• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA

SITUASI UPAYA KESEHATAN

IV.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR

IV.1.1 PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu indikator Renstra dan MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas mengingat terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah, khususnya pembangunan kesehatan. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Untuk melihat kinerja kesehatan ibu dan anak, maka perlu untuk melihat secara keseluruhan indikator kesehatan ibu dan anak, diantaranya :

IV.1.1.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 96,20 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 95,07%. 4 (empat) Kabupaten/Kota memiliki capaian 100 % yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sidoarjo. Terdapat penurunan dibandingkan tahun 2013 bahwa terdapat sebanyak 7 (tujuh) kabupaten/kota yang memiliki capaian 100 %. Capaian cakupan K1 terbesar dimiliki oleh Kota Surabaya yakni sebesar 100,81 %. Dan sama seperti tahun 2013, Kota Blitar tetap memiliki cakupan terendah di tahun 2014 yakni sebesar 87,96 %. Cakupan K1 per kabupaten/kota dapat

dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 29. Pada tahun 2012, cakupan K1

mengalami penurunan dikarenakan adanya perubahan data sasaran program, yakni sasaran ibu hamil yang bersumber dari data estimasi BPS Provinsi Jawa Timur.

Gambar 4.1 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4

Capaian cakupan ibu hamil K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 88,66 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 87,35%. Capaian cakupan ibu hamil K4 tertinggi dimiliki oleh Kota Madiun yakni sebesar 98,23 % dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Jember yakni sebesar 75,44 %. Cakupan ibu hamil

K4 per kabupaten/kota dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 29. Sama

halnya pada capaian cakupan ibu hamil K1, cakupan ibu hamil K4 pada tahun 2012 juga mengalami penurunan dikarenakan sebab yang sama.

Gambar 4.2 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN

Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 92,45 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 92,04 %. Seperti yang ditunjukkan gambar 4.3 di bawah ini, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Namun terdapat pengecualian di tahun 2012 yang mengalami penurunan capaian. Salah satu penyebabnya adalah karena perubahan sasaran Ibu Bersalin (Bulin) yang disesuaikan dengan data sasaran BPS Provinsi Jawa Timur. Namun, dari sisi angka absolut (jumlah)

capaian Jawa Timur mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, seperti yang disajikan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Pada tahun 2014, target untuk program ini adalah 95 %. Dengan kondisi ini, angka cakupan Provinsi Jawa Timur masih belum mencapai target. Dari 38 Kabupaten/Kota, 10 Kabupaten/Kota telah mencapai target. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan pemetaan dan pemantauan ibu hamil dengan melibatkan multi pihak. Selain itu, peningkatan bidan di desa yang menempati desa, mengingat pada tahun 2014, jumlah bidan yang tinggal di desa hanya mencapai 85 % dari 9.253 bidan. Data pada Gambar 4.4 menunjukkan perbandingan antara jumlah desa dengan jumlah bidan yang tinggal di desa. Dan dari jumlah bidan yang ada (15.094), hanya 70,7 % yang telah mengikuti APN. Bila keterampilan ini dimiliki oleh lebih banyak bidan, diharapkan pelayanan yang diberikan kepada ibu bersalin akan lebih berkualitas.

Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Tinggal di Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.4 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DITANGANI

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 4 (empat) kabupaten/kota masih di bawah target Provinsi (80%) dan 14 kabupaten/kota memiliki cakupan di bawah cakupan Provinsi, yakni 91,48 %. Untuk itu perlu penguatan Puskemas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat mencapai target yang telah ditentukan. Kabupaten/Kota yang belum memenuhi target pada umumnya karena kelengkapan tim PONED sudah tidak lengkap, sedangkan simulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan penanganan Komplikasi Kebidanan.

Jika dilihat dari perkembangan cakupan komplikasi kebidanan ditangani dari tahun 2010 sampai dengan 2014, Jawa Timur mengalami kenaikan dikarenakan karena adanya perubahan definisi operasional (DO) dari maternal komplikasi ditangani menjadi komplikasi kebidanan ditangani, serta dikarenakan menurunnya fungsi Puskesmas PONED yang disebabkan karena adanya mutasi tim PONED atau promosi ke Puskesmas yang bukan PONED. Trend perkembangan cakupan komplikasi kebidanan ditangani disajikan pada gambar 4.5 di bawah ini.

Gambar 4.5 Perkembangan Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.5 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN) LENGKAP

Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap sebagai salah satu program Kesehatan Anak juga memiliki kasus yang sama dengan indikator-indikator program Kesehatan Ibu terkait perubahan sasaran. Tahun 2014 masih terdapat 10 kabupaten/kota yang belum mencapai target 95% dan capaian cakupan terendah dimiliki oleh Kabupaten Pacitan (90,79 %) dan capaian cakupan terbesar dimiliki oleh Kota Mojokerto (104,97 %). Namun, pada tahun 2014, cakupan KN Lengkap mengalami peningkatan menjadi 97,42 %. Angka ini telah mencapai target (95 %) dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka cakupan indikator ini adalah dengan fasilitasi, baik dari segi manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program dimaksud. Kabupaten/Kota yang belum mencapai target diharapkan melakukan pelayanan neonatal yang berkualitas dengan memulai pemetaan serta pemantauan mulai ibu hamil serta melakukan pelayanan AnteNatal Care (ANC) yang berkualitas.

Gambar 4.6 Perkembangan Persentase Cakupan KN Lengkap Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.6 CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI

Pada tahun 2014, Angka cakupan Neonatal Komplikasi yang tertinggi terdapat pada Kota Kediri dengan angka 110,88 sedangakan yang terendah adalah Kabupaten Sidoarjo dengan angka 39,56. Terdapat 9 (Sembilan) kabupaten/kota yang belum mencapai target (77 %) pada tahun 2014 yaitu Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk menvalidasi kembali fungsi Puskesmas PONED bagi 9 (Sembilan) kabupaten/kota dimaksud. Hal ini, mengingat banyaknya Tim PONED yang sudah tidak lengkap karena mutasi atau promosi ke Puskesmas bukan PONED.

Angka Provinsi Jawa Timur untuk cakupan neonatal komplikasi ditangani adalah 80,75%. Jika dilihat dari perkembangan cakupan indikator ini, terdapat peningkatan setiap tahun. Seperti yang tersaji pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Perkembangan Persentase Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.7 CAKUPAN (KUNJUNGAN) BAYI

Target pelayanan bayi paripurna selama 5 (lima) tahun telah tercapai. Pelayanan bayi ini berkaitan erat dengan cakupan KN Lengkap. Cakupan (kunjungan) bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 95,43 %, dan hanya 3 (tiga) kabupaten/kota belum mencapai target yang ditentukan (90 %). Kabupaten/kota tersebut adalah Kota Blitar, Kabupaten Jember dan Kabupaten Situbondo. Angka cakupan kunjugan bayi tertinggi pada tahun 2014 terdapat pada Kabupaten Bojonegoro dengan angka 106,23 dan yang terendah terdapat pada Kota Blitar dengan angka 80,95. Bagi kabupaten/kota yang belum mencapai target perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas pada bayi paripurna yang sudah mendapatkan ASI Eksklusif, vitamin A serta pelayanan lainnya sehingga diharapkan pada tahun 2015 semua kabupaten/kota dapat memberikan pelayanan kepada bayi secara berkualitas.

Angka cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 yaitu 95.43 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat trend peningkatan sejak tahun 2010 seperti yang tersaji pada gambar 4.8 di bawah ini.

Gambar 4.8 Perkembangan Persentase (Cakupan)Kunjugan Bayi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

IV.1.1.8 PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Cakupan peserta KB Aktif pada tahun 2014 Provinsi Jawa Timur mencapai 72,80 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 73,48 %. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KB atau sistem pelaporan yang kurang tepat.

Gambar 4.9 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

Sedangkan untuk KB Baru mengalami peningkatan dari 12,25 % pada tahun 2013 menjadi 14,70 % pada tahun 2014. Cakupan KB Aktif dan KB Baru masing-masing kabupaten/kota tersaji pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.10 Cakupan Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2014

IV.1.1.9 DUKUNGAN DANA APBD DAN APBN UNTUK PROGRAM KESEHATAN KELUARGA

Sebagai program prioritas, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mendapatkan dukungan dana dari APBD Provinsi Jawa Timur dan APBN, seperti yang tersaji pada tabel 4.1 di bawah ini. Harapan ke depan, dengan dukungan dana yang memadai diharapkan target MDG‟s goal 4 dan 5 pada tahun 2015 dapat tercapai, dengan secara terus-menerus melakukan kegiatan yang terintegrasi dan komprehensif bersama mitra terkait.

Tabel 4.1 Dukungan Dana APBD Provinsi dan APBN Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan Reproduksi serta Kesehatan Anak Remaja dan Usia Lanjut

Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014

Kegiatan Tahun APBD Provinsi

(Rp.) APBN (Rp.)

Kesehatan Ibu dan Anak

2010 2.800.000.000 8.323.912.000

2011 2.850.000.000 2.912.774.000

Sumber : Laporan

Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dokumen terkait