• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan

Data 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Jombang Tahun 2014

A. PELAYANAN KESEHATAN

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan Angka Kematian. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, berkualitas dan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita.

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan. Distribusi waktu pelayanan ini yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Pembagian pelayanan ini dimaksudkan untuk pemantauan dan screening risiko tinggi ibu hamil untuk menjamin perlindungan

45 penanganan dini komplikasi kehamilan.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Jombang pada tahun 2014 adalah 94,6%, yaitu pelayanan pada 22.039 ibu hamil dari seluruh ibu hamil yang berjumlah 23.301 Sedangkan cakupan K1 tahun 2013 adalah 91%.

Cakupan K4 pada tahun 2014 sebesar 89,5%, , yaitu pelayanan pada 20.861 ibu hamil dari total ibu hamil. Capaian ini meningkat sedikit dibanding tahun 2013 sebesar 85,79%. Kesenjangan antara K1 dan K4 perlu dicari penyebabnya untuk dibuatkan penyelesaianya sehingga seluruh ibu hamil mendapat pelayanan paripurna.

Gambar 4.1

Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 Di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Pada grafik di atas terlihat bahwa Cakupan K1 maupun K4 meningkat dari tahun sebelumnya. Meskipun terdapat kesenjangan cakupan K1 dan K4; dimana cakupan K4 lebih rendah daripada K1. Artinya ibu hamil yang pada trimester pertama dilayani menjadi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu hamil trimester terakhir di Kabupaten Jombang. Hal ini disebabkan adanya mobilitas penduduk dari migrasi (perpindahan), kelahiran, kematian, dan ibu hamil yang belum waktunya kontrol (K2, K3). Jika kesenjangan K1-K4 kecil menunjukkan hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal, meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilan dapat

46 di tenaga kesehatan.

Gambar 4.2

Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas Di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Terdapat 10 (sepuluh) puskesmas telah mencapai target SPM untuk cakupan pelayanan K4 (95%), 24 (dua puluh empat) puskesmas lainnya belum mencapai target SPM.

b. Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru

Target SPM 95%

47 kesehatan yang tidak mempunyai kompetensi kebidanan.

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang tahun 2014 sebesar 90,8%, dimana pelayanan persalinan pada 20.196 dari total ibu bersalin 22.239 orang. Capaian ini sudah meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 88,19%. Angka ini belum mencapai target SPM Kabupaten Jombang yaitu 95%. Penyebabnya adalah jumlah sasaran riil jauh lebih kecil dari pada jumlah sasaran menurut proyeksi penduduk hasil sensus BPS Provinsi. Pada tahun 2014 ibu bersalin yang ditolong oleh dukun hanya 3 orang.

Gambar 4.3

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kesehatan Kab. Jombang

Terdapat 13 (tiga belas) Puskesmas yang memiliki angka cakupan pertolongan persalinan sesuai target dan bahkan lebih. Puskesmas dimaksud adalah Puskesmas

Target SPM 95%

48 Peterongan, Cukir, Pulorejo, Mojoagung, Mayangan, dan Gambiran.

Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang diperoleh dari semua fasilitas kesehatan yang ada, meliputi Puskesmas, rumah sakit Pemerintah dan rumah sakit swasta, polindes, bidan praktik mandiri, dan rumah bersalin.

Berikut ini rekaman cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2009-2013.

Gambar 4.4

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2010 – 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang handal dengan kompetensi kebidanan, Seksi Kesehatan Keluarga pada tahun 2014 telah melakukan berbagai pelatihan untuk tenaga bidan diantaranya adalah :

a. pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) b. manajemen asfiksia bayi baru lahir

c. manajemen bayi dengan berat lahir rendah d. pelatihan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita

e. Pencegahan Penularan HIV/AIDS Ibu ke Anak (PPIA) f. Pembinaan Puskesmas PONED oleh Tim PONEK g. Supervisi Fasilitatif

49 Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

Sedangkan jenis pelayanan nifas yang diberikan antara lain :

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim ( fundus uteri);

c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e. Pemeriksaan dan perawatan luka jahit;

f. Senam Nifas;

g. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk Keluarga Berencana (KB);

h. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalianan.

Pencapaian upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Dari hasil rekap LB3 KIA di seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang hasil cakupan pelayanan ibu nifas tahun 2014 sebesar 90,9% yaitu pelayanan nifas pada 20.219 ibu nifas dari 22.239 sasaran ibu nifas. Cakupan pelayanan ibu nifas ini sudah mencapai target SPM 90% dan meningkat dari pada cakupan tahun 2013 yaitu sebesar 88,31%.

50 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas

di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas diketahui bahwa sebagian besar Puskesmas telah memberi pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai target, 15 (lima belas) Puskesmas masih belum dapat mencapai target SPM bidang kesehatan.

Sedangkan tren atau kecenderungan pemberian pelayanan kesehatan ibu nifas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

51 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas

di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Cakupan pelayanan ibu nifas memiliki tren menurun kemudian meningkat di tahun 2014. Peningkatan cakupan ini disebabkan oleh peningkatan kinerja bidan.

d. Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Pemberian vitamin A pada ibu nifas dimaksudkan untuk pemenuhan zat gizi vitamin A pada bayi yang masih meminum ASI. Vitamin A pada ibu nifas sangat penting untuk dikonsumsi mengingat bayi pada saat masa awal kehidupan sangat membutuhkan vitamin A esensial untuk penguatan fungsi penglihatan bayi, dan fungsi pemeliharaan sel-sel epitel.

52 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2014 sebesar 90,92%, yaitu pemberian vitamin A pada 20.219 dari 22.239 sasaran ibu nifas.

e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu Hamil dan WUS

Imunisasi TT pada ibu hamil adalah imunisasi Tetanus Toksoid yang diberikan pada ibu hamil saat kehamilan. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sangat menunjang bagi penurunan kasus Tetanus Neonatorum. Dari seluruh sasaran ibu hamil, yang mendapat pelayanan imunisasi TT-1 sebanyak 9 orang sehingga cakupan imunisasi TT-1 sebesar 0,04%, yang mendapat pelayanan imunisasi TT-2 sebanyak 55 orang (0,24%), mendapat imunisasi TT-3 sebanyak 188 orang sehingga cakupan kinerja sebesar 0,81%, mendapat imunisasi TT-4 sebanyak 625 (2,68%), yang mendapat imunisasi TT-5 sebanyak 3.141 cakupan 13,48%, dan pemberian TT-2+ sebanyak 4.009 orang, cakupan 17,21%.

53 dibanding pada ibu hamil. Hal ini disebabkan skrining status imunisasi TT lebih banyak dilakukan pada ibu hamil dibandingkan pada WUS non hamil. Perbandingan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil dan WUS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.8

Cakupan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas dapat diketahui, cakupan imunisasi TT WUS lebih rendah dari pada cakupan imunisasi TT pada ibu hamil.

f. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dimaksudkan untuk menurunkan kasus anemia gizi pada ibu hamil. Anemia gizi adalah rendahnya kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut anemia kekurangan zat gizi besi. Untuk mengatasi masalah ini harus dengan pemberian tablet tambah darah TTD biasa diistilahkan tablet Fe.

Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah berkaitan erat dengan pelayanan

antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 seringkali terdapat kesenjangan

pelayanan. Hal ini disebabkan kurang kuatnya koordinasi lintas program dalam berupaya pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

Pada tahun 2014 sasaran ibu hamil sebanyak 23.301 orang. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe1 yaitu ibu hamil trimester I mendapat 30 tablet tambah darah adalah 20.971 (90,00%) bumil dan tablet Fe3 (ibu hamil hingga trimester

54 pemberian tablet Fe 3 ini mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang sebesar 85,79%. Pencapaian tersebut masih dibawah target SPM Kabupaten Jombang yaitu 90%.

Pemberian tablet Fe selama kehamilan merupakan salah satu standar kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC). Sehingga ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan dalam pemeriksaan K4, seharusnya juga tercatat dalam laporan pemberian Fe. Adanya keterpaduan pencatatan ini akan menghasilkan cakupan K4 dan cakupan pemberian Fe yang tidak berbeda jauh.

Upaya yang dilakukan dalam mencapai target pemberian 90 tablet Fe yaitu meningkatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan rumah sakit dan bidan praktik swasta (BPS) dalam pemberian Fe serta peningkatan promosi tentang pentingnya Fe melalui Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan PKK. Selain itu petugas kesehatan tetap harus memberikan motivasi tentang pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil yang berdampak pada kematian ibu maternal. Pendampingan ibu hamil oleh kader dan mahasiswa pendidikan kesehatan untuk mendampingi ibu hamil sekaligus mengingatkan untuk minum tablet Fe sesuai prosedur.

55 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Menurut Puskesmas

di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Pada tahun 2014 ini, terdapat 9 (sembilan) puskesmas memiliki cakupan pemberian Fe 3 sesuai target bahkan melebihi target, sedangkan 25 lainnya masih belum mencapai target.

56 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil

di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang

Dari gambar di atas nampak bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi tren turun pada cakupan pemberian 90 tablet tambah darah (Fe) bagi ibu hamil, serta masih belum mencapai target. Jika dihubungkan antara cakupan K4 dengan cakupan Fe3 maka disimpulkan bahwa cakupan K4 yang tinggi tidak berbanding lurus dengan cakupan Fe 3. Faktor penyebabnya adalah pelayanan pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil belum terlaporkan seluruhnya. Sedangkan pencatatan dan pelaporan pelayanan ibu hamil K4 sudah bagus. Sehingga perlu peningkatan koordinasi lintas program agar semua pelayanan pada ibu hamil terlaporkan dengan baik.

g. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Ibu hamil komplikasi atau risiko tinggi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya.

Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat diketahui sejak dini apabila ada ibu hamil yang masuk dalam kategori risiko tinggi atau potensi terjadi komplikasi dan komplikasi yang memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.

Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani tahun 2014 adalah 104,2% yaitu pelayanan pada 4.856 ibu hamil risiko tinggi dari 4.660 perkiraan ibu hamil yang risiko tinggi. Capaian ini meningkat dibanding capaian tahun 2013 yaitu 95,1%.

Penanganan ibu hamil dengan komplikasi tersebut perlu diiringi dengan upaya-upaya preventif seperti peningkatan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan

57 mencerminkan gaya hidup yang bersih dan sehat, pemenuhan gizi selama kehamilan, serta peningkatan kompetensi petugas.

Berikut ini grafik tentang cakupan pelayanan penanganan komplikasi pada ibu hamil di setiap Puskesmas se-Kabupaten Jombang.

Gambar 4.11

Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Pada gambar di atas terlihat bahwa 24 (dua puluh empat) Puskemas telah melayani komplikasi kebidanan sesuai yang ditargetkan (85%). Sepuluh Puskesmas yang belum dapat mencapai target. Capaian terendah ada di Puskesmas Megaluh (10,3%) sedangkan capaian tertinggi ada di Puskesnas Keboan (171,22%).

Penanganan ibu hamil komplikasi ini telah difasilitasi oleh Puskesmas PONED sebanyak 11 (sebelas) Puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru kabupaten. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Cukir, Bareng, Mojoagung,

Target SPM 85%

58 Adapun kondisi yang tidak dapat dilayani di Puskesmas PONED maka penanganan dirujuk ke RS mampu PONEK yaitu RSUD Jombang, RSIA Muslimat dan RSK Mojowarno. h. Pelayanan KB

Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita adalah antara usia 15-49 tahun, oleh karena itu perlu untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga wanita/pasangan pada usia ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau metode KB.

Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontarsepsi yang digunakan oleh akseptor KB.

Menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2014 Jumlah pasangan usia subur (PUS) sebesar 240.568, dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB aktif adalah sebanyak 164.323 (68,3%) sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 21.630 orang (9,0%). (Tabel 36 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2014).

Cakupan peserta KB aktif tahun 2014 adalah 68,3%, menurun dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 73,44%. Sedangkan cakupan KB baru 2014 sebesar 9,0% angka ini menurun dibandingkan dengan cakupan KB baru tahun 2013 sebesar 11,46%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

Drop Out yang tinggi karena menopause, misalnya: suami dengan KB MOP bila istrinya menopause maka statusnya adalah drop out;

Gambar 4.12

Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif di Kabupaten Jombang Tahun 2014

59 digunakan akseptor baik KB aktif adalah suntik (63%) dan pilihan terendah adalah MOP (0,5%).

Demikian juga proporsi penggunaan kontrasepsi pada akseptor KB baru, jenis kontrasepsi dengan proporsi terbesar adalah jenis suntik 69,1% dan proporsi terkecil adalah jenis kontrasepsi MOP 0,1%. Proporsi masing-masing alat kontrasepsi tersebut maupun KB baru sebagai berikut :

Gambar 4.13

Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Baru di Kabupaten Jombang Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang

Selain Suntik, jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB Baru adalah Implan dan Pil.

Dokumen terkait