pulang sekolah para wali murin mengambil tempat jajanan tadi sekaligus mengambil uang. Biasanya ketika wali murid datang ke kantin digunakan oleh bapak ibu guru untuk berdiskusi mengenai kondisi anak mereka di sekolah. Tidak hanya itu, orang tua juga dapat mengetahui perkembangan pendidikan sehingga antara orang tua dan guru memiliki tujuan yang sejalan yakni meningkatkan pendidikan siswa.
Gambar 16: salah satu guru sedang membeli jajanan di kantin Oleh karena itu, maka didapat kesimpulan bahwa guru melakukan pengawasan terhadap kantin sekolah. Pengawasan dilakukan secara langung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara memberikan pengarahan dan penjelasan langsung kepada penjaga
77
kantin, sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan ketika guru membeli makanan di kantin.
k. Ikut mengadakan konseling kesehatan remaja bagi siswa kelas IV-VI. Guru kelas menyatakan bahwa konseling kesehatan remaja dilakukan pada siswa kelas tinggi. Karena siswa kelas tinggi sudah asuk tahap remaja, dimana masa ini perkembangan seksual pada siswa sudah mulai berkembang. Hal ini dipertegas dengan pernyataan kepala sekolah “Kalo dari sekolah ya paling guru perempuan yang memberikan konsultasi. Tapi pernah dari UGM itu fakultas kedokteran yang memberikan penyuluhan tentang menstruasi pada anak kelas 5 dan 6. Ada juga dari KKN UNY juga kadang memberikan konsultasi.”
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru ikut mengadakan konseling kesehatan remaja kepada siswa kelas IV – VI. Konseling kesehatan remaja biasanya dilakukan pada siswa perempuan karena pada siswa kelas IV-VI para siswi kebanyakan mulai mengalami menstruasi pertama sehingga pendidikan dasar pada masa ini sangat dibutuhkan.
l. Melakukan pengukuran tingkat kesehatan jasmani
Pengukuran tingkat kesehatan jasmani menurut guru olahraga St dilakukan ketika pelajaran olahraga sedang berlangsung. Ketika itu akan terlihat siswa yang sehat ataupun yang tidak meskipun pengukuran dilakukan pelalui pengamatan dan tidak tertulis. Hal senada juga disampaikan oleh guru Pn bahwa tingkat kesehatan jasmani dapat terlihat ketika siswa berada didalam kelas, siswa kurang semangat atau tampak
78
pucat maka tingkat kesehatan jasmaninya kurang. Oleh karena itu dapat disumpilkan bahwa guru melakukan pengukuran tingkat jasmani siswa.
Berdasarkan Meity H. Idris (2014:43) guru memiliki 4 peran penting yaitu mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan peranan guru kurang dominan karena peran dari pihak luar sekolah yang lebih dominan. Indikator peran guru dalam melaksanakan program UKS yang dominan dan kurang dominan dalam diri guru dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 20. Indikator peran guru dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah.
Indikator peran guru dalam menjalankan pendidikan kesehatan
Indikator peran yang dominan 1. membantu melaksanakan P3P
dan P3K,
2. mengadakan program dokter kecil,
3. melakukan pengawasan terhadap warung/kantin sekolah,
4. melakukan pengukuran tingkat kesegaran jasmani siswa,
5. membantu pelaksanaan imunisasi berkala,
6. melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi maupun sikat gigi,
7. membantu membuat surat rujukan dari sekolah, jika siswa mengalami cedera atau sakit.
Indikator peran yang kurang dominan
1. melaksanakan penyuluhan kesehatan,
2. melaksanakan pemeriksanaan kesehatan secara berkala setiap 6 bulan, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan,
3. membantu penjaringan kesehatan gigi untuk kelas 1 diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tangga,
4. ikut melakukan permintaan pelayanan medik gigi dasar untuk siswa,
5. Ikut mengadakan konseling kesehatan remaja bagi siswa kelas IV – VI.
79 3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
a. Ikut melaukan penghijauan / perindangan
Setiap warga sekolah harus melakukan penghijauan di sekolahnya. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah, dan guru. Penghijauan dilakukan dengan cara menyuruh siswa untuk membawa tanaman dari rumah. Kemudian tanaman diletakkan didepan kelas masing -masing. Ada juga tanaman yang diletakkan di saping kelas III. Namun terdapat kendala dalam proses penghijauan ini yaitu kurangnya lahan untuk meletakkan tanaman yang ada sehingga penghijauan tidak terlaksana dengan maksimal. Seperti yang disampaikan guru Mj:
“Kemudian untuk penghijauan atau taman sekolah itu juga sempit sekali.”
Hal ini diperkuat dengan pendapat kepala sekolah yang menyatakan:
“Iya ikut, seperti penanaman pohon. Itu ada di sebelah selatan itu kan anak-anak yang bawa. Ya walaupun hanya sedikit karena lahannnya kan ya masih kurang, jadi ya tidak semua kelas diminta untuk membawa pohon. Kalo biasanya itu kelas tinggi. Tapi ya karena banyak tanaman yang mati, jadi tumbuhan di sekolah ini masih sedikit.”
Hal ini didukung oleh pernyataan siswa: Dn: “Aku pernah kak.”
Ad: “aku pernah bawa unga ke kesekolah” My: “dulu pernah tapi bunganya mati.” An: “Aku pernah bawa”
80
Gambar 17: Tampak taman dengan tanaman yang dibawa siswa tidak terlalu banyak dan di depan kelas tidak terdapat tanaman
Penghijauan yang dilakukan di sekolah ini kurang maksimal karena keterbatasn lahan yang dimiliki. Namun berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa meskipun lahan yang dimiliki kurang, namun tanaman di sekolah tergolong cukup. Hal ini tampak ketika memasuki lingkungan sekolah yang pertama kali dilihat adalah adanya tanaman pucuk merah di sebelah kanan, dan banyak tanaman di sebelah kiri. Kemudian di masing-masing kelas memiliki tanaman bunga kecil-kecil. Ada juga tanaman yang digantung. Di depan tuang guru juga tersedia