• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pendidikan Kesehatan

Guru memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan kesehatan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler yaitu:

a. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan secara kurikuler

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah diapat hasil bahwa pendidikan kesehatan telah dilaksanakan secara kurikuler, yaitu ketika proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Pendidikan kesehatan diberikan oleh guru olahraga, dan tugas kepala sekolah ialah memantau pelaksanaannya. Pendidikan kesehatan dilakukan secara penuh ketika bulan puasa dimana proses belajar mengajar dilakukan di dalam kelas.

49

Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa pendidikan kesehatan diberikan oleh guru kelas. Pada hari Kamis dilakukan pemeriksaan kebersihan diri oleh guru. Guru memeriksa kuku, rambut, kebersihan tangan, serta kerapihan pakaian. Bagi siswa yang kedapatan tidak memotong kuku maka dinasehati oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Lt

Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi dua kali sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah dipotong.”

Guru juga memberikan contoh kepada siswa apabila setelah istirahat dan akan masuk kelas maka harus mencuci tangan. Tidak hanya itu guru memberikan contoh kepada siswa bahwa berpakaian itu lebih baik bersih dan rapi, tidak harus mahal.

Pn: “Ya dengan contoh langsung. Misalnya setelah selesai pelajaran kita harus mencuci tangan. Itu contoh yang ringan – ringan saja seperti bapak-ibu guru memakai pakaian yang bersih dan rapi itu juga sudah memberikan contoh menjaga kesehatan kepada anak-anak, seperti itu.”

As: “Kalo masalah memberikan kesehatan saya rasa semua bapak-ibu guru sudah memberikan contoh yang baik kepada siswanya. Misalnya saja dengan berpakaian yang bersih dan rapi selama di sekolah, tidak merokok di depan siswa bagi bapak guru, ya contoh nyata saja mbak. Kalau dikelas ya ngoyak-oyak siswa untuk membiasakan mencuci tangan sebelum masuk kelas, saya juga sering memberi contoh kalau mau masuk kelas harus mencuci tangan dulu. Kemudian ada pemeriksaan kebersihan anak. Itu nanti di cek kukunya seperti apa sudah dipotong apa belum, rambutnya bersih apa tidak, bajunya disetrika atau tidak, kemudian mandi apa tidak. Itu nanti akan menjadi kebiasaan untuk siswa. Jadi nanti kalau ada anak yang tidak memotong kuku ya tangannya langsung diumpetke, dia sudah malu sendiri.”

50

Lt: “Kalau pendidikan kesehatan itu pembelajaran dikelas jelas diberikan, tapi kalau hanya secara teoritik saja masih kurang bagi anak keals 1, sehingga mereka harus mempraktikkan langsung. Misalnya menggosok gigi, sikat gigi biasanya anak-anak diminta untuk membawa sikat dari rumah, nanti sekolah menyediakan tempat untuk kumur sama odol. Itu pelaksanaanya di depan kelas.” Selain itu, guru olahraga juga menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan ketika pembelajaran olahraga. Jadi, tidak hanya berupa pengetahuan teoritik saja namun juga praktik. Misalnya ketika memberikan pentingnya berolahraga dan manfaatnya, guru tidak hanya memberikan secara teori, namun siswa juga mempraktikkan dan merasakan apa saja manfaat berolahraga. Tidak hanya itu guru Mj juga memaparkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara penuh ketika bulan puasa. Hal ini terjadi karena saat puasa siswa tidak melakukan praktik olahraga namun menjalani pembelajaran olahraga di dalam kelas.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sudah bisa menjalankan olahraga secara mandiri ketika guru olahraga sedang ada dinas diluar sekolah, siswa dengan dibantu guru kelas melaksanakan olahraga. Olahraga yang dilakukan bagi siswa laki-laki bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi seperti jumla pemain yang tidak seimbang, gawang yang digunakan hanya satu dan aturan lain. Sedangkan siswi perempuan bermain lempar tangkap bola di dalam aula sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru olahraga memberikan pengajaran kepada siswa agar mandiri, bertanggung jawab, dan kreatif.

51

Gambar 2: Guru kelas menggantikan guru olahraga

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiataan kurikuler.

b. Membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan

Kepala sekolah menyatkaan bahwa guru harus membuat rencana pembelajaran apapun mata pelajarannya. Khusus untuk pendidikan kesehatan rencana pembelajaran dilakukan oleh guru olahraga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru St dan Mj yang mengatakan bahwa rencana pembelajaran harus dibuat agar ketika mengajar kelak tidak membingungkan. Selain itu guru kelas juga membuat rencana pembelajaran meskipun tidak dikhususkan pada pendidikan kesehatan namun pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran lain.

52

Gambar 3: Program pengajaran guru kelas 2

Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa semua guru di SD 1 Pedes membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan kesehatan di sekolah dasar dilaksanakan oleh guru olahraga.

c. Memiliki buku pegangan dan bacaan pendidikan kesehatan

Kepala sekolah memaparkan bahwa sekolah memeiliki buku pegangan untuk membantu guru dalam memberikan pengajaran. Buku referensi ada di Perpustakaan. Berdasarkan hasil pemaparan guru olahraga didapat hasil bahwa sekolah memiliki buku pegangan dan bacaan pendidikan kesehatan. Guru kelas juga menyatakan hal yang sama, bahwa guru kelas tidak lepas dari buku referensi. Berdasarkan hasil dokumentasi maka didapat hasil bahwa buku-buku referensi tersimpan di rak perpustakaan.

53

Gambar 4: Contoh buku kesehatan milik guru

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki buku pengangan dan buku bacaan pendidikan kesehatan disekolah dan tersimpan di perpustakaan.

d. Menerapkan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan tidak diajarkan secara khusus namun diintegrasikan dengan mata pelajaran lain. Untuk guru kelas 2 didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran IPA melalui cara menjaga kesehatan gigi, melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat bacaan kesehatan diri, dan lain sebagainya.

Pn: “Ya jelas, jelas sekali. Karena kan tidak ada mata pelajaran khusus ya. Mungkin dari guru olahraga, seperti pas puasa ini kan teori, itu bisa dimasukkan pelajaran yang berbau kesehatan. Untuk materi pendidikan kesehatan sendiri kan sebenarkanya kita memang mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sesuai. Misalnya dalam Bahasa Indonesia kan kita bisa memasukkan dalam bacaan, IPA itu nanti materi menjaga tubuh.”

As: “kalo kelas 2 jelas diintegrasikan dengan mata pelajaran speerti bahasa Indonesia itu kan ada bacaan tentang mencuci tangan. Kalo

54

tidak diintegrasikan ya nggak mungkin. Dari situ biar anak-anak paham sama kesehatan dirinya.”

Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi duakali sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah dipotong.”

Ketika observasi dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mendapatkan hasil bahwa baik kelas rendah maupun kelas tinggi siswa mendapatkan pendidikan kesehatan tidak hanya ketika pelajaran olahraga saja, melainkan dari mata pelajaran lainpun siswa juga mendapatkannya.

Gambar 5: siswa sedang melakukan percobaan akibat pencemaran air.

Peneliti melakukan penelitian di kelas 5 menunjukkan guru sedang mengajarkan pelajaran pencemaran. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru, namun fokus siswa lebbih kepada ikan yang dibawa oeh guru. Guru membawa alat peraga ikan di dalam toples untuk meneliti akibat pencemaran air. setelah guru memberikan penjelasan, siswa diminta untuk berkelompok dan mengamati kondisi ikan ketika airnya jernih. Kemudian air tersebut diberikan deterjen sedikit kemudian siswa diminta

55

mengamatinya. Siswa perempuan kebanyakan merasa kasihan dengan ikan tersebut karena lama kelamaan ikan itu lemas. Supaya ikan tetap hidup maka guru meminta masing-masing kelompok untuk mengganti air dialam wadah.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah menerapkan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain.

e. Melaksanakan pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menyatakan “Ada, UKS, Pramuka, Dokter kecil itu termasuk di UKS. PMR itu kalau SD tidak ada. Ada juga tari, kemudian karawitan. Itu meskipun lebih banyak unsur seninya tapi kan siswa secara tidak langsung juga belajar kesehatan. Misalnya saja kamu ikut nari, tubuh kan otomatis harus bergerak nah gerak itu kan juga ikut olahraga. Badan menjadi sehat dan kuat.”

Berdasarkan keterangan diatas maka didapat hasil sekolah menyelenggarakan pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti ekstrakurikuler tari, karawitan, dan kepramukaan. tidak ada hasil observsi dikarenakan kegiatan kepramukaan dan ekstrakurikuler lainnya tidak dilaksanakan ketika menjelang puasa atau ketika akan memasuki masa ujian semester bagi siswa.

Namun pendidikan kesehatan diajarkan melalui ekstra tari. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti melakukan observasi, dan didapat hasil siswa sedang melakukan tari kreasi baru yang diajarkan oleh guru tari. Siswa tampak antusias dan kadang tertawa jika ada teman yang gerakannya tidak

56

sesuai (kaku). Guru tari ketika telah selesai memberikan contoh gerakan kemudian mengamati dan membenarkan gerakan yang salah. Meskipun pendidikan kesehatan tidak secara langsung diajarkan, namun melalui gerak tubuh guru ikut serta dalam menjaga kesehatan siswa.

Gambar 6: Siswa sedang berlatih tari

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru menyelenggarakan pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah terselenggaranya pembelajaran kesehatan melalui kegiatan kepramukaan, seni tari dan karawitan.

f. Ikut serta dalam membantu memelihara alat peraga pendidikan kesehatan Kepala sekolah meyatakan bahwa setiap warga sekolah wajib menjaga dan memelihara peralatan yang ada di sekolah termasuk salah satunya ialah alat peraga, guru pun juga sama yakni menggunakan alat

57

peraga untuk memberikan penjelasan materi agar siswa mudah memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil observasi, alat peraga yang ada disimpan di perpustakaan. Alat peraga tertata dengan rapi dan bisa digunakan sewaktu-waktu. Oleh karena itu didapat hasil bahwa guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah wajib menjaga peralatan yang ada disekolah agar tidak mudah rusak.

g. Membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan (poster) Guru memberikan saran dan masukan kepada pembuat media pendidikan agar media tersebut tidak membingungkan. Misalnya pembuatan poster, ketika akan diusulkan guru harus membuat rancangan poster yang bagus itu seperti apa kemudian guru lain memberikan pendapatnya apakah sudah sesuai atau belum. Jika rancangan tersebut sudah sesuai, maka rancangan tersebut siap dicetak. Selain itu siswa yang melihat poster tersebut menyatakan tidak bingung.

58

Gambar dialatas merupakan salah satu poster yang tertempel di ruang UKS. Poster tersebut berisi himbauan agar siswa selalu menjaga kesehatan. Selain poster, guru menyarakan kepada siswa untuk membuat mading kelas. Madding kelas dapat berisi berbagai informasi baik kesehatan, hobi, bahkan cerita dari siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan (poster).

h. Membantu dalam melaksanakan UKS

Pelaksanaan UKS dilakukan oleh guru olahraga. Guru St mengatakan bahwa beliau tidak menjalankan program UKS secara penuh, namun tanggung jawab pelaksana UKS dilakukan oleh guru olahraga Mj. Pelaksanaan dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kesehatan kepada kader dokter kecil, pengawasan pemeriksaan kesehatan, pelaksana jumantik kepada kader dokter kecil, pelaksana pramuka, dan dan pelaksana program UKS lainnya. Pelaksanaan UKS biasa dilakukan pada hari Jumat setelah dokter kecil melakukan pengecekan air. Kemudian guru memberikan evaluasi dan mengecek apakah siswa sudah melaksanakan tugasnya denan baik atau belum. Selain itu pembinaan juga dibantu oleh guru lain terutama ketika akan ada lomba dokter kecil.

Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa guru olahraga memiliki peranan penting dalam peningkatan kegiatan UKS. Guru olahraga memberikan pembinaan sekaligus berperan sebagai pengawas kesehatan siswa di sekolah dasar. Guru olahraga memberi panduan

59

kepada siswa bagaimana cara menjaga air agar terhindar dari jentik-jentik, guru juga memberikan wejangan kepada siswa agar selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan sekitar sehingga badan menjadi sehat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru Mj bahwa dibalik tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.

Hal ini tampak dalam dokumentasi bahwa guru memberikan pengarahan kepada siswa dan guru juga memberikan contoh akan pentingnya menjaga kebersihan terutama tangan. Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru membantu dalam membina UKS. Selain itu guru juga memberikan contoh yang baik kepada siswa.

i. Membantu penyelenggaraan program kemitraan pendidikan kesehatan dengan instansi seperti Puskesmas, Kepolisian, Palang Merah Indonesia (PMI), dan lain-lain.

Hasil wawancara dengan kepala sekolah menyebutkan bahwa sekolah melakukan kerjasama dengan Puskesmas dan sudah melakukan MOU. Kerjama dengan Puskesmas dalam bentuk pemeriksaan kesehatan gigi, mulut dan badan, kemudian kerjasama dalam bidang penanganan penyakit pada siswa. Adapula pembinaan dokter kecil yang dilakukan oleh Puskesmas. Bentuk kerjasama Kepolisian dengan sekolah tidak disebutkan oleh kepala sekolah karena itu masih berupa rencana dan belum melakukan MOU. Guru juga menyatakan bahwa sekolah juga melakukan kerjasama dengan instansi pendidikan lain seperti UNY, UPY, dan Mercu Buana. Hal ini bertujuan untuk menunjang proses belajar mengajar lebih baik. Bentuk kerjasama dengan perguruna tinggi ialah

60

berupa sekolah memperbolehkan mahasiswa untuk melakukan penelitian, melakukan pengajaran kepada siswa dan melakukan penyuluhan ke sekolah. Bentuk kerjasama yang dilakukan sekolah dengan Sarimi dan Lifeboy

Gambar 8: Guru menerima hasil pemeriksaan dari Puskesmas Hasil dokumentasi dapat dilihat bahwa peran guru dalam penyelenggaraan program kemitraan ialah guru membantu petugas Puskesmas dalam mengatur dan mengkoordinir siswa agar ketika dilakukan pemeriksaan petugas Puskesmas mudah dalam menjalankan kesehatannya. Selain itu peran guru disini ialah menyampaikan permasalahan kesehatan yang dialami siswa kepada orang tua siswa. Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah melakukan kerjasama kepada lembaha non pendidikan yaitu Puskesmas dan Kepolisian serta melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi.

61

Setelah dilakuakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dari tanggal 26 Mei – 26 Juni 2016, diketahui bahwa guru selalu berusaha untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan indikator-indikatornya. Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan dan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan UKS Depkes RI (2006:26), guru telah meaksanakan sesuai dengan kisi-kisi pendidikan kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dapat dilihat dari guru olahraga memberikan pendidikan kesetan secara kurikuler. Pelajaran yang diajarkan seperti penyakit menular dan tidak menular, makanan bergizi, dan cara menjaga tubuh agar sehat serta bersih. Sedangkan guru kelas memberikan pendidikan kesehatan secara terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Misalnya pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan pelajaran IPA.

Guru olahraga membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan sebelum membelajarkan siswanya. Guru kelas dan kepala sekolah membuat rencana pembelajaran sesuai dengan porsinya masing-masing, meskipun pendidikan kesehatan diajarkan secara terintegrasi.

Kepala sekolah, guru kelas dan guru olahraga memiliki buku pendidikan kesehatan sebagai referensi dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Selain itu buku referensi juga disediakan kepada siswa di Perpustakaan.

Guru kelas dan guru olahraga melakukan pendidikan kesehatan yang diajarkan secara ekstrakurikuler yaitu tari. Bentuk pengintegrasian pendidikan kesehatan dalam ekstrakurikuler tari dan ialah siswa diajarkan menjaga kebersihan badan dan lingkungan tempat latihan, selain itu melalui

62

olah gerak siswa merasa gembira dan secara tidak langsung mereka juga berolahraga dan menjaga kesehatan.

Guru turut serta membantu pemeliharaan media dan alat peraga yang ada di sekolah dengan cara merawatnya dengan baik. Guru olahraga sebagai Pelaksana UKS memberikan pembinaan teruama pada hari Jumat. Sedangkan guru kelas memberikan pembinaan UKS ketika akan diadakan lomba dokter kecil. Guru juga memberikan bantuan ketika menyelenggarakan program kemitraan dengan instansi lain seperti Puskesmas, Polri, Badan POM, dan perguruan tinggi.

Dari uraian kesimpulan-kesimpulan deskripsi hasil penelitian di atas, menunjukkan adanya upaya guru dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa di sekolah sesui dengan indicator pendidikan kesehatan. Dari 10 indikator yang ada, menunjukkan bahwa terdapat 3 indikator yang kurang dominan. Peran guru yang dominan yaitu 1) guru menyelenggarakan pendidikan secara kurikuler, 2) membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan (poster), 3) guru menyelenggarakan pendidikan kesehatan terintergrasi dengan mata pelajaran lain, 4) guru membuat rancangan pembelajaran, 5) guru memiliki buku pegangan bacaan pendidikan kesehatan, dan 6) membantu dalam menyelenggarakan program kemitraan dengan instansi lain, 7) ikut serta dalam membantu pemeliharaan alat peraga pendidikan kesehatan, 8) membantu dalam membina UKS.

Sedangkan indicator peran guru dalam melaksanakan program UKS ialah 1) guru menyelenggarakan pendidikan secara ekstrakurikuler.

63

Indikator peran guru dalam melaksanakan program UKS yang dominan dan kurang dominan dalam diri guru dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Indikator peran guru dalam melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah.

Dari table diatas menunjukkan bahwa setiap guru memiliki peranannya masing-masing. Namun pendidikan kesehatan tidak mungkin dilakukan oleh semua guru. Hal ini karena pembelajaran di sekolah tidak hanya tentang pendidikan kesehatan saja namun masih ada pembelajaran lainnya. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler tidak dilaksanakan secara penuh, namun melalui penerapan siswa dan merasakan

Indikator peran guru dalam menjalankan pendidikan kesehatan

Indikator peran yang dominan

1. Menjalankan pendidikan kesehatan secara kurikuler

2. Membuat rancangan pembelajaran

3. membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan (poster),

4. Mengintegrasikan pendidikan kesehatan dengan pelajaran lain

5. Memiliki buku pegangan pendidikan kesehatan.

6. Turut serta dalam

menyelenggarakan kemitraan dengan instansi lain

7. ikut serta dalam membantu

pemeliharaan alat peraga pendidikan kesehatan.

8. Ikut serta dalam melaksankan program UKS

Indikator peran yang kurang dominan 1. Menjalankan

pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler.

64

manfaat yang diperoleh. Misalnya ekstrakurikuler karawitan yang diselenggarakan di SD 1 Pedes secara jelas bahwa ekstrakurikuler ini memberikan pelajaran mengenai seni bukan pendidikan kesehatan. Contoh lain ekstrakurikuler tari menunjukkan pembelajaran pendidikan kesehaan tidak diajarkan secara langsung namun siswa merasakan manfaat dari tari yaitu kesehatan dan kebugaran tubuh.

Dokumen terkait